Tempat atau daerah kedatangan bangsa Belanda di Indonesia

Berkembangnya kegiatan penjelajahan samudera dan perdagangan Eropa membuat para pedagang Belanda merencanakan sebuah ekspedisi menuju pulau rempah di Asia. Tujuan Belanda datang ke Indonesia tidak jauh berbeda dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu berburu rempah-rempah, mencari kekayaan, perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Keberhasilan ekspedisi Cornelis de Houtman mampu membuka jalan bagi penjelajahan selanjutnya yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Belanda.

Dengan demikian tujuan kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk berburu rempah-rempah, mencari kekayaan, perdagangan, dan mencari daerah jajahan.

Tempat atau daerah kedatangan bangsa Belanda di Indonesia

Tempat atau daerah kedatangan bangsa Belanda di Indonesia
Lihat Foto

Andries van Eertvelt

Lukisan yang menggambarkan kapal-kapal Belanda ?Overijssel?, ?Vriesland?, ?Mauritius? dan ?Hollandia? kembali ke Amsterdam dari ekspedisi kedua mereka di East Indies (Indonesia) pada 1599. Lukisan dibuat oleh Andries van Eertvelt berdasarkan lukisan gurunya, Hendrick Cornelisz Vroom (1566-1640) yang diabadikan di Rijksmuseum, Amsterdam.

KOMPAS.com - Meski Belanda adalah penjajah Indonesia yang paling lama, Belanda bukanlah bangsa Eropa yang pertama menaklukkan Nusantara.

Sebelum Belanda, ada Portugis dan Spanyol yang tiba lebih dulu, di awal abad ke-16. Mengapa Belanda datang belakangan?

Tujuan dan faktor

Dikutip dari A History of Modern Indonesia since c. 1200 (2008) karya MC Ricklefs, di abad ke-16, wilayah-wilayah di Belanda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.

Namun Revolusi Belanda atau perang kemerdakaan sejak tahun 1560-an, mendorong Belanda mempunyai jalur perdagangan sendiri.

Sebelumnya, Belanda hanyalah perantara atau pengecer rempah-rempah yang dibawa Portugis dari Nusantara.

Baca juga: Tujuan Bangsa Eropa Datang ke Indonesia

Maka pada 1598, Belanda melancarkan ekspedisinya untuk mencari 'Kepulauan Rempah-rempah'.

Sebanyak empat kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.

Pada Juni 1596, kapal-kapal de Houtman sampai di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat.

Orang Belanda yang pertama kali berhasil mendarat di Banten tahun 1596 adalah Cornelis de Houtman.

Namun belum lama singgah, Belanda sudah terlibat perang dengan rakyat pribumi.

De Houtman pun angkat kaki dan berlayar ke timur melalui pantai utara Jawa.

Setelah mendapat berbagai penolakan di Jawa, de Houtman kembali ke negaranya dengan membawa banyak rempah-rempah.

Pelayaran de Houtman sebenarnya tidak terlalu sukses. Selama dua tahun berlayar, hanya tiga kapal dan 89 awak yang kembali ke Belanda.

Baca juga: Kedatangan Portugis ke Indonesia

Selain dilawan penduduk lokal, para penjelajah Belanda terkendala cuaca dan wabah penyakit.

Meski belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, ekspedisi pertama yang dipimpin de Houtman ini telah mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda berikutnya.

Maka pada tahun berikutnya, Belanda kembali menggelar ekspedisi kedua ke Nusantara.

"Kini mulailah zaman yang dikenal sebagai zaman pelayaran-pelayaran liar atau tidak teratur (wilde vaart), yaitu ketuka perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing berjuang keras untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia," tulis Ricklefs.

Lihat Foto Rijksmuseum Potret Jacob van Neck (1564-1638), perwira angkatan laut Belanda dan Wali Kota Amsterdam. Proses kedatangan Belanda di Indonesia

Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara.

Armada pimpinan Jacob van Neck-lah yang pertama tiba di 'Kepulauan Rempah-rempah' Maluku pada Maret 1599.

Baca juga: Rempah-rempah Khas di Indonesia

Kapalnya kembali ke Belanda pada 1599-1600 dengan mengangkut banyak rempah-rempah. Keuntungan yang diperoleh mencapai 400 persen.

Banyaknya keuntungan itu memikat Belanda. Belanda pun membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) pada 1602 yang menyatukan para pengusaha Belanda.

VOC pun menuju Maluku dalam misi perdagangan. Di sana, VOC mengganggu Portugis yang sebelumnya memonopoli perdagangan.

Portugis bekerja sama dengan Kesultanan Ternate yang ingin Portugis pergi dari Maluku.

Pada 1605, VOC menyerang benteng Portugis di Maluku. Portugis pun terpaksa mundur ke Timor Leste.

Kemenangan Belanda atas Portugis menjadi jalan masuk kolonialisme tiga abad setelahnya.

Tak lama setelah menguasai Maluku, VOC melebarkan sayap ke Pulau Jawa.

Baca juga: Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

tirto.id - Kapal-kapal bangsa Belanda pertama kali masuk perairan kepulauan Indonesia pada 1596 masehi, berpuluh-puluh tahun setelah kedatangan Portugis dan Spanyol. Sebagaimana 2 bangsa Eropa terakhir, kedatangan kapal bangsa Belanda ke nusantara semula dilatarbelakangi tujuan untuk mencari rempah.

Usaha pencarian rempah oleh Belanda tidak terlepas dari dominasi Spanyol dan Portugis, dua imperium terbesar daratan Eropa pada masanya. Tadinya, Belanda mendapat suplai rempah dari Lisboa, ibu kota Portugis. Namun, sejak Spanyol menguasai wilayah Belanda, Negeri Oranje dilarang menerima suplai rempah dari Portugis.

Padahal, menurut sejarawan M. C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, rempah merupakan bahan baku yang sangat penting bagi peradaban bangsa Eropa pada abad ke-15. Oleh orang-orang Eropa, rempah digunakan sebagai bahan obat-obatan, parfum, bumbu masakan, alat ritual agama, dan yang terpenting adalah pengawet makanan.

Fungsi pengawet sangat dibutuhkan karena orang Eropa biasa menyembelih semua binatang ternak ketika musim dingin tiba. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging hasil penyembelihan massal tersebut mesti diawetkan untuk memenuhi kebutuhan selama musim dingin, dan rempah sangat dibutuhkan untuk itu.

Tempat atau daerah kedatangan bangsa Belanda di Indonesia

Oleh karena itu, Belanda kemudian mencari jalan lain untuk mendapatkan pasokan rempah. Orang-orang Belanda pun kemudian memulai penjelajahan samuderanya.

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia

Meskipun pencarian sumber rempah merupakan faktor utama pendorong pelayaran bangsa Belanda ke nusantara, penjelajahan samudera yang mereka lakukan sejak abad 15 M, tidak hanya didasari tujuan itu.

Mengutip buku Sejarah Indonesia Kelas IX terbitan Kemendikbud, sebagaimana bangsa-bangsa Eropa yang lain, pelayaran para pelaut Belanda ke berbagai belahan dunia didorong beberapa peristiwa politik dan perkembangan teknologi pada abad-15.

Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa dilakukan setidaknya karena 2 peristiwa politik penting, yakni kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik Eropa dalam Perang Salib dan jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani.

Perang Salib memporak-porandakan jalur perdagangan Eropa dan Asia karena berlangsung di perbatasan 2 benua tersebut. Selain jalur perdagangan, keadaan ekonomi kerajaan-kerajaan Eropa pun menjadi terpuruk. Kas mereka menyusut drastis karena besarnya biaya perang.

Baca juga:

  • Sejarah Politik Etis: Tujuan, Tokoh, Isi, & Dampak Balas Budi
  • Sejarah Penyerbuan dan Penaklukan Kairo oleh Kesultanan Utsmaniyah

Berselang 2 abad setelah Perang Salib selesai, kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) jatuh ke tangan imperium Turki Usmani (Ottoman). Hal ini adalah kabar buruk bagi kerajaan-kerajaan di Eropa karena kota tersebut menjadi titik penting jalur perdagangan antar-benua (Eropa dan Asia).

Sejak Konstantinopel dikuasai Turki Usmani, para pedagang Eropa dilarang datang ke kota itu untuk bertransaksi dengan pedagang-pedagang dari Asia. Laut Tengah kala itu pun dikuasasi oleh Turki Usmani sehingga bagi para pedagang Eropa nyaris tidak ada peluang untuk berinteraksi dengan penyuplai barang dari Timur Jauh.

Terputusnya jalur perdagangan Asia-Eropa tersebut dibarengi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa Benua Biru. Ilmu geografi dan teknologi pelayaran kalau itu mulai maju pesat di Eropa.

Ilmu pengetahuan dan teknologi pelayaran yang berkembang pesat setelah Perang Salib membuat bangsa-bangsa Eropa berusaha menemukan jalur perdagangan lain melalui laut. Mereka juga berhasrat menemukan dunia baru di daratan-daratan yang masih misterius bagi bangsa-bangsa Eropa, terutama pulau-pulau penghasil rempah.

Pelayaran-pelayaran yang dilakukan tersebut, selain untuk mencari sumber bahan baku dari Asia yang dibutuhkan masyarakat Eropa, juga dijadikan sarana misi penyebaran agama Katolik dan Kristen. Karena itu, lahir istilah gold, glory, and gospel (3G) yang menggambarkan semangat pelayaran para penjelajah Eropa kala itu.

Sejarah Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia

Para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan Nusantara pada tahun 1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk meriam, dan 249 awak yang dikomandoi oleh Cornelis de Houtman.

Rombongan Cornelis de Houtman sampai di Banten setahun setelahnya, atau 1596. Dari Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan menyusuri pantai Utara Jawa hingga ke Bali.

Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang bertabiat buruk. Semula kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi perseteruan dan peperangan.

Baca juga:

  • Indonesia Dijajah Belanda Gara-Gara Cornelis de Houtman
  • Cornelis de Houtman Tewas dalam Tikaman Rencong Malahayati

Meskipun begitu, rombongan de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada 1597 dengan membawa serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses.

Keberhasilan rombingan de Houtman kemudian mendorong pelayaran-pelayaran lain dari Belanda menuju wilayah nusantara. Pelayaran-pelayaran yang dilakukan setelah kembalinya rombongan de Houtman dikenal dengan masa wilde vaart (pelayaran tak teratur).

Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah rombongan Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal kerajaan, melainkan milik perusahan-perusahaan swasta Belanda.

Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati dan tidak mencoba melawan para penguasa lokal Nusantara.

Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah besar. Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke Belanda.

Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang dari Belanda. Sebanyak 14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran ketiga ini.

Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti dengan langkah orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah nusantara. Sejarawan M. C. Ricklefs menyebutkan kesuksesan orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di Nusantara dikarenakan mereka belajar dari kesalahan Portugis.

Baca juga:

  • Sejarah Pindahnya "Ibu Kota" VOC dari Ambon ke Batavia
  • Kala J.P. Coen Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia

Sebenarnya, baik Spanyol dan Portugis mencoba merahasiakan keberadaan kepulauan Nusantara dari bangsa lain di Eropa. Namun, terdapat awak kapal asal Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan penjelajahan. Orang-orang inilah yang membuat catatan terperinci tentang seluk-beluk strategi, kelebihan, dan kekurangan pelayaran yang dilakukan Portugis.

Tiga gelombang pelayaran orang-orang Belanda ke Nusantara membuat terdapat beberapa perusahaan dagang yang saling bersaing di Nusantara. Akibatnya, keuntungan perdagangan rempah di pasar Eropa berkurang.

Untuk menanggulangi dampak persaingan tersebut, pada 1602, dibentuklah Vereenig de Oost Indische Compagnie (VOC) sebagai perserikatan dagang Belanda. Lewat VOC, perusahaan dagang swasta bersatu dan menghilangkan persaingan sesama pedagang Belanda.

Berdirinya VOC juga menjadi tonggak dominasi Belanda di nusantara. Setelah berhasil memonopoli perdagangan rempah, menguasai Batavia dan sebagian Jawa, hingga mengendalikan raja-raja lokal, VOC menjadi representasi awal dari kolonialisme Belanda di nusantara.

Baca juga artikel terkait PENJAJAHAN BELANDA atau tulisan menarik lainnya Rizal Amril Yahya
(tirto.id - ray/add)


Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Rizal Amril Yahya

Array

Subscribe for updates Unsubscribe from updates