Apa yang harus kita lakukan untuk meneladani allah subhanahu wa taala maha mendengar

Apa yang harus kita lakukan untuk meneladani allah subhanahu wa taala maha mendengar

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at Belajar.dhafi.link. with Accurate Answer. >>

Apa yang harus kita lakukan untuk meneladani allah subhanahu wa taala maha mendengar

Tugas kita dalam mengimani Allah SWT maha mendengar adalah ....

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. Berdoa kepada Allah
  2. Berbicara kasar
  3. Membohongi orang tua
  4. Banyak berbicara

Jawaban terbaik adalah A. Berdoa kepada Allah.

Dilansir dari guru Pembuat kuis di seluruh dunia. Jawaban yang benar untuk Pertanyaan ❝Tugas kita dalam mengimani Allah SWT maha mendengar adalah ....❞ Adalah A. Berdoa kepada Allah.
Saya Menyarankan Anda untuk membaca pertanyaan dan jawaban berikutnya, Yaitu Allah SWT mendengar semua ucapan kita maka hendaknya berhati-hati saat . . . . dengan jawaban yang sangat akurat.

Klik Disini Untuk Melihat Jawaban

Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Suara.com - Asmaul Husna adalah 99 nama Allah SWT yang diambil dari sifat-sifatnya yang indah dan agung. Salah satu nama itu adalah Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar.

Dalam artikel ini tidak hanya akan menjelaskan Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar saja. Suara.com juga telah menghimpun bagaimana seharusnya umat islam meneladani Asmaul Husna.

Hadis tentang Asmaul Husna diriwayatkan dalam hadis Bukhari & Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda "Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu; barang siapa memahaminya akan masuk surga."

Salah satu keistimewaan Asmaul Husna adalah sebagai doa seperti yang tertuang dalam  QS. Al A'raf [7]:180 di mana tulisan latinnya sebagai berikut:

Baca Juga: Asmaul Husna Artinya Apa? Ini Penjelasan Lengkap 99 Nama-nama Baik Allah SWT yang Wajib Diketahui

"Wa lillaahil-asmaa`ul-husnaa fad'uhu bihaa wa zarullazina yul-hiduna fi asmaa`ih, sayujzauna maa kaanu ya'malun."

Artinya: Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Dalam buku Asmaul Husna karya Syekh Tosun Bayrak al-Jerrahi, dijelaskan bahwa Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar di mana sifat ini dikaitkan dengan Allah yang bisa mendengar semua yang terucap, yang terlintas dalam pikiran bahkan suara langkah kaki semut.

Dalam bahasa Arab klasik, kata As Sami berakar dari kata 'mendengar' sehingga Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar.

Begitu agungnya sifat Allah, hingga Asmaul Husna As Sami kerap disebut dalam beberapa surat Al Quran seperti Q.S Fussilat ayat 36, Q.S Thaha ayat 46, Q.S Al-Baqarah ayat 127, Q.S Al-An'am ayat 13, Q.S Ali Imran ayat 35 dan Q.S Al-Maidah ayat 76.

Baca Juga: 20 Arti Sifat-sifat Allah Beserta Dalilnya: Maha Mendengar hingga Hidup

Cara meneladani Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar

Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar dan kita bisa meneladaninya di dunia nyata. Contoh paling sederhananya adalah menghindari mengucapkan kata-kata kotor dan menjadi pendengar yang baik untuk lawan bicara.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menghindari bergosip atau menggunjingkan orang lain. Kegiatan ini, jika berlarut-larut bisa menjadi fitnah bagi orang lain.

Sebaliknya, ketika menghindari bergosip, sebaiknya kita menghormati lawan bicara dengan mendegarkan setiap kata-katanya, terutama yang berisi pesan kebaikan dari orang yang lebih tua.

Pada dasarnya, kita semua bisa mengambil hikmah dari mempelajari sifat-sifat Allah. Demikian penjelasan tentang Asmaul Husna As Sami artinya Sang Maha Mendengar. Semoga bermanfaat.

Kontributor : Rima Suliastini

Oleh Niki Alma Febriana Fauzi, M.Ud

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik). Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (QS. Al-Isra’/17: 110)

            Salah satu sifat Allah SWT yang mulia dan memiliki makna yang luar biasa ialah Ar-Rohmân, tentunya tanpa menyampingkan sifat Allah yang lain. Bahkan di dalam al-Quran, sifat ini diabadikan menjadi salah satu nama surat, yakni surat ke-55 (QS. Ar-Rohmân), selain itu juga tersebut dalam banyak ayat, misalnya sebagaimana dalam lafadz basmalah yang seringkali diucapkan. Dalam ayat tersebut kata Ar-Rohmân diiringi dengan sifat Allah yang lain, yakni Ar-Rohîm.

            Secara bahasa, kata Ar-Rohmân dan Ar-Rohîm berasal dari asal kata atau akar kata yang sama, yakni: رَحِمَ – يَرْحَمُ. Ketika melihat terjemahan dalam bahasa Indonesia yang standar, biasanya diterjemahkan dengan Maha Pengasih-Maha Penyayang. Dua kata yang seakan akan hampir sama maknanya dalam bahasa Indonesia.

            Akan tetapi, jika menelisik lebih jauh kata tersebut, misalnya dengan melihat kitab-kitab tafsir yang dikarang oleh para ulama, maka akan didapatkan makna yang luar biasa mengenai makna dua kata tersebut. Sebagai contoh, dalam kitab tafsir Ibnu Kasir, menyebutkan bahwa kata Ar-Rohmân memiliki makna yaitu: kepengasihan Allah atau rasa kasih dan sayang Allah yang diberikan kepada seluruh makhuk-Nya. Bukan hanya kepada hamba-Nya semata, namun juga kepada makhluk Allah yang lain, yang ada di dunia ini baik yang beriman maupun yang tidak, baik itu manusia maupun selainnya.

            Sedangkan, kata Ar-Rohîm, diartikan dengan sifat pengasih Allah dan sifat penyayang -Nya yang akan diberikan kelak di akhirat, dan khusus diberikan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Demikianlah letak perbedaan di antara keduanya. Sifat Ar-Rohmân yang dimiliki Allah menunjukkan bahwa kasih sayang-Nya diberikan kepada siapapun tanpa ada pengecualian. Lantas pertanyaanya ialah, setelah mengetahui makna Ar-Rohmân tersebut, apa yang perlu dilakukan sebagai hamba Allah?

            Dalam diskursus ilmu kalam modern, orang yang dikatakan bertauhid tidak cukup mengesakan Allah saja. Akan tetapi, juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Maka setelah mengetahui makna Ar-Rohmân, kewajiban seorang yang mengaku muslim ialah berupaya mengaplikasikan sifat kasih sayang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

            Dalam lintasan sejarah umat Islam, pernah tercatat dan menjadi contoh yang dapat dijadikan teladan dalam mengaplikasikan sifat Allah ini. Rasulullah SAW adalah sosok panutan yang banyak mengplikasikan sifat ini, salah satu kisahnya yang masyhur ialah ketika ada seorang Yahudi yang rajin melemparkan kotoran kepada Rasulullah dari atas rumahnya setiap kali Rasulullah melewati jalan tersebut. Sampai suatu ketika Rasulullah tidak menjumpai orang yang selalu melemparkan kotoran kepada dirinya.

            Setelah mencari tahu kabar tentang orang tersebut, diketahuilah bahwa ia sedang sakit. Maka bergegaslah Rasulullah menjenguknya tanpa sedikitpun membawa rasa dendam, bahkan diceritakan pula Rasulullah datang membawakan buah tangan. Orang Yahudi yang selalu mendzolimi Rasulullah tadi terkaget dan mengira bahwa Rasulullah datang akan membalas dendam, namun justru Rasul datang untuk menjenguknya dan memberikan buah tangan bahkan membantu memenuhi kebutuhannya. Kemudian orang tersebut meminta maaf dan akhirnya bersedia memeluk agama Islam.

            Kisah di atas merupakan wujud pengamalan dari satu sifat Allah, tentunya masih banyak sifat Allah yang lain. Maka tidak heran Rasul pernah bersabda:

…صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

“sambunglah orang yang memutuskan tali silaturahmi denganmu, berilah orang yang tidak mau memberi kepadamu, dan maafkanlah orang yang medzhalimimu.” Ramadhan mengajarkan agar setiap muslim mampu mengasah kepekaan diri, agar dapat mngaplikasikan sifat-sifat ketuhanan Allah dalam kehidupan sehari-hari.