Sebutkan organisasi organisasi Islam yang dibentuk pada masa pra kemerdekaan

Berkat MIAI, umat Islam di Tanah Air terselamatkan dari serangan penjajah.

screenshot

Gedung MIAI

Rep: Amri Amrullah Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Publik kembali digugah akan sejarah umat Islam dan para ulama dalam berperan mendirikan bangsa ini. Hal ini terkait dengan beberapa pernyataan perwira polisi yang menjadi viral karena jauh dari fakta sejarah.Seperti yang disampaikan calon wakil gubernur Jawa Barat, Anton Charliyan soal Panitia Sembilan di salah satu acara televisi swasta. Serta video Kapolri Tito Karnavian yang menyatakan hanya dua ormas Islam NU dan Muhammadiyah sebagai pendiri bangsa.Walaupun koreksi dan klarifikasi telah disampaikan, tetapi sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara meminta pejabat dan perwira kembali membaca peran ulama dan umat Islam sebelum kemerdekaan dan selama masa revolusi. Salah satu peran tokoh Islam dari berbagai organisasi tersebut, menurutnya ada dalam fakta sejarah perjalanan Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).Guru besar sejarah dari Universitas Padjadjaran ini mengungkapkan Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI adalah wadah bagi ormas Islam di Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan. Wadah perjuangan ormas Islam dibentuk pada Selasa Wage, 15 Rajab 1356 atau 21 September 1937.Dalam MIAI saat itu tergabung di antaranya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al Irsyad, Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Al Khoiriyah, Persyarikatan Ulama Indonesia (PUI), Al Hidayatul Islamiyah, Persatuan Islam (Persis), Partai Islam Indonesia (PII), Partai Arab Indonesia (PAI), Jong Islamiaten Bond, Al Ittihadiyatul Islamiyah dan Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA). Awalnya MIAI sebatas mengoordinasikan berbagai kegiatan, tetapi belakangan MIAI menjadi wadah persatuan umat Islam Tanah Air menghadapi politik penjajah Belanda. Dalam buku berjudul 'Api Sejarah' yang ditulis Ahmad Mansur Suryanegara, dipaparkan peran MIAI menghadapi politik pecah belah pemerintah kolonial Belanda.Jelang 1941, saat itu umat Islam Indonesia dalam menghadapi Perang Dunia II dan di kawasan Asia dikenal Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Belanda yang merupakan sekutu Amerika mendapat perlawanan dari Nippon. Namun berkat MIAI, umat Islam di Tanah Air pada saat itu menjadi terselamatkan.Salah satu alasannya adalah jasa para ulama dan pimpinan politik Islam yang bersatu dalam wawasan dan gerak juangnya dalam wadah Majlis Islam A'la Indonesia. Dengan terbentuknya wadah gabungan seluruh umat Islam Indonesia ini, maka komponen umat Islam di Hindia Belanda saat itu terlupakan upaya memecah belah antar ulama dan parpol Islam."Upaya memecah belah ini, merupakan produk politik devide and rule pemerintah kolonial Belanda," tulis Mansur dalam buku 'Api Sejarah 2' Peran Ulama dalam Membangun Organisasi Militer Modern. Setelah priyayi pendukung Belanda, termasuk priyayi, bupati dan kelompok feodal melakukan penghinaan terhadap kanjeng Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan agama Islam.

Di antaranya Dr. Soetomo dan Regent Bandoeng R.A.A Wiranata Koesoema dalam tulisannya menghina kehidupan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Beruntung upaya memecah antar ulama dan organisasi Islam itu tidak terjadi. Hal ini karena adanya kesadaran bersama atas common enemy atau musuh bersama yakni penjajah Belanda dengan para pengikut dan pembantunya.

"Di saat tumbuhnya kesadaran bersama ini, debat persoalan furu dan khilafiyah antar ulama semakin berkurang," ungkap Mansur. Sehingga selama periode 1939-1945, masa-masa perang dunia II terjadi, para ulama di Indonesia melalui wadah Majlis Islam A'laa Indonesia dapat duduk bersama dalam satu majelis.

Melalui MIAI inilah ulama-ulama Indonesia dari berbagai pergerakan, organisasi dan partai politik bisa satu dan konsisten dalam bersikap. Ketika Jepang datang dan menguasai pasifik, ulama di Indonesia tetap kompak bersikap. Tidak tergoyahkan oleh sikap politik dari kelompok non agama yang terpecah antara mendukung Belanda atau Jepang.Para Ulama dan tokoh politik Islam dalam MIAI dapat menentukan sikap kemandirian politiknya, bahkan tidak terbawa arus perubahan di Saudi Arabia yang disebut beraliran Wahabi, serta Mesir dan Turki yang menjadi sekuler. Namun Jepang sadar, untuk meraih hati masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim mendukung Imperium Tenno Heika harus meraih hati ulama.Maka berbagai cara Jepang lakukan untuk mengubah opini kelompok Islam akan kehadiran Nippon di nusantara dan umat Islam bisa ikut dalam Kekaisaran Tenno Heika. Jepang mengundang perwakilan pimpinan MIAI ke Jepang dan berjanji akan menaruh perhatian besar kepada umat Islam tidak seperti Belanda.Tenno Heika bahkan bersedia mengikuti apa yang diputuskan oleh Kongres MIAI, antara lain soal Bendera Merah Putih yang boleh dikibarkan. Ini terlihat pada video asli lagu Indonesia Raya dengan tiga stanza, yang memperlihatkan bagaimana Jepang memperbolehkan bendera merah putih dikibarkan.Setelah itu Jepang juga membebaskan beberapa para ulama dan tokoh perjuangan yang selama ini ditawan dan diasingkan Belanda. Seperti Abdoel Karim Amroellah (Buya Hamka), Soekarno, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Ini semua dilakukan Jepang untuk mendapatkan simpati umat Islam di Tanah Air.Namun setelah Jepang menang menguasai pasifik, dan pasukan sekutu menyerahkan Indonesia dalam perjanjian Kalijati 8 Maret 1942, sikap Nippon berubah. Yang awalnya ramah dengan ulama dan umat Islam, Jepang berusaha menerapkan Nipponisasi. Dimulai dalam semua sendi kehidupan tidak terkecuali agama.Nippon satu per satu membubaran partai politik Islam, di antaranya PSII (Partai Sjarikat Islam Indonesia) dibubarkan pada 2 Mei 1942, dan PII (Partai Islam Indonesia) dibubarkan pada 20 Mei 1942. Dalam perjalanannya Jepang ternyata menerapkan politik perpecahan yang berujung pada dibubarkannya MIAI pada 1943 dan berubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Dari perjalanan Majelis Islam A'la Indonesia ini terlihat jelas betapa besar peran umat Islam dan para ulama atas kemerdekaan bangsa ini. Bahkan seorang E.F.E. Douewes Dekker Setiaboedhi menyatakan: "Jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan."

  • ormas islam
  • video kapolri
  • peran umat islam
  • umat islam kemerdekaan

Sebutkan organisasi organisasi Islam yang dibentuk pada masa pra kemerdekaan

Berikut adalah daftar organisasi massa Islam di Indonesia.

  • Al-Irsyad Al-Islamiyyah
  • Al Ittihadiyah
  • Alkhairaat
  • Al Washliyah
  • Ahlulbait Indonesia (ABI)
  • BP4
  • Darud Da'wah wal Irsyad (DDI)
  • Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
  • Dewan Masjid Indonesia (DMI)
  • Forum Umat Islam (FUI)
  • Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami (HASMI)
  • Hidayatullah
  • Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
  • Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi)
  • Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI)
  • Jamaah Ansharusy Syariah
  • Jamiat Kheir
  • Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
  • Lembaga Persahabatan Ormas Islam Indonesia (LPOI)
  • Majelis Az Zikra
  • Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)
  • Majelis Tafsir Al-Quran (MTA)
  • Majelis Ulama Indonesia (MUI)
  • Mathla'ul Anwar
  • Muhammadiyah
  • Nahdlatul Ulama (NU)
  • Nahdlatul Wathan (NW)
  • Persatuan Islam (Persis)
  • Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
  • Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)
  • Persatuan Umat Islam (PUI)
  • Rabithah Alawiyah
  • Syarikat Islam (SI)
  • Syarikat Islam Indonesia (SII)
  • Wahdah Islamiyah

Daftar organisasi Islam yang dilarang di Indonesia

  • Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
  • Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar)
  • Front Pembela Islam (FPI)
  • Jamaah Ansharut Daulah (JAD)
  • Jamaah Ansharut Tauhid (JAT)
  • Jemaah Islamiyah (JI)
  • Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
  • Aliansi Nasional Anti Syiah (Annas)

  • Daftar Organisasi di Indonesia

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daftar_organisasi_massa_Islam_di_Indonesia&oldid=21554495"

Sebutkan organisasi organisasi Islam yang dibentuk pada masa pra kemerdekaan
Zaki Alfarabi

Jakarta - Wakil Sekjen MUI KH Tengku Zulkarnain memprotes Kapolri Jenderal Tito Karnavian karena cuma menyebut NU dan Muhammadiyah sebagai ormas yang berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.
(ayo/jat)

Sebutkan organisasi organisasi Islam yang dibentuk pada masa pra kemerdekaan

Sebutkan organisasi organisasi Islam yang dibentuk pada masa pra kemerdekaan
Lihat Foto

kemdikbud.go.id

Kyai Haji Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah

KOMPAS.com - Perjuangan pergerakan nasional Indonesia pada awal abad ke-20 Masehi tidak terlepas dari peran organisasi pergerakan Islam.

Organisasi pergerakan Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjadi organisasi pembentuk karakter nasionalis di kalangan umat Islam Indonesia.

Kemunculan organisasi pergerakan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh fakor internal dan eksternal. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, berikut faktor internal munculnya organisasi pergerakan Islam di Indonesia :

  1. Adanya keinginan untuk melawan kolonialisme Belanda di Indonesia
  2. Adanya keinginan untuk melawan kristenisasi Bangsa Barat di Indonesia
  3. Munculnya tokoh-tokoh keagamaan yang memiliki pemikiran progresif
  4. Tokoh-tokoh agama Islam ingin mewujudkan kesejahteraan masyarakat pribumi melalui program sosial, politik dan pendidikan.

Baca juga: Serangan Umum 1 Maret 1949

Selain dipengaruhi faktor internal, kemunculan organisasi pergerakan Islam di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Berikut faktor eksternal munculnya organisasi pergerakan Islam di Indonesia :

  1. Keberhasilan revolusi-revolusi Islam di kawasan Timur Tengah
  2. Munculnya paham Pan-Islamisme di negara-negara Timur Tengah

Muhammadiyah

Dilansir dari website resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah dildirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.

Pendirian Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran agama Islam di Jawa. Ahmad Dahlan menganggap bahwa umat Islam Jawa pada masa tersebut melenceng dari ajaran agama Islam dengan melakukan ibadah-ibadah yang bersifat mistik.

Baca juga: Sejarah Tri Koro Dharmo

Selain itu, Ahmad Dahlan juga berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan persatuan umat Islam melalui kegiatan-kegiatan di bidang agama, sosial dan pendidikan.

Pada awalnya, Muhammadiyah berkembang secara perlahan karena mendapat penolakan dari komunitas agama Islam tradisional di Jawa.

Namun, penolakan-penolakan tersebut tidak menyurutkan Ahmad Dahlan untuk terus mengembangkan organisasi Muhammadiyah.

Pada tahun 1925, Muhammadiyah memiliki lebih dari 4.000 anggota dan berhasil mendirikan 55 sekolah di beberapa kota besar di Jawa.

Selain itu, Muhammadiyah juga berhasil mendirikan balai pengobatan, panti asuhan dan rumah dhuafa bagi masyarakat pribumi Nusantara.

Baca juga: Sejarah Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Nahdlatul Ulama

Dilansir dari situs resmi Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Ulama (NU) didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Pendirian Nahdlatul Ulama tidak terlepas dari peran Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah.

Kedua tokoh ini dibantu oleh beberapa ulama lain sepakat menyatukan komunitas-komunitas di lingkungan pesantren untuk menjadi Nahdlatul Ulama.

Pada masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20 Masehi, NU memberikan sumbangsih yang besar terhadap bidang pendidikan, sosial dan politik di kalangan masyarakat pribumi Indonesia.

Pada perkembangannya, NU berperan aktif dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.

Baca juga: Organisasi Pergerakan Perempuan di Indonesia

Perlawanan NU direalisasikan melalui program pendidikan, pelatihan kemandirian, pemberdayaan ekonomi dan kajian keagamaan bagi.

Melalui program-prgram tersebut, NU berhasil mengembangkan sikap nasionalis masyarakat pribumi Indonesia untuk melawan kolonialisme Belanda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.