Surah al maun turun terkait salat yang dilakukan oleh orang yang

Surah al maun turun terkait salat yang dilakukan oleh orang yang

BincangSyariah.Com – Surah al-Maun berarti “barang-barang yang berguna.” Surah ini turun di Mekkah. Syaikh Wahbah al-Zuhaili mengatakan bahwa ayat ini diturunkan salah satunya adalah diturunkan untuk Abu Sufyan. Hal ini mengikut pendapat dari Ibnu Jarir.

Alasannya adalah Abu Sufyan adalah orang yang sering menyembelih unta. Namun ketika seorang anak yatim meminta, Abu Sufyan menolak bahkan memukul anak yatim tersebut. Lalu turunlah surah ini. Ada tiga peringatan keras yang terdapat dalam surah al-Maun ini.

Surah al maun turun terkait salat yang dilakukan oleh orang yang

Pertama adalah orang yang lalai salatnya.
Lalai salat dapat berarti setidaknya tiga hal. Tidak melakukan salat, melakukan salat jika ada orang lain, salat namun menunda-nunda waktu atau tidak khusyuk dalam salatnya. Lalai karena lupa bukan termasuk dari yang dilarang dalam ayat ini.

Lupa adalah hal wajar. Rasulullah dalam sebuah hadis mengatakan: “Tidak diminta pertanggungjawaban dari tiga orang, yaitu orang yang tidur sampai dia bangun, anak sampai dia balig, dan orang gila sampai dia sehat.”

Kedua adalah orang yang berbuat riya.
Riya adalah melakukan ibadah bukan untuk Allah, tapi untuk selain Allah seperti supaya ingin dipuji atau dikagumi orang lain, untuk pamer, dan lain-lain. Menurut Syaikh Wahbah al-Zuhaili, ada empat jenis riya. Pertama, berdandan agar dipuji dan diagungkan orang lain. Kedua, memakai pakaian kumuh atau merendah supaya dilihat alim atau zuhud. Ketiga, riya dengan cara seolah-olah dia sangat membenci perbuatan dunia, dan sangat menyesal karena telah meninggalkan amal saleh, tapi tujuannya adalah agar dia terlihat saleh. Keempat, beribadah karena ingin dilihat orang lain.

Ketiga adalah orang yang enggan menolong. Bagian ketiga ini, menurut Syaikh Wahbah, sangat ditekankan sekali. Alasannya adalah nama dari ayat ini adalah kata dari al-Maun yang merupakan bagian dari ayat ini. Ketika orang mampu namun dia tidak mau menolong orang lain maka dia adalah bagian dari orang yang mendustakan agama.

Anak yatim menjadi kewajiban bagi Muslim lainnya atas kesehatan, makanan, dan pendidikan mereka. Anak yatim dalam hal ini tidaklah semata anak yang orang tuanya telah meninggal, lebih luas dari itu. Anak yatim adalah anak yang tidak ada lagi wali yang dapat menjamin kehidupannya. Ini bisa terjadi pada anak yang ditinggal wafat orang tuanya, anak terlantar, anak jalanan, dan lain sebagainya.

Semoga kita terhindar dari tiga perbuatan tersebut, agar kita tidak termasuk dalam kategori orang-orang yang mendustakan agama. Apalagi yang bisa dibanggakan kalau bukan meyakini agama Islam yang penuh dengan kelembutan dan persaudaraan ini.
Wallahu alam.

Reporter : Arini Saadah

Allah ingin menegur Abu Sufyan dan orang-orang dengan watak serupa agar segera memperbaiki perilakunya.

Dream – Surat Al Maun termasuk surat Makkiyah yang diturunkan secara bertahap di Tanah Suci Mekah. Surat ke-107 dari Al Quran ini berisi peringatan kepada orang-orang yang berperilaku buruk. Ada kisah menyedihkan di balik turunnya Surat Al Maun.

Sehingga Surat Al Maun menjadi sebuah pesan sekaligus pelajaran bagi umat Islam dalam berperilaku sehari-hari. Surat ini sebagai peringatan agar manusia tidak mengulangi keburukannya di masa lalu.

Potret Rumah Warkop DKI, Punya Dono Sudah Lama Tak Ditempati!

Lantas bagaimana sebenarnya kisah sedih di balik turunnya Surat Al Maun tersebut? Nah, agar lebih jelasnya simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Surah al maun turun terkait salat yang dilakukan oleh orang yang
Ilustrasi Kisah Sedih Di Balik Turunnya Surat Al Maun. (Foto: Unsplash.com)

Surat Al Maun adalah surat ke-107 dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Surat ini termasuk golongan surat Makiyah. Arti Al Maun adalah “barang-barang berguna”.

Menurut buku Tadabur Juz Amma oleh Dr. Saiful Bahri, kata Al-Ma'un dapat diartikan sebagai turunan dari zakat yang diwajibkan atau dapat juga dipahami sebagai barang-barang berguna yang ditahan.

Harta yang sudah sampai nishab (batas minimal) dan haul (selama setahun) wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat bertujuan untuk memberdayakan orang-orang yang memiliki potensi tapi terhalang oleh berbagai rintangan.

Selain zakat, contoh penerapan surat Al Maun dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika kita memiliki kelebihan makanan, maka bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Jangan sampai membusuk lalu dibuang karena itu termasuk mubazir.

Sikap mubazir atau boros tidak disukai Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al Isra ayat 27, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Maka dari itu, memahami surat Al Maun dapat menghindarkan dari perbuatan mubazir.

Advertising

Advertising

Berikut bacaan surat Al Maun dan artinya.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ

2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ

3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ

4. Maka celakalah orang yang salat,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ

5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,

الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ

6. yang berbuat riya,

وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

7. dan enggan (memberikan) bantuan.

Terjemahan tersebut bersumber dari Kementerian Agama dalam Quran.kemenag.go.id.

Kandungan Surat Al Maun

Kandungan surat Al Maun secara garis besar menggambarkan sifat manusia yang mendustakan agama dan ancaman bagi orang yang lalai dalam salat serta bersikap riya, yaitu melakukan perbuatan bukan untuk mencari keridaan Allah. Tetapi, untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat. Penjelasan tersebut tercantum dalam Juz Amma Tajwid Berwarna & Terjemahannya oleh M. Khalilurrahman Al Mahfani.

Pada ayat pertama, terdapat lafaz a-ra'aita yang berarti “tahukah”. Penggunaan kata tersebut bertujuan untuk menggugah hati pendengar agar memberikan perhatian terhadap kandungan pada ayat-ayat selanjutnya.

Baca Juga

Menurut tafsir Kementerian Agama, kandungan ayat pertama adalah Allah menghadapkan pertanyaan kepada Nabi Muhammad, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?" Pertanyaan ini dijawab pada ayat-ayat selanjutnya.

Allah kemudian menjelaskan, sebagian dari sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah menolak dan membentak anak yatim yang datang untuk memohon belas-kasih demi kebutuhan hidup.

Penolakan terhadap anak yatim tersebut menunjukkan sifat penghinaan dan takabur, yaitu  merasa diri lebih besar derajatnya dari orang lain. Sifat takabur merupakan sifat tercela yang tidak disukai Allah.

Dalam buku Insan Ilahiah karya Imam Khomeini, sifat takabur dijelaskan melalui riwayat dari Imam Shadiq, "Sesungguhnya, orang-orang yang takabur (di akhirat) akan menjelma menjadi kawanan semut yang lemah dan orang-orang menginjak-injaknya sampai Allah menyelesaikan perhitungan."

Baca Juga

Pada ayat ketiga, tafsir Kementerian Agama menjelaskan, Allah menegaskan sifat pendusta adalah orang tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan penduduk miskin. Jika seorang tidak sanggup membantu orang-orang miskin, maka dianjurkan mengajak orang lain membantu orang-orang miskin.

Kemudian pada ayat keempat, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengerjakan salat tapi tidak sampai ke hatinya akan celaka. Kelalaian dalam mengerjakan salat membuat ia tidak menyadari apa yang diucapkan dan dikerjakan.

Orang yang lalai dalam salat hanya bergerak dan mengucapkan hafalan tanpa meyakini dalam hati. Meski demikian, ancaman celaka itu tidak ditujukan kepada orang-orang muslim yang awam dan tidak mengerti bahasa Arab. Jadi, mereka yang tidak memahami makna bacaan dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Baca Juga

Selanjutnya, dijelaskan bahwa sifat orang pendusta agama adalah mereka yang melakukan perbuatan amal hanya untuk riya, yaitu ingin mendapatkan pujian saja tanpa rida Allah.

Dijelaskan dalam buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, contoh riya dalam perbuatan adalah sengaja memperbanyak salat sunah di hadapan orang agar dikatakan sebagai orang saleh. Riya dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Riya jali (riya yang nyata): Riya yang sejak semula diniatkan bahwa amal yang dilakukan hanya untuk mencari kedudukan, bukan mengharap rida Allah.
  • Riya khafi (riya tersembunyi): Riya yang bukan bertujuan untuk mendapatkan kedudukan. Tetapi, ada tujuan lain yang tersembunyi dalam perbuatan yang dilakukan.

Riya adalah salah satu tanda-tanda orang munafik dan termasuk mereka yang celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 142, “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.”

Lalu pada terakhir, Allah menegaskan sikap pendusta agama adalah enggan memberikan bantuan kepada sesama, bahkan untuk sekadar meminjamkan barang keperluan sehari-hari yang sepele.

Sikap tersebut menunjukan keburukan akhlak terhadap orang lain. Dengan demikian, pendusta agama tidak beribadah kepada Allah dengan sempurna, serta tidak berbuat baik kepada manusia.

Baca Juga

Setelah memahami kandungan tiap ayat, dapat disimpulkan bahwa surat Al Maun menjelaskan ciri-ciri seorang pendusta agama adalah:

  • Menghardik anak yatim.
  • Tidak mengajak sesama agar membantu orang miskin.
  • Lalai dalam mengerjakan salat.
  • Bersikap riya dalam beramal.
  • Tidak meminjamkan barang-barang berguna kepada orang lain yang membutuhkan.

Demikian pembahasan tentang surat Al Maun beserta arti dan kandungannya.