Sebutkan 3 contoh menyebut nama Tuhan tidak dengan hormat

Klik Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja salah karena si penjawab bisa saja bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Selamat Belajar..#


Answered by sunartorichard on Mon, 01 Aug 2022 06:20:45 +0700 with category Sosiologi and was viewed by 345 other users

#Gambar#

Menghujat nama-Nya

Mempermainkan nama-Nya

Membuat nama Tuhan sebagai lelucon

Menyebur nama Tuhan dengan tidsk menggunakan hati alias dengan mulut saja

#Gambar#

Menyebut nama Tuhan dengan sembarangan

"Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan" atau "Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat" adalah salah satu dari Sepuluh Perintah Allah. ... "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan."

Moga membantu...

Maaf klo salah

Baca Juga: Coba Buat gambar ilustrasi berdasarkan cerita yang anda buat!​


en.dhafi.link Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

Keluaran 20:7 – Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.

Bagi banyak orang Kristen, kita cukup tahu ke sepuluh hukum taurat. Banyak dari hukum ini mudah untuk dimengerti dan  diapresiasi. Jangan membunuh, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian salah melawan saudara/tetangga kita merupakan dasar untuk lingkungan masyarakat yang adil. Namun, apa yang di maksud dengan tidak menyebut nama Allah kita dengan sembarangan?

Sejak saya menjadi seorang Kristen, saya selalu berpikir hukum ini berarti bahwa saya seharusnya tidak memakai nama Tuhan sebagai kata-kata kutukan. Jadi, kalau saya melukai diri saya atau merusak sesuatu, saya seharusnya tidak berteriak, “Yesus Kristus!” Atau kalau ada sesuatu yang mengejutkan, seharusnya saya tidak berkata, “Oh Tuhan!”. Inilah contoh-contoh yang saya pelajari tentang tidak memakai nama Tuhan dengan sembarangan. Jadi, setelah saya menjadi seorang Kristen, saya berhenti memakai kata-kata ini. Hal ini merupakan hukum yang sangat mudah untuk dilakukan. Saya merasa bahwa sampai sekarang tidak pernah melanggar hukum ini lebih dari 20 tahun. Tapi, apakah hanya hal ini mengenai hukum ini? Mungkinkah ada lebih dari pada ini? Apakah ada tantangan yang lebih dalam  dibalik hukum ini yang saya tidak mengerti?

Pengertian Yahudi mengenai nama Tuhan

Sebelum kita teruskan, adalah hal yang sangat menarik melihat orang Yahudi menjalankan hukum ini. Mereka sangat berhati-hati memakai nama Tuhan dengan sembarangan, bahwa mereka bahkan menolak untuk menyebutkan nama Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, nama Tuhan adalah ‘YWH’ atau ‘Yahweh’. Yang artinya “Dia adalah Siapa Dia”. Tidak ada seorangpun yang seperti Tuhan, Dia dengan penuh telah dipisahkan dan berbeda dari ciptaan-Nya (ini adalah satu defenisi dari kekudusan), dan Dia tidak bergantung kepada segala hal yang ada. Dia selalu ada dan akan selalu ada.

Oleh karena Hukum Taurat ini, orang Israel sangat takut untuk memakai nama Tuhan dengan sembarangan. Jadi, mereka tidak akan pernah memakai nama Tuhan. Kamu tidak akan pernah memakai nama Tuhan dengan sembarangan jika kamu tidak pernah menyebutkannya! Jadi, mereka menggabungkan nama Tuhan ‘YWH’ dengan kata Ibrani ‘tuhan’ atau ‘tuan’ yang adalah ‘adonai.’ ‘Adonai’ adalah kata yang dipakai untuk Tuhan dan manusia. Ketika mereka menggabungkan nama Tuhan ‘YWH’ dengan ‘adonai’ menghasilkan nama ‘Yehovah’ atau ‘Jehovah’. Inilah nama yang dikenal oleh banyak orang Kristen. Namun bukan nama yang sebenarnya untuk Tuhan. Kapanpun mereka melihat nama ‘Yehovah’, mereka mengenali bahwa nama itu diperuntukkan untuk nama Tuhan yang sebenarnya—‘YWH’.

 Memahami 10 Hukum Taurat

Kesepuluh Hukum Taurat membentuk dasar-dasar untuk hukum Yahudi atau Torah. Dan waktu kita membacanya, hukum itu sangat jelas dan tegas. Kita berpikir bahwa selama kita tidak mencuri, tidak berbohong dan tidak membunuh seseorang, kita dalam keadaan aman. Tetapi ketika Yesus mengajarkan ke 10 Hukum Taurat, Dia menunjukkan bahwa hukum ini tidaklah semudah yang kita pikirkan untuk menjalankannya. Salah satu alasan bahwa hukum ini bukan berarti untuk memerintah atas tindakan luar kita. Arti dari hukum ini adalah untuk menegur sikap-sikap yang ada didalam hati kita. Tidaklah cukup untuk mengendalikan tindakan luar kita — kita perlu mengubahkan hati kita. Hati yang bersih dan kuduslah yang menyenangkan Tuhan dan menjaga hukum-hukum-Nya. Jika hati kita bersih, maka tindakan-tindakan kita juga akan bersih.

Hukum ini diberikan kepada orang Israel di Gunung Sinai. Merupakan waktu yang sangat penting dalam sejarah Israel dan menandai mereka sebagai umat yang dipisahkan untuk Tuhan — umat yang menggambarkan Tuhan kepada bangsa-bangsa. Di jaman Yesus, orang-orang Farisi memperlajari hukum Yahudi secara terus-menerus dan membuat hukum-hukum baru yang bisa membantu mencegah setiap orang untuk melanggar hukum yang ada. Mereka sangat rajin untuk menjaga hukum dan memastikan orang lain menjaga hukum itu juga dengan baik.

Bagaimanapun, Yesus berkata sekalipun mereka melakukan tindakan luar dari hukum, hati mereka jahat. Mereka salah dalam menyatakan Tuhan, khususnya kasih Tuhan. Mereka tidak mengerti hati Tuhan. Dalam injil Matius, Yesus menegur orang-orang Farisi di area ini:

  • Matius 23:23 – Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Perhatikan bahwa Yesus berkata bahwa orang Farisi meninggalkan bagian yang paling penting dari Hukum Taurat tersebut — keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Kemudian, Paulus dan Yakobus merangkum bahwa mengasihi sesama adalah penggenapan dari Hukum Taurat.

  • Roma 13:8-10 – Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. 9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! 10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
  • Galatia 5:14 – Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”
  • Yakobus 2:8 – Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik.

Jadi, seseorang bisa terlihat menjaga/melakukan Hukum Taurat, tetapi jikalau mereka tidak mengasihi sesama, sebenarnya mereka telah melanggar Hukum Taurat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti Hukum Taurat atau Tuhan yang memberi Hukum Taurat.

Khotbah di Bukit membantu kita mengerti Hukum Taurat di Perjanjian Lama

 Khotbah Yesus di Bukit dalam Matius 5-7, terdapat di Perjanjian Baru sama dengan pemberian Hukum Taurat di Gunung Sinai. Perhatikan dalam Khotbah di atas Bukit sekali lagi tempatnya di atas Gunung. Saat ini murid-murid adalah orang-orang yang terpilih dan dipisahkan untuk Tuhan. Dan kebanyakan pesan dari Khotbah Yesus di Bukit adalah komentar dari Hukum Taurat yang beri di Gunung Sinai untuk  bangsa Israel. Seperti Hukum Taurat dalam Perjanjian Lama adalah untuk menandai identitas orang-orang Israel, Khotbah di Bukit adalah untuk menandai identitas orang-orang-Nya Tuhan dalam Perjanjian Baru, yaitu gereja, tubuh Kristus, dan Israel baru. Khotbah di Bukit adalah pesan kunci bagi kita untuk belajar dan merenungkan sebagai orang Kristen dan membiarkannya untuk mengubahkan hati kita. Dengan mengerti Khotbah di Bukit, juga membantu kita untuk mengerti hukum-hukum dari Perjanjian Lama.

Satu aspek yang sangat penting dari Khotbah di Bukit menunjukkan bahwa Tuhan lebih tertarik kepada hati kita dari pada tindakan luar kita.  Tuhan tidak menginginkan ketaatan luar kita, Dia menginginkan hati yang diubahkan. Dia menginginkan hati yang mencerminkan kasihNya, belas kasihNya, kebaikanNya, dan kekudusanNya. Tuhan tahu bahwa ketika hati kita bersih, lalu tindakan luar kita juga akan bersih. Kita tidak bisa menipu diri kita dengan berpikir hanya karena kita melakukan hal-hal yang seorang Kristen harus lakukan bahwa kita menyenangkan hati Tuhan. Khotbah di Bukit menunjukkan bahwa untuk melakukan Perintah Tuhan itu lebih dari hanya tidak melakukan kesalahan atau menghindari diri dari hal-hal yang jahat. Melakukan Perintah Tuhan artinya bahwa kita juga akan melakukan apa yang baik, kita akan melakukan apa yang benar – kita akan mengasihi yang lain.

Yesus menyebutkan 2 Hukum spesifik dari 10 Hukum Taurat dalam KhotbahNya di Bukit. Salah satunya yaitu Hukum untuk tidak membunuh. Dalam pasal 5:21, Yesus berkata bahwa telah tertulis “Jangan membunuh”. Kemungkinan orang-orang Farisi bangga ketika mendengar hal ini dan mengira bahwa mereka aman di area ini. Kita juga mungkin mengira bahwa kita baik-baik saja di area ini, “Saya belum pernah membunuh seseorang”. Tetapi Yesus menunjukkan bahwa ada hal yang lebih dari Hukum ini dari apa yang kita bayangkan, dan tidak semudah yang kita pikirkan untuk melakukannya. Karena Hukum-hukum ini bukan berarti untuk mengontrol tindakan luar kita tetapi untuk menegur sikap hati kita, jadi Yesus langsung kepada isinya dengan berkata:

  • Matius 5:22 – Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Yesus berkata bahwa ketika saya membenci orang lain didalam hati, artinya saya telah membunuh mereka di dalam hati saya dan saya telah melanggar hukum ini. Sekarang, dengan pengertian baru dari hukum ini, seberapa baikkah adanya kita? Tiba-tiba hukum ini tidak semudah yang kita bayangkan. Yesus meneruskan dengan perintah yang terdapat dalam ke 10 Hukum Taurat “Jangan berzinah”. Sekali lagi orang Farisi mungkin merasa bangga akan hal ini. “Saya belum pernah berzinah kepada siapapun. Saya baik dan aman dalam hal ini”. Namun, sekali lagi Yesus memberikan pengertian mendalam tentang hukum ini, sekali lagi Dia menekankan:

  • Matius 5:28 – Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Sekarang, banyak dari kita bisa saja berkata “Saya tidak pernah membunuh seseorang” atau “Saya tidak pernah berzinah kepada siapapun”. Tetapi tidak banyak dari kita, atau mungkin tidak seorangpun bisa berkata “Saya tidak pernah membenci seseorang atau saya tidak pernah memandang seseorang dengan hawa nafsu didalam hatiku”. Perhatikanlah, kita mungkin berpikir bahwa sebagai seorang Kristen kita baik dan aman jika kita tidak pernah membunuh seseorang, tidak berzinah, atau tidak melakukan dosa yang kita anggap besar. Namun, kebenarannya adalah apabila hati kita penuh dengan kebencian dan hawa nafsu, atau hal yang tidak suci, yang negatif, kesombongan atau pemikiran dan sikap yang tidak layak, kita tidak menyenangkan Tuhan. Kita sedang melanggar Hukum itu. Mengikut Tuhan bukanlah tentang kelihatan bagian luarnya kita, ini tentang perubahan di bagian dalam dimana kita menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan dan mengijinkan Dia mengubah kita dari dalam keluar. Hati kita perlu untuk mencerminkan hidup dan karakter Tuhan.

Menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan

 Jadi, bagaimana dengan hukum ini supaya kita tidak mengambil atau menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan? Apakah pengertian mendalam dari hukum ini? Orang-orang Israel berpikir bahwa kalau mereka tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, mereka tidak melanggar hukumnya. Tetapi sekalipun mereka tidak pernah menyebut nama Tuhan sembarangan, mereka masih tetap merasa bersalah dalam melanggar hukum ini. Bisa kita lihat, ketika kita berkata bahwa kita adalah orang Kristen, atau kita berkata bahwa kita adalah pengikut Kristus, artinya kita sedang memakai nama-Nya. Kita menyebut siapa kita dengan memakai nama-Nya, dalam hal ini kita sedang mewakili nama-Nya.

Mari berpikir dengan cara ini. Sering sekali Alkitab mendeskripsikan Allah sebagai Bapa kita, dan kita adalah anak-anak-Nya (1 Yohanes 3:1). Sebagai tubuh orang-orang percaya, kita semua disebut keluarga Allah. Sekarang, sebagai anak dalam keluarga tersebut, kita bisa membawa kehormatan atas nama keluarga, atau kita membawa rasa malu dalam keluarga tersebut. Contohnya dalam keluarga saya. Anak-anak saya dipanggil dengan nama bekalang saya. Kalau anak-anak saya bertumbuh menjadi anak-anak yang baik, melayani, dan membantu orang lain, mereka akan mengharumkan nama keluarga. Tetapi kalau mereka bertumbuh menjadi anak-anak criminal, pecandu narkoba, tidak jujur, kemudian mereka akan membawa rasa malu dalam keluarga. Sama halnya dengan kita sebagai anak-anak Allah. Apakah tindakan kita membawa hormat/mengharumkan atau rasa malu dalam keluarga?

Mencemarkan Nama Tuhan

 Sebagai anak- anak Allah, kita seharusnya tidak mencemari nama Tuhan:

  • Imamat 22:32–33 – Janganlah melanggar kekudusan nama-Ku yang kudus, supaya Aku dikuduskan di tengah-tengah orang Israel, sebab Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu, 33 yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Allahmu; Akulah TUHAN.”

Perjanjian lama, menjelaskan banyak tindakan yang menunjuk kepada pencemaran nama Tuhan. Sekalipun orang-orang Israel tidak menyebutkan nama Tuhan, mereka telah mencemari nama Tuhan dengan mereka melakukan berbagai tindakan yang jahat di mata Tuhan:

  • Imamat 18:21 (juga 20:3) – mengorbbankan anak, juga bisa mengacu kepada pelecehan seksual atau perdagangan anak, dimana ayat ini muncul dalam bentuk-bentuk imoralitas seksual (Imamat 18:19-23)
  • Imamat 19:11-12 – mencuri dan berbohong
  • Imamat 22:2 – menyalahgunakan persembahan yang diberikan untuk kerajaan Allah
  • Yeremia 34:16 – ketidakadilan, orang- orang Israel dengan paksa mengambil kembali budak- budak yang baru saja mereka bebaskan sesuain dengan hukum yang diberikan oleh Musa
  • Yehezkiel 20:39 – berhala, menjadikan hal yang lain selain dari pada Tuhan sebagai pusat dalam hidup kita
  • Amos 2:6-7 – menekan dan menganiaya orang-orang miskin, yang membutuhkan, mereka rakus dan pelanggaran susila/imoralitas.

Namun, bukan hanya dosa besar yang mencemarkan nama Tuhan. Sebagaimana kita pelajari sebelumnya, bahwa Tuhan lebih tertarik dengan hati kita dari pada mengendalikan perbuatan/tindakan-tindakan luar kita, karena semua tindakan kita tersebut dimulai dari pikiran-pikiran dan sikap hati kita. Jadi, setiap kali kita memilki pemikiran yang tidak mencerminkan pikiran Kristus, kita sedang mencemarkan nama Tuhan. Setiap kali kita memilki sikap yang tidak mencerminkan sikap Kristus, kita telah mencemarkan nama Tuhan. Firman Tuhan memanggil kita untuk memiliki sikap yang sama seperti Kristus (Filipi 2:5) dan untuk memiliki pikiran Kristus (1 Korintus 2:16). Paulus berkata kepada Timotius demikian:

  • 2 Timotius 2:19 – Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya” dan “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.”

Menjadi seorang Kristen tidak hanya sekedar ke gereja atau menyandangnya di KTP kita. Tuhan mengenal siapa milik kepunyaan-Nya. Tuhan bisa melihat di dalam hati kita apakah kita sudah benar-benar berserah kepada Dia atau tidak, apakah kita telah benar-benar mengikut Dia atau tidak. Paulus meneruskan dengan berkata bahwa setiap orang yang menamai nama Tuhan harus menjauhkan diri dari segala kejahatan. Oleh karena Dia adalah Kudus, Kudus, dan Allah yang Kudus, jadi kita di panggil untuk berjalan dalam kekudusan-Nya dan mencerminkan kekudusan itu kepada orang lain. Ketika Paulus berkata bahwa kita harus menjauh dari segala kejahatan, dia tidak sedang berkata bahwa kita hanya menjauh dari tindakan-tindakan dasar kejahatan saja. Tetapi, Paulus berkata, jikalau kita menyebut diri kita sebagai orang Kristen, kita akan menjauhkan diri kita dari segala macam kejahatan bahkan yang terdapat didalam hati kita, pikiran yang jahat, sikap yang jahat, hasrat yang jahat, dan keinginan-keinginan yang jahat. Bahwa mereka yang suci hatinya yang melihat dan mengenal Tuhan (Matius 5:8, Mazmur 24:3-4, Ibrani 12:14).

Kita dipanggil untuk mencerminkan Tuhan kepada orang-orang sekeliling kita

 Allah adalah Tuhan atas segala bangsa. Dia mengasihi bangsa-bangsa dan Dia merindukan segala bangsa untuk datang mengenal Dia. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan membangkitkan bangsa Israel untuk menjadi terang kepada bangsa-bangsa dan menjadi perwakilan Tuhan kepada bangsa-bangsa. Tetapi bangsa Israel gagal dalam hal ini ketika mereka lebih memilih untuk berjalan dalam dosa dan pemberontakan. Mereka menyebut diri mereka orang-orang-Nya Tuhan, tetapi mereka berjalan dalam kejahatan. Sebagai hasilnya, nama Allah tercela di tengah bangsa-bangsa dan Allah membawa hukuman atas mereka:

  • Yehezkiel 36:20–23 – Di mana saja mereka datang di tengah bangsa-bangsa, mereka menajiskan nama-Ku yang kudus, dalam hal orang menyindir mereka: Katanya mereka umat TUHAN, tetapi mereka harus keluar dari tanah-Nya. 21 Aku merasa sakit hati karena nama-Ku yang kudus yang dinajiskan oleh kaum Israel di tengah bangsa-bangsa, di mana mereka datang. 22 Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang. 23 Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa.
  • Yehezkiel 39:7 – Dan Aku akan menyatakan nama-Ku yang kudus di tengah-tengah umat-Ku Israel dan Aku tidak lagi membiarkan nama-Ku yang kudus dinajiskan, sehingga bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Yang Mahakudus di Israel.  (juga lihat Yehezkiel 20:9, 14, 22)

Sekarang, kita sebagai orang-orang-Nya Tuhan, Israel yang baru, kita dipanggil untuk menjadi terang kepada bangsa-bangsa dan mencerminkan Tuhan kepada bangsa-bangsa (Matius 5:14-16, 28:18-20, Kisah Para Rasul 13:47, Filipi 2:14-16). Sebagaimana Dia adalah yang Kudus kepada Israel, kita juga dipanggil untuk berjalan dalam kekudusan (1 Petrus 1:15-16). Tetapi bagaimanakah posisi kita? Sebagai orang Kristen, apakah kita mencerminkan Tuhan dengan baik kepada orang lain?  Apakah hidup kita mengharumkan nama Tuhan atau malah rasa malu? Ketika orang lain melihat hidup kita, seharusnya mereka bisa melihat Kristus dalam hidup kita. Kalau orang lain tidak bisa melihat Tuhan dalam hidup kita, artinya kita tidak mencerminkan Tuhan dengan baik dan memakai nama-Nya dengan sembarangan.

Kalau kita menyebut diri kita seorang Kristen, tetapi orang lain melihat dalam hidup kita  ketidakjujuran, imoralitas, kesombongan, amarah, keegoisan, keangkuhan, kemabukan, dan lain-lain, maka kita sedang memasang batu sandungan didepan mereka. Kita sedang menghalangi mereka untuk datang kepada Kerajaan Allah. Kita menghalangi mereka untuk melihat keindahan Kristus. Kita berkata bahwa kita adalah orang-orang-Nya Tuhan, tetapi kalau orang-orang yang belum percaya melihat kejahatan dalam hidup kita, mereka akan berpikir bahwa Tuhan seperti ini kelihatan-Nya. Mereka akan berpikir bahwa Tuhan mendukung hal-hal yang jahat. Jadi, orang yang belum percaya berpikir “Jikalau Allah  seperti itu ada-Nya, atau kalau Kristus seperti itu, artinya Dia adalah Allah yang sangat keji. Saya tidak akan pernah mengikut Allah yang seperti ini.” Ada banyak orang di dunia ini menolak bahkan bermusuhan dengan orang-orang Kristen karena mereka sudah mengalami dan bertemu dengan orang-orang yang menyebut dirinya seorang Kristen tetapi sama sekali tidak seperti Kristus. Sebagai hasilnya, nama Tuhan dihujat oleh karena perbuatan dosa mereka, seperti yang Paulus katakan di Roma:

  • Roma 2:23–24 – Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? 24 Seperti ada tertulis: “Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.”

Atau Petrus juga berkata bahwasanya perbuatan dosa kita mengakibatkan kebenaran itu di hujat:

  • 2 Petrus 2:2 – Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.

Baru-baru ini saya berdiskusi tentang siapa yang akan kita pilih dalam satu pemilihan dalam suatu percakapan. Jawaban saya tidak langsung kepada memilih calon seorang Kristen, tetapi memilih calon yang paling serupa dengan Tuhan Kristus – jujur, tidak rakus, melayani, memilki moral yang baik, rendah hati, kerja keras, adil, tidak memihak, dan memiliki integritas. Dan dalam kenyataaanya, kalau ada seorang calon Kristen yang tidak mencerminkan karakter Kristus – tidak jujur, rakus, tidak memiliki moral yang baik, sombong, pemalas, dan tidak adil – kita seharusnya tidak memilih mereka. Karena seorang pemimpin Kristen yang seperti ini, seperti kata Paulus sebelumnya bahwa mereka yang menimbulkan penghujatan atas nama Allah dan penolakan kepada ke Kristenan.

Untuk keduanya, sebagai pemimpin dan pengikut Kristus kita dipanggil untuk mewakili Tuhan dan mencerminkan karakter-Nya kepada orang-orang sekeliling kita. Ketika orang-orang melihat kita seharusnya mereka bisa melihat Kristus di dalam kita. Seharusnya mereka bisa mengalami hasil dari buah-buah Roh yang ada dalam hidup kita – kasih, sukacita, damai, kesabaran, kebaikan, kemurahan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan pengendalian diri (Galatia 5:22-23). Untuk bisa melakukan hal ini, kita perlu menyerahkan hidup kita kepada Kristus sepenuhnya dan mengijinkan Dia menhidupi hidup-Nya didalam kita (Galatia 2:20). Ketika kita melakukan hal ini, orang lain akan bisa melihat keindahan Kristus dalam hidup kita. Akan membuat mereka tertarik. Mereka akan melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda di dalam hidup kita, dan kita juga bisa mengarahkan mereka kepada Kristus dan memberikan segala kemuliaan bagi Tuhan.

Kesimpulan

Jadi, kita bisa melihat bahwa hukum ini untuk tidak menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan adalah lebih besar cangkupannya, lebih dalam, dan lebih menantang dari pada apa yang pernah kita bayangkan. Jikalau segala apa yang saya pikirkan, pilihan-pilihan saya, tingkah-laku saya, setiap sikap saya, keputusan-keputusan saya, atau tindakan saya yang tidak mencerminkan Kristus, artinya saya sedang mencemarkan dan menyia-nyiakan nama-Nya. Dengan pengertian ini, kita bisa melihat bahwa tidaklah mudah untuk menjalankan hukum ini sama sekali dan akan terus menantang kita selama kita masih hidup. Marilah kita menentukan hidup kita untuk hidup di jalan yang mencerminkan karakter Tuhan kepada orang lain, membawa kemuliaan dan hormat bagi nama Yesus.

Penerapan

  •  Janganlah kita menjadi terikat kepada legalitas, khususnya kepada hal-hal dalam Perjajian Lama, and terlebih khusus dalam hal kita mengatur tindakan luar kita. Tuhan ingin menuliskan hukum didalam hati kita (Yeremia 33:33). Mari kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan dan mengijinkan Roh Kudus-Nya untuk mengubahkan hati kita sesuai hati Kristus.
  • Mari kita terus memastikan bahwa hidup kita mencerminkan hukum-hukum yang terpenting – yaitu mengasihi Tuhan sepenuh hati kita dan mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri (Matius 22:36-40)
  • Mari kita menguji hati kita. Mari kita menguji setiap pemikiran kita, pilihan-pilihan kita, kelakuan kita, sikap kita, keputusan, dan tindakan kita. Mari kita menguji hidup kita seluruhnya. Apakah ada dalam hidup kita hal-hal yang tidak mencerminkan karakter Kristus? Lalu mari kita bertobat dan berbalik dari semua hal ini dan berkomitmen untuk selalu menghidupi hidup yang mencerminkan Kristus kepada orang lain dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya.