Sel darah yang berfungsi dalam proses pembekuan darah saat luka adalah

Darah tersusun dari kombinasi antara plasma darah dan sel-sel darah, yang semuanya beredar di seluruh tubuh. Sel-sel darah ini kemudian dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.Jadi secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas empat macam, meliputi plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, serta trombosit. Semua komponennya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang mendukung kerja darah dalam tubuh. 1. Plasma darah Plasma darah merupakan komponen darah yang berbentuk cairan. Plasma darah mengisi sekitar 55-60 persen dari volume darah dalam tubuh. 2. Sel darah Jika plasma darah menyumbang sekitar 55-60 persen, maka sel darah mengisi sisanya yakni kurang lebih sekitar 40-45 persen. 3. Sel darah putih (leukosit) Dibandingkan dengan sel darah merah, sel darah putih memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit. Meski begitu, sel darah putih mengemban tugas yang tidak main-main, yakni melawan infeksi virus, bakteri, jamur, yang memicu perkembangan penyakit. 4. Trombosit (keping darah) Sedikit berbeda dengan sel darah putih dan merah, trombosit sebenarnya bukan sel, melainkan sebuah fragmen sel berukuran kecil. Trombosit memiliki peran penting proses pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka.

#rsi #rsislamayanisurabaya #rsisurabayaayani #rsislamayani #rsislamsurabayaayani #rsisurabaya #rsislamsurabaya #rsiayanisurabaya #rsiayani #komponendarah #seldarahmerah #seldarahputih #trombosit #healtheducation

Ilustrasi memeriksa darah. Foto: Pexels.com

Sel darah yang berfungsi dalam proses pembekuan darah saat luka adalah keping darah atau trombosit. Sel darah ini memiliki bentuk sangat kecil dan tidak berwarna.

Komponen penyusun darah di dalam tubuh manusia meliputi plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Semua komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing yang dapat mendukung kerja darah di dalam tubuh.

Plasma darah memiliki komposisi sebanyak 55 persen di dalam darah. Sedangkan sebanyak 45 persen lainnya merupakan komposisi dari sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Dengan demikian komponen penyusun darah terbesar berada di plasma darah.

Berdasarkan buku Biologi untuk SMA/MA Kelas XI oleh Mulyadi dkk., komponen penyusun darah terdiri dari:

Plasma darah merupakan cairan berwarna putih kekuningan. Plasma darah yang bercampur dengan sel darah putih, sel darah merah, dan keping darah akan ikut menjadi berwarna merah.

Komponen pada plasma darah terdiri dari oksigen, 92 persen air, 7 persen protein plasma seperti albumin, globulin, dan fibrinogen, 1 persen mineral, dan lainnya.

Fibrinogen memiliki peran penting dalam pembekuan darah. Adapun albumin berguna untuk memelihara tekanan osmotik. Sedangkan globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi.

Sel darah merah pada manusia memiliki bentuk bikonkaf atau cekungan ganda. Di dalamnya terkandung protein hemoglobin yang berfungsi untuk mentranspor oksigen. Warna darah yang merah dipengaruhi oleh hemoglobin.

Produksi sel darah merah dikontrol oleh hormon eritropoietin. Usia ketahanan sel darah merah dalam tubuh mencapai 120 hari.

Setelah 120 hari, sel darah merah yang rusak atau sudah tua dipecah di dalam hati dan limfa. Selanjutnya sel darah merah tersebut kembali diproduksi di sumsum tulang belakang.

Illustrasi sel darah merah. Foto: Pexels.

Sel darah putih berguna untuk merespons imun, mengenali dan mematikan kuman penyakit. Ciri sel darah putih, yaitu tidak memiliki bentuk yang tetap, tidak memiliki warna, dan mempunyai inti sel. Komposisi sel darah putih di dalam darah sangat sedikit, yakni kurang dari 1 persen.

Keping darah atau disebut dengan trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam proses pembekuan darah saat luka. Ukuran keping darah lebih kecil jika dibandingkan dengan sel darah merah dan putih. Keping darah memiliki usia yang singkat, yaitu hanya berumur delapan hari sebelum akhirnya dirombak di sumsum merah.

Menurut Irnaningtyas dan Yosa Istiadi dalam buku Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013, berikut adalah proses pembekuan darah.

Saat bagian tubuh manusia ada yang terluka hingga mengeluarkan darah, saat itu pula keping darah segera melekat di dinding jaringan pembuluh darah. Selanjutnya ia akan membentuk sumbatan yang dapat memberi perlindungan pada luka. Dengan begitu darah tidak keluar atau mengalir secara terus-menerus.

Intinya saat berdarah, keping darah akan pecah lalu mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim tersebut bertugas mengubah senyawa protrombin menjadi trombin melalui bantuan Ca2+ dan vitamin K.

Protein fibrinogen yang ada di plasma darah diubah oleh trombin menjadi benang-benang fibrin. Terakhir, benang-benang inilah yang bekerja untuk menyumbat luka, sehingga darah pada luka tidak mengalir lagi.

Ketika jumlah faktor pembekuan darah tidak mencukupi, proses pembekuan darah pun terganggu. Akibatnya, perdarahan dapat berlangsung lebih lama dan sulit dihentikan, misalnya saja orang dengan hemofilia.

Pada kasus yang lebih parah, perdarahan dapat terjadi meski orang tersebut tidak terluka atau mengalami cedera apa pun. Bahkan, perdarahan juga dapat terjadi di organ dalam tubuh, atau perdarahan internal. Kondisi ini dapat mengancam nyawa.

Hiperkoagulasi

Hiperkoagulasi adalah kondisi yang berlawanan dengan gangguan pembekuan darah, di mana proses pembekuan darah terjadi secara berlebihan meski tidak ada luka apa pun.

Kondisi ini juga sama bahayanya karena gumpalan darah bisa menyumbat pembuluh arteri dan vena. Apabila pembuluh darah tersumbat, tubuh tidak dapat mengalirkan darah yang mengandung oksigen dengan maksimal. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi mematikan, seperti:

  • Stroke
  • Serangan jantung
  • Emboli paru-paru
  • Gagal ginjal
  • Deep vein thrombosis

Selama kehamilan, gumpalan darah dapat terbentuk pada pembuluh darah pelvis atau kaki, menyebabkan komplikasi kehamilan serius seperti persalinan prematur, keguguran, dan kematian ibu. Itu sebabnya, hiperkoagulasi adalah kondisi yang tak boleh disepelekan.

Salah satu tes yang dilakukan untuk memeriksa adanya gangguan darah adalah tes konsentrasi faktor pembekuan darah. Tes ini berguna untuk mengetahui jenis faktor pembeku darah apa yan berkurang dari dalam tubuh.

Tergantung pada gangguan perdarahan yang Anda alami, dokter akan memberikan rencana pengobatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Untuk perdarahan yang sulit berhenti, obat yang umum diberikan adalah konsentrat pengganti faktor pembekuan darah yang berkurang di dalam tubuh. Sementara itu, gangguan penggumpalan darah biasanya dapat diatasi dengan obat pengencer darah.

Dengan melakukan pengobatan dini pada gangguan koagulasi darah, hal ini sangat membantu mengurangi risiko terjadinya komplikasi.