Satu di antara fungsi al – qur’an adalah هُدَى لِلنَّاسِ artinya …….

Fungsi Al-Qur'an - Telah dijelaskan di dalam beberapa surat dari Al-Qur’an berbagai fungsi Al-Qur’an, di antaranya di dalam surah al-Baqarah ayat 185 dan surah Ibrahim ayat 1, sebagai berikut:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”. (QS. Al-Baqarah: 185)

Menurut Ayat tersebut, fungsi Al-Qur’an ada tiga macam, yaitu:

1. Sebagai hudan atau petunjuk bagi umat manusia 2. Sebagai bayyinah atau penjelas dari petunjuk tersebut 3. Sebagai furqan atau pembeda antara yang benar dan yang batil.
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Artinya: “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim: 1)

Secara umum Al-Qur’an memiliki fungsi bagi manusia sebagai berikut:

1. Sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia agar hidupnya senantiasa berada di jalan Allah Swt. 2. Merupakan nikmat bagi orang yang beriman. 3. Sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman karena Allah Swt. menjanjikan balasan keimanannya dengan nikmat surga. 4. Sebagai peringatan bagi orang-orang kafir karena Allah Swt menjanjikan balasan kekafirannya dengan kesengsaraan di neraka. 5. Sebagai pendidikan moral yang sempurna karena di dalamnya terdapat kisah-kisah umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran dalam memilih jalan kehidupan.

Baca juga: Pengertian Al-Qur'an.

Alquran Hadis

Bismillah, para pembaca rahimakumullah, do’a adalah salah satu ibadah yang paling mudah dilakukan dan merupakan senjata kaum muslimin dalam situasi apapun. Do’a yang terlihat kecil ternyata adalah sesuatu yang sangat besar. Dengan do’a sesuatu yang menurut anggapan kita tidak mungkin dapat menjadi mungkin atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, begitu pula sebaliknya. Sebelum kita mengaplikasikan do’a itu sendiri dalam segala situasi dan kondisi, mari kita simak beberapa uraian dari do’a tersebut.

Macam-Macam Do’a

Do’a Ibadah

Do’a ibadah adalah memohon pahala dengan beramal shalih. Seperti mengucap dua kalimat syahadat dan melaksanakan tuntunan-tuntunan dua kalimat syahadat tersebut, shalat, puasa, zakat, haji, menyembelih sembelihan dan bernadzar karena Allah. Di antara ibadah yang disebut ini ada yang tergolong do’a dengan perkataan dan perbuatan seperti shalat. Barangsiapa telah melaksanakan ibadah ini dan ibadah lainnya, maka berarti ia telah berdo’a kepada Allah dan memohon ampunan-Nya dengan perbuatannya itu.

Kesimpulannya, ia beribadah kepada Allah karena mengharap pahala dan takut akan azabNya. Jenis do’a seperti ini tidak boleh ditujukan untuk selain Allah. Barangsiapa yang melakukan sebagian dari ibadah ini untuk selain Allah, sungguh ia telah menjadi kafir, yaitu telah keluar dari agama Allah dan termasuk golongan yang disebut dalam FirmanNya,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“. (QS. Ghafir: 60)

Dan firman Allah,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)“. (QS. Al-An’am: 162-163)

(Lihat Fath Al-Majid, hal. 180; Al-Qaul Al-Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid, Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin, I/117; Fatawa Ibn ‘Utsaimin, 6/52),

Do’a Permohonan

Do’a permohonan adalah do’a untuk memohon sesuatu yang bermanfaat, yakni yang memberi manfaat bagi pemohon, atau yang menghindarkan dari bahaya, atau meminta hajat-hajat.

Do’a permohonan memiliki penjelasan sebagai berikut:

Pertama, jika permohonan ini terjadi dari seorang hamba kepada hamba yang lain, yang masih hidup, mampu, dan ada di hadapannya, maka hal ini tidak termasuk kesyirikan. Seperti, “Berilah saya air minum”, atau, “Wahai Fulan, berilah saya makanan”, atau yang semisal dengan itu, maka tidak menjadi masalah. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa meminta (kepada kalian) dengan (menyebut Nama) Allah, maka berilah ia, dan barangsiapa memohon perlindungan (kepada kalian) dengan (menyebut Nama) Allah, maka berikanlah perlindungan kepadanya, dan barangsiapa yang mengundang kamu (untuk menghadiri walimah dan lain-lain -pen) maka penuhilah, dan barangsiapa berbuat baik kepadamu, maka hendaklah kamu balas, seandainya tidak ada yang kamu miliki untuk membalasnya, maka do’akanlah ia sehingga kamu merasa bahwa kamu telah membalas kebaikannya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 1672; An-Nasa’i, 5/82; Ahmad dalam Al-Musnad, 2/68 dan 99. Lihat At-Ta’liq Al-Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid, Syaikh bin Baz, hal. 91 dan 245).

Kedua, berdo’a kepada makhluk dan meminta darinya sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh selain Allah, maka hal ini menjadikan orang tersebut musyrik dan kafir, baik yang diminta itu masih hidup ataupun sudah mati, berada di hadapannya ataupun tidak di hadapannya, seperti perkataan, “Wahai kyai Fulan, sembuhkan penyakit saya, kembalikan barang saya yang hilang, panjangkan umur saya, beri saya anak, dan lain-lain”. Semua perkataan itu merupakan kekafiran yang sangat besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.

Allah berfirman,

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”. (QS. Al-An’am: 17)

Allah berfirman,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ . وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Yunus: 106-107).

Allah juga berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS. Al-A’raf: 194).

Allah juga berfirman,

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ

“Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri”. (QS. Al-A’raf: 197).

Allah juga berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ . يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ . يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Hal yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Hal yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat kawan”. (QS. Al-Hajj: 11-13).

Dan setiap orang yang memohon keselamatan kepada selain Allah, atau berdo’a kepada selain Allah dengan bentuk ibadah atau hanya permohonan saja, sedangkan permohonan itu tidak dapat dilakukan oleh selain Allah, maka orang tersebut musyrik dan murtad.

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ   مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. ( QS. Al-Hajj: 73-74).

Allah juga berfirman,

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. (QS. Al-Ankabut: 41-43).

Allah juga berfirman,

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ  وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

“Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan Tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?” mereka menjawab: (perkataan) yang benar”, dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Saba’: 22-23).

Allah juga berfirman,

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لأجَلٍ مُسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan, dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kesyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui”. (QS. Fathir: 13-14).

Allah juga berfirman,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ  وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka”. (QS. Al-Ahqaf: 5-6).

Dan setiap orang yang memohon keselamatan kepada selain Allah, atau berdo’a kepada selain Allah dengan bentuk ibadah atau hanya permohonan saja, sedangkan permohonan itu tidak ada yang dapat mengabulkannya selain Allah, maka orang itu musyrik dan murtad.

Allah berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, Padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al-Ma’idah: 72).

Allah juga berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa’: 116).

Allah juga berfirman,

فَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ

“Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab”. (QS. Asy-Syu’ara: 213).

Allah juga berfirman,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ  بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur“. (QS. Az-Zumar: 65-66).

Allah juga berfirman,

ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-An’am: 88),

Perbedaan antara Istighatsah dan Do’a

Istighatsah artinya memohon bantuan untuk diselamatkan, yaitu menghilangkan kesulitan. Seperti bentuk kata Al-Istinshar berarti memohon kemenangan, An-Nashr berarti kemenangan, dan Al-Isti’anah berarti meminta pertolongan.

Adapun perbedaan antara istighatsah (memohon bantuan untuk diselamatkan) dengan do’a, ialah bahwa istighatsah itu permohonan agar diselamatkan dari kesempitan dan duka cita, sedangkan do’a lebih umum dari istighatsah, karena do’a mencakup permohonan agar diselamatkan dari kesempitan dan duka cita serta permohonan yang lainnya.

Jika do’a digandengkan dengan istighatsah (misalnya disebutkan dalam sebuah kalimat  ‘doa dan istighatsah’), maka hal ini merupakan bentuk penggandengan sesuatu yang umum dengan sesuatu yang khusus. Sehingga hubungan antara keduanya adalah antara sesuatu yang umum dengan sesuatu yang khusus yang mutlak, yang bersatu dalam suatu materi, sedangkan do’a memiliki pengertian tersendiri dari materi itu. Jadi, setiap istighatsah adalah do’a, namun tidak setiap do’a adalah istighatsah

Do’a permohonan juga mengandung do’a ibadah. Do’a ibadah melazimkan adanya do’a permohonan. Maksudnya adalah setiap orang yang melakukan do’a permohonan berarti dia telah melakukan ibadah, karena do’a permohonan (masalah) mengandung harapan, permohonan, kerendahan diri dan ketundukan kepada Allah, dan hal-hal tersebut (harapan dan lain-lain) termasuk makna ibadah. Dan setiap orang yang melakukan (do’a) ibadah maka ibadah tersebut melazimkan adanya doa masalah (permohonan) karena setiap orang yang beribadah pasti mengharapkan pahala dari Allah, dan harapan ini termasuk doa masalah (permohonan). Adapun kata-kata do’a yang terdapat di dalam Al-Qur’an, terkadang bermakna do’a ibadah, terkadang bermakna do’a permohonan, dan terkadang bermakna kedua-duanya sekaligus.

Demikian para pembaca rahimakumullah, semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat. Mari kita perbanyak do’a niscaya Allah akan mendengar do’a-do’a kita. Wallahu a’lam bish-shawwab. Hanya Allah yang dapat memberi taufik.

***

Murojaah: Abu Hatim Sigit

Referensi: Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani. Agar Doa Dikabulkan (Sebab-Sebab Terkabul dan Tertolaknya Do’a Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah). Darul Haq.

Artikel muslimah.or.id

Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khairan

🔍 Azza Wa Jalla Artinya, Menjaga Kehormatan, Sering Haid, Mukjizat Doa Istri Untuk Suami, Cara Mensucikan Najis, Habbatussauda Yang Bagus, Doa Sholat Witir Sesuai Sunnah, Cara Ikhtiar, Tanda Kecil Kiamat, Kisah Istighfar 1000 Kali