Praktek PENDIDIKAN yang Mempengaruhi PERKEMBANGAN sosial anak usia SD

Kajian Teori

  1. Pengertian Perkembangan Sosial

Beberapa teori tentang perkembangan telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa tahap dan jenjang.

Setiap orang berkembang dengan karakteristik sendiri. Kehidupan anak dalam menulusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungannya.

Proses dalam perkembangan meliputi proses biologis, kognitif dan sosial. Ketiga proses ini saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Ketika proses ini terjadi akan menghasilkan fase-fase perkembangan pada seorang individu.

Keterjalinan proses-proses tersebut dengan fase perkembangan, tampak seperti berikut:

Praktek PENDIDIKAN yang Mempengaruhi PERKEMBANGAN sosial anak usia SD
Praktek PENDIDIKAN yang Mempengaruhi PERKEMBANGAN sosial anak usia SD
Praktek PENDIDIKAN yang Mempengaruhi PERKEMBANGAN sosial anak usia SD

Gambar dikutip dari Syaodih dan Sumantri, 2007

Dari keterjalinan inilah maka sosial harus adea dalam proses perkembangan anak. Proses sosiai tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan sosialisasi. Manusia tumbuh dan berkembang didalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial banyak memberikan pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sosio-psikologis.

Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan.  Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan  berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Kemampuan dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.

Abu ahmadi(dalam Djaali : 2013) berpendapat bahda ada sebagian psikologi yang beragumentasi  tentang perkembangan sosial yang telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak menagis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antar anak dan lingkungannya.

Menurut Muhibinsyah dikutip dari khairani bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa dan bernegara.

Proses sosialisasi tampaknya terpisah, tetapi sebenrnya saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, sebagaimana yang dikemukakan harlock (1978), yaitu :

1.      Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial

2.      Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima

3.      Mengembangkan sikap/ tingkah laku sosial terhadap individu dan dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat diartikan bahwa perkembangan sosial merupakan kemampuan berprilaku sosial yang telah dimulai sejak manusia itu lahir, pembentukannya terjadi dalam pribadi itu sendri maupun dalam keluarga, budaya, bangsa dan bernegara terorganisasi dalam proses sosialisasi yang berhubungan antara yang satu dengan lainya, prosesnya meliputi belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial, belajar bermain peran sosial yang dapat diterima dan mengembangkan sikap serta tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak

1.      Karakteristik perkembangan sosial

Khairini(2013) mengatakan Karakteristik perkembangan sosial dalam ciri tingkah laku sosial anak terdapat dalam setiap periode yaitu :

a.       Periode Bayi

1)      Usia 1- 2 bulan, anak belum mampu untuk membesarkan objek dan benda

2)      Usia 3-4 bulan, mata sudah kuat melihat orang atau objek, tersenyum dengan bayi lain

3)      Usia 5-9 bulan, bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah atau tidak, kadang-kadang agresif, memegang, melihat, mengikuti suara dan tingkah laku yang sederhana

4)      Usia 12 bulan, mengenal larangan

5)      Usia 24 bulan, anak sudah membantu melakukan aktivitas sederhana

b.      Periode Pra Sekolah

Adapun cirri-ciri sosialisasi periode pra sekolah adalah sebagai berikut :

1)      Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumahnya

2)      Dikenal dengan istilah pregang age

3)      Hubungan dengan orang dewasa

4)      Hubungan dengan teman sebaya

5)      3-4 tahun mulai bermain bersama

c.       Periode Usia Sekolah

Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Pengaruh yang timbul pada keterampilan sosialisasi anak diantranya sebagai berikut:

1)      Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok

2)      Membantu anak mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilainya

3)      Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan emosional dari rasa dakwaan.

Harlock mengemukakan beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada awal masa kanak-kanak yaitu sebagai berikut:

1)      Kerjasama

2)      Persaingan

3)      Kemurahan hati

4)      Hasrat akan penerimaan sosial

5)      Simpati

6)      Empati

7)      Ketergantungan

8)      Sikap ramah

9)      Meniru

10)  Prilaku kedekatan

Selain itu pada usia anak- anak mulai memilki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosntris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau Sosiosentris( mau memperhatikan kepentingan orang lain)(ofenx.blogspot.com.2012)

2.      Tahapan penerimaan sosial

Perkembangan sosial yang dialami anak adalah proses penerimaan sosial. Berkenaan dengan penerimaan sosial Hurlock mengemukakan (dalam Khairani, 2013) beberapa tahapan (stage) dalam penerimaan kelompok teman sebaya adalah sebagai berikut :

a.       A. Reward Cost Stage

Pada stage ini ditandai adanya harapan yang sama, aktivitas yang sama dan kedekatan

b.      A. Normative Stage

Pada stage ini ditandai oleh dimiliki nilai yang sama, sikap terhadap aturan, dan sanksi yang diberikan biasanya terjadi pada anak kelas 4 dan 5 SD

c.       An Emphatic Stage

Pada stage ini dimilikinya pengertian, pembagian minat, self disclosure adanya kedekatan yang mulai mendalam di atas kelas 6 SD

Anak yang popular lebih mengetahui cara menjalin persahabatan(Harlock,1978) ini akan meningkatkan penerimaan sosial mereka pada gilirannya akan menimbulkan efek yang baik pada konsep diri mereka. Di bawah ini rangkaian peristiwa yang menimbulkan penyusuaian pribadi dan sosial yang baik.

Praktek PENDIDIKAN yang Mempengaruhi PERKEMBANGAN sosial anak usia SD
3. Pengembangan sosial melalui tahapan bermain sosial

Aktivitas bermain bagi seseorang anak yang memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman dan anak akan menyiapkan mainan dalam mengahadapi pengalaman sosialnya. Sikap yang perlu dikembangkan melalui kegiatan bermain antara lain (khairani , 2013):

a.       Sikap sosial

Dalam proses cara bermain mendorong anak untuk meningkatkan pola berpikir egosentrisnya.

b.      Belajar berkomunikasi

Agar anak dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti sifat dan pergaulan teman-temannya

c.       Belajar mengorganisasi

Pada waktu anak-anak bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar “berorganisasi”

d.      Lebih menghargai orang lain dan perbedaan-perbedaan

e.       Menghargai harmoni dan kompromi

Menurut Patmonodewo ada 5 tingkatan dalam bermain sosial yaitu :

a.       Bermain Solitaire

Anak-anak bermain dalam satu ruangan, mereka tidak saling menggangu dan tidak saling memperhatikan .

b.      Bermain sebagai penonton/ pengamat

Pada tahap ini anak mulai peduli terhadap teman-temannya yang bermain disuatu ruangan dan ia pun masih bermain sendirian.

c.       Bermain Parallel

Pada tahap ini anak bermain bersama dengan mainan yang sama dalam suatu ruangan.

d.      Bermain Asosiatif

Yaitu permainan yang melibatkan beberapa orang anak, namun belum terorganisasi

e.       Bermaain Kooperatif

Dilakukan secara berkelompok masing-masing anak memiliki peran untuk mencapai tujuan permainan.

Beberapa hal di atas dapat dijadikan pembelajaran agar kita dapat mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak, baik berdasarkan periode ciri-ciri tingkah laku sosial, kemudian tahapan penerimaan sosial, serta bagaimana mengembangkan sikap sosial melalui bermain sosial yang dapat dirancang oleh seseorang maupun yang terjadi secara alamiah ketika anak atau seseorang bermain.

2. Faktor-faktor dalam Perkembangan Sosial Anak

Soetarno(dalam Khairani) berpendapat bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu, faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar lingkungan keluarga. Menurut Harlock ditambah dengan faktor ke-3, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. Sunarto dan Hartono menyatakan faktor lainya yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu kematangan, pendidikan, dan kapasitas mental yaitu emosi dan intelegensi.

Penjelasan dari semua faktor di atas adalah sebagai berikut:

1.      Faktor Keluarga

Keluarga meruapakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak. Diantara faktor-faktor yang terkait dengan dengan keluarga dan yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah hal-hal yang berkaitan dengan :

a.       Status Sosial ekonomi keluarga

b.      Keutuhan keluarga

c.       Sikap dan kebiasaan orang tua

2.      Faktor di luar Keluarga

Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. 

3.      Faktor Pengalaman Sosial Awal

Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya. Beberapa pengaruh pengalaman sosial awal yaitu :

a.       Perilaku sosial yang menetap

b.      Sikap sosial yang menetap

c.       Pengaruh terhadap  partisipasi sosial

d.      Pengaruh terhadap penerimaan sosial

e.       Pengaruh terhadap pola khas perilaku

f.       Pengaruh terhadap kepribadian

4.      Faktor kematangan

Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan bahasa ikut pula menentukan.

Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya.

5.      Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoprasian ilmu yang normative, akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar dikelembagaan pendidikan (sekolah)

Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kpada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etika pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

6.      Faktor Kapasitas Mental (emosi dan Intelegensi)

Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

Pada kasus tertentu, seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) “ menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.

Selain berbagai faktor di atas yang bersifat umum, faktor yang dianggap dapat menghambat perkembangan sosial anak prasekolah, menurut srimaryani (dalam khairani, 2013) sebagai berikut :

1.      Tingkah Laku Agresif

Tingkah laku agresif biasantya mulai tampak sejak usia 2 tahun, tetapi sampai usia 4 tahun tingkah laku ini masih kurang muncul, terlihat dari seringnya anak TK saling menyerang secara fisik misalnya mendorong, memukul, atau berkelahi.

2.      Daya Suai kurang

Daya suai kurang biasanya disebabkan cakrawala sosial anak yang relative masih kurang. Masih terbatas pada situasi rumah dan sekolah.

3.      Pemalu
Rasa malu biasanya sudah terlihat sejak anak  sudah mengenal orang-orang disekitarnya.

4.      Anak Manja

Memanjakan anak adalah suatu sikap orang tua yang selalu mengalah pada anaknya, membantalkan perintah, atau larangan hanya karena anak menjerit, menentang dan membantah.

5.      Perilaku Berkuasa

Perilaku berkuasa ini muncul sekitar 3 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya kesempatan.

6.      Perilaku Merusak

Ledakan amarah yang dilakukkan oleh anak sering disertai tindakan merusak benda-benda disekitarnya.

Beberapa faktor yang telah dijelaskan di atas, jelas menjadi acuan kita untuk mengetahui lebih dalam tentang perkembangan sosial anak. Seringkali kita lupa bahwa semua yang ada dilingkungan kita merupakan faktor-faktor yang membuat seseorang dapat mengalami perkembangan sosial, dari melihat, belajar hingga menirukan. Terkadang di sinilah dapat terjadi penyimpangan sikap sosial anak, karena tidak terarah dan terorganisasi dengan baik.

Pada Sikap orang tua yang berlebihan menyangi anak juga berdampak negative terhadap perkembangan sosial anak. Anak cenderung kurang menghargai orang lain dan menganggap semua tindakannya adalah sesuatu yang benar dan harus diterima. Interaksi sosial yang terjadi di sekolah jg hal penting yang harus diperhatikan oleh pendidik. Agar hasil dari interaksi sosial yang terjadi tidak berdampak negative terhadap kehidupan anak dimasa mendatang.

4.  Pengaruh perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial remaja, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran ini terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan seringg ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan yang sering tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah lakusehari-hari.

Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain , termasuk kepada orang tuanya.setiap pendapat orang lain dibandingkan denga teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi / ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada prilakunya. (Sunarto dan Hartono, 2008).

Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.(Sunarto dan Hartono, 2008). Selain itu menurutnya pengaruh egosentris yang masih terlihat pada pikiran remaja:

1.         Cita-cita dan idealisme yang baik terlalu menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tannpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya dalam menyelesaikan persoalan.

2.         Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakkan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengfan padangan orang lain mengenai dirinya.

Pencerminan sifat egois sering menyebabkan kekakuan para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah bertalian dengan perkembangan fisik ysang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena disangkanya orang lain sepikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan “seperti” selalui diamatai orang lain, perasaan malu, dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.  

Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulka reaksi lain dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menentang mala petaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang acapkali dipikirkan atau direncanakan. Aktivitas yang dilakukan pada umumnya tergolong aktivitas yang membahayakan.

Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapaty orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

Berdasarkan penjelasan ini tentu kita tidak ingin seorang anak yang mengalami perkembangan sosial akan merubah tingkah laku mereka kelak menjadi seorang remaja yang bertngkah laku negatif, misalnya melakukan aktivitas yang membahayakan. Hal ini dapat kita cegah dimulai dari orang tua, yaitu lingkungan yang dekat dengan anak dan dilanjutkan di dunia pendidikan. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberi hadiah bila melakukan hal positif dan memberikan hukuman bila melakukan hal yang negatif.(dikutip dari Sumantri dan Syaodih)

Hadiah atau ganjaran adalah sebagai bentuk apersepsi atau pernghargaan terhadap suatu prestasi atau menghasilkan sesuatu yang dapat dibanggakan baik teman, orang tua dan dirinmya sendiri yang telah dicapai oleh suatu kelompok anak dalam aktivitas tertentu. Jadi ganjaran atau hadiah dimaksudkan tidak diberikan sebelum suatu aktivitas atau pekerjaan selesai dikerjakan oleh anak.

Hukuman merupakan sanksi fisik maupun psikis terhadap suatu kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak dengan sengaja. Sukar untuk membedakan kesalahan anak itu sengaja atau tidak disengaja. Kesukaran tersebut disebabkan oleh belum adanya pemahaman pada anak terhadap “moral”.  

IMPLIKASI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK TERHADAP KURIKULUM SD DAN PEMBELAJARAN DI SD

A.    Implikasi Perkembangan Sosial Terhadap Kurikulum SD

Penjelasan mengenai perkembanagn sosial anak bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Sejak dilahirkan, bayi sudah termasuk dalam masyarakat kecil yaitu keluarga.

Menurut Purwanto (dalam Nuryanti: 2013) mengatakan bahwa tugas dan tujuan pendidikan sosial yang tertuang dalam sebuah kurikulum adalah :

1.      Mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia yang sadar akan kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat

2.      Membiasakan anak-anak mematuhi dan memenuhi kewajiban sebagai anggota masyarakat.

Merujuk dari hal di atas bahwa manusia dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk sosial, senantiasa selalu tumbuh dalam diri seseorang anak  yang dimaksud dengan perkembangan sosial.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, lingkungan sekolah, orang dewasa lainya atau teman sebaya. Apabiala lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya. Kurikulum di satuan pendidikan harus dapat memuat fasilitas sosial ini agar perkembangan sosial anak dapat terjadi secara positif. Kurikulum pendidikan harus mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal pokok maupun metode penyampaiannya.

Namun apabila lingkungan sekolah kurang kondusif, seperti guru yang kasar, sering marah, tidak memberikan bimbingan, tidak memberikan contoh yang baik atau pembiasaan anak-anak dalam penerapan norma-norma yang berlaku baik agama maupun tata karma maka anak cenderung menampilkan pruilaku yang negative seperti:

1.      Minder

2.      Senang mendominasi orang lain

3.      Bersifat egois

4.      Senang mengisolasi diri/ menyendiri

5.      Kurang memiliki perasaan rasa

6.      Kurang memperdulikan norma dan prilaku.

Dengan memperhatikan perkembangan sosial, dapat memberikan kontribusi serta perhatian yang besar untuk menata suatu kurikulum menjadi lebih baik. Segala struktur dalam kurikulum SD harus memuat berbagai aspek yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum. Penyelenggaraan kurikulum juga menjadi lebih bermakna dengan mengajak semua pelaku pendidikan untuk berinteraksi sosial. Hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan lingkungan lainnya seperti, keluarga maupun masyarakat.  Interaksi tersebut dapat tercermin dalam seperti kegiatan berikut:

1.      Carilah kontak yang baik dengan orang tua dengan mengunjungi keluarga mereka

2.      Berilah banyak kesempatan untuk bergaul dengan teman sebayanya agar saling mengerti, seperti mengadakan kegiatan pramuka, PMR atau kegiatan lainnya.

3.      Guru harus dekat dengan mereka bila mereka bertengkar, ia perlu berfungsi sebagai jembatan perdamaian, ajarkaqn juga hal ini kepada siswa lain dalam mendamaikan temannya, agar terbiasa menyelesaikan masalah perkelahian

4.      Mengadakan banyak perlombaan agar dapat bergaul dan bersaing dengan sehat.

Selain itu dengan adanya perkembangan sosial di dalam sebuah kurikulum perlu dicantumkan bentuk-bentuk pembelajaran yang mengajarkan tentang interaksi sosial seperti kerja sama, perhatian dengan orang lain seperti simpati dan empati selalu berprilaku baik, kemurahan hati serta persaingan sehat. Hal ini dapat tercermin dalam kegiatan pembiasaan, misalnya salam sapa bila bertemu guru maupun teman, membantu teman yang kesusahan, menjenguk bila ada teman yang sakit dll.

B.     Implikasi Perkembangan Sosial Terhadap Pembelajaran di SD

Anak dilahirkan belum memilki kemampuan dalam bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain, termasuk dengan teman sebayanya.

Berkat perkembangan sosial, seorang anak dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk menjalankan pembelajaran yuang berisi dengan interaksi sosial, misalnya pemberian tugas-tugas kelompok, maupun yang membutuhkan tenaga fisik maupun fikiran.

Selain itu, dengan adanya perkembangan sosial anak, dalam pembelajaran pendidik perlu mengetahui dan mengenali karakteristik perkembangan sosialnya. Kemudian perlu diciptakan lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan tuntutan perkembangan sosial anak. Penting bagi pendidik untuk menghilangkan dan menekan atau mengeliminasi faktor penyebab dan hal-hal negatif serta perusak perkembangan sosial pada anak pra sekolah.

Dilihat dari pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial pada peserta didik, terdapat beberapa implikasi menurut Budiamin. Dkk(dalam Nuryanti) yaitu:

1.      Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik ddalam menyadari dan menghayati pengalaman sosialnya, dapat dilakukan aktivitas bermain peran yang ditindak lanjuti dengan pembahasan diantara mereka.

2.      Keberadaan teman  sebaya bagi anak usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat berarti, bukan saja sebagai sumber kesenangan bagi anak melainkan dapat membantu mengembangkan banyak aspek perkembangan anak.

Pembelajaran menjadi lebih berwarna dan bervariasi dengan adanya perkembangan sosial anak. Seperti teori pembelajaran yang dicetuskan oleh Bandura tentang kognitif sosial, yaitu menyatakan bahwa semua informasi diperoleh dari interaksi terhadap orang lain. Selain  itu juga bisa mendesain pembelajaran konstruktivisme sosial yang dicetuskan oleh Vygotsky.

Perkembangan sosial anak ditandai dengan hal-hal sebagai berikut

1.         Anak masih merasa dekat dengan orang tua. Senang dalam keluarga mereka

2.         Hormat dan segan kepada guru

3.         Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egoisentris mulai hilang dan berganti dengan kesanggupan untuk mengerti

4.         Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri

5.         Kurang sabar terhadap anak kecil

6.         Belum mengetahui “kalah dengan hormat”

Berdasarkan tanda dari perkembangan sosial tersebut, maka implikasinya terhadap penyelenggaraan pembelajaran guru harus berperan sebagai berikut:

1.      Konservator (pemelihara) terhadap nilai-nilai yang merupakan sumber norma yang akan dilakukan oleh peserta didik

2.      Transmitor (penerus) ilmu pengetahuan terhadap peserta didik

3.      Transformator (penerjemah), pendidik harus memberikan contoh yang baik terhadap pesereta didik dalam berinteraksi dengan peserta didik

4.      Organisator (penyelenggara), pendidik harus menyelenggarakn pendidikan yang kondusif bagi peserta didik.

Dalam pembelajaran juga perlu adanya pemberian hadiah dan hukuman untuk menghargai dan memberi sanksi terhadap aktivitas anak yang positif dan negative seperti yang telah tercantum di atas.

Ada 3 fungsi hadiah yang amat penting dalam pendidikan, yaitu ;

1.      Memiliki nilai pendidikan

Disamping meruapak benda nyata, hadiah juga mempunyai makna, anak akan segera mengetahui apabila dia menerima hadiah. Ia dapat menginterpretasikan bahwa dia telah berbuat baik yang dapat menyenangkan gurunya.

2.      Memberikan motivasi kepada anak

Hadiah dimaksudkan untuk motivasi agar anak mau mengulangi perilaku yang dapat diterima bahkan dapat ditingkatkan lebih baik lagi.

3.      Memperkuat prilaku

Menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri dan pemahaman bahwa sesuatu yang dilakukan tersebut betul dan diakui kebenarannya oleh lingkungan setempat.

Sedangkan fungsi dari hukuman adalah :

1.         Fungsi Restriktif

Dengan diberikannya hukuman diharapkan tidak terjadi lagi pengulangan prilaku yang tidak diterima dan diharapkan dalam masyarakat

2.      Sebagai Fungsi Pendidikan

Pemberian hukuman dapat dilakukan pada anak yang melakukan kesalahan. Dengan kata lain anak akan memahami untuk tidak berbuat kesalahan dan selalu melakukan kebenaran.

3.      Sebagai Fungsi Penguat Motivasi

Hukuman diberikan untuk memperkuat motivasi untuk tidak melakukan hal yang negatif. Selain itu dapat juga diberikan pengarahan atau nasihat merupakan hadiah moril dan motivasi bagi anak.

Berdasarkan Perincian tugas-tugas perkembangan sosial anak usia sekolah dasar menurut Havighurst(dalam Syaodih dan Sumantri, 2007) implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan adalah

1.    Pembelajaran perlu adanya keterampilan fisik yang diperlukan siswa untuk permainan sehari-hari

2.    Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh

3.    Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya

4.    Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita

5.    Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung

6.    Pengembangan konsep-konsep perlu dalam kehidupan sehari-hari

7.    Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai

8.    Mencapai kemandirian pribadi.