Setiap berbelanja sarah selalu membawa kantong belanja kain cara menerapkan prinsip

Membungkus belanjaan dengan kantong plastik adalah kebiasaan yang sangat umum ditemui. Kantong plastik harganya murah, ringan, praktis, dan tahan air. Kebiasaan ini kita turunkan dari generasi terdahulu hingga generasi terbaru. Menggunakan kantong plastik bukan hal yang salah dan tidak ada hal yang membuat kebiasaan ini harus dihentikan.

Hingga, beberapa tahun belakangan ini, banyak lembaga yang melansir data soal sampah plastik dan efeknya pada bumi tempat kita tinggal. Sampah bertambah, terus-menerus. Lalu  jumlahnya jadi luar biasa dan membebani tidak hanya daratan, tetapi juga lautan. Sebanyak 8 juta ton sampah plastik mengalir ke laut setiap tahunnya. Sampah plastik di laut ini terus terakumulasi, dan jika dibiarkan beberapa tahun ke depan diperkirakan jumlahnya akan lebih banyak dari ikan di lautan.

Kantong plastik dimanfaatkan dalam waktu yang sangat singkat dan tidak banyak orang yang berniat menggunakannya kembali untuk kesempatan kedua. Ketika kantong plastik robek, nasibnya pun sudah bisa dipastikan jadi sampah. Kantong akan meluncur langsung ke tempat sampah dan menjadi satu dari miliaran kantong plastik yang mengotori lingkungan setiap tahunnya.

Setiap berbelanja sarah selalu membawa kantong belanja kain cara menerapkan prinsip

Membawa tas belanja sendiri saat bepergian adalah cara yang paling mudah untuk berkontribusi mengurangi sampah pribadi. Belum percaya kalau langkah sederhana ini bermanfaat mengatasi permasalahan sampah dunia? Sekarang coba hitung, dalam sehari berapa kali kita berbelanja dengan kantong plastik, membeli makanan/minuman dengan kemasan plastik, dan membuang bekas plastiknya ke tempat sampah? Menggunakan produk kemasan/kantong plastik memang praktis, tapi hal inilah yang membuat sampah pada bumi terus bertumpuk tak terkendali.

Data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan sampah plastik di Indonesia itu luar biasa besar, mencapai 64 juta ton/tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.

Masih dari INAPLAS dan BPS, didapatkan pula data bahwa kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau jika ditimbang mencapai 85.000 ton kantong plastik.

Membawa tas belanja sendiri mungkin sulit dilakukan pada tahap awal. Dimulai dari niat yang kuat, hal ini harusnya lama-kelamaan tidak lagi membebani dan jadi kebiasaan. Intinya adalah disiplin. Gaya hidup modern yang sudah kita nikmati sekian lama memang menyenangkan, tetapi bayangkan bumi seperti apa yang kita wariskan ke generasi berikutnya jika gaya hidup ini kita teruskan. 

Tipsnya adalah, beli tas belanja yang sesuai dengan kebutuhan. Jika kamu senang melihat tas dengan berbagai gambar atau warna tertentu, investasikan uangmu untuk membelinya pertama kali dan gunakan terus hingga tasnya rusak. Jika bawaanmu sehari-hari sudah cukup berat, pilihlah tas belanja yang ringan dan dapat dilipat hingga kecil agar bebamu tidak bertambah berat.

Membawa tas belanja sendiri pada akhirnya akan menguntungkanmu mengingat toko ritel dan swalayan sudah menetapkan biaya tambahan untuk tiap kantong plastik yang konsumen minta. Per 1 Maret 2019 lalu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memutuskan mengenakan tarif pada kantong plastik belanja minimal Rp200 per kantong. Tarif itu masih bisa naik. Aprindo memberikan keleluasaan pada para anggotanya untuk menyesuaikan harga kantong sesuai kebijakan masing-masing.

Kebijakan kantong plastik berbayar ini segera dan sudah mulai aktif di beberapa toko ritel terkemuka seperti Matahari, CircleK, Sogo, Ramayana, Yogya, Alfamart, dan Alfamidi. Selain itu, kebijakan serupa juga sudah berjalan cukup lama di Superindo.

Bagaimana? Apakah fakta-fakta di atas sudah menggugah niatmu untuk membawa tas belanja sendiri mulai sekarang? Yuk dicoba hari ini dan diulang kembali keesokan harinya. Tidak ada kebiasaan baik yang sia-sia. Lakukan sekarang dan sebarkan ke orang-orang di sekitarmu.

Setiap berbelanja sarah selalu membawa kantong belanja kain cara menerapkan prinsip

KOMPAS.com — Setiap orang dari berbagai negara sudah merasakan sendiri pengaruh perubahan iklim ekstrem dan pemanasan global. Isu lingkungan seperti ini jangan dianggap berat karena Anda tentunya juga merasakan perubahan yang tak lagi membuat bumi nyaman. Lihat saja bagaimana cuaca tak menentu, polusi semakin merusak kesehatan, dan bencana alam yang semakin mengancam. Tak terasa, apa yang kita lakukan setiap harinya, menggunakan kantong plastik dan membuang sampah rumah tangga yang tak didaur ulang, semakin mengikis hijaunya bumi dan mencairnya es di kutub utara.

Setiap orang bisa berbuat sesuatu untuk menyelamatkan bumi sebagai tempat tinggal anak cucu nanti. Mulai saja dari rumah, dari hal sederhana, dan dari kebiasaan sehari-hari. Seperti tak lagi menggunakan styrofoam sebagai wadah makan, mengganti kantong plastik dengan tas belanja, membawa alat makan-minum dari rumah agar bisa diisi ulang, hingga membawa wadah makanan dari rumah saat akan belanja daging di supermarket juga bisa Anda lakukan.

Inilah pesan yang ingin disampaikan Tupperware Indonesia dalam gerakan peduli lingkungan dan kesehatan tubuh dengan membiasakan gaya hidup ramah lingkungan. Prinsip reduce dan reuse menjadi aksi nyata dalam kampanye "Gaya Hidup Sehat" yang diluncurkan Tupperware di awal 2011 ini.

"Prinsip dua 'R', reduce dan reuse, ingin kami sebar luaskan, sekaligus mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari secara nyata. Reduce bisa dilakukan secara nyata dengan mengurangi pemakaian kemasan plastik sekali pakai, plastik yang lama terurai. Prinsip reuse bisa dilakukan dengan membawa wadah sendiri dari rumah, dan bisa dipakai berulang untuk mengurangi sampah. Bayangkan saja, sampah dari satu styrofoam yang digunakan sebagai wadah makanan baru akan terurai 500 tahun kemudian. Sampah kalau tidak ditangani dengan baik dan benar akan menimbulkan masalah," jelas Nining W Permana, Managing Director PT Tupperware Indonesia, saat temu media di Tupperware Home Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selalu membawa tas atau wadah saat belanja
Mengurangi wadah sekali pakai menjadi langkah sederhana yang bisa dilakukan siapa saja untuk menyelamatkan bumi. Coba hitung dalam sehari, berapa kali Anda berbelanja dengan kantong plastik atau membeli minuman kemasan plastik dan makanan dengan wadah styrofoam? Gaya hidup yang ingin serba-instan dan praktis membuat kita menyumbangkan sampah pada bumi.

Nining menggambarkan, jika satu orang di Jakarta per hari menghasilkan 0,8 kg sampah, maka akan tertumpuk 6.000 ton sampah setiap harinya. Sampah ini termasuk kemasan plastik dan berbagai produk yang membutuhkan waktu lama untuk terurai. "Mudah saja bagi kita membuat bumi kotor, lantas apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan lingkungan?" tukasnya.

Dengan membawa wadah makanan dan tas belanja sendiri saat berbelanja, Anda berkontribusi untuk mengurangi sampah plastik. Anda mengurangi kantong kresek yang hanya bisa terurai 12 tahun, plastik air mineral kemasan yang terurai dalam 20 tahun, atau bahkan kantong kertas yang terurai 2-6 bulan setelah dipakai.

Duta lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Valerina Daniel, mengakui bahwa kebiasaan membawa tas belanja sudah dijalankannya sejak 2007 lalu. "Awalnya memang sulit menerapkan gaya hidup baru, namun sepanjang pengalaman saya, rasanya siapa pun bisa mengikuti cara ini. Yang perlu dilakukan adalah disiplin diri membawa tas belanja. Sekarang, kan, banyak tas belanja besar yang bisa dilipat kecil dan dimasukkan dalam tas sehari-hari untuk bekerja," paparnya.

Namun memang, diakui Valerina, kebiasaan membawa wadah makanan saat berbelanja belum menjadi budaya. Meski begitu, sudah waktunya mencoba gaya hidup hijau. "Tak sulit sebenarnya membawa wadah makanan saat akan berbelanja di supermarket, untuk mengurangi kantong kresek," tutur ibu satu anak ini.

Disiplin diri penting  untuk menerapkan gaya hidup hijau
Disiplin diri menjadi kunci jika ingin mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Apalagi di Indonesia belum ada pembatasan tegas mengenai penggunaan plastik. Pengalaman Valerina tinggal di Australia memberikan wawasan padanya bahwa negara kanguru tersebut lebih mendukung gaya hidup hijau.

"Di Australia kalau mau pakai kantong plastik harus bayar, sekitar 10 sen sampai 1 dollar. Perlu gerakan bersama jika kebijakan ini juga ingin diterapkan di Indonesia," katanya.

Ia berkisah pula bahwa air kemasan plastik juga dikurangi di Australia, karena jika ingin minum air mineral, warga cukup mendatangi water fountain yang tersebar di ruang publik. Dengan begitu, kebiasaan membawa wadah dari rumah juga bisa dijalankan karena bisa mengisi ulang air di mana saja. "Sampah dari satu botol kemasan menghasilkan 800 gr karbon dioksida. Indonesia adalah negara penghasil emisi terbesar di dunia setelah Amerika dan China," kata Valerina.

Jika pun kondisi di Indonesia belum memungkinkan untuk mengurangi penggunaan air botol kemasan, Anda bisa membayar sampah yang terbuang dengan menanam pohon. Demikian saran Valerina yang menulis 350 tips menerapkan gaya hidup hijau dalam bukunya, Easy Green Living.

Kebiasaan merusak bumi yang berasal dari gaya hidup modern perlu dikurangi. Jika tak satu pun langkah sederhana dilakukan satu individu saja, jangan berharap generasi mendatang memiliki warisan bumi yang layak ditinggali. Ini mengingat, jelas Valerina, kegiatan manusia, pembangkit listrik dengan batu bara dan minyak bumi, ketidakpedulian dengan membiarkan atau membakar sampah membuat panas bumi semakin tinggi. Gas metan dari sampah yang menumpuk memengaruhi kesehatan jika dihirup.

"Jika tak ada skema global untuk penurunan emisi global, maka temperatur rata-rata bumi naik 1,8-4 derajat celcius," katanya berbagi informasi sepulang pelatihan bersama mantan Wakil Presiden AS Al Gore di Amerika Serikat, awal Januari 2011 lalu.

Dampak dari ketidakpedulian warga dunia terasa dengan pemanasan global, lanjut mantan Puteri Indonesia Lingkungan 2005 ini. Ia menyebutkan contoh nyatanya seperti salju yang tiba-tiba turun di Australia, cuaca tak menentu di berbagai negara, es di kutub utara yang mencair, dan Indonesia yang diprediksi akan kehilangan ratusan pulau hanya dalam beberapa puluh tahun ke depan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.