Beberapa atau seluruh referensi dari artikel ini mungkin tidak dapat dipercaya kebenarannya. Isu, rumor, atau desas-desus adalah suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil atau kriminal atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislatif atau perundangan menurut Hainsworth & Meng. Sedangkan menurut Barry Jones & Chase isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik korporat dengan harapan-harapan para pemangku kepentingan (stakeholder). Berdasarkan definisi yang telah disebutkan di atas, isu adalah suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis.
Menurut Hainswort & Meng isu berada dalam empat tahap, yakni:
Pada tahap ini tidak ada isu yang tampak namun kondisi muncul dengan jelas yang berpotensi untuk berkembangnya menjadi sesuatu yang penting. Isu terjadi dalam organisasi ketika kelompok secara signifikan mempunyai permasalahan dalam perkembangannya secara politik, kebijakan, ekonomi atau tren sosial. Dalam tahap ini harus diketahui apakah ini termasuk isu yang penting atau tidak.
Pada tahap ini isu telah berkembang dan memberikan pengaruh terhadap organisasi secara jelas. Organisasi masih dapat menjaga isu tidak berkembang dengan memperhatikan isu-isu lainnya. Selain itu, organisasi harus mengelola arus informasi dengan memberikan informasi dua arah yang cukup kepada masyarakat secara aktual dan benar.
Tahap organisasi adalah dimana isu sedang berkembang dan menjadi topik pembicaraan yang berkembang menjadi krisis. Publik akan membentuk jaringan untuk mendesak organisasi melakukan suatu tindakan terhadap isu yang berkembang ini. Organisasi harus memberikan penanganan yang cepat dan melibatkan stakeholder. Dalam tahap ini media memiliki peran yang penting karena kemampuan komunikasi massanya. Organisasi perlu melakukan pemantauan terhadap media. Diperlukan teknik Media Relations yang baik agar isu dapat mereda dengan cepat.
Jika telah mencapai tahap ini, berarti adanya anggapan bahwa isu telah selesai. Namun, organisasi harus terus melakukan pemantauan untuk mencegah isu datang kembali. Organisasi melakukan identifikasi dalam isu yang terjadi dengan mencari tahu sumber isu berasal. Isu dapat diklasifikasikan berdasarkan:
Bertujuan untuk menempatkan kepentingan isi isunya. Memanfaatkan pengalaman masa lalu yang setidaknya memiliki kesamaan terhadap isu saat ini. Dapat dilakukan penelitian secara kualitatif maupun kuantitatif.
Tahapan ini organisasi menyiapkan aksi-aksi untuk menghadapi isu. Strategi yang diambil dapat bersifat reaktif, adaptif dan dinamis.
Jika organisasi telah memiliki strategi dalam menghadapi isu, implementasikan program yang telah dibuat dengan segera. Organisasi harus saling bekerjasama untuk menyediakan dukungan yang maksimal sehingga tujuan dapat dicapai dengan cepat.
Jika program telah dilaksanakan, lakukanlah evaluasi untuk menilai seberapa efektif program yang telah dilaksanakan. Tetap lakukan monitoring isu untuk mencegah isu kembali berkembang. Organisasi harus mempelajari isu untuk melakukan penelitian secara terstruktur.
Dalam fase ini telah adanya kepentingan yang meningkat mengenai isu. Tanggung jawab khusus telah dibagikan dan pembentukan opini telah dimulai.
Organisasi telah melibatkan top management untuk mempertimbangkan tindakan dan memutuskan secara tepat alternatif yang telah didapat.
Fase dimana pengambilan keputusan telah dibuat dan telah dianggap tepat dimana selanjutnya adalah melaksanakannya sesegera mungkin.
Evaluasi terhadap program yang tengah dilaksanakan untuk kemudian menyiapkan program cadangan sebagai penyesuaian terhadap keadaan yang akan terjadi
Fase relaksasi bagi organisasi dimana adanya anggapan bahwa isu telah mereda dan dapat menjadi positif jika perencanaan telah dilaksanakan dengan baik.
tirto.id - Teks editorial adalah artikel di surat kabar yang berisikan pendapat atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa aktual atau tengah menjadi perbincangan hangat pada saat surat kabar tersebut diterbitkan. Isu atau masalah aktual tersebut dapat berupa masalah politik, sosial, atau pun permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan politik. Mengutip e-Modul Bahasa Indonesia Kelas XII, teks editorial merupakan sebuah opini atau pendapat yang dituliskan redaksi sebuah media terhadap isu aktual di masyarakat. Opini yang ditulis redaksi dianggap sebagai pandangan resmi suatu penerbit atau media terhadap suatu isu aktual.
Berikut adalah contoh opini dalam teks editorial:
Ciri-Ciri Teks Editorial Meskipun teks editorial merupakan ataupun opini, namun dalam penulisannya tidak dapat ditulis sembarangan. Penulisan pendapat atau opini harus dilengkapi dengan fakta, bukti, serta argumen yang logis. Berikut adalah ciri teks editorial :
Struktur Teks Editorial Dilansir dari Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia kelas 12, teks editorial merupakan bagian dari teks eksposisi. Sehingga struktur umum dari teks editorial terdiri dari tiga bagian, di antaranya:
Pernyataan pendapat atau tesis yang berisi sudut pandang penulis tentang masalah yang dibahas. Tesis merupakan teori yang diperkuat dengan argumen.
Argumentasi berupa alasan ataupun bukti yang digunakan untuk memperkuat pernyataan umum atau data hasil penelitian, pernyataan para ahli, ataupun fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.
Pernyataan atau penegasan ulang pendapat berisi penegasan ulang pendapat yang didukung oleh fakta untuk memperkuat atau menegaskan keseluruhan isi teks editorial.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
TEKS EDITORIAL
atau
tulisan menarik lainnya
Endah Murniaseh
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|