Apa yg disebut zat aditif

  • BIG KID / 10-12 YEARS OLD

Apa yg disebut zat aditif
Pexels/azerbaijan-stockers

30 Oktober 2021

Pada dasarnya, masyarakat sudah tidak asing lagi dengan zat aditif. Sebab, zat aditif ini dapat ditemukan pada berbagai olahan, baik bersifat alami maupun buatan.

Zat aditif yang dimaksud ialah zat aditif makanan, yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahan tambahan pada makanan tersebut sebenarnya telah digunakan sejak zaman dulu agar makanan terasa lebih enak dan awet.

Meski tergolong aman digunakan, tetapi ada beberapa jenis zat aditif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan untuk selektif dalam memilah mana zat aditif yang aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping kesehatan.

Nah, kali ini Popmama.com akan membahas mengenai pengertian zat aditif, jenis-jenis, dan manfaatnya untuk menambah wawasan kamu. Disimak, ya!

1. Pengertian zat aditif

Apa yg disebut zat aditif
Freepik/azerbaijan-stockers

Zat aditif adalah semua bahan yang ditambahkan atau dicampurkan secara sengaja ke dalam produk makanan dan minuman dalam jumlah yang kecil selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan.

Umumnya, zat aditif ini akan tetap berada dalam makanan, tetapi dalam beberapa kasus zat aditif bisa menghilang selama pemrosesan.

Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut Bahan Tambahan Pangan (BTP). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.772/Menkes/PER/X/1999, Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang tidak digunakan sebagai bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut, yang secara sengaja ditambahkan pada saat pembuatan, pengolahan, dan penyimpanan atau pengemasan untuk meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan.

Penggunaan zat aditif di Indonesia di atur oleh Departemen Kesehatan, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).

2. Tujuan penggunaan zat aditif

Zat aditif ini tidak semerta-merta ditambahkan ke dalam makanan, loh. Ada tujuan tertentu mengapa zat aditif dicampurkan ke dalam makanan.

Berikut ini tujuan zat aditif.

  1. Memperbaiki penampilan makanan
  2. Mempertahankan kesegaran, tekstur, dan cita rasa
  3. Memberikan warna pada makanan agar terlihat menarik
  4. Memperpanjang daya simpan
  5. Meningkatkan nilai gizi, seperti protein, mineral, dan vitamin

3. Jenis-jenis zat aditif

Bedasarkan bahannya, zat aditif dibedakan menjadi dua, yakni zat aditif alami dan zat aditif buatan (sintetis).

Zat aditif alami merupakan zat yang diperoleh secara alami, seperti dari tumbuhan, hewan atau mineral, rempah-rempah, dan tanaman herbal yang bisa menambah cita rasa pada makanan.

Sementara zat aditif buatan adalah zat yang dibuat melalui proses kimia. Apabila dikonsumsi secara berlebihan zat aditif buatan ini dapat menimbulkan efek samping negatif terhadap kesehatan.

Zat aditif buatan, di antaranya formalin, Monosium Glutamat (MSG), dan sakarin.

4. Manfaat zat aditif

Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan zat aditif, di antaranya sebagai berikut.

  1. Sebagai bahan pengawet makanan, sehingga makanan dapat bertahan lebih lama, misalnya natrium benzoat, asam benzoat, asam asetat, asam propionat, natrium nitrit, dan garam dapur.
  2. Sebagai bahan pemanis, misalnya gula aren, gula pasir, madu, sakarin, aspartam, siklamat, dan sorbitol.
  3. Zat pewarna, sehingga makanan dapat memiliki warna yang menarik. Zat pewarna dapat diperoleh dari zat pewarna alami, misalnya kunyit, wortel, dan daun suji. Sedangkan zat pewarna sintetis, misalnya rhodamin B dan methanil yellow.
  4. Zat penyedap rasa misalnya Monosodium Glutamat (MSG).
  5. Zat pemberi aroma, sehingga makanan memiliki aroma tertentu sebagai daya tarik, misalnya etil butirat, metil butirat, oktil asetat, minyak atsiri, daun jeruk, dan serai.
  6. Antioksidan yang berperan sebagai penghambat, penunda, atau pencegah terjadinya kerusakan oksidasi dalam makanan. Misalnya, lesitin, vitamin C, vitamin E, butil hidroksianisol (BHA), askorbil palmitat, dan butil hidroksitoluen (BHT).
  7.  Zat pengemulsi dan pengental

5. Dampak negatif penggunaan zat aditif

Zat aditif yang masuk ke dalam tubuh akan menghasilkan dampak negatif apabila dikonsumsi terlalu banyak atau terlalu sering.

Dampak negatif penggunaan zat aditif sebagai berikut.

  1. Terganggunya fungsi organ pencernaan
  2. Merusak paru-paru, jantung, dan sistem saraf
  3. Mengakibatkan mual, muntah, tidak nafsu makan, dan diare
  4. Menyebabkan kanker, mutasi genetik, alergi, dan perlukaan lambung
  5. Kerusakan pada kromosom

Itulah pengertian zat aditif, jenis-jenis, dan manfaatnya. Zat aditif boleh dikonsumsi asalkan tidak boleh berlebihan ya! Semoga informasi ini bermanfaat!

Baca juga:

Topic:

Zat aditif pada makanan berguna untuk menjaga makanan agar tetap segar dan tahan lama, serta meningkatkan cita rasa dan memperindah tampilannya. Zat aditif umumnya aman digunakan, tetapi ada beberapa jenis zat aditif yang diduga dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

Zat aditif pada makanan adalah semua bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke dalam produk makanan dan minuman selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan. Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Apa yg disebut zat aditif

Produksi dan penjualan seluruh produk makanan dan minuman yang menggunakan zat aditif harus mendapatkan izin edar dan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Kegunaan Zat Aditif pada Makanan

Zat aditif umumnya ditambahkan ke dalam makanan untuk:

  • Memperlambat proses pembusukan
  • Meningkatkan atau menjaga nilai gizi
  • Membuat roti dan kue lebih mengembang
  • Memperkaya rasa, warna, dan penampilan
  • Menjaga konsistensi rasa dan tekstur makanan

Informasi mengenai zat aditif pada makanan biasanya terlampir pada label makanan dengan nama kimiawi. Misalnya, garam adalah sodium atau natrium klorida, vitamin C adalah ascorbic acid atau asam askorbat, dan vitamin E adalah alpha tocopherol.

Produsen biasanya hanya menggunakan zat aditif secukupnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ada beberapa macam zat aditif yang paling sering digunakan pada makanan, di antaranya:

  • Garam
  • Pemanis buatan, misalnya gula, sorbitol, dan sirop jagung
  • Asam sitrat
  • Monosodium glutamat atau MSG
  • Vitamin C dan vitamin E
  • Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT)

Jenis-Jenis Zat Aditif pada Makanan

Zat aditif pada makanan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni zat aditif alami dan zat aditif sintetis atau buatan. Zat aditif makanan yang bersifat alami bisa berasal dari tumbuhan, hewan atau mineral, serta rempah-rempah dan tanaman herbal yang dapat menambah cita rasa pada makanan.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi pangan dan pertanian internasional (FAO), jenis zat aditif pada makanan dapat digolongkan menjadi 3 kategori utama, yaitu:

Zat perasa makanan

Ini adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan aroma dan memperkuat rasa. Jenis zat aditif ini paling banyak digunakan dalam berbagai produk camilan, minuman ringan, sereal, kue, hingga yoghurt.

Bahan perasa alami bisa berasal dari kacang, buah-buahan, sayuran, hingga rempah-rempah. Zat perasa makanan juga tersedia dalam bentuk sintetis yang mirip dengan rasa makanan tertentu.

Enzyme preparation

Jenis zat aditif ini biasanya diperoleh melalui proses ekstraksi dari tanaman, produk hewani, atau mikroorganisme seperti bakteri.

Enzyme preparation umumnya digunakan sebagai alternatif zat aditif yang berbahan kimia dalam proses pemanggangan kue (untuk memperbaiki adonan), pembuatan jus buah, fermentasi anggur dan bir, serta pembuatan keju.

Zat aditif lainnya

Jenis zat aditif ini meliputi zat pengawet, zat pewarna, dan zat pemanis. Zat pengawet dapat memperlambat pembusukan yang disebabkan oleh jamur, udara, bakteri, atau ragi.

Selain itu, pengawet juga mampu menjaga kualitas makanan dan membantu mengendalikan kontaminasi pada makanan yang dapat menyebabkan penyakit, seperti botulisme.

Beberapa jenis BTP pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam produk pangan, yaitu asam sorbat, asam benzoat, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat, sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionate, dan lisozim hidroklorida.

Selain itu, ada berbagai jenis zat aditif lain pada makanan dan masing-masing zat aditif tersebut memiliki kegunaannya tersendiri, di antaranya:

  • Antioksidan, untuk mencegah makanan dari proses oksidasi yang menyebabkan makanan menjadi bau atau busuk
  • Pengatur keasaman (acidity regulator), untuk mengasamkan, menetralkan, atau mempertahankan tingkat keasaman (pH) makanan
  • Humektan, untuk menjaga makanan tetap lembap
  • Garam mineral, untuk meningkatkan tekstur dan rasa
  • Stabilizer dan firming agent, untuk mempertahankan kelarutan makanan
  • Pengemulsi (emulsifier), untuk menghambat penggumpalan lemak pada makanan
  • Pengembang (raising agent), untuk melepaskan gas yang dapat membuat adonan kue dan roti lebih mengembang
  • Flour treatment, untuk memperbaiki hasil pemanggangan
  • Glazing agent atau zat pelapis, untuk memperbaiki penampilan dan melindungi makanan
  • Foaming agent, untuk menjaga konsistensi pembentukan buih
  • Pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel

Efek Samping Zat Aditif pada Makanan

Untuk memastikan zat aditif pada makanan dapat digunakan tanpa efek berbahaya, maka ditetapkanlah jumlah asupan harian yang layak dikonsumsi (Acceptable Daily Intake/ADI).

ADI adalah perkiraan jumlah maksimal zat aditif pada makanan yang dapat dikonsumsi dengan aman setiap hari selama seumur hidup, tanpa efek kesehatan yang merugikan.

Batas maksimum penggunaan zat aditif pada makanan ini telah ditentukan oleh BPOM. Bagi para produsen yang melanggar batas ketentuan tersebut, mereka bisa dijatuhi sanksi berupa peringatan tertulis hingga pencabutan izin edar produk.

Bagi kebanyakan orang, zat aditif pada makanan dalam jumlah yang aman tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Namun, ada sebagian orang yang dapat mengalami efek samping, seperti diare, sakit perut, batuk pilek, muntah, gatal-gatal, dan ruam kulit setelah mengonsumsi makanan dengan kandungan zat aditif.

Efek samping ini bisa saja terjadi jika seseorang memiliki reaksi alergi terhadap zat aditif tertentu atau jika kandungan zat aditif yang digunakan terlalu banyak.

Ada beberapa zat aditif pada makanan yang diduga memiliki efek samping terhadap kesehatan, antara lain:

  • Pemanis buatan, seperti aspartam, sakarin, natrium siklamat, dan sucralose
  • Asam benzoat dalam produk jus buah
  • Lecithin, gelatin, tepung maizena, dan propilen glikol dalam makanan
  • Monosodium glutamate (MSG)
  • Nitrat dan nitrit pada sosis dan produk olahan daging lainnya
  • Sulfit dalam bir, anggur, dan sayuran kemasan
  • Maltodextrin

Reaksi terhadap zat aditif apa pun bisa bersifat ringan atau parah. Misalnya, sebagian orang dapat mengalami gejala asma yang kambuh setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung sulfit. Sementara itu, pemanis buatan aspartam dan MSG dapat menyebabkan efek samping berupa sakit kepala.

Contoh lainnya, beberapa laporan menyebutkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dengan kadar nitrat dan nitrit yang tinggi bisa menyebabkan gangguan pada tiroid dan meningkatkan risiko kanker.

Untuk melindungi diri dari efek buruk kelebihan zat aditif pada makanan, seseorang dengan riwayat alergi atau intoleransi makanan harus lebih cermat dan teliti dalam memeriksa daftar bahan pada label kemasan.

Jika muncul reaksi atau keluhan tertentu pada tubuh Anda setelah mengonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung zat aditif, Anda dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Bila perlu, bawa contoh makanan atau minuman yang mungkin menjadi penyebabnya.