Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

WARGA Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin hendaknya berbangga diri karena hingga kini ada sembilan tokoh yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Mereka memiliki khidmah yang luar biasa dengan mencurahkan jiwa, raga dan perhatian untuk bangsa, agama dan warga sekitar.

Dalam pandangan H Abdul Mun’im DZ, hal ini menunjukkan bahwa NU bukan pemain figuran dalam pembentukan negara ini, melainkan pemeran utama. Hal itu dilansir dari NU Online.

Berikut riwayat singkat dan sebagian kecil peran dan jasa mereka yang besar untuk umat dan negara, sehingga layak menyandang sebagai pahlawan nasional :

Kiai Hasyim atau Mbah Hasyim adalah tokoh utama dan pendiri NU pada 31 Januari 1926. Pendiri dan Pengasuh pertama Pesantren Tebuireng, Jombang tersebut merupakan satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayatnya dan tidak pernah ada lagi hingga sekarang.

Ayahanda KH Abdul Wahid Hasyim ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 17 November 1964 berkat jasanya yang berperan besar dalam pendidikan melalui NU dan melawan penjajah.

Salah satu di antara jasanya untuk negara ini adalah memutuskan NU untuk mengeluarkan Resolusi Jihad fi Sabilillah yang direkomendasikan untuk pemerintah RI yang baru berdiri dan Jihad fi Sabilillah untuk umat Islam dengan fatwa, setiap orang dewaasa yang berada dalam radius 90 km dari medan pertempuran melawan penjajah wajib berperang. Keduanya diputuskan menjadi pernyataan resmi organisasi NU pada 22 Oktober 1945. Dan tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai hari santri.

KH Abdul Wahid Hasyim adalah putra Hadratussyekh KH Hasyim As’yari dan ayah dari presiden keempat RI, KH Abdurrahmann Wahid. Tercatat sebagai salah seorang anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Di Pesantren Tebuireng, dirinya mempelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzmiyah dengan ilmu umum 70 persen, ilmu agama 30 persen. Dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 17 November 1960.

3. KH Zainul Arifin

KH Zainul Arifin, merupakan tokoh NU asal Barus, Sumatera Utara. Keturunan raja-raja Barus ini aktif di NU sejak muda melalui kader dakwah.

Di antara jasanya adalah pada pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Kemudian menjadi panglimanya. Pernah menjadi perdana menteri Indonesia, Ketua DPR-GR. Selain itu, juga berjasa dalam menjadi anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat. Pemerintah menetapkan dirinya sebagai pahlawan nasional pada 4 maret 1963.

Baca juga:  Harlah Ke-98 NU, Jokowi : Hampir Satu Abad Jadi Benteng Pembela Pancasila

4. KH Zainal Musthafa

Sosok KH Zainal Musthafa merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, Jawa Barat dan pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah.

Dirinya merupakan salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda. Ketika Belanda lengser dan diganti Jepang, tetap menolak kehadiran mereka. Bersama para santrinya mengadakan perang dengan Jepang. Dan atas jasanya dianugerahi sebagai pahlawan nasional pada1972.

5. KH Idham Chalid

Tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Juga sebagai Ketua MPR dan Ketua DPR.

Selain sebagai politikus, adalah kiai yang pernah diamanahi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) anttara tahun 1956 hingga 1984. Hingga saat ini ia merupakan ketua paling lama di ormas bentukan para kiai ini.

Atas jasanya, Kiai Idham ditetapkan sebagai pahlawan pada 8 November 2011. Kemudian pada 19 Desember 2016, Pemerintah mengabadikannya di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp 5 ribu.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

Mbah Wahab atau Kiai Wahab merupakan salah seorang pendiri NU. Sebelumnya, dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran), pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan (kebangkitan negeri), pendiri Nahdlatut Tujjar (kebangkitan pedagang).

Sejak 1924, mengusulkan agar dibentuk perhimpunan ulama untuk melindungi kepentingan kaum tradisionalis yang bermazhab. Usulannya terwujud dengan mendirikan NU pada 1926 bersama kiai lain.

Kiai yang pernah menjadi Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang tersebut juga salah seorang penggagas Majelis Islam A’la Indonesia atau MIAI. Juga sebagai Rais ‘Aam PBNU.

Kiai yang wafat pada 29 Desember 1971 tersebut mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2014.

7. KH As’ad Syamsul Arifin

KH As’ad Syamsul Arifin salah seorang kiai berperang melawan penjajah. Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Banyuputih, Situbondo tersebut menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember maupun Bondowoso.

Di masa revolusi fisik, Kiai As'ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945. Selepas kemerdekaan merupakan penggerak ekonomi-sosial masyarakat dengan menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna mewujudkan pembangunan yang merata.

Kiai As'ad juga berperan menjelaskan kedudukan Pancasila tidak akan mengganggu nilai-nilai keislaman. Atas jasa-jasanya, mendapat anugerah pahlawan pada 9 November 2016.

8. KH Syam’un

KH Syam’un merupakan pengurus NU di Serang, Banten. Pernah hadir di Muktamar NU keempat di Semarang pada 1929, pada Muktamar NU kelima di Pekalongan 1930 dan pada Muktamar NU kesebelas di Banjarmasin pada 1936.

KH Syam'un selain alim dalam keilmuan, menguasai tiga bahasa asing dan pernah mengajar di Arab Saudi pada masa mudanya, ketika kembali ke tanah air, bergabung dengan kelaskaran. Pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Juga pernah menjadi Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau mayor tahun 1943.

Tahun 1944 dilantik jadi Komandan Batalion PETA berpangkat mayor, memimpin 567-600 orang pasukan. Saat TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik jadi kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan.

Tahun 1948, naik pangkat brigadir jenderal dan memimpin gerilya di wilayah Banten, sampai wafatnya tahun 1949, serta ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2018.

9. KH Masykur

KH Masjkur adalah tokoh NU yang pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di antara kontribusinya adalah ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.

KH Masjkur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (Peta) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. Dan ketika pertempuran 10 November 1945, namanya muncul sebagai pemimpin Barisan Sabilillah.

Tercatat pernah menjadi Menteri Agama Indonesia pada 1947 hingga 1949 dan 1953 sampai 1955. Juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI periode 1956 sampai 1971 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1968.

Selain itu, Kiai Masjkur ikut serta membangun moral anak bangsa dengan mendirikan Yayasan Sabililah, lembaga masyarakat yang bergelut di bidang pendidikan. Ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pada 8 November 2019. (din)

Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama – Nahdlatul Ulama atau NU atau dikenal pula dengan nama Nahdiyin adalah salah satu organisasi Islam yang ada di Indonesia. NU kini telah menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia dan telah memiliki anggota hingga 90 juta jiwa menurut data tahun 2018.

NU berdiri pada 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H di Surabaya, Jawa Timur. NU adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, keagamaan, ekonomi serta sosial. Kehadiran organiasi ini menjadi salah satu bentuk upaya bahwa wawasan telah menjadi lambang dari tradisi keagamaan serta Ahlusunah wal Jamaah. Telah berdiri sejak lama, NU memiliki peran besar di Indonesia. Lantas, siapakah tokoh pendiri NU yang memiliki peran besar dalam perkembangan organisasi ini? Simak penjelasannya ya!

Tokoh-Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Berikut adalah sembilan tokoh pendiri Nahdlatul Ulama atau NU yang memiliki peran dalam berdirinya NU dan mendapatkan predikat sebagai pahlawan nasional.

1. KH. M. Hasyim Asyaari

Tokoh pertama dari pendiri NU adalah KH. M Hasyim Asyaari atau dikenal pula dengan nama Mbah Hasyim, ia lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timut pada 14 Februari tahun 1971. Mbah Hasyim adalah tokoh utama sekaligus pendiri NU pada 31 Januari 1926.

Mbah Hasyim adalah sosok pendiri sekaligus oengasuh pertama dari Pesantren Tebuireng di Jombang dan menjadi satu-satunya tokoh yang menyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayat dan hingga kini, belum ada lagi tokoh yang menyandang gelar Rais Akbar NU selain Mbah Hasyim.

KH Hasyim Asyaari adalah kakek dari Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yaitu Presiden Republik Indonesia yang keempat. Mbah Hasyim diketahui pertama kali belajar dasar agama melalui ayah serta kakeknya. Lalu pada usia 15 tahun, Mbah Hasyim sudah mulai belajar agama di berbagai pesantren.

Kemudian pada tahun 1892, Mbah Hasyim pun berangkat ke Mekkah lalu berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau serta beberapa guru lainnya. Perjuangan Mbah Hasyim untuk kemerdekaan Indonesia dimulai pada tahun 1899, ketika ia pulang dari Mekkah.

Usai pulang menyelesaikan studinya di Mekah, KH Hasyim Asyaari pun mendirikan Pondok Pesantren Tebu Ireng. Pesantren tersebut kini, menjadi salah satu pesantren besar di Indonesia serta memegang peran penting dalam perjuangan umat Islam di Indonesia.

Lalu, pada tahun 1925 KH Hasyim Asyaari pun menjadi pendiri dari Nahdlatul Ulama. Dengan berdirinya NU, organisasi menjadi salah satu bentuk pernyataan tegas atas kebangkitan ulama yang turut andil pula dalam kemerdekaan Indonesia.

KH Hasyim Asyaari memiliki jasa dengan memustuskan bahwa NU mengeluarkan resolusi Jihad Fi Sabilillah yang kemudian direkomendasikan pada pemerintah Indonesi yang baru berdiri serta Jihad Fi Sabilillah untuk umat Islam di Indonesia dengan fatwa bagwa setiap orang dewasa yang berada dalam radius dari 90 km dari tempat pertempuran saat itu wajib melawan penjajah dan berperang. Kedua putusan tersebut kemudian dijadikan sebagai pernyataan resmi NU pada 22 Oktober 1945.

2. KH Abdul Wahid Hasyim

Abdul Wahid Hasyim adalah seorang pahlawan Indonesia yang pernah menjabat sebagai seorang menteri negara serta pernah menjabat sebagai menteri agama di orde lama. Abdul Wahid Hasyim adalah ayah dari Abduraahman Wahid dan anak dari KH Hasyim Asyaari.

Selain sebagai menteri, Wahid Hasyim turut berperan dalam berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia saat ini yaitu NU. Bersama dengan ayahnya, KH Hasyim Asyaari, Wahid Hasyim memiliki kiprah pada perkembangan dunia pesantren di Indonesia.

Ketika menginjak usia ke 21 tahun, Wahid Hasyim membuat gebrakan baru dengan semangat memajukan pesantren yang selalu ia bawa. Wahid Hasyim kemudian memadukan pola pengajaran pesantren yang menitik beratkan pada ajaran-ajran agama dengan pelajaran dari ilmu umum. Sistem klasikal pun ia ubah menjadi sistem tutorial.

Kemudian pada usia 25 tahun, Wahid Hasyim pun memutuskan untuk bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia atau MIAI yaitu federasi dari organisasi masaa serta partai Islam yang saat itu aktif.

Selain itu, Wahid Hasyim memiliki peranan dalam membentuk Madrasah Nidzamiyah yang mengajarkan pelajaran umum selain bahasa Arab, seperi bahasa Inggris dan Belanda. Selain itu, Wahid Hasyim adalah sosok penggagas dari sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ dalam Pancasila.

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Lalu pada Muktamar Nahdaltul Ulama yang ke 19 di Palembang pada tahun 1951, Wahid Hasyim pun terpilih sebagai ketua umum dari pengurus besar NU bersama dengan Rais Aam yaitu KH A Wahhab Hasbullah.

Wahid Hasyim kemudian wafat pada tahun 1953 karena kecelakaan mobil di Cimahi pada 19 April. Wahid Hasyim pun mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional, seperti ayahnya.

3. KH Zainul Arifin

Zainul Arifin Pohan lahir di Barus, Tapanuli Tengah Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1909. Zainul Arifin adalah sosok yang dikenal sebagai pecinta kesenian serta turut aktif dalam kegiatan seni musikl melayu sekaligus sandiwara. Ia adalah penyanyi serta pemain biola di Stambul Bangsawan dan aktif pula memperdalam ilmu agama di masjid ketika ia tengah menjalani pelatihan bela diri pencak silat.

KH Zainul Arifin adalah salah satu sosok pendiri NU. Perannya dimulai sejak ia berusia 16 tahun dan memutuskan untuk merantau ke Batavia. Sejak memutuskan untuk merantau, Zainul Arifin pun aktif bekerja sebagai guru dan mendirikan beberapa balai pendidikan untuk orang-orang dewasa, perguruan rakyat yang berada di Jatinegara.

Sejak usia muda, Zainul Arifin pun terampil dalam berdakwah ketika ia memulai menjabat sebagai muballigh muda dan menjadi anggota dari GP Ansor. Karena kepandaiannya dalam berdakwah, Zainul Arifin pun menarik perhatian pada tokoh Nahdlatul Ulama yang masuk dalam organisasi induk Ansor termasuk Wahid Hasyim, Muhammad Ilyas dan lainnya.

Kemudian dalam beberapa tahun usai bergabung dalam GP Ansor, Zainul Arifin pun menjadi Ketua Cabang NU di Jatinegara kemudian berlanjut menjadi Ketua Majelis Konsul NU di Batavia.

KH Zainul Arifin berjasa dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah. Ia kemudian menjabat sebagai panglima. Selain itu, Zainul Arifin pun pernah menjabat sebagai perdana menteri Indonesia, dan Ketua DPR GR. Zainul Arifin juga memiliki jasa ketika menjadi anggota dari badan pekerja Komite Nasional Pusat.

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Zainul Arifin wafat karena luka yang ia terima ketika tengah melaksanakan sholat Idul Adha di barisan terdepan bersama dengan Sukarno pada 14 Mei 1962. Ketika itu, pemberjntak dari DI/TII berusaha membunuh presiden akan tetap tembakan melesat dan mengenai bahu Zainal Arifin.

Karena luka dibahunya tersebut, Zainul Arifin menderita selama kurang lebih sepuluh bulan dan akhirnya meninggal dunia pada 2 Maret 1963 di usianya yang ke 53 tahun. Pada 4 Maret 1963, Zainul Arifin kemudian mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

4. KH Zainal Mustofa

Zainal Mustofa lahir di Bageur, Cimerah, Singapama Tasikmalaya tahun 1899. Zainal Mustafa adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama bersama para tokoh lainnya.

Zainal Mustofa merupakan sosok pemimpin dari sebuah pesantren di Tasikmalaya serta pejuang Islam pertama yang berasal dari Jawa Barat dan yang pertama pula mengdakan pemberontakan kepada pemerintahan Jepang. Zainal Mustofa memiliki nama kecil yait Hudaemi. Nama kecil tersebut kemudian berganti usai Zainal Mustofa melaksanakan ibadah haji pada tahun 1927.

Sejak awal, Zainal Mustofa telah memeroleh pendidikan formal di Sekolah Rakyat. Dalam hal agama, Zainal Mustofa memelajari ilmu agama melalui guru agama yang ada di kampunya. Kemudian, Zainal Mustofa memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan agama di pesantren selama kurang lebih 17 tahun, ia belajar ilmu agama dari satu pesantren ke pesantren lainnya hingga ia mahir dalam bahasa Arab serta menguasai ilmu agama.

Kemudian ketika melaksanakan ibadah Haji, Zainal Mustofa pun berkesempatan untuk mengenali para ulama terkemuka hingga bertukar pikiran mengenai ilmu agama. Usai kembali dari melaksanakan haji tersebut, berkat diskusi pada ulama terkemuka, Zainal Mustofa kemudian mendirikan sebuah pesantrean di Kampung Cikembang dengan nama pesantren Sukamanah.

Zainal Mustofa kemudian dikenal sebagai sosok ulama yang vokal dan tegas melawan para penjajah. Melalui beragam khutbah dan ceramah yang ia hadiri, Zainal Mustof secara terang-terangan turut membangkitkan semangat nasionalisme dari rakyat Indonesia untuk menyerang penjajah. Bahkan, tak jarang Zainal Mustofa diturunkan paksa dari mimbar oleh para ulama yang saat itu pro Belanda.

Berkat jasanya, Zainal Mustofa pun mendapatkan gelar pahlawan yang diberikan oleh Presiden pada 6 November 1972.

5. KH Idham Chalid

Tokoh pendiri NU kelima adalah KH Idham Chalid, selain tercatat sebagai pendiri NU Idham Chalid pun juga pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Djuanda dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II. Selain itu, Idham Chalid pun pernah menjabat sebagai Ketua MPR serta Ketua DPR.

Idham Chalid aktif masuk ke badan-badan perjuangan ketika Jepang telah kalah dan para sekutu kembali ke Indonesia. Ketika menjelang masa kemerdekaan, Idham Chalid pun turut aktif sebagai panitia kemerdekaan Indonesia Daerah untuk Amuntai. Selain itu, Idham Chalid juga turut bergabung dengan beberapa partai yaitu Persatuan Rakyat Indonesia dan kemudian memutuskan untuk pindah ke partai Serikat Muslim Indonesia.

Selain aktif ketika menjelang masa-masa kemerdekaan, Idham Chalid juga memiliki peran ketika perang pada masa kemerdekaan di tahun 1947. Ia bersama dengan Hasan Basry turut berjuang dalam Sentral Organisasi Pemberontak Indonesia di Kalimantan.

Usai perang, Idham Chalid kemudian diangkat menjadi anggota Parlemen Sementera untuk Republik Indonesia dan mewakili Kalimantan. Pada tahun 1950, KH. Idham Chalid juga terpilih sebagai anggota dari DPRS dan hadir mewakili Masyumi. namun , pada tahun 1952 ketika Nahdlatul Ulama memisahkan diri dengan Masyumi, Idham Chalid pun memutuskan untuk bergabung dengan Partai NU.

Selain sukses dengan karir politiknya, Idham Chalid juga memiliki peran sebagai kia yang diberi amanah sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tahun 1956 hingga 1984. Hingga kini, Idham Chalid masih menjadi ketua yang paling lama menjabat di NU.

Atas jasa-jasanya, Idham Chalid pun diberi gelar sebagai Pahlawan pada 8 November 2011. Lalu pada 19 Desember 2016, pemerintah mengabadikan Idham Chalid di pecahan uang kertas rupiah baru dengan nominal pecahan Rp 5 ribu.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah atau akrab disapa Mbah Wahab adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama yang sebelumnya dikenal pula sebagai sosok pendiri kelompok dari diskusi Tashwirul Afkar atau pergolakan pemikiran, selain itu Mbah Wahab pun adalah sosok pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan atau kebangkitan negeri serta pendiri dari Nahdlatul Tujjar atau kebangkitan pedagang.

Sejak tahun 1924, Mbah Wahab telah mengusulkan agar membentuk suatu perhimpunan ulama di mana perhimpunan tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan dari kaun tradisionalis yang memiliki mazhab. Usulan dari Mbah Wahab pun terwujud dengan ia mendirikan NU pada tahun 1926 bersama dengan kiai dan tokoh pendiri lain.

Mbah Wahab mendapatkan gelar sebagai Rais Aam PBNU dan pernah menjabat sebagai pengasuh pesantren Bahrul Ulum Tambakberas di Jombang, ia juga adalah penggagas dari Majelis Islam A’la di Indonesia atau disingkat MIAI. pada tahun 1971, Mbah Wahab meninggal dunia lalu mendapatkan gelar sebagai pahlawan di 8 November tahun 2014.

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

7. KH As’ad Syamsul Arifin

As’ad Syamsul Arifin adalah salah seorang kiai yang aktif dan berani ketika berperang melawan para penjajah, ia adalah salah seorang pengasuh dari pesantren Salafiyah Syafiiyah di Sukorejo, Banyuputih, Situbondo. Ketika menjadi pengasuh pesantren, As’ad Syamsul Arifin pun memimpin para pejuang Situbondo di Jember serta Bondowoso.

Ketika Indonesia memasuki masa-masa revolusi fisik, ia menjadi sosok kiai yang memotori atau menggerakan masaa dalam pertempuran ketika melawan penjajah 10 November 1945. Usai Indonesia mengalami kemerdekaan, para penggerak eknomi dan sosial masyarakat pun menyerap aspirasi dari para warga untuk kemudian mendorong para pemerintah daerah, presiden serta menteri untuk mewujudkan pembangunan yang merata.

Selain itu, Kiai As’ad Syamsul Arifin pun memiliki peran yang penting ketika menjelaskan kedudukan Pancasila pada rakyat. Saat itu, Kiai As’ad menjelaskan bahwa hadirnya Pancasila tidak akan mengganggu nilai keislaman. Berkat jasanya tersebut, Kiai As’ad pun mendapatkan anugerah sebagai Pahlawan pada tahun 2016 tepatnya pada 9 November.

8. KH. Syam’un

Selain sebagai pendiri NU, KH. Syam’un adalah pengurus NU di Serang, Banten. Ia pernah menghadiri Muktamar NU yang keempat di Semarang, Jateng pada tahun 1929, Muktamar NU yang kelima di Pekalingan tahun 1930 serta Muktamar NU yang kesebelas di Banjarmasi pada tahun 1936.

Syam’un adalah seorang alim dalam hal keilmuan yang menguasai tiga bahasa asing serta pernah mengajar di Arab ketika masa muda. Ketika kembali ke Indonesia usai mengajar di Arab Saudi, Syam’un kemudian bergabung dengan kelaskaran dan pernah menjadi soerang perwira tenta sukarela dari Pembela Tanah Air atau PETA. Ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon yang memiliki pangkat daidancho atau mayor di tahun 1943.

Kemudian pada tahun 1948, ia naik pangkat menjadi brigadir jenderal dan memimpin gerilya di wilayah Banten dan wafat di tahun 1949 lalu mendapat gelar pahlawan nasional pada 8 November 2018.

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

9. KH Masykur

KH Masykur adalah salah satu tokoh NU yang pernah menjadi anggota BPUPKI dan turut terlibat dalam perumusan Pancasila. Ia juga tercata sebagai pendiri dari Perta dan muncul sebagai pemimpin Barisan Sabilillah ketika terjadi pertempuran pada 10 November 1945.

Ia memiliki peran penting dalam pembangunan moral anak bangsa dengan mendirikan Yayasan Sabilillah, yaitu lembaga yang aktif di bidang pendidikan dan mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 8 November 2019.

Itulah kesembilan tokoh pendiri NU yang memiliki gelar sebagai pahlawan nasional. Gramdes dapat mengetahui lebih lanjut mengenai materi ormas Islam seperti NU dengan membaca buku. Buku dengan topik ini tersedia di Gramedia.com dan bisa langsung dipesan. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia menyediakan buku-buku yang bermanfaat dan original untuk Grameds.

BACA JUGA:

  1. Sejarah NU (Nahdlatul Ulama), Ini Penjelasan Lengkapnya
  2. Biografi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) dan Pemikirannya
  3. Sosok Pendiri Muhammadiyah, Profil KH Ahmad Dahlan
  4. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah, Ini Penjelasan Lengkapnya
  5. Best Seller Buku Agama Islam (Terbaru Februari 2022)

Kategori Biografi

  • Buku Autobiografi
  • Buku Biografi Ir. Soekarno
  • Buku Biografi Jackma
  • Buku Biografi Jokowi
  • Buku Orang Sukses

Materi Terkait

  • Pendiri Alfamart
  • Pendiri Apple
  • Pendiri Dinasti Ummayah
  • Pendiri Daulah Abbasiyah
  • Pendiri Grab
  • Pendiri Gramedia
  • Pendiri Indomaret
  • Pendiri Indische Partij
  • Pendiri KFC
  • Pendiri Kerajaan Aceh
  • Pendiri Kerajaan Demak
  • Pendiri Kerajaan Kutai
  • Pendiri Kerajaan Majapahit
  • Pendiri Kerajaan Samudera Pasai
  • Pendiri Kerajaan Singosari
  • Pendiri Kerajaan Sriwijaya
  • Pendiri Muhammadiyah
  • Pendiri Nahdlatul Ulama
  • Pendiri PBB
  • Pendiri Permainan Sepak Bola
  • Pendiri Shopee
  • Pendiri Tokopedia
  • Negara Pendiri ASEAN



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah
Yang menjadi penggerak lahirnya jamiyah nahdlatul ulama adalah