Apa saja permasalahan yang digunakan dalam penelitian geografi?

KONSEP FENOMENA GEOSFIR SEBAGAI ACUAN RUMUSAN MASALAH DALAM PENELITIAN GEOGRAFI Lucianus Sudaryono *) Abstrak : Rumusan masalah sangat penting dalam penelitian, karena melalui rumusan masalah dijelaskan arah dan tujuan penelitian. Rumusan masalah sering juga disebut pertanyaan penelitian, yang jawabannya merupakan hipotesis yang hendak diuji. Sering terjadi di bidang geografi bahwa rumusan masalah penelitian dikemukakan tanpa memperhatikan batas-batas kepatutannya dengan hakekat hal yang dipersoalkan. Keadaan demikian disebabkan oleh banyaknya anasir pendukung yang terlibat dalam setiap peristiwa atau fenomena yang menjadi obyek kajian geografi. Kurang fahamnya peneliti terhadap konsepsi obyek kajian geografi yang disebut fenomena geosfir, sering merupakan sebab-musabab terjadinya kerancuan dalam perumusan masalah penelitian. Rumusan masalah yang dikemukakan sering merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berdiri sendirisendiri, dan tidak sesuai dengan hakekat permasalahan yang dikaji. Dengan memahami secara benar konsepsi obyek kajian geografi dan menggunakannya sebagai acuan dalam pengenalan dan penyataan masalah penelitian, maka kemungkinan terjadinya kesesatan berpikir dapat diatasi, sehingga perumusan masalah penelitian dapat dilakukan dengan semestinya. Kata Kunci : Penelitian Geografi, Fenomena Geosfir, Rumusan Masalah. PENDAHULUAN Masalah yang juga sering disebut permasalahan, biasa diterjemahkan sebagai sesuatu yang muncul ketika kesenjangan terjadi, seperti: kesenjangan antara harapan dan kenyataan, kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan, kesenjangan antara keharusan dan kenyataan, dan yang sejenis itu, yang banyak dijumpai dalam berbagai fenomena kehidupan. Sesuatu dinyatakan sebagai masalah sepanjang persoalan yang ditimbulkan masih dapat diusahakan untuk dipecahkan dan diatasi. Melalui penelitian diharapkan bahwa setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia dapat dipecahkan dan diatasi. Masalah yang harus dipecahkan melalui tindak penelitian banyak terdapat di lingkungan dunia kehidupan ini. Persoalannya bagaimana masalah yang dimaksud dapat dikenali dan dirumuskan dengan benar. Seorang peneliti akan mampu mengenali dan merumuskan masalah penelitian dengan baik, jika ia memiliki pengalaman yang cukup, di samping modal pengetahuan tertentu yang mendasari perilaku berpikirnya. Perilaku berpikir seseorang *) Lucianus Sudaryono adalah staf pengajar di Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa 24

akan berbeda sesuai dengan latar belakang pengetahuan yang dimilikinya. Pengalaman yang dimaksud dapat diperoleh dari berbagai cara, seperti: membaca, mengikuti seminar atau pertemuan ilmiah, atau melakukan pengamatan langsung di lapangan. Orang yang miskin pengalaman dan pengetahuan sudah barang tentu akan mengalami kesulitan untuk mengenali dan merumuskan masalah penelitian. (Sumadi Suryabrata, 1985). Bagi peneliti di bidang geografi, tuntutan akan modal pengetahuan yang mendasari perilaku berpikir itu menjadi lebih berat manakala menyadari bahwa bidang geografi biasa berhadapan dengan banyak persoalan. Hal ini karena fenomena geosfir sebagai obyek kajian geografi tidak berbentuk suatu benda atau barang yang sederhana, melainkan suatu peristiwa atau kegiatan proses yang sudah tentu melibatkan banyak faktor. Peristiwa yang dimaksud dapat berupa banyak hal, baik yang bersifat fisik maupun sosial, seperti kerusakan lahan, perkembangan wilayah, kegiatan usaha masyarakat, perindustrian, kepariwisataan, dan sebagainya, yang masing-masing membutuhkan ilmu bantu tersendiri untuk membahasnya. KONSEP FENOMENA GEOSFIR, PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN Pengenalan dan perumusan masalah dalam penelitian ilmiah di berbagai bidang ilmu, tidak dapat dipisahkan dari pemahaman konseptual tentang obyek yang dikaji menurut bidang ilmu yang bersangkutan. Sesuai dengan obyek kajiannya, perumusan masalah penelitian di bidang geografi sudah seharusnya mengacu pada pengertian fenomena geosfir sebagai konsep obyek kajian geografi. Atas dasar itu, maka setiap peneliti di bidang geografi dituntut kemampuan untuk mengkonstruksi permasalahan dari sesuatu yang sedang dikaji melalui penelitian, berdasarkan konsep obyek kajian geografi yang disebut fenomena geosfir. Ilustrasi mengenai konsep fenomena geosfir dapat dilihat dari konsep pemikiran geografi dalam melihat setiap obyek yang dikaji, seperti dinyatakan pada gambar 1. Dari ilustrasi pada gambar 1 dapat dijelaskan bahwa fenomena geosfir dimengerti sebagai peristiwa atau gejala yang terjadi di permukaan bumi dalam suatu kesatuan wilayah, dan didukung oleh anasir-anasir lingkungan yang L. Sudaryono, Konsep Fenomena Geosfir Sebagai Acuan Rumusan Masalah Dalam... 25

terdapat di wilayah itu. Kesatuan wilayah yang dimaksud mencakup tempat dan ruang/ lingkungan dengan segenap anasir yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka seorang peneliti geografi harus dapat menjelaskan secara kritis dan rasional setiap masalah (fenomena) yang dikaji sebagai suatu peristiwa atau gejala yang terdapat dalam suatu kesatuan wilayah permukaan bumi, yang perilaku dan perubahannya didukung atau dipengaruhi oleh anasir-anasir atau unsur-unsur lingkungan yang terdapat dalam wilayah terkait. PEMIKIRANGEOGRAFI PERSPEKTIF (sudut pandang) KELINGKUNGAN KEWILAYAHAN APA (obyek material) DI MANA (geosfer) KONTEKS KERUANGAN (dalam skala tertentu) FENOMENA GEOSFER Tempat dan (geosfir) ruang/ lingkungan dan segenap anasir lingkungan Gambar 1. Fenomena geosfir dalam konsep berpikir geografi Masalah yang dapat dikaji dalam penelitian geografi itu terdapat dalam berbagai fenomena, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Yang bersifat fisik, misalnya: kejadian banjir, erosi tanah, longsor lahan, pendangkalan waduk, kerusakan lahan, kegundulan hutan, pencemaran lingkungan, pembangunan atau pengembangan fisik suatu wilayah, dan sebagainya. Adapun yang bersifat sosial, misalnya: perkembangan perekonomian masyarakat di suatu kabupaten, keberadaan budaya tertentu di suatu tempat, keadaan kesehatan lingkungan, kelangsungan pembangunan 26 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 12, NOMOR 1, JUNI 2014 : 24 36

atau perkembangan regional, dan sebagainya. Setiap fenomena atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan tidaklah mungkin berdiri sendiri atau berlangsung sendirian, melainkan didukung oleh berbagai anasir atau unsur-unsur lingkungan sekitar, yang tersebar di wilayah terkait. Misalkan saja, setiap peristiwa banjir yang terjadi di suatu tempat, pada umumnya disebabkan atau dipengaruhi oleh anasir-anasir: tingginya curah hujan, kemiringan lereng, kemampuan tanah menyerap air, keadaan tataguna lahan dan pengelolaan lahan yang terdapat di wilayah tertentu terkait, yang biasa disebut daerah aliran sungai (DAS). Perkembangan suatu wilayahpun dipengaruhi atau didukung oleh berbagai anasir lingkungan, seperti: keadaan geografis penduduk dilihat dari kepadatan dan persebarannya, tingkat pendidikan dan pendapatannya, berbagai sesumber yang terdapat di wilayah itu, kemudahan untuk dijangkau dari daerah lain, kedekatan dengan daerah yang sudah maju, dan lainnya. Kesemuanya itu berada dalam batas-batas wilayah tertentu. Demikian pula halnya dengan fenomena-fenomena/masalah yang lain, baik yang bersifat fisikal maupun sosial, seperti terjadinya pencemaran lingkungan oleh industri di suatu daerah, kondisi kesehatan lingkungan di suatu wilayah, kerusakan lahan akibat pemanfaatan sumberdaya alam, perkembangan kepariwisataan, perubahan produktivitas usaha pertanian, dan lain sebagainya. Penjelasan tentang konsepsi fenomena geosfir tersebut di atas sesuai dengan pengertian geografi seperti yang dikemukakan oleh Richard Hartshorne (dalam Sumaatmadja, 1997), yang menyatakan: Geography is the discipline that seeks to descripe and interpret the variable character from place to place of the earth as the world of man. Variable character yang dimaksudkan oleh Hartshorne dalam hal ini merupakan suatu tampakan atau tampilan tertentu atau keadaan yang khas dari suatu tempat di muka bumi, yang kemudian diterjemahkan sebagai fenomena geosfir, yang dapat berubah-ubah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Oleh Hartshorne variabel character ini diinterpretasikan sebagai hasil interaksi dan interrelasi dari faktor-faktor geografi maupun anasir-anasir lingkungan yang mencirikan tempat-tempat di muka bumi sebagai tempat tinggal manusia, dengan L. Sudaryono, Konsep Fenomena Geosfir Sebagai Acuan Rumusan Masalah Dalam... 27

segala peradapan dan kebudayaannya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan variabel character dalam hal ini adalah berbagai fenomena yang terjadi di muka bumi, yang dapat berupa apa saja, baik yang bersifat fisik maupun sosial. Dari penjelasan tersebut di atas dapat dikemukakan adanya tiga unsur dalam konsepsi fenomena geosfir sebagai obyek kajian geografi, yaitu fenomena geosfir, kesatuan wilayah geosfir terkait, dan anasir-anasir lingkungan geosfir yang mendukung. Fenomena geosfir yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap peristiwa yang dapat dimasalahkan, baik yang bersifat fisikal maupun sosial, seperti: kejadian banjir, keadaan kesehatan lingkungan, dan perkembangan wilayah. Adapun kesatuan wilayah geosfir yang dimaksud misalnya: DAS untuk fenomena banjir dan erosi tanah; wilayah-wilayah dengan bentuk lahan tertentu, keadaan iklim tertentu, atau kandungan material tertentu, untuk pertanian, kebencanaan, perkembangan, dan sebagainya; dan wilayah-wilayah fungsional atau administratif untuk fenomena-fenomena sosial-ekonomi, atau yang tidak bersifat fisik. Adapun anasir-anasir lingkungan geosfir yang mendukung bisa meliputi setiap unsur lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya fenomena atau peristiwa yang dimaksud. Dengan demikian fenomena geosfir merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang dibataskan pada suatu kesatuan wilayah muka bumi (geosfir) yang didukung oleh anasir-anasir lingkungan yang terdapat di wilayah itu. Dengan demikian, fenomena geosfir merupakan suatu peristiwa atau gejala, baik sosial maupun fisikal, yang terjadi dalam suatu kesatuan wilayah muka bumi yuang disebut geosfir, oleh suatu rangkaian komponen sistem yang saling berinteraksi dan berinterrelasi satu sama lain. Geosfir berasal dari kata geo dan sphera, yang berarti suatu kesatuan wilayah dengan batas-batas tertentu, terkait dengan fenomena yang terjadi dan anasir-anasir lingkungan pendukung, yang ada di dalamnya. PENERAPAN KONSEP FENOMENA GEOSFIR DALAM PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN Kemunculan setiap fenomena geosfir hampir tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa adanya berbagai faktor lain yang mempengaruhi. Atas dasar itu, maka dalam penelitian geografi, setiap rumusan masalah penelitian hendaknya dapat menjelaskan secara tuntas 28 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 12, NOMOR 1, JUNI 2014 : 24 36

hubungan rasional sebab-akibat dari setiap fenomena yang dikaji dengan anasir-anasir lingkungan yang mendukungnya, baik yang bersifat sosial, ekonomi, ataupun fisik, dalam kesatuan wilayah geosfir terkait. Dalam penelitian yang berkenaan dengan banjir misalnya, melalui rumusan masalah penelitiannya peneliti geografi harus menjelaskan secara spesifik: permasalahan apa yang diperhatikan dari peristiwa banjir yang terjadi? Katakanlah, besarnya debit aliran sungai sebagai sesuatu yang diperhatikan. Maka dapatlah selanjutnya diinventarisasi tentang anasir-anasir lingkungan yang mempengaruhi besarnya debit aliran sungai tersebut? Untuk itu dapatlah dinyatakan secara rasional, berbagai anasir lingkungan yang mendukung terjadinya banjir di suatu wilayah, yang mencakup antara lain: kemiringan lereng, jenis tanah berkaitan dengan kesanggupannya menahan air, jenis penggunaan lahan berkaitan dengan pengelolaan dan keberadaan tanaman penutup, intensitas hujan, kerapatan aliran, dan panjang lereng. Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah dirumuskan suatu permasalahan yang bermaksud mengetahui faktorfaktor strategis yang berpengaruh penting terhadap besarnya debit aliran sungai di daerah penelitian. Untuk itu, dapatlah dinyatakan secara rinci rumusan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kejadian banjir di daerah penelitian? 2. Dari semua faktor yang berpengaruh tersabut, faktor-faktor apakah yang paling strategis pengaruhnya terhadap kejadian banjir di daerah penelitian? Dari sini dapat dilakukan pengumpulan data sesuai dengan variabel yang diperhatikan dan analisis penelitian berdasarkan data yang dikumpulkan, untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan melalui rumusan masalah penelitian, hingga ditemukan tindakan-tindakan strategis yang dapat dilakukan, guna mengatasi permasalahan besarnya debit aliran sungai penyebab banjir di daerah penelitian. Contoh yang lain, misalnya penelitian yang berkenaan dengan pengelolaan DAS. Dalam penelitian ini seorang peneliti geografi dapat menjelaskan sesuatu yang dapat L. Sudaryono, Konsep Fenomena Geosfir Sebagai Acuan Rumusan Masalah Dalam... 29

dipermasalahkan dari pengelolaan DAS, misalnya seberapa jauh peranan fungsional DAS dapat ditingkatkan, berkaitan dengan kemampuannya menahan air hujan guna mencegah terjadinya banjir di daerah hulu. Dalam hal ini, berkurangnya debit aliran sungai pada intensitas hujan yang sama atau lebih tinggi pada DAS dapat dijadikan indikator bagi bertambah baiknya fungsi DAS dalam menahan air hujan. Atas dasar hal tersebut, maka rumusan pokok masalahnya adalah: 1. Anasir-anasir apa sajakah yang berpengaruh terhadap perubahan rasio antara debit sungai dan intensitas hujan di daerah penelitian? 2. Dari seluruh anasir lingkungan yang mendukung tersebut, anasir-anasir apakah yang paling strategis pengaruhnya terhadap variabel rasio antara debit aliran sungai dan curah hujan di DAS terkait? Dari jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut dapatlah didekati tindakan-tindakan apa saja yang dapat dilakukan, guna meningkatkan fungsi DAS guna menurunkan rasio besarnya debit aliran sungai di waktu hujan dengan intensitas hujan yang terjadi di DAS yang dimaksud. Contoh lain lagi misalnya penelitian yang berkenaan dengan fenomena sosial, misalnya tentang pengaruh faktor-faktor sosio-demografi terhadap kesehatan lingkungan di suatu daerah. Untuk itu dilakukan inventarisasi tentang anasir-anasir sosio-demografi yang mendukung (berkaitan dengan) permasalahan kesehatan lingkungan suatu daerah atau tempat, meliputi di antaranya: jenis pekerjaan penduduk, tingkat pendidikan, penghasilan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan per kapita, dan kepadatan penduduk. Indikator kualitas kesehatan lingkungan dapat didasarkan pada faktafakta, misalnya: tingginya usia yang dapat dicapai oleh penduduk, sedikitnya anggota masyarakat yang menderita sakit, atau rendahnya angka kematian bayi. Dengan demikian, rumusan masalahnya adalah: Faktor-faktor sosiodemografis apakah yang berpengaruh penting terhadap kualitas kesehatan lingkungan di daerah penelitian, berdasarkan indikator capaian usia penduduk yang meninggal, sedikitnya jumlah warga masyarakat yang menderita sakit, atau tingkat kematian bayi di daerah itu? 30 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 12, NOMOR 1, JUNI 2014 : 24 36

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapatlah dikemukakan pertanyaanpertanyaan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan lingkungan di daerah penelitian berdasarkan capaian usia penduduk yang meninggal, banyaksedikitnya jumlah warga masyarakat yang menderita sakit, dan tingkat kematian bayi di daerah itu? 2. Dari seluruh faktor yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan lingkungan tersebut, faktor-faktor apakah yang paling strategis pengaruhnya terhadap perubahan kondisi kesehatan lingkungan di daerah penelitian? Dari jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut di atas, dapatlah diketahui faktor-faktor yang berpengaruh penting terhadap kondisi kesehatan lingkungan di daerah penelitian berdasarkan indikator yang dimaksud. Dari sini dapat ditemukan tindakantindakan strategis yang dapat dilaksanakan, guna meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di daerah penelitian. Setiap penelitian memiliki rancangan atau desain penelitian, yaitu keseluruhan langkah yang hendak dijalankan dalam suatu penelitian. Dalam pengertian sempit, rancangan penelitian hanya berkenaan dengan langkah-langkah yang hendak dijalankan dalam pengumpulan data dan analisis penelitian, yaitu mengenai variabel yang diperhatikan dalam penelitian, data yang hendak digunakan sebagai dasar analisis penelitian, dan populasi serta subyek atau sampel penelitian yang ditetapkan. Adapun dalam pengertian luas, rancangan penelitian mencakup keseluruhan langkah, mulai dari pengenalan masalah hingga pemerolehan hasilnya (Moh. Nazir, 1988). Biasanya rancangan penelitian cenderung difahami dalam pengertian sempit, yaitu mengenai bagaimana data dikumpulkan dan digunakan sebagai dasar analisis penelitian (bagaimana data dianalisis). Namun demikian, bagaimana data dikumpulkan dan digunakan dalam analisis penelitian, bukanlah pertanyaan yang sederhana untuk dijawab. Penyusunan rancangan penelitian mesti didasari oleh variabel-variabel penelitian yang pengenalannya benar-benar dilakukan berdasarkan rumusan masalah L. Sudaryono, Konsep Fenomena Geosfir Sebagai Acuan Rumusan Masalah Dalam... 31

penelitian atau hipotesis yang hendak diuji kebenarannya. Dengan demikian, penetapan populasi dan sampel atau subyek penelitian merupakan bagian besar perhatiannya. Dalam rancangan penelitian ditentukan keberhasilan seluruh langkah penelitian. Ciri atau kekhasan suatu penelitian bidang studi dapat dilihat dengan jelas pada rancangan penelitiannya. Hal itu karena pada rancangan penelitian dijelaskan, mulai dari variabel-variabel yang diperhatikan, data yang harus dikumpulkan, Populasi atau sampel yang ditetapkan, mulai dari sampel satuan wilayah hingga satuan masyarakat atau individu penduduk yang hendak diamati dan dijadikan sumber data penelitian. Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah kesatuan sampel atau subyek penelitian, yang akan menjadi acuan dalam menghasilkan data yang akan digunakan sebagai variabel penelitian. Dengan demikian, sumber data yang dimaksud sebenarnya bukanlah semacam instansi atau kantor statistik tempat orang mendapatkan data, melainkan adalah tingkatan sampel yang akan menjadi acuan bagi pembentukan data variabel penelitian, yang selanjutnya juga sering disebut subyek penelitian. Tidak jarang, subyek penelitian inipun sering dimengerti secara salah, karena dianggap sekedar membedakan populasi yang berupa orang dan bukan orang, dimana populasi yang berupa orang disebut subyek, dan yang berupa bukan orang disebut obyek. Sementara istilah obyek penelitian sudah memiliki arti tersendiri, yaitu setiap hal atau atribut dari populasi yang didatakan, yang menetapkan macam kolom variabel apa saja yang diperhatikan dalam penelitian. Pada penelitian-penelitian Geografi, pengambilan sampel secara berstrata (stratified sampling, baik random maupun purposive) banyak digunakan. Hal ini sebenarnya adalah sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan keruangan dalam analisis penelitian geografi. Ada dua pendekatan analisis yang lazim diterapkan dalam penelitian geografi, yaitu pendekatan analisis keruangan dengan sudut pandang keekologian (kelingkungan), dan pendekatan analisis keruangan dengan sudut pandang regional, yang sering dinyatakan juga sebagai pendekatan kewilayahan komplek, atau pendekatan keruangan multi variabel. Pada penerapan pendekatan keruangan, setiap data yang 32 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 12, NOMOR 1, JUNI 2014 : 24 36

dikumpulkan dikaitkan dengan aspekaspek keruangan, yakni letak, luas, bentuk atau batas dari sebaran unsurunsur yang diamati dalam wilayah permukaan bumi yang terkait. Untuk mengetahui keikutsertaan program KB (Keluarga Berencana) di kalangan pasangan usia subur di suatu daerah misalnya, data jadi yang dikumpulkan berupa persentase jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengikuti program KB per satuan-satuan wilayah yang ditetapkan sebagai sampel penelitian. Satuan-satuan wilayah tersebut dapat berupa RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga), Dukuh, Kelurahan atau Kecamatan. Bila keseluruhan aspek keruangan diperhatikan (analisis dengan pendekatan keruangan multi variabel), maka pengumpulan data dilakukan dengan penyajian dalam bentuk peta. Pada penerapan pendekatan keekologian, setiap satuan wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah sampel harus didasarkan pada kebersamaan organik unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Satuan-satuan wilayah seperti DAS, daerah dengan tetumbuhan tertentu, dan daerah dengan material penyusun tertentu adalah contoh-contoh satuan wilayah yang ditetapkan berdasarkan pendekatan keekologian. Perbedaan pendekatan keekologian dengan pendekatan regional terletak pada hubungan antar unsur-unsur yang terdapat dalam satuan-satuan wilayah permukaan bumi yang dikaji. Hubungan tersebut dapat bersifat kebersamaan yang sulit dipisahkan, karena ikatan ekologis (kebersamaan organik), atau hanya bersifat kegayutan saja (kebersamaan non organik), karena ikatan administrasi kedaerahan. Wilayah-wilayah administrasi pemerintahan termasuk kesatuan-kesatuan ruang atau wilayah yang ditetapkan berdasarkan pendekatan keruangan dengan sudut pandang kewilayahan (regional). Pada penerapan pendekatan analisis kewilayahan komplek, biasanya semua data yang digunakan dalam analisis penelitian disajikan dalam bentuk peta (data spasial). Untuk selanjutnya analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan metode overlay, yang dapat diselesaikan secara manual atau melalui program SIG, dengan menggunakan fasilitas peralatan yang berbasis komputer. Hakekat dari penjelasan tersebut di atas erat L. Sudaryono, Konsep Fenomena Geosfir Sebagai Acuan Rumusan Masalah Dalam... 33

hubungannya dengan rumusan masalah penelitian. Populasi adalah keseluruhan unsur yang hendak diamati dalam suatu penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. Tak ada perbedaan antara sampel dan populasi kecuali dalam hal jumlah. Penelitian ilmiah seharusnya dilakukan terhadap populasi. Namun demikian, kesimpulankesimpulan penelitian terhadap sampel tersebut digeneralisasikan untuk populasi (Sumadi Suryabrata, 1985). Dalam penelitian Geografi yang menerapkan pendekatan keruangan, populasi unsur yang diamati dibatasi oleh satuan ruang wilayah permukaan bumi, yang merupakan geosfir terkait. Keadaan demikian sesuai dengan kekhasan geografi yang dinyatakan bahwa obyek kajian geografi bersifat place-bound, yang berarti dibatasi oleh ruang atau tempat (Daldjoeni, Natan. 1982). Sama pengertiannya dengan spasial. Atas dasar itu, maka dalam menghadapi obyek kajiannya, seorang peneliti geografi tidak dapat mengabaikan tinjauannya terhadap wilayah permukaan bumi, tempat unsur-unsur yang hendak diamati itu, sebagai geosfir terkait dengan segenap unsur lain yang juga bertempat di dalamnya. Atas dasar hal tersebut, maka kejelasan populasi berkenaan dengan jumlah individu dengan unsur yang hendak diamati, menjadi tidak penting dalam penelitian geografi, dan digantikan dengan kejelasannya berkenaan dengan ruang wilayah muka bumi yang membatasi unsur-unsur yang diamati tersebut. Karenanya terdapat beberapa tahapan penetapan sampel dalam penelitian yang menerapkan pendekatan keruangan, mulai dari penetapan sampel satuan-satuan wilayah muka bumi, hingga penetapan sampel individu-individu dengan unsur-unsur yang hendak dilibatkan, sesuai dengan variabel-variabel yang diperhatikan. Yang harus disadari dalam penelitian geografi adalah bahwa data yang dikumpulkan bersifat kegeografian, yaitu lekat dengan sifat kajian geografi yang dibatasi dengan ruang. Dengan diterapkannya pendekatan kerungan tersebut sudah ditunjukkan bahwa data penelitian geografi akan memiliki kekhasan tersendiri, bila dibandingkan dengan data-data penelitian yang lain, yang tidak menggunakan pendekatan keruangan. Sama-sama berbicara tentang PUS (pasangan usia subur) menyangkut keikutsertaannya pada program KB, misalnya, bisa jadi penelitian sosial yang 34 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 12, NOMOR 1, JUNI 2014 : 24 36

bukan Geografi menetapkan variabel keikutsertaan tersebut dengan skor ikut dan tidak ikut saja, atau berdasarkan jawaban atas pertanyaan berskala terhadap sampel responden individual. Melalui penerapan pendekatan spasial Geografi menetapkan data keikutsertaan KB tersebut berdasarkan persentase jumlah PUS yang mengikuti KB pada kelompok-kelompok sampel responden yang berada dalam sampel satuan wilayah muka bumi, yang dapat berupa RT, RW, Dukuh, atau Desa, sebagaimana disinggung dalam uraian di muka. PENUTUP Terdapat perbedaan yang cukup jelas antara penelitian Geografi yang menerapkan pendekatan spasial berbasis permukaan bumi, dengan obyek kajian yang cukup luas, dan penelitianpenelitian bidang ilmu lain yang tidak demikian (tidak menerapkan pendekatan spasial). Perbedaan tersebut terutama berkenaan dengan cara-cara pengumpulan data, yang membataskan obyek penelitian pada ruang atau wilayah tertentu di muka bumi, yang memang membedakan kajian Geografi dengan kajian-kajian bidang ilmu yang lain. Perbedaan tersebut membawa konsekuensi perbedaan pula pada pengenalan dan penelaahan masalah berikut perumusannya. Perbedaan yang juga terlihat kemudian adalah pada data jadi atau data akhir, yang digunakan sebagai nilai-nilai pembangun variabel yang diperhatikan. Secara umum penelitian geografi memperhatikan variabel yang cenderung banyak, baik dari segi macam maupun fungsi. Sehubungan dengan itu, dalam analisis penelitiannya pun sering digunakan model-model statistik, baik komparasi, korelasi maupun regresi, yang melibatkan variabel-variabel dalam berbagai macam, maupun fungsi. Semuanya itu tidak lepas dari rancangan penelitian yang erat kaitannya dengan rumusan masalah maupun hipotesis penelitian yang dikemukakan. DAFTAR PUSTAKA Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Penerbit Alumni, Bandung. Haggett, P. 1983. Geography, A Modern Synthesis. Harper and Row Publisher, NewYork. L. Sudaryono, Konsep Fenomena Geosfir Sebagai Acuan Rumusan Masalah Dalam... 35

Huggett, Richard. 1980. System Analysis in Geography. Clarendon Press, Oxford. John A. Matthews and David T. Herbert. 2008. Geography, A Very Short Introduction. Oxford University Press Inc., New York. Sumadi Suryabrata. 1985. Metodologi Penelitian. Universitas Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Michael Pacione. 2002. Applied Geography, Principles and Practice, An Introduction to Useful Research in Physical, Environmrntal and Human Geography. The Taylor & Francis e-library, New York, USA. Morrill, L. Richard. 1974. The Spatial Organization of Society, Second Edition. Duxbury Press, North Scituate, Massachusetts, A Division of Wadsworth Publishing Company, Inc., Belmont, California. Nazir, Mohammad, 1988. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Sudaryono, Lucianus. 1991. Pengenalan Daerah-Daerah Erosi Pendukung Pendangkalan Waduk Wonogiri Dari Daerah Tangkapan Hujan Bagian Timur, Tesis. Fakultas Pasca Sarjajna, UGM, Yobyakarta. Suharyono dan Moch Amien. 1994. Pengantar Filsafat Geografi. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 36 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 12, NOMOR 1, JUNI 2014 : 24 36