Jin punya beragam tugas untuk menghasut manusia agar melanggar perintah Allah SWT Show
Selain manusia, Allah SWT juga telah menciptakan makhluk lain yang juga menghuni bumi, salah satunya adalah jin. Ada beberapa jenis jin beserta tugasnya di bumi yang harus diimani sebagai bentuk keyakinan kepada yang gaib yang terdapat dalam Alquran. Dalam studi berjudul Jin dalam Perspektif Alquran dan Hadis (2010) yang dilakukan oleh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, disimpulkan bahwa jin sama seperti manusia, yakni berakal dan juga mempunyai keinginan. Yang membedakannya dengan manusia adalah jin tidak memiliki tubuh. Oleh karena itu jin tidak bisa dilihat dalam bentuk aslinya kecuali menjelma dalam bentuk lain, karena jin dapat mengubah dirinya dalam bentuk yang diinginkan. Baca Juga: Sawan pada Bayi, Benarkah Disebabkan Makhluk Halus? Jin dalam Pandangan IslamFoto: bbc.co.uk Dikutip DalamIslam.com , jin berasal dari kata "jannah" yang berarti tersembunyi atau tidak terlihat. Jin adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari api yang sangat panas. Dalam Alquran Allah SWT berfirman: “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas,” (QS Al-Hijr: 27). Hal ini juga mendapat penjelasan dengan dalil dari Aisyah RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api yang berkobar, dan Adam (manusia) dari tanah sebagaimana telah dijelaskan kepadamu,” (HR Ahmad, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Tugas penciptaan jin yang utama adalah membisikkan bisikan jahat ke dalam hati manusia. Allah SWT berfirman: “Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia,” (QS An-Naas: 4-6). Selain itu, ada beberapa jenis jin yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok. Hal ini didasarkan pada hadis dari Jabir Ibn Nafir, dari Abi Tsalabah Al Khuntsa RA bahwasa Rasulullah SAW bersabda: “Jin terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah jin yang mempunyai sayap dan dapat terbang di udara. Kelompok kedua terdiri dari jin yang berbentuk ular dan anjing, sedang kelompok ketiga adalah yang bisa berubah bentuk dirinya,” (HR Baihaqi). Baca Juga: Anak Bermain dengan Teman Imajinasi, Bolehkah? Golongan Jin Berdasarkan HadisFoto: unsplash.com/Tobias Rademacher Ada beberapa golongan jin merujuk pada hadis di atas, beberapa di antaranya yakni: 1. Jin BersayapJenis jin ini mampu terbang dengan kecepatan sangat tinggi. Dalam kisah Nabi Sulaiman, jin inilah yang mampu memindahkan singgasana Ratu Balqis dari Yaman (Negeri Saba’) ke Baitulmaqdis. 2. Jin Berbentuk UlarMenurut sebuah riwayat, tidak sedikit ular yang sejatinya adalah jin dan tidak sedikit pula yang merupakan penjelmaan dari jin. Menurut hadis, ada 2 jenis ular yang harus dibunuh karena dapat mengubah bentuk dirinya ke dalam bentuk yang lain. 3. Jin Berbentuk AnjingDikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah memerintahkan para sahabat untuk membunuh anjing karena termasuk golongan jin atau duplikat jin. Namun, riwayat ini dihapus. Setelah itu, Rasulullah SAW melarang umat muslim membunuh anjing kecuali yang berwarna hitam legam dengan 2 titik putih di atas matanya, sebab anjing ini adalah setan. 4. Jin Berbentuk KucingGolongan atau jenis jin yang dapat menjelma bentuk hewan tidak hanya dalam rupa anjing, tapi juga kucing. Kucing jelmaan jin ini akan terlihat indah atau berwarna putih dan merupakan jin perempuan. Adapun kucing hitam biasanya adalah setan. Imam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Jin bisa menampakkan diri dalam wujud ular, anjing, dan kucing hitam. Sebab warna hitam dapat menghimpun kekuatan setan dibanding warna lainnya, termasuk di dalamnya kekuatan panas,” (Majmu Fatawa Ibn Taimiyah). 5. Jin yang Dapat Berubah BentukPerubahan bentuk ini memungkinkan jin menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Namun, tidak semua jenis jin dapat melakukan hal ini. Hanya beberapa jenis jin saja yang memiliki kemampun seperti ini yaitu jin ‘Ifrit, jin al-Marid, dan setan. Baca Juga: Bukan Hantu, Ini 3 Alasan Bayi Suka Melambaikan Tangan ke Ruang Kosong Jenis Jin Berdasarkan TugasnyaFoto: allthatsinteresting.com Allah SWT telah menciptakan jin dan manusia di muka bumi ini. Keduanya saling hidup berdampingan. Jenis jin yang berada di sekitar manusia begitu beragam dan memiliki tugas masing-masing untuk menggangu manusia agar melanggar perintah Allah SWT. Beberapa di antaranya yakni: 1. Jin Wasnan: Membuat Manusia Mengantuk Saat IbadahJin ini ditugaskan untuk membuat mengantuk. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa untung menenangkan saraf, terutama pada daerah mata. Orang yang menjadi target jin Wasnan yaitu orang-orang yang akan melakukan perbuatan baik seperti beribadah atau belajar. 2. Jin Dasim: Menghancurkan Rumah TanggaTugasnya sangat disukai oleh raja jin, yakni membuat rumah tangga hancur dan akhirnya bercerai. Jin ini memiliki tugas lain, yaitu membuat manusia menyia-nyiakan makanan dan selalu ingin makan walaupun tidak merasa lapar. 3. Jin Khonzab: Membuat Manusia Menunda IbadahDalam pandangan Islam, jenis jin ini diyakini dapat membuat umat muslim menunda salat bahkan bisa sampai meninggalkan ibadahnya. Selain itu, jin Khonzab pun dapat membuat seseorang dengan cepat melakukan tindakan buruk. 4. Jin Wahlan: Membuat Selalu Ragu dan WaswasJika seseorang diliputi rasa ragu dan waswas, maka ada kemungkinan orang tersebut sedang terkena kekuatan dari jin Wahlan. Jenis jin ini biasanya suka membisikkan sesuatu yang menyebabkan rasa ragu sering muncul tiba-tiba. 5. Jin Zalanbur: Membuat Manusia BorosTak sedikit manusia yang suka hidup boros. Hal tersebut membuat jin Zalabur berhasil menjalankan tugasnya. Jin Zalanbur adalah jenis jin yang bertugas membuat manusia hidup boros, padalah boros adalah sesuatu yang tidak disukai Allah SWT. Baca Juga: 7+ Keutamaan dan Hadis Menutup Aurat, Yuk Amalkan Agar Terhindar dari Godaan Setan! 6. Jin Tibbir: Menghasut Emosi ManusiaJin ini memiliki tugas untuk menghasut manusia menjadi mudah emosi. Seseorang yang terkena hasutan jenis jin ini ditandai dengan mudah tersulut emosi dan amarahnya. Selain itu, jin Tibbir juga sering menghasut manusia untuk melakukan kemaksiatan dan membuat perpecahan antar manusia. 7. Jin Awar: Menghasut Seseorang Mengikuti Hawa NafsuJin ini memiliki kekuatan untuk menghasut seseorang mengikuti hawa nafsunya. Biasanya, jenis jin ini menggoda para pemuda yang sedang jatuh cinta dengan meniupkan suasana meningkatkan nafsu. 8. Jin Masauth: Mengadu Domba ManusiaDi bangsa jin ada Masauth yang bertugas mengadu domba agar manusia saling curiga dan akhirnya saling membenci. Jenis jin ini biasanya suka mengadu domba hal kecil maupun hal besar. 9. Jin Abyad: Menggoda ImanSeseorang yang sudah memiliki iman kuat pun masih sering digoda agar keimanannya runtuh. Mereka digoda oleh jin Abyad yang memiliki kemampuan yang untuk mengganggu pemuka agama. 10. Jin Syabru: Menghasut Manusia untuk Berbuat MaksiatJin ini sangat dekat dan erat pada manusia. Ia menetap di saluran darah manusia. Jin ini bertugas menghasut manusia dari dalam dengan mempermudah saraf manusia untuk melakukan maksiat dan menerima bisikan dan rangsangan dari jin luar. Baca Juga: 23 Masalah Rumah Tangga yang Patut Diwaspadai dan Cara Mengatasinya Dengan mengetahui jenis jin berdasarkan golongan beserta tugasnya, diharapkan akan meingkatkan keimanan dan juga menghindari hasutan dari makhluk halus tersebut. Semoga kita semua terhindar dari godaan segala jenis jin yang ada dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT dalam setiap langkah kehidupan kita.
Makhluk nyata dan awal proses penciptaannya "Makhluk hidup nyata" (biasa disebut "makhluk hidup" saja) yang telah diketahui, misalnya: manusia, hewan, tumbuhan dan sel. Sedang belum jelas ada bukti tentang makhluk-makhluk di dalam film ataupun cerita fiksi ilmiah (hasil imajinasi manusia), misalnya: ETI (makhluk luar angkasa), alien, drakula, dsb. Dalam perkiraan para ilmuwan, awal dari kehidupan makhluk nyata di Bumi dimulai sekitar 3,5 s/d 4 juta tahun yang lalu, terutama setelah mulai terbentuk air di permukaan Bumi. Serta masing-masing sekitar 4 dan 6 milyar tahun setelah awal penciptaan Bumi, dan awal penciptaan alam semesta ini. Sebelum terjadinya penciptaan segala makhluk hidup nyata itu, ada proses yang sangat penting, yaitu proses terjadinya zat-zat organik (protein, lemak, karbohidrat, dsb), dari zat-zat anorganik (air, asam amino, metanol, amoniak, asam nukleat, enzim, dsb), dan proses yang paling sederhana lagi, dari atom-atomnya (Oksigen – O, Hidrogen – H, Nitrogen – N, Karbon – C, Fosfor – P, dsb), yang ada terdapat di tanah permukaan Bumi, serta sebagian lainnya ada pula di air dan di udara. Semua proses atau reaksi kimiawi itu justru hanya bisa terjadi, karena adanya air di permukaan Bumi, dan karena adanya dukungan energi panas radiasi sinar dari Matahari. Dan zat-zat organik itu adalah zat-zat atau saripati makanan, yang sangat diperlukan oleh segala jenis makhluk hidup nyata. Sel, makhluk nyata paling sederhana Sebenarnya selain dari manusia, hewan ataupun tumbuhan, ada makhluk hidup nyata yang disebut 'sel', yang ukurannya sangat kecil (tidak terlihat langsung dengan mata telanjang) yang menjadi makhluk yang paling elementer atau sederhana, sebagai penyusun terbentuknya segala tubuh makhluk hidup nyata lainnya. Maka proses pembentukan 'sel', adalah awal dari segala proses penciptaan atas segala makhluk hidup nyata di muka Bumi ini. Dan pada 'sel' terkandung di dalamnya suatu benih dasar tubuh (mati) dan suatu zat ruh sel (hidup). Dari sifatnya, tiap jenis zat ruh sel tertentu hanyalah akan bisa 'menyatu' (ditiupkan-Nya), ke jenis benih tubuh tertentu saja, yang ditemuinya, agar bisa memberinya suatu kehidupan dan pada keadaan-keadaan tertentu pula (seperti: belum terisi ruh, energinya tercukupi, komposisi benihnya tepat, dsb). Dan akhirnya, zat ruh sel itulah yang paling menentukan sifat-sifat dari sel tersebut. Tetapi sel juga bukan makhluk yang mandiri, karena tidak bisa mencari makanannya sendiri ataupun tidak memiliki alat-sarana untuk bisa mengambil dan mencernanya. Sehingga sel hanya bisa hidup dari dukungan lingkungan di sekitarnya, yang bisa menyuplainya zat-zat makanan, ataupun ikut bertindak sebagai media perantara penyuplaian makanan, seperti misalnya: sel-sel darah, sel-sel hidup lainnya, cairan bernutrisi atau mengandung saripati makanan (zat-zat organik), dsb. Selama masih mendapatkan cukup makanannya, sel bisa hidup dan tumbuh. Sel justru juga bisa berkembang-biak sendiri dengan cara membelah-diri (terpisah menjadi dua ataupun lebih sel-sel kembar). Sel-sel itupun amat bermacam-macam jenisnya, juga sifat dan fungsinya, seperti misalnya: sel darah; sel otak; sel sumsum; sel kulit; sel otot; sel tulang; sel khlorofil; sel-sel generatif (sel indung telur dan sperma pada manusia dan hewan, ataupun sel putik dan tumpang sari pada tumbuhan); sel kromosom; sel DNA; dsb. Catatan-catatan tambahan sekitar sel Dari ukuran sel yang memang amat kecil dan relatif hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron, maka bisa dimaklumi apabila sel-sel belum dikenal pada jaman nabi Muhammad saw, begitu pula sel tidak disebut-sebut di dalam Al-Qur'an. Namun terkait dengan sel-sel generatif, cukup banyak disebut tentang 'air mani' (kumpulan sangat besar jumlah sel sperma dari pria, atau sel indung telur dari wanita). Makhluk bersel satu yang dikenal manusia misalnya, 'Amuba', terkadang Amuba ini disebutkan sebagai tumbuhan, namun biasanya disebutkan sebagai hewan. Namun sel-sel itu juga bisa hidup di dalam satu kelompok yang mempunyai sifat-sifat yang khas (bersel banyak), yang disebut sebagai suatu sel baru yang lebih kompleks (seperti sel-sel generatif). Lebih lanjut lagi di dalam kelompok yang lebih besar, sel-sel membentuk jaringan dan organ tubuh manusia misalnya. Secara garis besar, sel-sel itu juga bisa dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: sel pertumbuhan dan sel generatif. Di mana sel-sel pertumbuhan lebih terkait dengan perkembangan tubuh wadah setiap makhluk hidup nyata. Sedang sel-sel generatif itu lebih terkait dengan perkembang-biakkan makhluk, serta bisa membentuk sesuatu makhluk baru (sel janin), jika sepasang sel generatifnya bercampur dalam suatu keadaan tertentu dan tentunya setelah ditiupkan-Nya dengan ruh . Gambaran sederhana proses penciptaan sel Pada Gambar 10 berikut ditunjukkan secara sederhana tentang proses penciptaan sel (sesuatu makhluk hidup nyata yang paling kecil, sederhana ataupun paling elementer). Secara garis besarnya, proses penciptaan sel meliputi:
Gambar 10: Diagram umum penciptaan sel (makhluk nyata terkecil) Awal kehidupan menurut Islam vs ilmuwan barat Hal yang terkait dengan sel (makhluk hidup nyata yang paling sederhana), dalam teori yang dikenal luas di kalangan ilmuwan barat, bahwa awal kehidupan di Bumi berasal dari sel dan air (berupa es), yang ada pada komet ataupun meteor, yang menabrak Bumi pada awal pembentukan Bumi (setelah permukaan Bumi menjadi dingin). Lebih lanjutnya lagi, teori di atas terkait teori lain, bahwa sel yang telah membeku selama milyaran tahun pada lingkungan seperti dalam pusat komet ataupun meteor (amat dingin, kering, tanpa udara, dsb), masih bisa hidup kembali, apabila berada pada lingkungan yang sesuai (seperti di Bumi). Sehingga merekapun beranggapan, bahwa manusia, hewan dan tumbuhan, adalah suatu jenis makhluk angkasa luar atau alien (dalam bentuk sel-sel), yang terdampar ke Bumi, yang lalu berkembang-biak dan berevolusi menjadi segala jenis makhluk hidup nyata, yang amat sangat berragam sampai saat ini di Bumi. Padahal teori di atas sangat bertentangan dengan fakta, bahwa tabrakan itu justru amat dahsyat menyerupai suatu ledakan nuklir yang pasti bisa pula membakar dan membunuh sel-sel, pada komet ataupun meteornya. Hal itu juga bertentangan dengan fakta, bahwa tidak ada sel yang telah mati atau menjadi fosil, yang bisa langsung hidup pada lingkungan yang sesuai. Minimal sel harus terurai dahulu (membusuk) menjadi molekul dan atom, lalu berreaksi-sintesa untuk membentuk sel sel baru (termasuk setelah ditiupkan-Nya dengan ruh). Padahal Bumi, komet, meteor atau semua benda-benda langit lainnya, berbahan dasar yang persis serupa (dari kabut alam semesta yang relatif amat homogen, karena bercampur-baur unsur-unsurnya), maka pembentukan sel semestinya bisa pula terjadi di Bumi, tanpa mesti 'dibantu' oleh komet ataupun meteor. Padahal atmosfir Bumi amat kaya pula dengan atom-atom gas Hidrogen-H dan Oksigen-O, sebagai atom-atom penyusun air, yang dikumpulkan oleh Bumi sejak awal pembentukannya. Sehingga hanya masalah waktu, untuk menunggu terjadinya proses pendinginan atau pembekuan permukaan Bumi. Setelah mendingin lalu terbentuk air di Bumi (air hujan), yang lalu menjadi lautan dan samudera. Sedang air justru diketahui amat diperlukan bagi kehidupan makhluk nyata. Baca pula topik "Benda mati nyata" dan topik "Proses penciptaan air dan lautan", tentang proses terbentuknya benda-benda langit dan air. Sedangkan pemahaman berdasar dari Al-Qur'an, bahwa semua makhluk hidup nyata terbentuk dari benih tubuh, yang berupa benda mati (saripati yang berasal dari tanah lumpur liat dan berwarna hitam di permukaan Bumi), yang lalu ditiupkan-Nya dengan ruh. Sehingga kehidupan pada dasarnya bisa terjadi 'dimana saja', selama keadaannya memungkinkan, untuk terbentuknya benih tubuh (saripati) dan untuk bisa bersatunya ruh dengan benih itu, seperti pada keadaan di permukaan Bumi ini, yang hampir seluruhnya bisa hidup tumbuhan (termasuk tumbuhan lumut dan hewan plankton di air dan laut). Jadi awal timbulnya kehidupan di Bumi bukanlah karena adanya tabrakan komet, meteor dan benda-benda langit lainnya di permukaan Bumi. Keadaan itu termasuk sangat didukung pula oleh keberadaan air di Bumi dan pancaran energi panas sinar matahari. Baca pula uraian-uraian selengkapnya di bawah. Hal inipun amat jelas menunjukkan kelemahan ilmuwan barat, dalam menjelaskan tentang 'zat ruh', dan cara-cara Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya (termasuk berbagai jenis sel-sel). Dan mereka juga relattif tidak bisa menjelaskan, tentang 'ditiupkan-Nya' zat ruh. Sehingga dengan amat mudahnya mereka berteori, bahwa asal-muasal dari sel-sel kehidupan di Bumi, adalah "telah ada terjadi begitu saja" pada komet atau meteor yang jatuh ke Bumi. Jika mereka memang beranggapan, bahwa sel 'telah ada terjadi begitu saja' pada komet, karena telah diciptakan oleh Tuhan. Maka hal ini masih cukup aneh, karena apakah ada perbedaan antara diciptakan-Nya di Bumi dan di komet atau meteor?. Hal inipun cukup mudah dipahami, karena ilmuwan barat amat dikuasai oleh paham materialisme (kebendaan, fisik ataupun lahiriah). Namun sebaliknya mereka tidak bisa memahami dan telah melupakan aspek-aspek moral-spiritual-batiniah yang langsung terkait dengan ruh dan ketuhanan. Persis seperti ketika mereka banyak yang menyakini nabi Isa as yang hanya suatu zat makhluk ciptaan-Nya, sebagai Tuhan. Sehingga mereka 'seolah-olah' telah berusaha melempar jauh-jauh segala hal, tentang proses penciptaan segala makhluk hidup oleh Allah, ke komet atau meteor, agar manusia tidak perlu terus-menerus berusaha mengungkapnya (tidak perlu memahami tentang penciptaan). Lalu mereka berbondong-bondong mendukung teori Evolusi Darwin. Seperti disebut di atas, mereka beranggapan bahwa manusia dan segala jenis makhluk hidup nyata lainnya di Bumi, adalah hasil dari proses evolusi atas sel-sel, yang berasal dari komet atau meteor. Teori Evolusi Darwin justru sangat ditentang dalam agama Islam, dan terbukti mengandung kelemahan, kesesatan dan mengada-ada. Bukti paling jelasnya misalnya tidak pernah ditemukan adanya fosil-fosil makhluk 'antara', sebagai hasil dari proses-proses evolusi perlahan-lahan, dari sel-sel menjadi segala makhluk hidup nyata yang ada saat ini. Contoh sederhananya, makhluk-makhluk 'antara' adalah berbagai jenis makhluk yang belum dikenal sampai saat ini, yang telah menjadi perantara bagi tiap perubahan, dari suatu jenis kera di jaman dahulu, sampai menjadi manusia saat ini. Hal ini mestinya juga terjadi pada tiap jenis makhluk hidup nyata yang ada saat ini. Padahal jika mengikuti Teori Evolusi tersebut, mestinya fosil-fosil makhluk 'antara' itu justru berjumlah amat banyak, dari hasil tiap tahapan proses evolusinya. Selain berupa fosil-fosil, mestinya ada pula makhluk 'antara' yang masih bisa hidup. Baca pula uraian di bawah. Bahan benih dasar tubuh semua makhluk nyata Benih dasar tubuh tiap sel (dengan sendirinya, juga tubuh tiap makhluk hidup nyata lainnya), yang disebut dalam Al-Qur'an, melalui berbagai cara pengungkapan, misalnya dari: "tanah", "tanah kering, seperti bahan tembikar", "tanah liat", "tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam" ataupun "saripati (yang berasal) dari tanah". Dalam bahasa manusia modernnya, benih dasar tubuh sel itu adalah saripati makanan, zat-zat hidrokarbon ataupun zat-zat organik (protein, lemak, karbohidrat, dsb), yang amat kaya di dalam 'tanah'. Seperti halnya suatu sel sendiri, yang berukuran amatlah kecil (tidak terlihat dengan mata telanjang), maka begitu pula ukuran benih atau 'tanah' itu. Tetapi dalam jumlah amat besar, berwujud seperti bentuk dasar bahan bakar fosil 'minyak bumi', yang berupa tanah lumpur liat dan berwarna hitam. Disebut dari 'tanah', karena berbagai unsur yang penting bagi kehidupan, khususnya ada di tanah (selain sedikit di udara dan di air). Contoh ringkasnya, tumbuhan mendapatkan makanan dari tanah, lalu tumbuhan dimakan oleh hewan, lalu tumbuhan dan hewan dimakan oleh manusia. Pada akhirnya, tumbuhan, hewan dan manusiapun bisa berkembang-biak dari hasil pembentukan sel-sel generatifnya, melalui zat-zat makanannya itu pada alat-alat reproduksinya. Padahal semua zat-zat makanan itu sendiri, pada akhirnya hanya berasal dari 'tanah', dengan ataupun tanpa disadari langsung oleh manusia.
"… . Dan kamu lihat bumi ini (awalnya) kering, kemudian apabila Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu, dan suburlah (tanahnya), dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah." – (QS.22:5). Disebut 'lumpur', karena sebagian terbesar dari zat-zat organik memang mengandung atom-atom penyusun air (H2O), yaitu: atom gas Oksigen (O) dan gas Hidrogen (H), sehingga disebut sebagai zat-zat hidrokarbon, dan berbentuk berupa cairan kental, yang bisa membuat tanahnya relatif basah. Namun juga disebut 'kering', karena umumnya komposisi zat-zat organik itu relatif sangat sedikit di dalam tanah, juga jika hanya ditinjau pada bahan dasarnya saja (tanpa kandungan air). Sedang disebut 'liat' ataupun 'seperti bahan tembikar', karena amat besar kekenyalan ikatan antar unsur-unsur dalam tanah, akibat dari adanya zat-zat organik itu. Dalam bahasa ilmiahnya, kekenyalan itu tampak dari zat-zat organik yang umumnya memiliki 'rantai atom-atom' yang relatif amat panjang dan kompleks, yang membuatnya bisa relatif mudah mengikat atom atau molekul lain di sekitarnya. Dan warna 'hitam' itu, adalah warna dasar dari unsur karbon, yang merupakan salah-satu unsur paling penting pada zat-zat organik. Sedang unsur-unsur penting lainnya seperti: Oksigen-O, Hidrogen-H dan Nitrogen-N, justru tidaklah memiliki warna. Warna karbon itupun mudah diketahui dari warna kayu arang, atau juga dari warna asap dan jelaga pada knalpot kendaraan bermotor, sebagai sisa hasil buangan pembakaran bahan bakar fosil (solar atau bensin). Sedang unsur-unsur lain pada bahan bakar itu telah terlepas kembali lagi ke udara (seperti gas-gas: Oksigen-O, Karbon-dioksida-CO2, Hidrogen-H, dsb). Proses fotosintesa dalam pembentukan kehidupan Dengan bantuan 'energi panas' radiasi sinar matahari, secara langsung ataupun tidak (seperti yang terjadi pada tumbuhan di luar ataupun dalam rumah), maka terjadi suatu 'proses fotosintesa' (reaksi penggabungan-sintesa karena cahaya). Pada proses ini bisa terbentuk berbagai 'benih dasar' tubuh makhluk nyata, dari hasil reaksi sintesa (penggabungan), antara berbagai jenis zat-zat organik tertentu, dengan komposisi tertentu pula. Setelah itu lalu ditiupkan-Nya berbagai jenis ruh sel kepada benih-benih dasarnya itu, sesuai dengan jenis benihnya. Bahwa reaksi fotosintesa itu hanya bisa terjadi, tentunya jika ada 'air' sebagai sarana dan medianya. Juga jika ada 'energi panas' sinar matahari, yang mendukung proses pembentukan zat-zat organik, dari zat-zat unorganiknya, lebih jauh bahkan dari atom-atom. Karena adanya cukup panas itu membuat ikatan-ikatan antar atom-atom pada zat-zat unorganik itupun menjadi relatif kurang kuat ataupun bahkan terurai, untuk bisa membentuk zat-zat organik yang lebih kompleks. Molekul uap air (H2O) yang juga suatu zat unorganik misalnya akan bisa terurai menjadi atom-atomnya (Oksigen-O dan Hidrogen-H). Juga molekul gas karbon-dioksida (CO2) di udara, terurai menjadi atom-atomnya (Oksigen-O dan Karbon-C). Ke semua atom Hidrogen dan sebagian dari atom Oksigen itu justru terikat oleh atom Karbon, yang lalu akan membentuk molekul-molekul hidrokarbon (atau zat-zat organik). Kelebihan oksigen-nya terlepas lagi ke udara bebas. Dan hal-hal serupa pula terjadi pada berbagai molekul dan atom lainnya. Sehingga umum dikenal, bahwa tumbuhan menjadikan udara di sekitarnya menjadi lebih 'segar', karena tumbuhan bisa mengubah gas karbon-dioksida yang 'beracun' di udara, menjadi oksigen yang segar yang keluar dari daunnya. Bahkan hutan-hutan tropis juga sering disebut sebagai 'paru-paru dunia'. Persamaan umum proses fotosintesa pada tumbuhan: Prinsip-prinsip proses fotosintesa tersebut di atas, bisa terjadi dimana saja, misalnya pada saat terbentuknya segala macam sel, yang terdapat pada tubuh manusia, hewan, tumbuhan, dsb. Namun pada umumnya, proses fotosintesa itupun lebih dikaitkan dengan tumbuhan (khususnya pada daun), karena proses-proses pada tumbuhan itu lebih jelas diketahui terkait langsung dengan energi panas sinar matahari, dan bukan terkait dengan energi berbentuk lainnya. Sedang pada manusia dan hewan lebih terkait dengan energi panas, dari dalam tubuhnya masing-masing. Walaupun pada dasarnya, energi panas pada tubuhnya itu juga berasal dari zat-zat atau saripati makanan pada hewan dan tumbuhan yang telah pernah dimakannya. Akhirnya, kesemuanya juga berasal dari energi panas sinar matahari. Air, unsur penting pendukung proses metabolisme tubuh Air, selain sebagai media terjadinya berbagai reaksi di atas (tempat bercampurnya berbagai unsur), juga sebagai media pengantar bagi energi dan zat-zat makanan (zat-zat organik), yang sangat penting diperlukan bagi setiap makhluk hidup, untuk hidup dan pertumbuhan tubuhnya. Darah yang bisa mengantarkan zat-zat makanan ke seluruh tubuh setiap makhluk hidupnya, juga mengandung air. Bahkan seperti telah diuraikan di atas, bahwa air juga salah-satu unsur yang penting pada proses pembentukan zat-zat organik itu sendiri. Peranan air itupun secara ilmiah sering pula disebutkan, untuk kelangsungan terjadinya proses-proses 'metabolisme', di dalam tubuh suatu makhluk hidup nyata. 22) Baca pula topik "Proses penciptaan air dan lautan", tentang proses terbentuknya air di Bumi. Contoh-contoh terbentuknya kehidupan dalam Al-Qur'an Penciptaan berbagai makhluk hidup nyata cukup sering disebut pula dalam Al-Qur'an, seperti "dengan air hujan itu dihidupkan-Nya bumi yang mati", atau "dengan air hujan itu ditumbuhkan-Nya buah-buahan". Karena pemahaman yang lebih jelas dan mudah diperoleh tentang terciptanya kehidupan dari tanah, memang ketika dihidupkan-Nya tumbuh-tumbuhan. Selain itu, tumbuhan adalah sesuatu makhluk hidup nyata yang tingkatannya relatif jauh lebih rendah daripada hewan atau manusia. Sehingga proses-proses pada tumbuhan juga jauh lebih sederhana, dan lebih mudah pula untuk dijelaskan. Walau pada dasarnya, proses yang relatif 'serupa' justru juga terjadi pada hewan dan manusia. Pada musim kering tumbuhan sulit bisa hidup dan bahkan bisa mati. Sebaliknya pada musim hujan, air hujannya mencairkan zat-zat yang ada di dalam tanah, sehingga akan mudah diserap melalui akar-akar tumbuhan, dan naik tersebar ke bagian-bagian tumbuhan, sampai ke daun. Dengan energi panas sinar Matahari yang diserap oleh daun ataupun ketiak batang, maka terjadi proses fotosintesa di atas, yang akhirnya membentuk sel-sel tumbuhan. Lalu sel-sel itu bisa tersebar melalui inti-inti batang ke seluruh bagian tumbuhannya, yang akan bisa menumbuhkan tumbuhannya. Proses awal pembentukan benih tubuh makhluk nyata Ada perbedaan penting antara proses awal terjadinya benih tubuh wadah berbagai makhluk hidup, yang diciptakan-Nya 'pertama' kali, dan berbagai makhluk hidup 'berikutnya' (setiap anak keturunan dari makhluk pertama tersebut), pada manusia, hewan dan tumbuhan. Baca pula penjelasan lebih lengkapnya, tentang urutan siklus kejadian manusia di bawah. Bahwa benih-benih dasar bagi setiap anak keturunan makhluk pertama (atau pasangan sel generatifnya), terjadi melalui proses pada alat-alat reproduksi setiap makhluk induknya, untuk bisa berkembang-biaknya. Benih itu berasal dari berbagai zat organik yang diperoleh dari berbagai zat makanannya (yang pada akhirnya dari tumbuhan dan tanah), yang terjadi setelah melalui berbagai proses sintesa tertentu, pada alat-alat reproduksi itu. Proses pembentukan benih sangat disederhanakan dari adanya alat-alat reproduksi itu, yang memang secara khusus diciptakan-Nya untuk berfungsi menghasilkan benih. Maka relatif amat sangat sedikit jumlah 'tanah' yang diperlukan bagi terjadinya tiap benih. Karena zat-zat organik langsung berasal dari berbagai macam zat makanan, yang telah dicerna oleh alat-alat pencernaannya, dan juga telah dipisahkan dari ampas-ampasnya (kotorannya). Pasangan dari tiap benih atau sel generatif itu (sel putik dan sel tumpang sari pada tumbuhan, ataupun sel indung telur dan sel sperma pada manusia dan hewan), haruslah dipertemukan, agar bisa terbentuk 'benih janin'. Lalu agar bisa ditiupkan-Nya dengan ruh yang 'sesuai', agar bisa membentuk 'sel janin', bagi makhluk hidup yang baru. Tentunya sel-sel generatif itu sendiri (dari kedua induknya), juga bisa disebut sebagai 'benih-benih' bagi sel janin anaknya. Proses pembentukan benih tubuh makhluk nyata "pertama" Sebaliknya proses terjadinya benih semua "makhluk pertama", berlangsung sangatlah rumit dan lama (sekitar ribuan ataupun jutaan tahun), yang merupakan sejumlah sangat besar reaksi sintesa terhadap unsur-unsur (atom) pada tanah permukaan Bumi, terutama didukung oleh adanya air dan energi panas sinar Matahari. Reaksi sintesa itupun membentuk zat-zat anorganik, lalu menjadi zat-zat organik, dan lalu akhirnya menjadi benih-benih dasar, bagi sel-sel generatif. Dikatakan rumit karena berbagai jenis atom yang terdapat pada permukaan Bumi, justru tidak terlalu merata penyebarannya. Dengan sendirinya zat-zat organik yang terbentuk juga tidak merata. Padahal benih hanyalah bisa terjadi pada komposisi campuran berbagai macam zat-zat organik tertentu di suatu tempat yang sama, secara bersamaan. Hal ini paling logis dijawab, melalui peranan air sebagai media yang membawa dan mengumpulkan zat-zat organik itu. Air ini diduga berupa air rawa-rawa di tengah hutan yang sangat lebat, yang ada di hampir seluruh permukaan Bumi (termasuk pada daerah padang pasir di tanah Arab), ketika masih terjadi air hujan selama ribuan ataupun jutaan tahun pada masa-masa awal pembentukan Bumi. Segala jenis tumbuhan pada hutan lebat itupun justru telah sangat mendukung bagi proses terjadinya benih-benih, bagi semua 'makhluk pertama' tersebut (khususnya manusia dan hewan). Rawa-rawa ini relatif cukup dangkal, karena permukaan Bumi pada saat itupun masih cukup hangat, untuk bisa mudah menguapkan air rawanya secara terus-menerus. Sehingga air rawa itupun berbentuk semacam sesuatu 'kaldu purba' yang agak kental, yang sangatlah kaya dengan zat-zat organik (saripati makanan). Serupa halnya dengan proses pembuatan garam, yang melalui proses penjemuran air laut secara terus-menerus oleh panas terik sinar Matahari. Lalu terbentuk air laut yang sangat jenuh dan agak kental, dan akhirnya menjadi garam. Kerumitan juga disebabkan karena proses pembentukan sel-sel generatifnya berlangsung di alam bebas, bukan langsung melalui alat-alat reproduksi, yang memang telah khusus diciptakan-Nya untuk bisa menghasilkan benih-benih janin (atau sel-sel generatif). Dan pembentukan benih-benih para 'makhluk pertama' terjadi selama ribuan atau jutaan tahun dan secara 'kebetulan', karena saling bercampur-aduk dan berreaksinya zat-zat dalam 'kaldu' air rawa, pada saat air rawanya mengalir ke sana ke mari. Akhirnya, jumlah 'tanah' yang diperlukan untuk bisa semakin memungkinkan terjadinya pembentukan benih-benih, juga relatif amat sangat banyak, apalagi jika semakin kompleks tubuh makhluk terkait. Tentunya jumlah lama waktu proses pembentukan benih yang sekitar ribuan ataupun jutaan tahun itu, jauh lebih mudah dipahami daripada jumlah 'tanah'-nya (yang amat sangat banyak). Bahkan sel-sel generatif manusia misalnya, justru tersusun lagi dari berbagai sel lainnya yang lebih sederhana (karena bersel banyak). Sehingga pembentukan sel-sel generatif itupun juga bisa memerlukan waktu yang jauh lebih lama, daripada lama waktu bagi pembentukan sel-sel yang lebih sederhana. Proses pertumbuhan tubuh makhluk nyata Manusia, hewan dan tumbuhan 'dewasa', adalah tiap makhluk-makhluk yang telah utuh dan sempurna, sebagai hasil pertumbuhan dari sesuatu 'sel janin' kehidupan (bentuk yang paling sederhana dari tubuh setiap makhluk hidup nyata), yang terbentuk dari 'benih janin' hasil pencampuran pasangan sel-sel generatif induknya (sel putik dan sel tumpang sari pada tumbuhan, serta sel indung telur dan sel sperma pada hewan dan manusia) setelah ditiupkan-Nya dengan setiap ruhnya masing-masing (sesuai dengan jenis benih dasar tubuh wadahnya atau jenis 'benih janinnya'). Selain itu, dari sifat-sifat ruh pada uraian-uraian di atas, bahwa dalam keadaan normal, ruh-ruh pria juga lebih 'suka' bertemu dengan benih-benih tubuhnya, yang banyak mengandung sel berkromosom Y, sedang ruh-ruh wanita 'suka' dengan sel berkromosom X. Namun jika terjadi hal-hal yang sebaliknya (terjadi suatu 'kecelakaan'), maka bisa terlahir manusia-manusia yang cenderung berkelainan sex. Urutan proses pertumbuhan dan pembentukan tubuh (terutama pada tubuh manusia ataupun hewan), menurut teori ilmu-pengetahuan modern, yaitu: atom; molekul atau zat-zat unorganik; zat-zat organik; benih; sel; jaringan; organ; dan tubuh lengkap. Sedangkan urutan itu menurut Al-Qur'an, yaitu: saripati yang berasal dari tanah (lumpur liat yang kering dan berwarna hitam); air mani; segumpal darah; segumpal daging; tulang belulang yang dibungkus dengan daging; dan akhirnya tubuh lengkap (pada QS.23:14). Namun apabila dicermati lebih jauh, sebenarnya kedua urutan itu pada dasarnya 'serupa', yang berbeda hanya cara pengklasifikasian ataupun fokus pengungkapannya saja. Proses kelahiran makhluk nyata "pertama" Bahwa manusia ataupun hewan 'pertama' tidak lahir di dalam rahim induknya. Serupa seperti halnya proses kelahiran 'bayi tabung', dengan pencampuran sel indung telur dan sel sperma, di dalam suatu tabung yang telah terisi lengkap dengan zat-zat makanan. Namun pada kasus bayi tabung, setelah umur tertentu sel janin yang telah tumbuh itupun lalu dimasukkan ke dalam rahim induknya (ibu genetis ataupun ibu pinjaman). Lebih tepatnya lagi, pembentukan setiap benih janin 'makhluk pertama', pembentukan sel janinnya, terlahir ke dunia ataupun tumbuh sampai menjadi anak-anak, justru terjadi pada tanah permukaan Bumi (daerah air rawa-rawa di tengah hutan lebat), yang pada jaman dahulu berbagai keadaannya, justru menyerupai keadaan dalam rahim induk normal, seperti: hangat karena Bumi masih relatif panas; penuh cairan yang amat kaya dengan zat-zat makanan dari hutan lebat; steril karena alam belum dirusak oleh zat-zat kimia berracun buatan manusia; amat segar udaranya karena dinaungi oleh pepohonan; amat terlindungi dari panas terik matahari karena dalam hutan lebat; dsb. Tetapi keadaan yang sangat khusus itu hanya bisa terjadi pada masa awal perkembangan Bumi. Di mana hampir keseluruhan bagian tanah permukaannya sangat basah, berupa rawa-rawa yang berlumpur di tengah hutan lebat, karena tertimpa oleh air hujan yang berlangsung terus-menerus, selama ribuan ataupun jutaan tahun, dan lalu sangatlah berlimpah terbentuk berbagai jenis zat-zat organik (saripati makanan). Maka dari sel janin, orok, bayi sampai usia anak-anak, Adam memperoleh makanannya dari cairan saripati makanan di permukaan Bumi, yang masuk melalui mulutnya (disengaja ataupun tidak). Cairan itupun berfungsi sebagai suatu sumber makanan, serupa seperti cairan infus (bagi orang sakit), ataupun air susu ibu (bagi bayi). Juga bahkan amat serupa dengan saripati makanan dari seorang ibu, yang teralirkan melalui tali pusarnya (bagi janin). Tetapi saripati makanan bagi Adam justru terbentuk alamiah di permukaan Bumi (di air rawa-rawa). Akhirnya saat ini, pada lapisan Bumi yang dahulunya amatlah berlimpah dengan zat-zat organik itu juga telah dibor oleh manusia, untuk bisa mengambil bahan bakar fosil ('minyak bumi'). Dan dengan amat melimpahnya minyak bumi di tanah Arab, maka cukup masuk akal, jika manusia-manusia pertama (Adam dan Hawa), bisa terlahir di sana (atau "diturunkan-Nya di padang arafat"). Tetapi masih 'misterius', faktor alamiah semacam apakah yang telah membuat tanah Arab itu menjadi jauh lebih kaya dengan bahan bakar fosil 'minyak bumi', jika dibanding dengan bagian-bagian Bumi lainnya. Lebih khususnya lagi, kenapa Adam dan Hawa terlahir di sekitar tanah Arab, seperti yang telah disebut-sebut dalam kitab-kitab agama tauhid, dan justru bukan di tempat-tempat lainnya. Walaupun secara sederhananya daerah tanah Arab itu memang berada pada bagian Bumi, yang memiliki sudut garis lintang sedang. Seperti halnya daerah-daerah di Cina utara, Amerika tengah, Australia tengah, Afrika utara dsb. Di mana daerah-daerah itu memang memiliki tingkat penguapan yang amat tinggi dan amat kering, sehingga banyak pula terdapat gurun-gurun pasir. Keadaan yang amat panas dan kering inilah yang membuat fosil-fosil makhluk hidup dalam tanah, menjadi jauh lebih mudah terurai menjadi minyak bumi. Masih 'misterius' misalnya, apakah keadaan yang lebih panas dan kering, yang memungkinkan Adam dan Hawa terlahir di tanah Arab?. Serta apakah Adam dan Hawa hanyalah sebutan simbolik bagi sejumlah besar manusia pertama pada berbagai daerah di Bumi (bukan hanya di tanah Arab, tempat kelahiran sebagian besar para nabi-Nya)? Tumbuhan sebagai makhluk yang 'tingkatannya' lebih rendah, prosesnya lebih sederhana, karena tumbuhan relatif tidak memerlukan rahim induknya. Sel-sel generatifnya (sel putik dan tumpang sari) bisa bertemu di tanah ataupun di udara, yang kemudian jatuh kembali ke tanah, serta langsung hidup atau mendapat makanannya dari tanah itu, untuk pertumbuhannya. Hal ini justru yang telah membuat mudah terbentuknya hutan yang sangat lebat terlebih dahulu, jauh sebelum dimulai-Nya proses penciptaan Adam dan Hawa di atas. Gambaran sederhana proses penciptaan makhluk nyata Berdasar uraian-uraian di atas, maka bisa diberikan gambaran secara umum dan sederhana pada Gambar 11 di bawah, tentang proses penciptaan makhluk hidup nyata, dari atom dan ruh. Gambar 11: Diagram umum penciptaan makhluk nyata Urutan proses penciptaan manusia "pertama" pengembangan Adapun urutan secara umum dan ringkas atas berbagai proses penciptaan manusia pertama (Adam dan Hawa), yang dikembangkan dari uraian-uraian di atas, serta dikaitkan dengan berbagai keterangan dari ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu: 23) Tabel 4: Urutan penciptaan Adam, dari pembahasan di sini
Urutan proses penciptaan manusia "pertama" dalam Al-Qur'an Sebagai bahan perbandingan urutan proses penciptaan manusia pertama, maka pada Tabel 5 di bawah inipun disertakan pula sejumlah surat-surat Al-Qur'an dan ayat-ayatnya, yang diketahui paling lengkap menyebut urutan seperti di atas, yaitu surat-surat: Al Baqarah (ayat 29 s/d 38), Al Hijr (ayat 26 s/d 43), Al A'raaf (ayat 10 s/d 25), Thaha (ayat 116 s/d 123) dan Shaad (ayat 71 s/d 83). Teks terjemahan ayat pada Tabel 5 sengaja diringkas untuk bisa mendapat gambaran umum isi ayatnya, namun teks ayat-ayat selengkapnya telah disertakan pula di Lampiran E. 23) Walau kelengkapan masing-masing kandungan isi setiap surat pada Tabel 5, berbeda-beda. Namun secara "luar biasa", urutan semua kandungan isi surat-surat itu tetap persis sama, kecuali hanyalah pada surat Al-Hijr ayat 27 (QS.15:27), yaitu "Dan Kami telah menciptakan jin, sebelum (Kami menciptakan Adam). ….". Dengan adanya kata 'sebelum', maka urutannya perlu disesuaikan pula menjadi: QS.15:27, QS.15:28 dan QS.15:26. Juga ayat QS.7:11 perlu dibagi dua (dipisah). Tabel 5: Urutan penciptaan Adam, dari Al-Qur'an
Siklus kejadian manusia "pertama" dan keturunannya Untuk mendapatkan suatu gambaran umum berlakunya aturan-Nya (sunatullah) dalam penciptaan setiap manusia, maka pada Tabel 6 di bawah ini disertakan perbandingan, antara siklus kejadian manusia pertama dan anak keturunannya (umat manusia keseluruhannya), "dari tanah sampai akhirnya kembali lagi ke tanah". Di mana siklus inipun berlangsung terus-menerus dan berulang-ulang sampai akhir jaman. 24)
"Dan apakah mereka (manusia) tidak memperhatikan, bagaimana Allah menciptakan(nya) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah." – (QS.29:19). "Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati (ditiupkan-Nya ruh untuk menciptakan makhluk hidup nyata), dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (diangkat-Nya ruh dari jasad tubuh makhluk hidup nyata), …." – (QS.30:19). Tabel 6: Rangkuman urutan siklus proses kejadian manusia
Beberapa keadaan khusus proses kejadian manusia Dari kitab suci Al-Qur'an, akhirnya bisa disimpulkan beberapa proses kejadian penciptaan manusia, yang siklus kejadiannya secara mendasar persis sama, seperti pada uraian-uraian ataupun pada Tabel 6 di atas. Namun ada sebagian dari sekumpulan proses itu, yang agak berbeda pada 'keadaan-keadaan' tertentu dalam prosesnya. Sehingga adanya "keadaan khusus" yang berbeda dari proses penciptaan manusia biasa umumnya sampai sekarang ini, di dalam Al-Qur'an disebut sebagai "suatu tanda yang besar bagi semesta alam" – (QS.21:91 dan QS.3:59), terutama tentang diciptakan-Nya nabi Adam as dan nabi Isa as. Serta bagi proses-proses penciptaan yang cukup rumit untuk diungkapkan seperti ini, dalam Al-Qur'an disebut dengan istilah yang sangat ringkas, "jadilah". Maka sejumlah keadaan tersebut dicoba diungkapkan secara ringkas pada Tabel 7 di bawah ini, selain melalui berbagai pembahasan lainnya pada buku ini. Sedang berbagai keadaan yang lainnya di sekitar siklus proses kejadian keseluruhan manusia, sejak dari tanah sampai kembali lagi ke tanah, tidak ada perbedaan yang cukup mendasar.
"Sesungguhnya, misal (kejadian) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (kejadian) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah', maka jadilah dia (melalui segala aturan-Nya)." – (QS.3:59). "Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia (melalui segala aturan-Nya)." – (QS.2:117). "Dan pada penciptaan kamu (manusia) dan pada binatang-binatang yang melata, yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya), untuk kaum yang menyakini," – (QS.45:4). Tabel 7: Beberapa keadaan khusus proses kejadian manusia
Kesimpulan sekitar penciptaan manusia "pertama" Dari uraian-uraian tentang proses kejadian penciptaan manusia "pertama" di atas, bisa diambil beberapa kesimpulan, antara-lain:
Bahwa penciptaan manusia 'pertama' (Adam dan Hawa), dan makhluk hidup 'pertama' lainnya (hewan dan tumbuhan) juga pastilah mengikuti aturan-Nya (sunatullah), dan tidaklah tercipta secara tiba-tiba begitu saja, seperti sulap. Bahkan serupa pula dengan tiap proses penciptaan segala makhluk hidup nyata, pada masa sekarang, ataupun pada masa mendatang. Dalam kerangka ini pula, penafsiran atas firman-Nya 'jadilah', ketika Allah menciptakan segala sesuatu, yang melalui proses-proses yang 'pasti' dan 'jelas'. Walaupun setiap proses itu sendiri bisa terjadi selama milyaran tahun, ataupun hanyalah seper-sekian detik saja. Dan juga walaupun manusia belum bisa memahami semuanya, ada yang prosesnya telah dibukakan-Nya kepada umat-umat yang dikehendaki-Nya, dan ada pula yang tidak ataupun belum dibukakan-Nya. Makhluk hidup nyata di angkasa luar Sampai sekarang, baru di Bumi yang diketahui ada makhluk hidup nyata 'tingkat tinggi', seperti halnya manusia dan hewan. Dan secara teoretis bisa dipastikan, bahwa ada planet-planet lainnya pada bintang-bintang yang lainnya pula (selain Bumi dan Matahari), yang hampir serupa dengan keadaan di Bumi, yang memungkinkan bisa terjadinya suatu kehidupan makhluk hidup nyata 'tingkat tinggi'. Sebagaimana telah diketahui oleh para ilmuwan, bahwa tidak ada kehidupan pada planet-planet lain dalam sistem tata surya, selain Bumi. Hal ini khususnya menunjukkan, bahwa kehidupan makhluk hidup nyata 'tingkat tinggi' hanya terjadi, pada planet yang memiliki temperatur dan keadaan lainnya yang sesuai. Tentunya hal ini berlaku pula pada semua sistem bintang dan planet, di luar sistem Tata surya. Sedang makhluk hidup nyata 'tingkat rendah', yang berupa sel ataupun lumut, telah diketahui oleh para ilmuwan, ada pada berbagai benda langit selain Bumi (seperti pada meteor, komet, dsb). Jikalaupun makhluk angkasa luar itu ada, secara teoretis bisa dipastikan, bahwa makhluk hidup nyata tingkat tinggi di angkasa luar itupun bentuknya sama pula, seperti manusia dan hewan di Bumi ini. Dengan dalil-alasan, bahwa segala unsur paling elementer (atau atom), sebagai pembentuk seluruh benda langit semestinya juga serupa (dari "kabut alam semesta", yang segala unsurnya bercampur-baur secara relatif homogen). Sehingga diperkirakan, segala zat organik atau benih kehidupan yang terbentukpun semestinya juga serupa. Begitu pula halnya dengan segala jenis zat ruh-ruh, yang telah diciptakan-Nya sejak ada terciptanya energi pada saat awal penciptaan alam semesta ini. Ruh-ruh yang juga "bercampur-baur" dan berada di seluruh alam semesta ini. Menurut sifatnya masing-masing, ruh-ruh tinggal menunggu saja untuk bisa menyatu dengan benih tubuh wadah yang sesuai (kecuali ruh makhluk gaib, yang tidak memerlukan tubuh wadah). Bahkan ada pemahaman lain yang menyatakan, bahwa segala zat ruh ciptaan-Nya justru memiliki jenis atau sifat yang persis sama. Dan pada akhirnya, wujud dari makhluk-Nya (makhluk hidup tingkat tinggi ataupun tingkat rendah), pada planet-planet selain Bumi, bisa diperkirakan semestinya sama seperti halnya segala makhluk-Nya yang ada di Bumi. Namun hal seperti ini bukanlah hal yang penting (ada ataupun tidaknya), tentang keberadaan para makhluk angkasa luar itu, karena tiap makhluk pasti hanya dimintai-Nya pertanggung-jawabannya, atas segala amal-perbuatannya masing-masing dalam kehidupannya. Maka kehidupan manusia di Bumi, sama-sekali tidak ada kaitannya dengan keberadaan segala makhluk angkasa luar itu (jika memang ada). Juga seluruh makhluk-Nya pasti mencari dan mengenal Tuhan yang sama, Allah Yang Maha Esa, dari hasil memahami tanda-tanda kemuliaan dan kekuasaan-Nya yang sama, di alam semesta yang sama pula. Akhirnya, seluruh makhluk-Nya bisa memahami jalan-Nya yang lurus yang sama yang perlu diikutinya, agar ia bisa kembali dekat ke hadapan 'Arsy-Nya, yang sangat mulia dan agung, yang sama pula. Proses "kloning" atas makhluk hidup nyata Definisi dari istilah "kloning" cukup berragam. Namun tentu saja proses kloning yang dibahas di sini, dan telah menjadi perdebatan ramai, adalah proses kloning yang menurut bidang ilmu bioteknologi, yaitu "proses-proses yang digunakan untuk menggandakan berbagai elsemen DNA (kloning molekular), sel-sel (kloning sel), ataupun juga organisme-organisme". Proses kloning relatif serupa atau kelanjutan dari segala usaha manusia, untuk bereksperimen pada bidang-bidang ilmu bioteknologi ataupun rekayasa genetik. Seperti misalnya proses pembuatan 'bayi tabung', yang relatif telah cukup lama diterapkan. Proses kloning pada dasarnya adalah sesuatu proses 'asembli' (atau penggabungan). Di mana suatu sel janin yang 'baru mulai' hidup dan tumbuh, dihilangkan inti selnya, serta inti sel ini lalu digantikan oleh suatu inti sel lain, dari suatu organisme yang ingin digandakan. Sel janin yang telah dimodifikasi inti selnya itu, lalu disimpan kembali ke rahim induknya. Maka proses kloning itu sama sekali bukanlah sesuatu proses "penciptaan makhluk" oleh manusia (menggantikan kekuasaan Allah). Bukanlah pula sesuatu usaha, agar manusia bisa 'hidup abadi', karena makhluknya memang berbeda (hanya serupa bentuknya saja). Sedang pada proses kloning itu manusia hanyalah bereksperimen untuk bisa mengganti-ganti hal-hal yang telah diciptakan-Nya. Serupa misalnya pada operasi pencakokan jantung, dari seseorang ke orang-lainnya. Pada dasarnya persoalan etis dalam proses kloning itu, relatif serupa dengan persoalan penentuan usia dari janin yang masih boleh digugurkan, pada usaha pengguguran kandungan. Maka sikap umat Islam dalam menyikapi hal ini, untuk kembali pada Majelis ulamanya yang bisa melahirkan sesuatu 'fatwa', yang lebih cermat menentukan 'batas usia' janin, yang telah bisa dianggap sebagai sesuatu makhluk yang 'utuh' dan 'tidak boleh' dibunuh (dibuang janin atau oroknya). Jika masih pada tahap sel, tentunya hal ini belum menjadi persoalan yang relatif cukup besar. Namun ada persoalan etis lain yang justru jauh lebih penting, walaupun memang bukanlah pengaruh langsung dari proses kloning itu sendiri, yaitu tingkat kegagalannya yang masih sangat tinggi (lebih dari 90%). Efek sampingan dari kegagalan inilah yang menimbulkan persoalan etis yang amat sangat luar biasa, terutama pada kloning atas manusia dan hewan. Tentunya Majelis ulama haruslah pula menyikapi hal ini, dimana kemungkinan akan sangat banyak manusia dan hewan dari hasil proses kloning, yang bisa menemui kematian secara dini, cacat, menderita berbagai penyakit dan berbagai persoalan lainnya. Menurut pemahaman di sini, tingkat kegagalan pada proses kloning atas manusia dan hewan, hampirlah dipastikan akan mustahil bisa mencapai 0% (atau 100% berhasil), karena pasti ada rahasia-Nya pada penciptaan setiap makhluk-Nya (terutama makhluk hidup tingkat tinggi, seperti manusia dan hewan), yang mustahil bisa dijangkau oleh umat manusia yang paling pintar sekalipun. Namun proses kloning atas sel-sel embrio, selain manusia dan hewan, justru barangkali masih bisa membawa berbagai kemanfaatan bagi umat manusia. Seperti misalnya agar bisa: meningkatkan kualitas dan mempercepat produksi pangan; mempercepat produksi berbagai vaksin, sebagai bahan pengobatan atas berbagai penyakit; dsb.
"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (yang menciptakan mereka atau terjadi begitu saja)?, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?.", "Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?. Sebenarnya mereka tidak menyakini (apa yang mereka katakan).", "Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Rabb-mu atau merekakah yang berkuasa?." − (QS.52:35-37). "Dan apakah mereka tidak melihat, bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan, dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?." – (QS.36:71). "Dan tidakkah manusia itu memikirkan, bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang (sebelumnya) ia tidak ada sama sekali." – (QS.19:67). "Apakah mereka mempersekutukan(-Nya dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun. Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang." – (QS.7:191) dan (QS.13:16, QS.16:17, QS.27:60, QS.35:40, QS.37:125, QS.39:38, QS.41:9, QS.46:4). "Katakanlah: 'Siapakah yang memberi rejeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan'. Maka mereka menjawab: 'Allah'. Maka katakanlah: 'Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?'." – (QS.10:31). "Katakanlah: 'Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya kembali' katakanlah: 'Allah-lah Yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya kembali. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)'." – (QS.10:34) dan (QS.27:64, QS.29:19, QS.35:3). Lebih lanjut, teori 'evolusi' Darwin dan berbagai bantahannya Sebelum dibahas lebih mendalam dan sekaligus pula dibantah, terlebih dahulu pada tabel berikut diungkapkan secara ringkas, tentang teori evolusi pada bidang biologi itu sendiri.
Namun pada penciptaan segala makhluk hidup nyata, ada hal-hal yang justru relatif sama-sekali bukanlah peran ataupun bagian dari proses evolusi, antara-lain misalnya:
Dari hal-hal di atas cukup tampak, bahwa proses evolusi hanya salah-satu dari amat banyak aspek-fenomesa pada proses penciptaan. Lebih pentingnya lagi, proses evolusi bukan bagian yang utama dari proses penciptaan itu sendiri, seperti misalnya: penyebab; keberadaan; pengaturan dan pengendalian; hierarki dan kestabilan; peran dinamis makhluk; fungsi-tujuan; dsb. Juga proses evolusi hanya menyangkut hal-hal lahiriah saja, dan bukan menyangkut hal-hal gaib dan batiniah. Perkembangan keadaan batiniah (pengetahuan misalnya) justru bukan hasil dari proses evolusi, karena tidak bisa menurun ke anak-keturunan. Sedang segala bayi terlahir dengan segala keadaan batiniah awal (fitrah dasar), yang sama-sama suci-murni dan bersih dari dosa. Tentunya peran dinamis makhluk yang relatif bebas namun terbatas di dalam proses penciptaan, juga tidak cocok disebut sebagai bagian dari proses evolusi (suatu kebebasan tidak memiliki arah tertentu). Sehingga proses evolusi sama-sekali tidak tepat, jika dianggap bisa mewakili keseluruhan proses penciptaan (tidak bisa disejajarkan begitu saja). Teori evolusi secara umum juga hanya sekedar berdasar kemiripan genetik dan morfologis, tanpa ada penjelasan memadai atas proses terjadinya kemiripan tersebut, agar bisa menjelaskan hubungan yang sebenarnya antar spesies yang berbeda-beda. Padahal segala makhluk hidup nyata di Bumi, memang pasti hanya terbentuk dari berbagai materi di Bumi, tentunya sedikit-banyak pasti ada pula kemiripan antar spesies. Tetapi hubungan antar spesies yang sebenarnya tidak bisa disederhanakan begitu saja, seperti halnya pada 'pohon kehidupan' (kera dianggap nenek moyang bagi manusia), tanpa alasan jelas. Berbagai kemiripan itupun masih sangat umum. Bahkan sama sekali belum terbukti adanya perubahan struktur tubuh secara amat perlahan,.dari suatu spesies tertentu ke spesies lain. Jelasnya lagi, belum terbukti adanya spesies-spesies 'antara' (di dalam bentuk fosil sekalipun), yang berada di antara dua spesies yang jelas-jelas diketahui, agar benar-benar bisa menunjukkan proses evolusinya. Status keberadaan spesies antara ditunjukkan secara sederhana melalui gambar berikut, terutama jika dikaitkan dengan cara pandang atas proses evolusi itu sendiri, yang secara umum bisa dikelompokkan menjadi 2 macam tipe proses evolusi, menurut perubahan genetiknya. Dan akhirnya, pada dasarnya teori evolusi memang ada sedikit mengandung kebenaran, namun justru telah relatif terlalu dipaksakan, agar menjelaskan penciptaan atau pembentukan makhluk hidup nyata. Sehingga teori evolusi juga mengandung berbagai kesesatan (terutama tentang asal-muasal atau awal penciptaan makhluk). Oleh karena itu, sangat diharapkan agar tiap umat Islam jauh lebih mencermati teori evolusi. Juga jauh berhati-hati menerapkannya sesuai konteks semestinya. Di samping para malaikat, manusia justru diciptakan-Nya relatif jauh lebih mulia dan sempurna daripada segala makhluk lainnya, terutama lagi jika ia memang telah mengikuti segala pengajaran dan tuntunan-Nya. Juga manusia bukanlah anak-keturunan dari kera, simpanse ataupun bahkan segala spesies lainnya.
"Maka terangkanlah kepadaku, tentang nutfah yang kamu pancarkan (atau air mani).", "Kamukah yang menciptakannya, atau Kami-kah yang menciptakannya?." – (QS.56:58-59). "Maka terangkanlah kepadaku, tentang yang kamu tanam.", "Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?." – (QS.56:63-64). "Maka terangkanlah kepadaku, tentang air yang kamu minum.", "Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?." – (QS.56:68-69). "Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari menggosok-gosokan kayu).", "Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya." – (QS.56:71-72).
"Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." − (QS.17:70). "Rasakanlah (air amat panas di neraka), sesungguhnya kamu (diciptakan sebagai) orang yang perkasa, lagi mulia." − (QS.44:49). "Dia (iblis) berkata: 'Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya (Adam), yang Engkau muliakan atas diriku?. …'." − (QS.17:62). "…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi-Nya, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. …" − (QS.49:13) dan (QS.3:26, QS.22:50, QS.4:31, QS.8:74, QS.20:75, QS.24:26, QS.33:31, QS.33:44, QS.8:4, QS.34:4, QS.35:10, QS.56:8, QS.36:11, QS.36:27, QS.37:42, QS.70:35). "…. Sebenarnya (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan," − (QS.21:26) dan (QS.51:24, QS.80:15-16, QS.81:19, QS.82:11).
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Rabb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. …" − (QS.3:191). "Dan sungguh, jika kamu tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi', niscaya mereka akan menjawab: 'Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui'." − (QS.43:9). |