Bagaimana Multikulturalisme dalam Alkitab Galatia 3 26 28

“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.” (Galatia 3:26-27 i_TB)

Kita semua, orang Israel dan bukan Israel, adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus karena kita semua telah dibaptis dalam Kristus dan telah mengenakan Kristus.

Hukum Taurat Yahudi yang memisahkan orang Yahudi dengan kita dari bangsa lain hanya sebagai indikator yang menunjukkan kita semua berdosa dan harus bertobat dan memercayakan diri kepada Tuhan Yesus sekali untuk selamanya.

Sekarang kita semua adalah satu dalam Tuhan Yesus, tidak ada lagi sekat pemisah, karena Yesus Kristus saja sekarang yang hidup dalam kita.

Kita semua baik orang Yahudi atau bukan Yahudi harus melakukan segala perintah Kristus dengan kuasa dan dengan dipimpin oleh Roh Kudus maka kita akan menikmati kesatuan dalam Kristus dan memuliakan Allah Bapa.

Marilah kita menolak godaan daging, dunia dan iblis yang mau membuat lagi sekat sekat pemisah dalam gereja, seperti sekat etnis, sekat denominasi dan berbagai sekat lainnya agar kita dapat menikmati berkat Kerajaan Allah yang berlimpah kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus.

Selamat membuang sekat pemisah di gereja.

Tuhan memberkati kita.

Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.

TB: Alkitab Terjemahan Baru

Berbagi

Bagaimana Multikulturalisme dalam Alkitab Galatia 3 26 28

Aplikasi Alkitab untuk Anak-Anak

Bagaimana Multikulturalisme dalam Alkitab Galatia 3 26 28

1.      Kitab Taurat seolah-olah membentuk Israil sebagai bangsa yang eksklusif dan menjauhkan diri dari bangsa-bangsa lain. Fokus utama adalah Allah mempersiapkan Israel dalam ibadah dan ketaatan.

2.      Penolakan yang dilakukan adalah ibadah yang ditujukan pada illah-ilahnya. Jika Israel bergaul dengan bangsa itu maka tidak bisa menfilter dan menyaring berbagai pengaruh budaya dan ibadah sehingga melupakan Allah.

3.      Yesus sendiri mengemukakan cerita orang Samaria yang baik hati untuk menjelaskan siapa sesama manusia.  Cerita ini memiliki makna bahwa semua orang tanpa kecuali terpanggil untuk mewujudkan solidaritas dan kasih bagi sesama tanpa memandang perbedaan

Menerapkan kesadaran dan praktik multikultur

  • Tuhan menciptakan manusia dalam kepelbagian supaya saling melengkapi dan saling mengisi
  • Saat ini masyarakat sudah memiliki kesadaran multikultur yang lebih baik
  • Komunitas Kristiani terdiri dari berbagai suku, budaya,adat, kebiasaan serta geografis yang berbeda-beda
  • Dalam gereja yang multikultur setiap persekututuan dibangun diatas perbedaan
  • Nilai-nilai budaya dan suku yang positif dapat memperkaya liturgi dalam ibadah

Sumbangan Multikultur memperkuat persatuan umat kristen

  • Pengakuan terhadap berbagai perbedaan
  • Perlakuan yang sama terhadap komunitas dan budaya
  • Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman
  • Penghargaan yang tinggi terhadap HAM dan saling menghormati dalam perbedaan
  • Unsur kebersamaan, solidaritas, kerjasama, dan hidup berdampingan secara damai          dalam perbedaan

Sikap-sikap yang harus dihindari

  •  Primordialisme : perasaaan kesukuan yang sangat kuat dan berlebihan. Menganggap suku bangsanya yang paling unggul, maju dan baik
  • Etnosentrisme  : Sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, terkadang disertai dengan sikap merendahkan masyarakat dan kebudayaan lain
  • Diskriminatif : sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa, ekonomi, agama, dan lain-lain
  • Stereotip : konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subyektif dan tidak tepat

Multikulturalisme yang memperkuat persatuan umat Kristen

  • Menerima dan menghargai semua orang tanpa kecuali
  • Menolong sesama serta menunjukkan solidaritas tanpa memandang latar belakang perbedaan
  • Menghilangkan prasangka buruk terhadap suku, bangsa, budaya maupun kelas sosial
  • Berpikir positif terhadap semua orang tetapi tetap kritis
  • Menjadikan hukum kasih sebagai landasan dalam bergaul dengan sesama 

Bagaimana Multikulturalisme dalam Alkitab Galatia 3 26 28

“Kita masih mengenal pembedaan antara laki-laki dan perempuan, dengan demikian masih terdapat pembedaan antara Yahudi dan bangsa lain (non-Yahudi). Makna Galatia 3:28 bukan seperti yang Anda pikirkan.”

Anda pernah mendengar kata-kata seperti itu, dari seorang Kristen Zionis atau dispensasionalis? Saya pernah. Pada akhir artikel ini saya akan mengutip Galatia 3:28, memberikan penjelasan saya dan juga menanyakan pendapat Anda.

Kristen Zionis sangat menyukai pembedaan. Jika Paulus mengatakan tembok pemisah antara Yahudi dan bangsa lain telah dirubuhkan (Efesus 2:14), maka Kristen Zionis berusaha membangunnya kembali – dan membuatnya lebih tinggi daripada yang ada sebelumnya. Jika Paulus mengatakan Kristus telah menciptakan keduanya (Yahudi dan non-Yahudi) menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, maka Kristen Zionis mengatakan terdapat dua jenis umat Allah, yang satu berdasarkan iman dan yang satu lagi (yang terpenting) adalah berdasarkan etnis. Jika Perjanjian Baru-New Testament mendefinisikan Israel Allah adalah orang-orang yang ada dalam Kristus (Roma 2:28-29, 9:6-8; Galatia 3:29, 6:15-16; Efesus 2:11-12, 3:6, dll), maka Kristen Zionis bersikeras hanya ada satu bangsa atau grup etnis yang disebut Israel yang menjadi penerima sebagian besar janji-janji Allah.

Nabi-nabi Perjanjian Lama-Old Testament memandang ke depan kepada suatu hari dimana umat Allah akan terdiri dari banyak bangsa dan Allah akan berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Zakharia mendapat penglihatan tentang hal itu (Zakharia 2:10-12), Yesaya juga (Yesaya 11:10), dan Paulus mengajarkan bahwa hal itu sudah menjadi kenyataan pada masanya (Roma 15:8-12). Amos mendapat penyataan akan hal itu (Amos 9:11-12), dan Yakobus menyatakan dalam sidang para rasul di Yerusalem bahwa hal itu sudah menjadi kenyataan pada masanya (Kisah Para Rasul 15:13-17). Kendati terdapat banyak bukti, Kristen Zionis dan dispensasionalis tetap bersikeras bahwa “etnis Yahudi-lah umat pilihan Allah” dan bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah.

Jika kita membuang semua pembedaan, favoritisme, pemihakan, dan superioritas dari gerakan Kristen Zionis, rasanya tak banyak yang tersisa. Gerakan ini akan runtuh berantakan tanpa elemen-elemen ini – dan itu yang saya harapkan dan doakan agar terjadi. Berikut adalah tiga kesempatan dimana Paulus mengajarkan bahwa dalam Kristus tidak ada perbedaan dan pembedaan antara Yahudi dan bangsa lain:

“Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya” (Roma 10:12).

“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan adalah ahli waris menurut janji Allah” (Galatia 3:26‭-‬29).

“[Kamu] telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu“ (Kolose 3:10‭-‬11).

Jadi beginilah saya memahami ayat ini, khususnya Galatia 3:28: Bahwa di dalam Kristus, TIDAK ADA berkat yang tersedia bagi orang Yahudi namun tidak tersedia bagi non-Yahudi, atau yang tersedia bagi laki-laki namun tidak tersedia bagi perempuan, atau yang tersedia bagi orang merdeka yang tidak tersedia bagi budak. Di dalam Kristus, segala pembedaan hilang, dan tidak ada favoritisme atau superioritas berdasar ras, gender atau garis keturunan. Pembedaan hanya ada antara beriman kepada Yesus dengan yang tidak.

Anda setuju? Atau Anda memahami kata-kata Paulus secara berbeda?

Adam Maarschalk: The Meaning of “No Jews or Gentiles in Christ Jesus,” May 14, 2016.

https://adammaarschalk.com/2016/05/14/the-meaning-of-no-jews-or-gentiles-in-christ-jesus/