Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Senyawa yang digunakan sebagai pengawet alami bahan makanan adalah... B. Natrium klorida

Karena Natrium Klorida(NaCl) yaitu garam dapur

  • Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

  • Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

  • Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

    karrna lansung dari air laut

Pengawet makanan adalah segala bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga kesegaran dan mutunya. Bahan pengawet makanan tersebut sebetulnya termasuk dalam bahan tambahan pangan atau BTP. Beberapa BTP aman dikonsumsi, terutama jika penggunaannya dalam batas aman yang dianjurkan. Akan tetapi, Anda tetap harus waspada dengan sejumlah jenis pengawet makanan tertentu yang berbahaya bagi tubuh.

Kenapa makanan perlu diawetkan?

Semua makhluk hidup pastinya butuh makanan untuk tumbuh dan berkembang serta bertahan hidup. Disamping itu, makanan juga penting sebagai sumber energi tubuh untuk beraktivitas serta membangun jaringan tubuh yang rusak. Akan tetapi, makanan bisa menjadi media penyebaran penyakit. Terutama pangan yang telah rusak, yaitu makanan dan minuman yang tercemar dengan:

  • cemaran fisik, seperti kuku, rambut, pecahan gelas, kotoran lalat, dan kulit telur;
  • mikroorganisme biologis, yaitu bakteri, virus maupun jamur; serta
  • zat kimia yang beracun.

Pada dasarnya, bahan pangan bersifat mudah rusak atau perishable. Penyebab utama kerusakan ini adalah kadar air yang terkandung di dalamnya. Makin tinggi kadar airnya, akan makin besar pula kemungkinan bahan tersebut jadi rusak.

Bahan pangan yang telah rusak sebaiknya jangan Anda konsumsi, sekecil apapun jumlahnya. Biasanya, makanan yang tercemar tersebut mengalami perubahan warna, rasa, bau, serta tekstur.

Dari pengetahuan inilah muncul upaya pengawetan makanan guna memperpanjang daya simpannya. Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan kadar air makanan melalui proses pengeringan, pemberian senyawa pengikat air, dan membunuh mikroba perusak pangan. Contoh bahan pengawet makanan adalah natrium klorida alias garam, gula atau sukrosa, serta cuka.

Pertanyaannya adalah, apakah proses pengawetan dan bahan pengawet yang ditambahkan ini aman untuk dikonsumsi?

Mengenal macam-macam pengawet makanan

Dilansir dari Peraturan Kepala BPOM RI No. 36 tahun 2013, beberapa jenis bahan pengawet makanan yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan adalah:

1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts)

Bahan ini sering digunakan untuk mengawetkan wine, keju, roti, kue, serta daging. Zat asam sorbat terbilang efektif dalam mencegah pertumbuhan jamur pada makanan.

2. Asam benzoat dan garamnya (Benzoic acid and its salts)

Natrium benzoat adalah bentuk asam benzoat yang paling banyak digunakan. Senyawa ini dipakai untuk menghambat pembusukan pada makanan asam seperti soda, jus lemon kemasan, saus salad, kecap, dan bumbu lainnya.

3. Sulfit atau sulfur dioksida

BTP pengawet satu ini dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada daging, buah-buahan, jus buah, sayur, sirup, wine, dan selai. Selain itu, sulfit pun mampu membantu mempertahankan warna makanan. Sulfit memiliki nama lain, yakni potassium bisulfite dan metabisulfite.

4. Nitrit dan nitrat

Secara alami, keduanya dapat Anda temukan pada sayur. Tubuh pun bisa memproduksinya sendiri. Nitrit dan nitrat berguna untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya, menambah rasa asin pada makanan, serta memberi warna merah pada daging. Makanya, kedua bahan ini sering ditambahkan ke dalam daging olahan, seperti sosis dan ham.

5. Nisin

Nisin sendiri merupakan bahan pengawet buatan yang dihasilkan dari bakteri asam laktat bernama Lactococcus lactis. Nisin dikatakan mampu melawan berbagai jenis bakteri gram positif dan spora. Pengawet makanan tersebut banyak digunakan pada produk maknan kalengan, susu, keju, yogurt, roti, makanan kaleng, daging, ikan, saus salad, serta minuman beralkohol.

Selain kelima bahan di atas, sejumlah zat di bawah ini pun diizinkan untuk ditambahkan ke dalam makanan, antara lain:

  • Etil para-hidroksibenzoat (Ethyl para-hydroxybenzoate)
  • Metil para-hidroksibenzoat (Methyl para-hydroxybenzoate)
  • Asam propionat dan garamnya (Propionic acid and its salts)
  • Lisozim hidroklorida (Lysozyme hydrochloride)

Jenis pengawet makanan yang sebaiknya dihindari

Prinsipnya, bahan-bahan yang sudah disebutkan di atas aman digunakan jika mengikuti batasan yang dianjurkan BPOM. Ini berarti, penggunaan bahan pengawet yang melebihi batas aman dinilai berbahaya bagi kesehatan. Lain halnya dengan jenis pengawet di bawah ini yang memang dilarang untuk ditambahkan ke dalam makanan.

1. Asam borat (boraks)

Biasa digunakan sebagai antijamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, salep kulit, bahan deterjen, sabun, cat, desinfektan, pestisida, serta keramik. Boraks sering ditambahkan ke dalam bakso, mi basah, kerupuk, dan pangsit. Tujuannya adalah menambahkan kekenyalan. Padahal, boraks bersifat toksik atau beracun terhadap semua sel.

Jika bahan ini tertelan, apalagi dalam jumlah banyak, akan berdampak negatif terhadap saraf, ginjal dan hati. Gejala yang bisa timbul adalah tidak enak badan (malaise), mual, sakit perut hebat, perdarahan pada saluran cerna, muntah darah, diare, demam, dan sakit kepala.

Dalam jangka panjang, konsumsi boraks juga bisa meningkatkan risiko kanker, mengganggu sistem reproduksi dan hormon, serta fungsi sistem kekebalan tubuh.

2. Formalin

Merupakan larutan tak berwarna dan berbau tajam, formalin bersifat antimikroba. Tidak heran jika formalin banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembersih lantai dan pakaian, pembasmi serangga, pupuk dan parfum, pengawet produk kosmetik serta mayat. Banyak pedagang nakal yang suka menambahkan formalin pada ikan segar, ayam potong, mi basah dan tahu.

Senyawa kimia ini dapat menyebabkan efek akut berupa reaksi alergi dan iritasi, kemerahan, mata berair, mual, muntah, sakit perut dan pusing. Formalin pun bersifat karsinogenik yang meningkatkan kemungkinan penyakit kanker.

Tidak hanya formalin dan boraks, jenis pengawet makanan berbahaya lain yang juga bersifat karsinogenik, meliputi:

  • Kalium bromat
  • Dietilpirokarbonat
  • Dulsin

Karena hampir semua makanan olahan yang dikemas memiliki bahan pengawet, Anda perlu pintar-pintar memilih produk. Sebelum membelinya, bacalah dulu komposisi bahan dan jenis pengawet makanan yang tertera pada label kemasan. Makanan yang berpengawet terkadang belum tentu dapat memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Untuk memastikan kebutuhan nutrisi harian terpenuhi, coba konsumsi multivitamin BLACKMORES VITAMIN D3 1000 IU (Rp198.085) yang dapat membantu menjaga daya tahan tubuh Kamu.

Ingin mengetahui informasi kesehatan terpercaya? Daftarkan email anda di Ngovee. Untuk mendapatkan suplemen dan vitamin spesial buat anda, unduh aplikasi Jovee. Tersedia melalui Google Play Store maupun App Store. Dapatkan vitamin terbaik hanya dari Jovee.

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Sering lihat keterangan ‘no preservatives’ pada kemasan makanan atau minuman yang kamu beli? Nah, itu keterangan bahwa makanan dan minumanmu bebas dari pengawet. Biasanya, kita mencari makanan-makanan bebas pengawet (apalagi pada makanan kemasan) karena nggak ingin tubuh kita terkontaminasi zat-zat berbahaya. Pengawet sendiri biasanya digunakan untuk membuat makanan tahan lebih lama dan tidak mudah membusuk.

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Sebenarnya pengawet dibedakan menjadi dua; pengawet alami dan pengawet buatan. Untuk menjaga kesehatan tubuh, kita dianjurkan untuk menghindari pengawet buatan dan beralih menggunakan pengawet alami pada setiap makanan. 

Salah satu pengawet alami yang bisa kamu gunakan di dapur sehatmu adalah garam. Kalau dilihat sejarahnya, sebetulnya tujuan utama penambahan garam pada makanan memang untuk mengawetkan. Tapi lama-kelamaan, seiring perkembangan teknologi seperti adanya kulkas dan munculnya teknik-teknik pengawetan lain, penggunaan garam sebagai bahan pengawet mulai berkurang. 

Padahal, garam adalah salah satu pengawet alami yang sangat efektif digunakan untuk menjaga mutu dan keutuhan makanan sepanjang waktu tertentu. Yuk, kenali lebih banyak manfaat garam sebagai pengawet~

Garam adalah senyawa kimia NaCl (Natrium klorida) yang terbukti dapat memberikan rasa asin yang kuat pada makanan. Itulah mengapa, garam dijadikan bumbu utama yang hampir tidak pernah absen dari masakan-masakan yang diolah di dapur. Coba cek di dapurmu sekarang. Pasti selalu ada garam di sana, ya kan? Nah, ini artinya, tidak hanya sehat sebagai bahan alami, garam juga menyumbang rasa untuk membuat makananmu menjadi lebih enak. Eits tapi, konsumsi garam harianmu nggak boleh berlebihan ya supaya nggak memicu penyakit darah tinggi~

Kamu nggak mau kan kalau makananmu cepat busuk atau basi? Nah, itulah tujuannya penggunaan pengawet pada makanan salah satunya garam. Tapi, pernahkah terpikir olehmu, mengapa garam dapat digunakan untuk membuat makanan tidak cepat busuk atau basi dalam jangka waktu yang cukup panjang?

Penelitian yang dilakukan The National Academies of Sciences Engineering Medicine (2010), tertulis bahwa kandungan utama garam yang berperan penting memberikan efek pengawet bagi makanan adalah sodium. Nah, sodium inilah yang dapat mencegah busuk atau basinya makanan dengan cara mengurangi terjadinya aktivitas mikroba, pertumbuhan patogen dan organisme lain, serta reaksi kimia yang tidak diinginkan, seperti oksidasi lipid. Reaksi yang dicegah itu bernama reaksi autolisis.

Baca Juga: Sering Dipakai, Memangnya Garam Himalaya Sehat?

Selain mematikan aktivitas mikroba dan organisme tak tampak mata yang ada dalam makanan, ternyata garam dipercaya sebagai pengawet yang efektif karena ia juga dapat mengurangi kadar air dalam makanan. Ia bersifat higroskopis, yang artinya dapat menyerap air. 

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Lalu, kenapa sih kadar air mesti dikurangi dalam makanan yang ingin diawetkan? Kenapa sih sifat higroskopis itu menjadi penting? Jawabannya adalah karena seringkali air menjadi media tempat bakteri-bakteri tinggal dan tumbuh, serta tempat yang kondusif bagi terjadinya reaksi-reaksi kimia. Nah, kemampuan garam untuk mengurangi kadar air dengan baik disinyalir karena adanya sodium dan ion-ion klorida yang akan bereaksi dengan molekul-molekul air.

Beberapa di antara kamu mungkin juga akan menggunakan garam untuk melakukan fermentasi pada makanan. Apa sih yang dimaksud dengan fermentasi? Fermentasi adalah salah satu cara yang juga digunakan untuk mengawetkan makanan, utamanya makanan segar yang diubah bentuknya supaya dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama. Beberapa contoh makanan yang difermentasi misalnya keju, sosis, dan pickles. Nah, makanan yang difermentasi ini seringkali bukan hanya dapat bertahan lebih lama, tetapi juga membuat makanan menjadi lebih lezat, lho.

Karena tidak sulit mendapatkan garam dari alam, maka dampak dari penggunaan garam adalah menjadikan biaya produksi untuk setiap pengawetan jadi tidak begitu tinggi. Coba saja bandingkan dengan bahan-bahan pengawet buatan yang harus didapat dengan harga yang lumayan mahal. Padahal, dampak yang diberikan untuk mengawetkan kurang lebih sama. Malah, kadang pengawet buatan malah memicu masalah untuk kesehatan. Itulah mengapa garam menjadi pilihan utama dalam produksi makanan-makanan yang diawetkan.

Teknik pengawetan dengan menggunakan bahan berupa natrium klorida disebut

Nah, itu dia 5 fakta garam yang efektif kamu gunakan sebagai pengawet alami. Kamu bisa kok mencoba-coba sendiri di rumah, misalnya membuat telur asin atau mengawetkan ikan menjadi ikan asin. Jangan lupa share ke Moni hasilnya ya, selamat mencoba!