Rajin melaksanakan shalat lima waktu termasuk perilaku yang mencerminkan

tirto.id - Shalat atau sholat lima waktu bagi muslim adalah wajib hukumnya. Terlebih bagi setiap orang yang telah memasuki masa akil baligh.

Dengan menjalankan shalat lima waktu, umat muslim juga telah menjalankan salah satu rukun Islam yang menjadi sendi agama Islam itu sendiri.

Sejak usia dini, anak-anak sebaiknya dilatih dan membiasakan diri melaksanakan salat. Sehingga, mereka akan memiliki kesadaran dalam melakukan ibadah tersebut.

Berikut ini cara melatih atau mengajarkan anak salat lima waktu dan membiasakannya seperti direkomendasikan Sahabat Keluarga Kemendikbud:

  1. Orang tua harus mencontohkan. Di usia tiga tahun, anak akan meniru apa yang dilakukan orang di sekelilingnya. Kemudian akan muncul rasa ingin tahu pada anak tersebut, barulah orangtua mengajak anak untuk salat. Harus diingat, jangan sampai menyuruh anak segera berwudu, sedang orangtua masih asyik dengan gawai atau aktivitas lainnya.
  2. Nasihati anak tentang pentingnya salat. Orangtua dapat meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dan menasihati anak. Kemudian jika anak tidak melaksanakan salat berikan nasihat tentang akibat dari tidak melaksanakan salat. Cara ini dilakukan agar anak takut dan muncul rasa bersalah jika meninggalkan salat.
  3. Berikan hukuman dan hadiah. Jika anak tidak melaksanakan salat, beri ia hukuman yang sifatnya mendidik. Misalnya, tidak memberikan uang jajan. Kemudian jika anak rutin melaksanakan salat lima waktu, ajak pergi berjalan-jalan ke tempat yang ia sukai, sehingga ia akan merasa dihargai..
  4. Mendoakan anak. Doa merupakan senjata yang paling ampuh, terlebih doa orangtua untuk anaknya. Sembari melakukan cara-cara di atas, doa juga harus dipanjatkan. Di antara doa yang biasa dibacakan yakni, Robbij’alna muqiimash-sholaah wa min dzurriyyatina, Robbana wa taqobbal du’aa.
Orangtua merupakan pihak yang berperan penting dalam menumbuhkan kesadaran salat lima waktu pada anak. Beberapa usaha yang dilakukan orangtua harus dibarengi dengan doa agar hasil yang akan didapat lebih maksimal.
Rajin melaksanakan shalat lima waktu termasuk perilaku yang mencerminkan

Makna dan Pentingnya Salat

Secara bahasa, salat berarti doa. Hal tersebut dituliskan dalam firman Allah pada Q.S. At-Taubah (9:103) seperti berikut:

وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya, “Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Sementara, secara istilah, Syekh Muhammad bin Qasim as-Gharabili dalam kitab Fathul Qarib menyebutkan:

وشرعا - كما قال الرافعي: أقوالٌ وأفعال مُفتَتحَةٌ بالتكبير، مختتمةٌ بالتسليم بشَرائطَ مخصوصةٍ

Artinya, “Dan secara (istilah) syara’–sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Rofi’i, (salat ialah) rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir, diakhiri dengan salam, beserta syarat-syarat yang telah ditentukan,”

Sementara, dilansir dari NU Online, berikut adalah hikmah dari didirikannya salat:

  1. Dalam salat, ada sujud, sebuah posisi di mana kita merendahkan diri hingga mencium tanah. Ini merupakan pengingat bagi kita akan kerendahan kita di hadapan Allah Sang Pencipta, karena sesungguhnya di hadapan Allah, kita hanyalah hamba yang mutlak sepenuhnya milik Allah
  2. Menyadarkan kita bahwa pada hakikatnya tiada yang mampu memberikan pertolongan pada kita selain Allah
  3. Salat dilakukan sehari semalam sebanyak 5 kali. Ini berarti ada 5 kali dalam sehari semalam kita bisa bertobat, kembali kepada Allah, karena memang pada dasarnya dalam sehari semalam, tidaklah mungkin kita terluput dari dosa, baik disengaja ataupun tidak.
  4. Memperkuat akidah dan keimanan kita pada Allah SWT, karena sesungguhnya sehari-hari godaan kenikmatan duniawi dan godaan setan senantiasa mengganggu akidah kita hingga kita lupa akan keberadaan Sang Khaliq yang Maha Mengawasi.
  5. Dengan melakukan ibadah salat, kita kembali mempertebal keyakinan dan keimanan kita, sebagaimana tumbuhan kering yang segar kembali sesudah diguyur hujan.

Baca juga:

  • Bacaan Niat, Doa, Waktu Mustajab, dan Tata Cara Salat Tahajud
  • Shalat Dhuha: Bacaan Niat, Doa, Hingga Keutamaannya

Baca juga artikel terkait CARA SHALAT atau tulisan menarik lainnya Dinda Silviana Dewi
(tirto.id - dsl/tha)


Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno
Kontributor: Dinda Silviana Dewi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Salah satu derajat yang harus dicapai seorang muslim adalah menjadi seorang mukmin. Untuk melihat ciri seorang mukmin, Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Ali-Imron ayat 113-114, yang artinya : “Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka juga bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh.”

DARI firmah Allah itu, ada empat perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang mempunyai ciri seorang mukmin, yaitu : Pertama, orang mukmin jika bekerja akan cepat, tidak pernah dinanti-nanti. Kedua, ketika bekerja paling semangat. Ketiga, paling depan ketika berbuat baik. Keempat, tidak pernah mempunyai niat untuk berbuat jahat.

Semua perbuatan itu harus dijalankan dengan ikhlas, seperti dicontohkan Rasulullah yang selalu menghabiskan waktu malam untuk sujud dan ruku meminta ridho-Nya. Rasulullah mencontohkan untuk tidak pernah lelah dalam melakukan sesuatu, karena ikhlas dalam menjalankannya.

Sebagai karyawan-karyawati, kita harus meniru sikap Rasulullah yang tak kenal lelah beribadah dan bekerja atas nama Allah, bukan yang lainnya. Padahal Rasulullah adalah manusia yang akhlaqnya paling mulia, pasti terbebas dari semua dosa, dan dijamin masuk surga. Bekerja dengan hati ikhlas dan bulat tekad karena Allah akan memudahkan perjalanan karier kita ke depan.

Ada tiga tingkatan orang ikhlas. Pertama, orang beribadah karena Allah, namun masih dikaitkan dengan urusan dunia. Contohnya, semangat bekerja jika ada pimpinan, karena ingin mendapat pujian.

Kedua, ibadah karena Allah, namun masih dikaitkan ingin masuk surga dan menghindari neraka. Ketiga, beribadah karena Allah tidak ada iming-iming lain kecuali hanya karena Allah. Sebab, apapun yang Allah kehendaki, tentu Allah sudah ridho. Ikhlas jenis terakhir inilah ikhlas yang sangat dimuliakan.

Orang ikhlas hatinya senantiasa terbuka, karena mendapat cahaya iman dan takwa dari Allah SWT. Sebaliknya, celakalah bagi orang yang suka melanggar, karena memiliki hati yang sangat keras untuk ingat kepada Allah. Mereka itulah yang berada dalam kesesatan yang nyata.

Agar tidak sesat dan selalu dicintai Allah SWT, Al-Quran Surat Al-Anbiya ayat 19-20 memberi petunjuk : “ Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.”

Ada tiga hal yang harus diperhatikan manusia dalam berperilaku agar dicintai Allah. Pertama, tidak sombong dan angkuh. Allah akan mencintai hambaNya yang senantiasa rendah hati dan tidak sombong. Kemuliaan di depan Allah bukan karena warna kulit, jabatan, atau ilmu, tetapi karena takwa. Perilaku sombong dan angkuh merupakan induk dosa. Berawal dari sombong dan angkuh akan menyebabkan perilaku-perilaku lain yang tidak diridhoi Allah.

Tanda kedua orang yang dicintai Allah adalah ketika manusia beribadah, baik beribadah kepada Allah maupun kepada masyarakat. Kalau kita bekerja, niatkan karena Allah, bukan karena uang dan yang lainnya. Bila di dunia tidak didapat, kelak di akhirat Allah akan memberi kesempatan dan kebahagiaan yang luas, karena kita bekerja karena Allah.

Tanda terakhir orang yang dicintai Allah adalah dia selalu mengingat Allah. tidak ada hentinya. Dalam Al-Quran ada pesan : “Saat kalian selesai menunaikan shalat, jangan berhenti untuk ingat kepada Allah.” v (wasu / DK)

Tausyah Ustadz Hapid, Dosen UIN, dalam Manajemen Qalbu di hadapan pimpinan, karyawan dan, karyawati DBMPR Provinsi Jawa Barat.