Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Show

750–1258
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Dicerai-beraikan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam untuk pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, adalah Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua ratus tahun, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka susunan, dan diketahui dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dikata amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 diakibatkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awal mulanya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini lebih memuncak dan berakhir pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan selanjutnya dilantik untuk khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga ratus tahun, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan pengetahuan pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan selanjutnya disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan ratus tahun ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan untuk simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disamai. Namun selanjutnya, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya untuk Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di kawasan Afrika Utara. Pada awal mulanya beliau hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun selanjutnya, beliau mulai memperluas kawasan kekuasaannya hingga ke Mesir dan Palestina, sebelum berakhir Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali kawasan yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir untuk kawasan kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah selanjutnya runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah dapat bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, selanjutnya mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, hingga berakhir dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang saat yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Sesuai perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dikata periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dikata periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dikata juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dikata juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah lepas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di segi lain, kemakmuran warga mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan untuk perkembangan filsafat dan pengetahuan pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam segi politik, meskipun filsafat dan pengetahuan pengetahuan terus berkembang.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, adalah dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh akbar yang mungkin dijadikan saingan untuknya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk untuk gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersiap membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melaksanakannya, dan selanjutnya menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing untuknya.

Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat kesan ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melaksanakan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di segi pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir untuk koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dinaikkan adalah Khalid bin Barmak, bersumber dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman untuk hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Sekiranya dulu hanya sekadar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di kawasan perbatasan. Di selang usaha-usaha tsb adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berbaik dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya diri sendiri adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, selisih dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini lebih populer daripada nama yang sebenarnya.

Sekiranya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, adalah al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian menempuh irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk kepentingan sosial, dan membangun rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, pengetahuan pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya untuk negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, diketahui untuk khalifah yang sangat cinta kepada pengetahuan filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, beliau menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Beliau juga banyak membangun sekolah, salah satu karya akbarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi untuk perguruan tinggi dengan perpustakaan yang akbar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan pengetahuan pengetahuan.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang akbar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai untuk tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, berpihak kepada yang benar dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan aliran pemikiran keagamaan, keseluruhan dapat dipadamkan.

Dari cerminan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan isi selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berpandangan kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berfaedah seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam segi pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, adalah lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha bisa dasar-dasar pengetahuan agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang bersedia memperdalam pengetahuannya, pergi keluar kawasan menuntut pengetahuan kepada seorang atau sebagian orang pakar dalam seginya masing-masing. Pada umumnya, pengetahuan yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Untuk anak penguasa pendidikan dapat berlanjut di istana atau di rumah penguasa tsb dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini selanjutnya berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan suatu universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan pengetahuan pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, berpihak kepada yang benar untuk bahasa administrasi yang sudah berlanjut sejak zaman Bani Umayyah, maupun untuk bahasa pengetahuan pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam segi pengetahuan pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan pengetahuan pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah dipercakapkan, sangat kuat di segi pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan pengetahuan, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam segi kedokteran, pengetahuan matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk menempuh terjemahan-terjemahan dalam banyak segi pengetahuan, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam segi astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam segi filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang pengetahuan yang diterjemahkan lebih meluas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tsb, terutama menempuh gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di segi pengetahuan pengetahuan umum, tetapi juga pengetahuan pengetahuan agama. Dalam segi tafsir, sejak awal sudah diketahui dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, adalah interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para kenalan. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, adalah cara rasional yang lebih banyak bertumpu kepada argumen dan akal daripada hadits dan argumen kenalan. Kedua cara ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan pengetahuan pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam pengetahuan fiqh dan terutama dalam pengetahuan teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua segi pengetahuan tsb.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak memanfaatkan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Selisih dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak memanfaatkan hadits dan tradisi warga Madinah. Argumen dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan argumen cara melakukan sesuatu semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para kenalan Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta budaya orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab akbar tsb, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan argumennya secara lepas sama sekali dan membangun madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar adalah Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, aliran tradisional di segi teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang kelahiran pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlanjut pula dalam segi sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama diakibatkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan pengetahuan pengetahuan umum, terutama di segi astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari untuk astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang diketahui di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan pengetahuan astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran diketahui nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, pengetahuan kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran terbesar dalam sejarah.

Dalam segi optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa diketahui dengan nama Alhazen, terkenal untuk orang yang menentang argumen bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang diamati. Menurut teorinya yang selanjutnya terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di segi kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di segi matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga berbakat dalam segi astronomi. Dialah yang menciptakan pengetahuan aljabar. Kata aljabar bersumber dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam segi sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga pakar dalam pengetahuan geografi. Di selang karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam segi filsafat, selang lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih diketahui dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam segi filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang dikata dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di segi pengetahuan pengetahuan. Salah satu inovasi akbar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di segi pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak golongan pemikir kelahiran zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan pengetahuan zaman pra-Islam kepada warga Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani adalah Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan pengetahuan geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini selanjutnyanya diperbaiki lagi oleh sebagian tokoh Islam seperti Al-Biruni dan untuknya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini berakhir, peradaban Islam juga mengalami masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah adalah yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dikata Mamluk pada ratus tahun ke-9. Dibuat susunan oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi isi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini adalah suatu inovasi sebab sebelumnya yang dipakai adalah tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada berakhir kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang selanjutnya diketahui dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini diakibatkan karena para penguasa Ayyubiyyah saat itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini membangun kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap untuk kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap untuk jabatan keagamaan yang sakral dan tidak dapat diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan dapat didirikan di pusat maupun kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dalam susunan dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah selisih dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap untuk jabatan keagamaan yang sakral dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dalam susunan dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tsb. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilihkan pilihan dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan kedudukan khalifah Abbasiyah sedikit lebih berpihak kepada yang benar, sangat tidak kewibawaannya dalam segi agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan untuk membendung mengerti Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak kawasan memerdekakan diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan kawasan sulit dilaksanakan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat akbar. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Kesudahan suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada masalah politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas sama sekali dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang dilaksanakan oleh pimpinan lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam segi politik sebenarnya sudah mulai terjadi di belakang zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya hingga masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya sah untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak kawasan tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Gagasannya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Kesudahan suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada masalah politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas sama sekali dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pimpinan lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, kedudukannya lebih bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah dapat mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi sebagian di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal ratus tahun kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah saat itu mulai mengalami kemunduran. Untuk tukarnya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di segi kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman akbar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tsb, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di segi politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup akbar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang ketat ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berfaedah. Kehancuran Baghdad kesudahan suatu peristiwa serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dikata masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan untuk kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tsb saling berkaitan satu sama lain. Sebagian di selangnya adalah untuk berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua sebab dinasti Bani Abbas memilihkan pilihan orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit untuk orang-orang Arab untuk melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan suatu dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang selisih, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada saat itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tsb dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap untuk abdi. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena banyak dan daya mereka yang akbar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat sesuai kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang dapat menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini selanjutnya direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berpindah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang kelahiran dan berada yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk akbar, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah keberhasilannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya untuk khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi nasihat keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di segi ekonomi bersamaan dengan kemunduran di segi politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih akbar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang akbar diperoleh selang lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih akbar. Menurunnya pendapatan negara itu diakibatkan oleh lebih menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak selang lain diakibatkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat lebih mewah. jenis pengeluaran lebih beragam dan para pejabat melaksanakan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan ketat dengan masalah kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang diketahui dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu membangun jawatan khusus untuk mengawasi keaktifan orang-orang Zindiq dan melaksanakan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan keaktifan mereka. Konflik selang kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari susunan yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, hingga kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang diketahui untuk aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan nasihat Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tsb. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah menempuh Bani Buwaih lebih dari abad. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh untuk pembuat bid'ah oleh golongan salafy. Perselisihan selang dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah untuk mazhab formal negara dan melaksanakan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan untuk aliran negara dan golongan Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha untuk mengembalikan petuah Islam secara murni sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Aliran Mu'tazilah bangung kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut nasihat Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilaksanakan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini dijadikan ciri utama nasihat Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tsb mempunyai efek yang tidak menguntungkan untuk pengembangan kreativitas intelektual Islam konon hingga sekarang.

Bertalian dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan argumen mengenai soal-soal niskala yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai belakang, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih akbar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak lepas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlibat dalam Islam ...Argumen bahwa rakyat dan kepala agama absurd bersalah ..... .... dijadikan sebab binasanya jiwa-jiwa mempunyai nilai

Ancaman dari Luar

Apa yang dipercakapkan di atas adalah faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan berakhir hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut sebagian gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah dipercakapkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Dipercakapkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena beliau banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melaksanakan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini diketahui dengan peristiwa Manzikert.

Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini berdampak daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak dapat membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tsb, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami bersedia mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah, "Diri sendiri telah menemui mereka untuk kontrak damai. Hulagu Khan bersedia mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama sebagian orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah mempunyai nilai lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dipercakapkan wazirnya temyata tidak sah. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilewati tentara Mongol tsb. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad untuk pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah pengetahuan pengetahuan itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tsb.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib hingga khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat juga


edunitas.com


Page 2

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 


750–1258
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Dicerai-beraikan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam untuk pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, adalah Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua ratus tahun, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka susunan, dan diketahui dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dikata amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 diakibatkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awal mulanya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini lebih memuncak dan berakhir pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan selanjutnya dilantik untuk khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga ratus tahun, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan pengetahuan pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan selanjutnya disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan ratus tahun ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan untuk simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disamai. Namun selanjutnya, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya untuk Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di kawasan Afrika Utara. Pada awal mulanya beliau hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun selanjutnya, beliau mulai memperluas kawasan kekuasaannya hingga ke Mesir dan Palestina, sebelum berakhir Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali kawasan yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir untuk kawasan kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah selanjutnya runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah dapat bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, selanjutnya mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, hingga berakhir dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang saat yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Sesuai perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dikata periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dikata periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dikata juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dikata juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah lepas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di segi lain, kemakmuran warga mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan untuk perkembangan filsafat dan pengetahuan pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam segi politik, meskipun filsafat dan pengetahuan pengetahuan terus berkembang.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, adalah dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh akbar yang mungkin dijadikan saingan untuknya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk untuk gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersiap membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melaksanakannya, dan selanjutnya menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing untuknya.

Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat kesan ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melaksanakan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di segi pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir untuk koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dinaikkan adalah Khalid bin Barmak, bersumber dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman untuk hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Sekiranya dulu hanya sekadar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di kawasan perbatasan. Di selang usaha-usaha tsb adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berbaik dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya diri sendiri adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, selisih dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini lebih populer daripada nama yang sebenarnya.

Sekiranya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, adalah al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian menempuh irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk kepentingan sosial, dan membangun rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, pengetahuan pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya untuk negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, diketahui untuk khalifah yang sangat cinta kepada pengetahuan filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, beliau menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Beliau juga banyak membangun sekolah, salah satu karya akbarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi untuk perguruan tinggi dengan perpustakaan yang akbar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan pengetahuan pengetahuan.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang akbar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai untuk tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, berpihak kepada yang benar dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan aliran pemikiran keagamaan, keseluruhan dapat dipadamkan.

Dari cerminan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan isi selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berpandangan kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berfaedah seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam segi pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, adalah lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha bisa dasar-dasar pengetahuan agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang bersedia memperdalam pengetahuannya, pergi keluar kawasan menuntut pengetahuan kepada seorang atau sebagian orang pakar dalam seginya masing-masing. Pada umumnya, pengetahuan yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Untuk anak penguasa pendidikan dapat berlanjut di istana atau di rumah penguasa tsb dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini selanjutnya berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan suatu universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan pengetahuan pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, berpihak kepada yang benar untuk bahasa administrasi yang sudah berlanjut sejak zaman Bani Umayyah, maupun untuk bahasa pengetahuan pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam segi pengetahuan pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan pengetahuan pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah dipercakapkan, sangat kuat di segi pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan pengetahuan, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam segi kedokteran, pengetahuan matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk menempuh terjemahan-terjemahan dalam banyak segi pengetahuan, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam segi astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam segi filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang pengetahuan yang diterjemahkan lebih meluas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tsb, terutama menempuh gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di segi pengetahuan pengetahuan umum, tetapi juga pengetahuan pengetahuan agama. Dalam segi tafsir, sejak awal sudah diketahui dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, adalah interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para kenalan. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, adalah cara rasional yang lebih banyak bertumpu kepada argumen dan akal daripada hadits dan argumen kenalan. Kedua cara ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan pengetahuan pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam pengetahuan fiqh dan terutama dalam pengetahuan teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua segi pengetahuan tsb.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak memanfaatkan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Selisih dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak memanfaatkan hadits dan tradisi warga Madinah. Argumen dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan argumen cara melakukan sesuatu semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para kenalan Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta budaya orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab akbar tsb, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan argumennya secara lepas sama sekali dan membangun madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar adalah Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, aliran tradisional di segi teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang kelahiran pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlanjut pula dalam segi sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama diakibatkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan pengetahuan pengetahuan umum, terutama di segi astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari untuk astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang diketahui di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan pengetahuan astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran diketahui nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, pengetahuan kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran terbesar dalam sejarah.

Dalam segi optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa diketahui dengan nama Alhazen, terkenal untuk orang yang menentang argumen bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang diamati. Menurut teorinya yang selanjutnya terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di segi kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di segi matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga berbakat dalam segi astronomi. Dialah yang menciptakan pengetahuan aljabar. Kata aljabar bersumber dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam segi sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga pakar dalam pengetahuan geografi. Di selang karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam segi filsafat, selang lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih diketahui dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam segi filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang dikata dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di segi pengetahuan pengetahuan. Salah satu inovasi akbar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di segi pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak golongan pemikir kelahiran zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan pengetahuan zaman pra-Islam kepada warga Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani adalah Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan pengetahuan geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini selanjutnyanya diperbaiki lagi oleh sebagian tokoh Islam seperti Al-Biruni dan untuknya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini berakhir, peradaban Islam juga mengalami masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah adalah yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dikata Mamluk pada ratus tahun ke-9. Dibuat susunan oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi isi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini adalah suatu inovasi sebab sebelumnya yang dipakai adalah tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada berakhir kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang selanjutnya diketahui dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini diakibatkan karena para penguasa Ayyubiyyah saat itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini membangun kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap untuk kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap untuk jabatan keagamaan yang sakral dan tidak dapat diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan dapat didirikan di pusat maupun kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dalam susunan dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah selisih dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap untuk jabatan keagamaan yang sakral dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dalam susunan dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tsb. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilihkan pilihan dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan kedudukan khalifah Abbasiyah sedikit lebih berpihak kepada yang benar, sangat tidak kewibawaannya dalam segi agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan untuk membendung mengerti Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak kawasan memerdekakan diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan kawasan sulit dilaksanakan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat akbar. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Kesudahan suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada masalah politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas sama sekali dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang dilaksanakan oleh pimpinan lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam segi politik sebenarnya sudah mulai terjadi di belakang zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya hingga masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya sah untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak kawasan tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Gagasannya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Kesudahan suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada masalah politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas sama sekali dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pimpinan lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, kedudukannya lebih bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah dapat mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi sebagian di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal ratus tahun kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah saat itu mulai mengalami kemunduran. Untuk tukarnya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di segi kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman akbar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tsb, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di segi politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup akbar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang ketat ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berfaedah. Kehancuran Baghdad kesudahan suatu peristiwa serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dikata masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan untuk kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tsb saling berkaitan satu sama lain. Sebagian di selangnya adalah untuk berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua sebab dinasti Bani Abbas memilihkan pilihan orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit untuk orang-orang Arab untuk melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan suatu dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang selisih, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada saat itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tsb dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap untuk abdi. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena banyak dan daya mereka yang akbar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat sesuai kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang dapat menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini selanjutnya direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berpindah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang kelahiran dan berada yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk akbar, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah keberhasilannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya untuk khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi nasihat keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di segi ekonomi bersamaan dengan kemunduran di segi politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih akbar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang akbar diperoleh selang lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih akbar. Menurunnya pendapatan negara itu diakibatkan oleh lebih menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak selang lain diakibatkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat lebih mewah. jenis pengeluaran lebih beragam dan para pejabat melaksanakan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan ketat dengan masalah kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang diketahui dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu membangun jawatan khusus untuk mengawasi keaktifan orang-orang Zindiq dan melaksanakan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan keaktifan mereka. Konflik selang kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari susunan yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, hingga kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang diketahui untuk aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan nasihat Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tsb. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah menempuh Bani Buwaih lebih dari abad. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh untuk pembuat bid'ah oleh golongan salafy. Perselisihan selang dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah untuk mazhab formal negara dan melaksanakan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan untuk aliran negara dan golongan Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha untuk mengembalikan petuah Islam secara murni sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Aliran Mu'tazilah bangung kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut nasihat Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilaksanakan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini dijadikan ciri utama nasihat Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tsb mempunyai efek yang tidak menguntungkan untuk pengembangan kreativitas intelektual Islam konon hingga sekarang.

Bertalian dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan argumen mengenai soal-soal niskala yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai belakang, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih akbar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak lepas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlibat dalam Islam ...Argumen bahwa rakyat dan kepala agama absurd bersalah ..... .... dijadikan sebab binasanya jiwa-jiwa mempunyai nilai

Ancaman dari Luar

Apa yang dipercakapkan di atas adalah faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan berakhir hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut sebagian gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah dipercakapkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Dipercakapkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena beliau banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melaksanakan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini diketahui dengan peristiwa Manzikert.

Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini berdampak daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak dapat membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tsb, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami bersedia mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah, "Diri sendiri telah menemui mereka untuk kontrak damai. Hulagu Khan bersedia mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama sebagian orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah mempunyai nilai lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dipercakapkan wazirnya temyata tidak sah. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilewati tentara Mongol tsb. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad untuk pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah pengetahuan pengetahuan itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tsb.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib hingga khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat juga


edunitas.com


Page 3

Kekhalifahan Abbasiyah
الخلافة العباسية
colspan="3" style="vertical-align:middle; text-align:center; border-top:solid 1px #aaa; padding:0.2em 0em 0.2em 0em;">
style="border:0; vertical-align:middle; font-size:30%; line-height:105%;" width="50px">
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 


750–1258
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Abbasiyah ,sek 850.

IbukotaBagdad, Kairo
BahasaArab(formal), Aram, Armenia, Berber, Georgia, Yunani, Yahudi, Persia Tengah, Turkik
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan750
 - Dicerai-beraikan1258

Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam untuk pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, adalah Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua ratus tahun, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka susunan, dan diketahui dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering dikata amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 diakibatkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.

Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi ketika ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.

Pendahuluan

Pada awal mulanya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini lebih memuncak dan berakhir pada tahun 750, Sisa dari pembakaran al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan selanjutnya dilantik untuk khalifah.

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga ratus tahun, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan pengetahuan pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 daya kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan selanjutnya disertai oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan ratus tahun ke-13), mulai memperoleh pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.

Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan untuk simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disamai. Namun selanjutnya, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya untuk Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di kawasan Afrika Utara. Pada awal mulanya beliau hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya. Namun selanjutnya, beliau mulai memperluas kawasan kekuasaannya hingga ke Mesir dan Palestina, sebelum berakhir Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali kawasan yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir untuk kawasan kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah selanjutnya runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah dapat bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, selanjutnya mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, hingga berakhir dijatuhkan kembali pada tahun 1031.

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlanjut dalam rentang saat yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Sesuai perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas dijadikan lima periode:

  1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), dikata periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
  2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), dikata periode pengaruh Turki pertama.
  3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini dikata juga masa pengaruh Persia kedua.
  4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya dikata juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah lepas sama sekali dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di segi lain, kemakmuran warga mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan untuk perkembangan filsafat dan pengetahuan pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam segi politik, meskipun filsafat dan pengetahuan pengetahuan terus berkembang.

Masa pemerintahan Sisa dari pembakaran al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, adalah dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Sisa dari pembakaran Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh akbar yang mungkin dijadikan saingan untuknya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk untuk gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersiap membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani melaksanakannya, dan selanjutnya menghukum mati Sisa dari pembakaran Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan dijadikan pesaing untuknya.

Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat kesan ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melaksanakan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di selangnya dengan menciptakan semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di segi pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir untuk koordinator dari kementrian yang berada, Wazir pertama yang dinaikkan adalah Khalid bin Barmak, bersumber dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi tingkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman untuk hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah berada sejak masa dinasti Bani Umayyah dinaikkan peranannya dengan tambahan tugas. Sekiranya dulu hanya sekadar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berlanjut lancar. Para direktur jawatan pos bekerja melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.

Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di kawasan perbatasan. Di selang usaha-usaha tsb adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berbaik dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di anggota lain Oxus, dan India.

Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata:

Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya diri sendiri adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)

Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Di samping itu, selisih dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar takhta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar takhta ini lebih populer daripada nama yang sebenarnya.

Sekiranya dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Sisa dari pembakaran al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, adalah al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian menempuh irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit selang Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah dijadikan pelabuhan yang penting.

Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk kepentingan sosial, dan membangun rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat sangat tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, pengetahuan pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya untuk negara terkuat dan tak tertandingi.

Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, diketahui untuk khalifah yang sangat cinta kepada pengetahuan filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, beliau menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang pakar (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Beliau juga banyak membangun sekolah, salah satu karya akbarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi untuk perguruan tinggi dengan perpustakaan yang akbar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai dijadikan pusat kebudayaan dan pengetahuan pengetahuan.

Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang akbar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai untuk tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus dijadikan prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, daya militer dinasti Bani Abbas dijadikan sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, berpihak kepada yang benar dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antarbangsa dan aliran pemikiran keagamaan, keseluruhan dapat dipadamkan.

Dari cerminan di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan isi selang Bani Abbas dan Bani Umayyah. Di samping itu, berada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.

  1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas dijadikan jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berpandangan kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
  2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas berada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak berada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
  3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum berada tentara khusus yang profesional.

Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berfaedah seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di selangnya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam segi pendidikan, contohnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

  1. Maktab/Kuttab dan masjid, adalah lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja berusaha bisa dasar-dasar pengetahuan agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
  2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang bersedia memperdalam pengetahuannya, pergi keluar kawasan menuntut pengetahuan kepada seorang atau sebagian orang pakar dalam seginya masing-masing. Pada umumnya, pengetahuan yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlanjut di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Untuk anak penguasa pendidikan dapat berlanjut di istana atau di rumah penguasa tsb dengan memanggil ulama pakar ke sana.

Lembaga-lembaga ini selanjutnya berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan suatu universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan pengetahuan pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, berpihak kepada yang benar untuk bahasa administrasi yang sudah berlanjut sejak zaman Bani Umayyah, maupun untuk bahasa pengetahuan pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu sangat tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:

  1. Terjadinya asimilasi selang bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam segi pengetahuan pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlanjut secara efektif dan mempunyai nilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan pengetahuan pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah dipercakapkan, sangat kuat di segi pemerintahan. Di samping itu, bangsa Persia banyak berfaedah dalam perkembangan pengetahuan, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam segi kedokteran, pengetahuan matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk menempuh terjemahan-terjemahan dalam banyak segi pengetahuan, terutama filsafat.
  2. Gerakan terjemahan yang berlanjut dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam segi astronomi dan manthiq. Fase kedua berlanjut mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam segi filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlanjut setelah tahun 300 H, terutama setelah beradanya pembuatan kertas. Bidang-bidang pengetahuan yang diterjemahkan lebih meluas.

Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tsb, terutama menempuh gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di segi pengetahuan pengetahuan umum, tetapi juga pengetahuan pengetahuan agama. Dalam segi tafsir, sejak awal sudah diketahui dua cara, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, adalah interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para kenalan. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, adalah cara rasional yang lebih banyak bertumpu kepada argumen dan akal daripada hadits dan argumen kenalan. Kedua cara ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan cara bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan pengetahuan pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam pengetahuan fiqh dan terutama dalam pengetahuan teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat memengaruhi perkembangan dua segi pengetahuan tsb.

Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Sisa dari pembakaran Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak memanfaatkan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Sisa dari pembakaran Yusuf, dijadikan Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Selisih dengan Imam Sisa dari pembakaran Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak memanfaatkan hadits dan tradisi warga Madinah. Argumen dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistem madzhab dan argumen cara melakukan sesuatu semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para kenalan Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan petuah Islam dari kebudayaan serta budaya orang-orang non-Arab. Di samping empat pendiri madzhab akbar tsb, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan argumennya secara lepas sama sekali dan membangun madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.

Aliran-aliran sesat yang sudah berada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji'ah dan Mu'tazilah pun berada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar adalah Sisa dari pembakaran al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, aliran tradisional di segi teologi yang dicetuskan oleh Sisa dari pembakaran al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang kelahiran pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlanjut pula dalam segi sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama diakibatkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits melakukan pekerjaan.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan pengetahuan pengetahuan umum, terutama di segi astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari untuk astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang diketahui di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan pengetahuan astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran diketahui nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan selang penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, pengetahuan kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Di selang karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran terbesar dalam sejarah.

Dalam segi optikal Sisa dari pembakaran Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa diketahui dengan nama Alhazen, terkenal untuk orang yang menentang argumen bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang diamati. Menurut teorinya yang selanjutnya terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di segi kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah dijadikan emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di segi matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga berbakat dalam segi astronomi. Dialah yang menciptakan pengetahuan aljabar. Kata aljabar bersumber dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam segi sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga pakar dalam pengetahuan geografi. Di selang karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.

Tokoh-tokoh terkenal dalam segi filsafat, selang lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal di selangnya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih diketahui dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam segi filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang dikata dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di segi pengetahuan pengetahuan. Salah satu inovasi akbar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di segi pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.

Banyak golongan pemikir kelahiran zaman ini, banyak di selang mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan pengetahuan zaman pra-Islam kepada warga Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang pakar filsafat Yunani adalah Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan pengetahuan geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini selanjutnyanya diperbaiki lagi oleh sebagian tokoh Islam seperti Al-Biruni dan untuknya.

Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak berada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berlanjut seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini berakhir, peradaban Islam juga mengalami masa kemunduran. Wallahul Musta’an.

Pengaruh Mamluk

Kekhalifahan Abbasiyah adalah yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang dikata Mamluk pada ratus tahun ke-9. Dibuat susunan oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diberi isi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini adalah suatu inovasi sebab sebelumnya yang dipakai adalah tentara bayaran dari Turki.

Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang berada di umat muslim ketika itu pada berakhir kekhalifahan ini hanya dijadikan simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang selanjutnya diketahui dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini diakibatkan karena para penguasa Ayyubiyyah saat itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini membangun kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap untuk kepala negara.

Pengaruh Bani Buwaih

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap untuk jabatan keagamaan yang sakral dan tidak dapat diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan dapat didirikan di pusat maupun kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dalam susunan dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Di selang faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah selisih dengan yang terjadi sebelumnya.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dst-nya, meskipun khalifah tidak berkekuatan, tidak berada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang berada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap untuk jabatan keagamaan yang sakral dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di kawasan yang jauh dari pusat pemerintahan dalam susunan dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tsb. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilihkan pilihan dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan kehendak politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.

Pengaruh Bani Seljuk

Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan kedudukan khalifah Abbasiyah sedikit lebih berpihak kepada yang benar, sangat tidak kewibawaannya dalam segi agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan untuk membendung mengerti Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.

Kemunduran

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak kawasan memerdekakan diri, adalah:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan kawasan sulit dilaksanakan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
  2. Dengan profesionalisasi tingkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
  3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat akbar. Pada ketika daya militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Kesudahan suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada masalah politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas sama sekali dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di selangnya pemberontakan yang dilaksanakan oleh pimpinan lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.

Disintegrasi dalam segi politik sebenarnya sudah mulai terjadi di belakang zaman Bani Umayyah. Akan tetapi cakap tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan selang pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya hingga masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya sah untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak kawasan tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Berada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Gagasannya adalah:

  1. Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk menciptakan mereka tunduk kepadanya,
  2. Penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Kesudahan suatu peristiwa dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada masalah politik itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas sama sekali dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara:

  1. Seorang pimpinan lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
  2. Seseorang yang ditunjuk dijadikan gubernur oleh khalifah, kedudukannya lebih bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, provinsi-provinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah dapat mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada ketika wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi sebagian di selangnya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal ratus tahun kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki daya militer di provinsi-provinsi tertentu yang menciptakan mereka benar-benar independen. Daya militer Abbasiyah saat itu mulai mengalami kemunduran. Untuk tukarnya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di segi kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata dijadikan ancaman akbar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam nyaris semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tsb, bahkan berada di selang mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.

Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di segi politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Berada di selangnya yang cukup akbar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang ketat ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berfaedah. Kehancuran Baghdad kesudahan suatu peristiwa serangan tentara Mongol ini awal ronde baru dalam sejarah Islam, yang dikata masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan untuk kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Di samping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah dijadikan mundur, masing-masing faktor tsb saling berkaitan satu sama lain. Sebagian di selangnya adalah untuk berikut:

Persaingan antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, berada dua sebab dinasti Bani Abbas memilihkan pilihan orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.

  1. Sulit untuk orang-orang Arab untuk melalaikan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
  2. Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan beradanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak berpuas diri. Mereka menginginkan suatu dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang selisih, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki, dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada saat itu tidak berada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tsb dengan kuat. Akibatnya, di samping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap untuk abdi. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena banyak dan daya mereka yang akbar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat sesuai kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang dapat menjaga keseimbangan daya, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik takhta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini selanjutnya direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya berpindah kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Munculnya dinasti-dinasti yang kelahiran dan berada yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di selangnya adalah:

Yang berbangsa Persia:

  1. Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
  2. Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
  3. Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
  4. Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
  5. Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:

  1. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
  2. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
  3. Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
  4. Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk akbar, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Sisa dari pembakaran Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:

  1. al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
  2. Sisa dari pembakaran 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
  3. al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah keberhasilannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:

  1. Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
  2. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
  3. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
  4. 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
  5. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
  6. Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
  7. Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
  8. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

Yang mengaku dirinya untuk khilafah:

  1. Umayyah di Spanyol.
  2. Fatimiyah di Mesir.

Dari latar balik dinasti-dinasti itu, nampak jelas beradanya persaingan antarbangsa, terutama selang Arab, Persia dan Turki. Di samping latar balik kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi nasihat keagamaan, berada yang berlatar balik Syi'ah maupun Sunni.

Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di segi ekonomi bersamaan dengan kemunduran di segi politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih akbar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang akbar diperoleh selang lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih akbar. Menurunnya pendapatan negara itu diakibatkan oleh lebih menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak selang lain diakibatkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat lebih mewah. jenis pengeluaran lebih beragam dan para pejabat melaksanakan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah daya politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan ketat dengan masalah kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan petuah Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang diketahui dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu membangun jawatan khusus untuk mengawasi keaktifan orang-orang Zindiq dan melaksanakan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan keaktifan mereka. Konflik selang kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari susunan yang sangat sederhana seperti polemik tentang petuah, hingga kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

Pada ketika gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik petuah Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang diketahui untuk aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan nasihat Ahlussunnah. Selang keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, contohnya, memerintahkan supaya makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tsb. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah menempuh Bani Buwaih lebih dari abad. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.

Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik selang muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh untuk pembuat bid'ah oleh golongan salafy. Perselisihan selang dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah untuk mazhab formal negara dan melaksanakan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan untuk aliran negara dan golongan Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh pakar filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha untuk mengembalikan petuah Islam secara murni sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Aliran Mu'tazilah bangung kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut nasihat Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilaksanakan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini dijadikan ciri utama nasihat Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tsb mempunyai efek yang tidak menguntungkan untuk pengembangan kreativitas intelektual Islam konon hingga sekarang.

Bertalian dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:

Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan argumen mengenai soal-soal niskala yang tidak mungkin berada ketentuannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai belakang, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih akbar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak lepas sama sekali manusia..... telah menyebabkan kekacauan yang berlibat dalam Islam ...Argumen bahwa rakyat dan kepala agama absurd bersalah ..... .... dijadikan sebab binasanya jiwa-jiwa mempunyai nilai

Ancaman dari Luar

Apa yang dipercakapkan di atas adalah faktor-faktor internal. Di samping itu, berada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan berakhir hancur.

  1. Perang Salib yang berlanjut sebagian gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
  2. Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah dipercakapkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut bertempur setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di selang komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Dipercakapkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena beliau banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib

Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, ketika Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melaksanakan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan 20.000[1] – 30.000 [2] prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000[2] – 70.000[3], terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini diketahui dengan peristiwa Manzikert.

Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini berdampak daya politik umat Islam dijadikan lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan dijadikan bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad

Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berkekuatan dan tidak dapat membendung "topan" tentara Hulagu Khan.

Pada ketika yang kritis tsb, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami bersedia mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah, "Diri sendiri telah menemui mereka untuk kontrak damai. Hulagu Khan bersedia mengawinkan anak perempuannya dengan Sisa dari pembakaran Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama sebagian orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah mempunyai nilai lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari pakar fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dipercakapkan wazirnya temyata tidak sah. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilewati tentara Mongol tsb. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad untuk pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah pengetahuan pengetahuan itu ikut pula hilang dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tsb.

Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah

Silsilah para khalifah

Di bawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib hingga khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang dijadikan khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.

Kekhalifahan Abbasiyah di Kairo

Referensi

Sumber Lain

  1. Sejarah Bani Abbasiyyah, Muhammad Syu'ub, Terbitan PT.Bulan Bintang.
  2. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  3. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.

Lihat juga


edunitas.com


Page 4

Kekhalifahan Umayyah
بنو أمية
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


661–750
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Bendera

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Umayyah

IbukotaDamaskus
Ibu kota
dalam pengasingan
Kordoba
BahasaArab
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan661
 - Dihentikan750

Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, yaitu kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.

Masa Keemasan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Kubah Batu di Kompleks Masjidil Aqsa yang didirikan Bani Ummayyah

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan pengahabisan orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan posisi kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.

Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, pengahabisan ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai kawasan Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai menerapkan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini pengahabisan terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan sukses menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan kawasan Punjab sampai ke Multan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di masa waktu seratus tahun Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid yaitu masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berlanjut kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko mampu ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan selang Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol mampu dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol diproduksi menjadi tujuan ekspansi berikutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya mampu didiami. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang diproduksi menjadi ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam mendapat kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita dampak kekejaman penguasa.

Di masa waktu seratus tahun Umar bin Abdul-Aziz, agresi diterapkan ke Perancis melewati pegunungan Pirenia. Agresi ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana dia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada masa waktu seratus tahun Bani Umayyah ini.

Dengan kesuksesan ekspansi ke beberapa kawasan, patut di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat lapang. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, beberapa Asia Kecil, Persia, Afganistan, kawasan yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak bermanfaat dalam pembangunan di beragam ronde. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan alatnya di sepanjang jalan. Dia juga berupaya menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, posisi khusus seorang hakim (qadhi) mulai mengembang diproduksi menjadi profesi tersendiri, Qadhi yaitu seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang didiami Islam. Sebagai itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga sukses menerapkan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Kesuksesan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, ditengahnya mendirikan panti-panti sebagai orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta mendirikan jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Walaupun kesuksesan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berfaedah bahwa politik dalam negeri mampu diasumsikan stabil. Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan semua rakyatnya sebagai menyalakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang mempunyai di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap dipakai, namun Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang ditinggikan oleh Allah padahal tidak mempunyai satu dalil pun dari al-Qur'an dan Hadits Nabi yang mendukung pendapatnya.

Dan pengahabisan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan diasumsikan tidak mentaati pokok akadnya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa masalah penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sebanyak tokoh terkemuka di Madinah tidak bersedia menyalakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah pengahabisan mengirim surat kepada gubernur Madinah, rindunya sebagai memaksa masyarakat mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan perkara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Sisa dari pembakaran Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam.

Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan sebagai memaksa Husain bin Ali sebagai menyalakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang pengahabisan hari dikenal dengan Pertempuran Karbala[1], Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala suatu kawasan di tidak jauh Kufah.

Kumpulan Syi'ah sendiri, yang tertindas setelah kesyahidan pemimpin mereka Husain bin Ali, terus menerapkan perlawanan dengan lebih gigih dan di selangnya yaitu yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah diasumsikan sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyalakan dirinya secara buka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak sukses menghentikan gerakan Syi'ah secara semuanya.

Abdullah bin Zubair membina dayanya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah secara biadab seperti yang diriwayatkan dalam sejarah. Dua pasukan berjumpa dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama pengahabisan Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.

Perlawanan Abdullah bin Zubair baru mampu dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang pengahabisan kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan sukses membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.

Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kumpulan Khawarij dan Syi'ah juga mampu diredakan. Kesuksesan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai mampu diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika ronde utara, bahkan buka jalan sebagai menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Berikutnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), di mana sewaktu ditinggikan sebagai khalifah, menyalakan hendak memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang mempunyai dalam wilayah Islam supaya diproduksi melebihi patut daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri diproduksi menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, posisi mawali disejajarkan dengan Arab. Walaupun masa pemerintahannya sangat singkat, namun sukses menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain sebagai beribadah berlandaskan dengan keyakinan dan keyakinannya.

Penurunan

Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Warga yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berganti diproduksi menjadi kacau. Dengan latar belakangan dan kepentingan etnis politis, warga menyalakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut sampai masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu daya baru dikemudian hari diproduksi menjadi tantangan berat untuk pemerintahan Bani Umayyah. Daya itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik yaitu seorang khalifah yang kuat dan terampil. Hendak tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak sukses dipadamkannya.

Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan yang akhir sekalinya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang adalah bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun sukses melarikan diri ke Mesir, namun pengahabisan sukses ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai kesudahannyanya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang dialihkan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.

Bani Umayyah di Andalus

Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada masa waktu seratus tahun khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.

Dalam ronde penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan sebagai penaklukan wilayah yang lebih lapang lagi. Pengahabisan pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga sukses menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di Orihuela, dia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya sukses menguasai semua kota penting di Spanyol, termasuk ronde utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana tujuan ditujukan sebagai menguasai kawasan sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan dia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, dia menyerang kota Bordeaux, Poitiers dan dari sini dia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini dia ditahan oleh Charles Martel, yang pengahabisan dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol.

Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini mempunyai dalam kondisi menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap arus agama yang dianut oleh penguasa, yaitu arus Monofisit, lebih-lebih terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang adalah ronde terbesar dari masyarakat Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama diakibatkan oleh kondisi politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth yaitu ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang ketika itu diproduksi menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Kondisi ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya pengahabisan bangun menghimpun daya sebagai menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik selang Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam sebagai menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya yaitu bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga menyelenggarakan persekutuan dan memberikan bantuan untuk perjuangan kaum Muslimin.

Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya yaitu nasihat Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan masyarakat Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Genealogi Bani Umayyah

[2] Catatan:

  • k. adalah tahun kekuasaan

Kronologi Bani Ummayyah

Kekhalifahan Utama di Damaskus

  1. Muawiyah I bin Sisa dari pembakaran Sufyan, 41-61 H / 661-680 M
  2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M
  3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M
  4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M
  5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).
  6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M
  7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M
  8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M
  9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M
  10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M
  11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M
  12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M
  13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M
  14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M
  15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H / 744-750 M

Keamiran di Kordoba

Kekhalifahan di Kordoba

  • Abdur-rahman III, 929-961
  • Al-Hakam II, 961-976
  • Hisyam II, 976-1008
  • Muhammad II, 1008-1009
  • Sulaiman, 1009-1010
  • Hisyam II, 1010-1012
  • Sulaiman, dikembalikan, 1012-1017
  • Abdur-rahman IV, 1021-1022
  • Abdur-rahman V, 1022-1023
  • Muhammad III, 1023-1024
  • Hisyam III, 1027-1031

Referensi

Buku Pedoman

  1. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.
  2. Tarikh Khulafa', As-Suyuthi.
  3. Tarikh Bani Umayyah, Al-Mamlakah Su'udiyyah.
  4. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  5. Sejarah Bani Umayyah, Muhammad Syu'ub, Penerbit PT.Bulan Bintang.

Lihat juga


edunitas.com


Page 5

Kekhalifahan Umayyah
بنو أمية
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


661–750
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Bendera

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Umayyah

IbukotaDamaskus
Ibu kota
dalam pengasingan
Kordoba
BahasaArab
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan661
 - Dihentikan750

Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, yaitu kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.

Masa Keemasan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Kubah Batu di Kompleks Masjidil Aqsa yang didirikan Bani Ummayyah

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan pengahabisan orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan posisi kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.

Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, pengahabisan ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai kawasan Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai menerapkan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini pengahabisan terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan sukses menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan kawasan Punjab sampai ke Multan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di masa waktu seratus tahun Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid yaitu masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berlanjut kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko mampu ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan selang Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol mampu dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol diproduksi menjadi tujuan ekspansi berikutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya mampu didiami. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang diproduksi menjadi ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam mendapat kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita dampak kekejaman penguasa.

Di masa waktu seratus tahun Umar bin Abdul-Aziz, agresi diterapkan ke Perancis melewati pegunungan Pirenia. Agresi ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana dia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada masa waktu seratus tahun Bani Umayyah ini.

Dengan kesuksesan ekspansi ke beberapa kawasan, patut di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat lapang. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, beberapa Asia Kecil, Persia, Afganistan, kawasan yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak bermanfaat dalam pembangunan di beragam ronde. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan alatnya di sepanjang jalan. Dia juga berupaya menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, posisi khusus seorang hakim (qadhi) mulai mengembang diproduksi menjadi profesi tersendiri, Qadhi yaitu seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang didiami Islam. Sebagai itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga sukses menerapkan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Kesuksesan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, ditengahnya mendirikan panti-panti sebagai orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta mendirikan jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Walaupun kesuksesan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berfaedah bahwa politik dalam negeri mampu diasumsikan stabil. Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan semua rakyatnya sebagai menyalakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang mempunyai di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap dipakai, namun Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang ditinggikan oleh Allah padahal tidak mempunyai satu dalil pun dari al-Qur'an dan Hadits Nabi yang mendukung pendapatnya.

Dan pengahabisan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan diasumsikan tidak mentaati pokok akadnya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa masalah penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sebanyak tokoh terkemuka di Madinah tidak bersedia menyalakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah pengahabisan mengirim surat kepada gubernur Madinah, rindunya sebagai memaksa masyarakat mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan perkara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Sisa dari pembakaran Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam.

Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan sebagai memaksa Husain bin Ali sebagai menyalakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang pengahabisan hari dikenal dengan Pertempuran Karbala[1], Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala suatu kawasan di tidak jauh Kufah.

Kumpulan Syi'ah sendiri, yang tertindas setelah kesyahidan pemimpin mereka Husain bin Ali, terus menerapkan perlawanan dengan lebih gigih dan di selangnya yaitu yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah diasumsikan sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyalakan dirinya secara buka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak sukses menghentikan gerakan Syi'ah secara semuanya.

Abdullah bin Zubair membina dayanya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah secara biadab seperti yang diriwayatkan dalam sejarah. Dua pasukan berjumpa dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama pengahabisan Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.

Perlawanan Abdullah bin Zubair baru mampu dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang pengahabisan kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan sukses membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.

Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kumpulan Khawarij dan Syi'ah juga mampu diredakan. Kesuksesan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai mampu diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika ronde utara, bahkan buka jalan sebagai menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Berikutnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), di mana sewaktu ditinggikan sebagai khalifah, menyalakan hendak memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang mempunyai dalam wilayah Islam supaya diproduksi melebihi patut daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri diproduksi menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, posisi mawali disejajarkan dengan Arab. Walaupun masa pemerintahannya sangat singkat, namun sukses menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain sebagai beribadah berlandaskan dengan keyakinan dan keyakinannya.

Penurunan

Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Warga yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berganti diproduksi menjadi kacau. Dengan latar belakangan dan kepentingan etnis politis, warga menyalakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut sampai masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu daya baru dikemudian hari diproduksi menjadi tantangan berat untuk pemerintahan Bani Umayyah. Daya itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik yaitu seorang khalifah yang kuat dan terampil. Hendak tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak sukses dipadamkannya.

Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan yang akhir sekalinya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang adalah bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun sukses melarikan diri ke Mesir, namun pengahabisan sukses ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai kesudahannyanya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang dialihkan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.

Bani Umayyah di Andalus

Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada masa waktu seratus tahun khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.

Dalam ronde penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan sebagai penaklukan wilayah yang lebih lapang lagi. Pengahabisan pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga sukses menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di Orihuela, dia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya sukses menguasai semua kota penting di Spanyol, termasuk ronde utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana tujuan ditujukan sebagai menguasai kawasan sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan dia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, dia menyerang kota Bordeaux, Poitiers dan dari sini dia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini dia ditahan oleh Charles Martel, yang pengahabisan dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol.

Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini mempunyai dalam kondisi menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap arus agama yang dianut oleh penguasa, yaitu arus Monofisit, lebih-lebih terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang adalah ronde terbesar dari masyarakat Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama diakibatkan oleh kondisi politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth yaitu ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang ketika itu diproduksi menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Kondisi ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya pengahabisan bangun menghimpun daya sebagai menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik selang Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam sebagai menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya yaitu bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga menyelenggarakan persekutuan dan memberikan bantuan untuk perjuangan kaum Muslimin.

Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya yaitu nasihat Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan masyarakat Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Genealogi Bani Umayyah

[2] Catatan:

  • k. adalah tahun kekuasaan

Kronologi Bani Ummayyah

Kekhalifahan Utama di Damaskus

  1. Muawiyah I bin Sisa dari pembakaran Sufyan, 41-61 H / 661-680 M
  2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M
  3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M
  4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M
  5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).
  6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M
  7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M
  8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M
  9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M
  10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M
  11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M
  12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M
  13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M
  14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M
  15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H / 744-750 M

Keamiran di Kordoba

Kekhalifahan di Kordoba

  • Abdur-rahman III, 929-961
  • Al-Hakam II, 961-976
  • Hisyam II, 976-1008
  • Muhammad II, 1008-1009
  • Sulaiman, 1009-1010
  • Hisyam II, 1010-1012
  • Sulaiman, dikembalikan, 1012-1017
  • Abdur-rahman IV, 1021-1022
  • Abdur-rahman V, 1022-1023
  • Muhammad III, 1023-1024
  • Hisyam III, 1027-1031

Referensi

Buku Pedoman

  1. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.
  2. Tarikh Khulafa', As-Suyuthi.
  3. Tarikh Bani Umayyah, Al-Mamlakah Su'udiyyah.
  4. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  5. Sejarah Bani Umayyah, Muhammad Syu'ub, Penerbit PT.Bulan Bintang.

Lihat juga


edunitas.com


Page 6

Kekhalifahan Umayyah
بنو أمية
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


661–750
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Bendera

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Umayyah

IbukotaDamaskus
Ibu kota
dalam pengasingan
Kordoba
BahasaArab
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan661
 - Dihentikan750

Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, yaitu kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.

Masa Keemasan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Kubah Batu di Kompleks Masjidil Aqsa yang didirikan Bani Ummayyah

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan pengahabisan orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan posisi kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.

Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, pengahabisan ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai kawasan Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai menerapkan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini pengahabisan terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan sukses menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan kawasan Punjab sampai ke Multan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di masa waktu seratus tahun Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid yaitu masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berlanjut kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko mampu ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan selang Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol mampu dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol diproduksi menjadi tujuan ekspansi berikutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya mampu didiami. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang diproduksi menjadi ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam mendapat kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita dampak kekejaman penguasa.

Di masa waktu seratus tahun Umar bin Abdul-Aziz, agresi diterapkan ke Perancis melewati pegunungan Pirenia. Agresi ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana dia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada masa waktu seratus tahun Bani Umayyah ini.

Dengan kesuksesan ekspansi ke beberapa kawasan, patut di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat lapang. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, beberapa Asia Kecil, Persia, Afganistan, kawasan yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak bermanfaat dalam pembangunan di beragam ronde. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan alatnya di sepanjang jalan. Dia juga berupaya menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, posisi khusus seorang hakim (qadhi) mulai mengembang diproduksi menjadi profesi tersendiri, Qadhi yaitu seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang didiami Islam. Sebagai itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga sukses menerapkan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Kesuksesan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, ditengahnya mendirikan panti-panti sebagai orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta mendirikan jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Walaupun kesuksesan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berfaedah bahwa politik dalam negeri mampu diasumsikan stabil. Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan semua rakyatnya sebagai menyalakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang mempunyai di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap dipakai, namun Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang ditinggikan oleh Allah padahal tidak mempunyai satu dalil pun dari al-Qur'an dan Hadits Nabi yang mendukung pendapatnya.

Dan pengahabisan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan diasumsikan tidak mentaati pokok akadnya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa masalah penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sebanyak tokoh terkemuka di Madinah tidak bersedia menyalakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah pengahabisan mengirim surat kepada gubernur Madinah, rindunya sebagai memaksa masyarakat mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan perkara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Sisa dari pembakaran Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam.

Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan sebagai memaksa Husain bin Ali sebagai menyalakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang pengahabisan hari dikenal dengan Pertempuran Karbala[1], Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala suatu kawasan di tidak jauh Kufah.

Kumpulan Syi'ah sendiri, yang tertindas setelah kesyahidan pemimpin mereka Husain bin Ali, terus menerapkan perlawanan dengan lebih gigih dan di selangnya yaitu yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah diasumsikan sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyalakan dirinya secara buka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak sukses menghentikan gerakan Syi'ah secara semuanya.

Abdullah bin Zubair membina dayanya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah secara biadab seperti yang diriwayatkan dalam sejarah. Dua pasukan berjumpa dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama pengahabisan Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.

Perlawanan Abdullah bin Zubair baru mampu dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang pengahabisan kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan sukses membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.

Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kumpulan Khawarij dan Syi'ah juga mampu diredakan. Kesuksesan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai mampu diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika ronde utara, bahkan buka jalan sebagai menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Berikutnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), di mana sewaktu ditinggikan sebagai khalifah, menyalakan hendak memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang mempunyai dalam wilayah Islam supaya diproduksi melebihi patut daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri diproduksi menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, posisi mawali disejajarkan dengan Arab. Walaupun masa pemerintahannya sangat singkat, namun sukses menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain sebagai beribadah berlandaskan dengan keyakinan dan keyakinannya.

Penurunan

Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Warga yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berganti diproduksi menjadi kacau. Dengan latar belakangan dan kepentingan etnis politis, warga menyalakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut sampai masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu daya baru dikemudian hari diproduksi menjadi tantangan berat untuk pemerintahan Bani Umayyah. Daya itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik yaitu seorang khalifah yang kuat dan terampil. Hendak tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak sukses dipadamkannya.

Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan yang akhir sekalinya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang adalah bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun sukses melarikan diri ke Mesir, namun pengahabisan sukses ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai kesudahannyanya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang dialihkan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.

Bani Umayyah di Andalus

Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada masa waktu seratus tahun khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.

Dalam ronde penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan sebagai penaklukan wilayah yang lebih lapang lagi. Pengahabisan pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga sukses menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di Orihuela, dia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya sukses menguasai semua kota penting di Spanyol, termasuk ronde utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana tujuan ditujukan sebagai menguasai kawasan sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan dia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, dia menyerang kota Bordeaux, Poitiers dan dari sini dia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini dia ditahan oleh Charles Martel, yang pengahabisan dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol.

Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini mempunyai dalam kondisi menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap arus agama yang dianut oleh penguasa, yaitu arus Monofisit, lebih-lebih terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang adalah ronde terbesar dari masyarakat Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama diakibatkan oleh kondisi politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth yaitu ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang ketika itu diproduksi menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Kondisi ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya pengahabisan bangun menghimpun daya sebagai menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik selang Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam sebagai menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya yaitu bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga menyelenggarakan persekutuan dan memberikan bantuan untuk perjuangan kaum Muslimin.

Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya yaitu nasihat Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan masyarakat Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Genealogi Bani Umayyah

[2] Catatan:

  • k. adalah tahun kekuasaan

Kronologi Bani Ummayyah

Kekhalifahan Utama di Damaskus

  1. Muawiyah I bin Sisa dari pembakaran Sufyan, 41-61 H / 661-680 M
  2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M
  3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M
  4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M
  5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).
  6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M
  7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M
  8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M
  9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M
  10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M
  11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M
  12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M
  13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M
  14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M
  15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H / 744-750 M

Keamiran di Kordoba

Kekhalifahan di Kordoba

  • Abdur-rahman III, 929-961
  • Al-Hakam II, 961-976
  • Hisyam II, 976-1008
  • Muhammad II, 1008-1009
  • Sulaiman, 1009-1010
  • Hisyam II, 1010-1012
  • Sulaiman, dikembalikan, 1012-1017
  • Abdur-rahman IV, 1021-1022
  • Abdur-rahman V, 1022-1023
  • Muhammad III, 1023-1024
  • Hisyam III, 1027-1031

Referensi

Buku Pedoman

  1. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.
  2. Tarikh Khulafa', As-Suyuthi.
  3. Tarikh Bani Umayyah, Al-Mamlakah Su'udiyyah.
  4. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  5. Sejarah Bani Umayyah, Muhammad Syu'ub, Penerbit PT.Bulan Bintang.

Lihat juga


edunitas.com


Page 7

Kekhalifahan Umayyah
بنو أمية
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

 

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan


661–750
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
 


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Bendera

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Wilayah kekuasan terluas Bani Umayyah

IbukotaDamaskus
Ibu kota
dalam pengasingan
Kordoba
BahasaArab
AgamaIslam
PemerintahanMonarki
Sejarah 
 - Didirikan661
 - Dihentikan750

Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, yaitu kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I.

Masa Keemasan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Kubah Batu di Kompleks Masjidil Aqsa yang didirikan Bani Ummayyah

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan pengahabisan orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan posisi kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.

Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, pengahabisan ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai kawasan Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai menerapkan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan ekspansi ke timur ini pengahabisan terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan sukses menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan kawasan Punjab sampai ke Multan.

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di masa waktu seratus tahun Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid yaitu masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berlanjut kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko mampu ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan selang Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol mampu dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol diproduksi menjadi tujuan ekspansi berikutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya mampu didiami. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang diproduksi menjadi ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam mendapat kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita dampak kekejaman penguasa.

Di masa waktu seratus tahun Umar bin Abdul-Aziz, agresi diterapkan ke Perancis melewati pegunungan Pirenia. Agresi ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dia mulai dengan menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana dia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada masa waktu seratus tahun Bani Umayyah ini.

Dengan kesuksesan ekspansi ke beberapa kawasan, patut di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat lapang. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, beberapa Asia Kecil, Persia, Afganistan, kawasan yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak bermanfaat dalam pembangunan di beragam ronde. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan alatnya di sepanjang jalan. Dia juga berupaya menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, posisi khusus seorang hakim (qadhi) mulai mengembang diproduksi menjadi profesi tersendiri, Qadhi yaitu seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang didiami Islam. Sebagai itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga sukses menerapkan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Kesuksesan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, ditengahnya mendirikan panti-panti sebagai orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap. Serta mendirikan jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

Walaupun kesuksesan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berfaedah bahwa politik dalam negeri mampu diasumsikan stabil. Pada masa Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan semua rakyatnya sebagai menyalakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan dipengaruhi oleh sistem monarki yang mempunyai di Persia dan Bizantium, istilah khalifah tetap dipakai, namun Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan memberikan interprestasi sendiri dari kata-kata tersebut dimana khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang ditinggikan oleh Allah padahal tidak mempunyai satu dalil pun dari al-Qur'an dan Hadits Nabi yang mendukung pendapatnya.

Dan pengahabisan Muawiyah bin Sisa dari pembakaran Sufyan diasumsikan tidak mentaati pokok akadnya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa masalah penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sebanyak tokoh terkemuka di Madinah tidak bersedia menyalakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah pengahabisan mengirim surat kepada gubernur Madinah, rindunya sebagai memaksa masyarakat mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan perkara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Sisa dari pembakaran Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam.

Husain bin Ali sendiri juga dibait sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan sebagai memaksa Husain bin Ali sebagai menyalakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang pengahabisan hari dikenal dengan Pertempuran Karbala[1], Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala suatu kawasan di tidak jauh Kufah.

Kumpulan Syi'ah sendiri, yang tertindas setelah kesyahidan pemimpin mereka Husain bin Ali, terus menerapkan perlawanan dengan lebih gigih dan di selangnya yaitu yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah diasumsikan sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyalakan dirinya secara buka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak sukses menghentikan gerakan Syi'ah secara semuanya.

Abdullah bin Zubair membina dayanya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah secara biadab seperti yang diriwayatkan dalam sejarah. Dua pasukan berjumpa dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan ini terhenti karena taklama pengahabisan Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus.

Perlawanan Abdullah bin Zubair baru mampu dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang pengahabisan kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dan sukses membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.

Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kumpulan Khawarij dan Syi'ah juga mampu diredakan. Kesuksesan ini membuat orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai mampu diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah timur (meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah) dan wilayah Afrika ronde utara, bahkan buka jalan sebagai menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Berikutnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), di mana sewaktu ditinggikan sebagai khalifah, menyalakan hendak memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang mempunyai dalam wilayah Islam supaya diproduksi melebihi patut daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri diproduksi menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, posisi mawali disejajarkan dengan Arab. Walaupun masa pemerintahannya sangat singkat, namun sukses menyadarkan golongan Syi'ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain sebagai beribadah berlandaskan dengan keyakinan dan keyakinannya.

Penurunan

Sepeninggal Umar bin Abdul-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Warga yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berganti diproduksi menjadi kacau. Dengan latar belakangan dan kepentingan etnis politis, warga menyalakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut sampai masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncul satu daya baru dikemudian hari diproduksi menjadi tantangan berat untuk pemerintahan Bani Umayyah. Daya itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik yaitu seorang khalifah yang kuat dan terampil. Hendak tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak sukses dipadamkannya.

Setelah Hisyam bin Abdul-Malik wafat, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi. Dan yang akhir sekalinya, pada tahun 750 M, Daulah Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang adalah bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun sukses melarikan diri ke Mesir, namun pengahabisan sukses ditangkap dan terbunuh di sana. Kematian Marwan bin Muhammad menandai kesudahannyanya kekuasaan Bani Umayyah di timur (Damaskus) yang dialihkan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Al-Andalus.

Bani Umayyah di Andalus

Al-Andalus atau (kawasan Spanyol dan Portugis sekarang) mulai ditaklukan oleh umat Islam pada masa waktu seratus tahun khalifah Bani Umayyah, Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), dimana tentara Islam yang sebelumnya telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah.

Dalam ronde penaklukan ini dimulai dengan kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuat jalan sebagai penaklukan wilayah yang lebih lapang lagi. Pengahabisan pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair juga sukses menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di Orihuela, dia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya sukses menguasai semua kota penting di Spanyol, termasuk ronde utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz tahun 99 H/717 M, dimana tujuan ditujukan sebagai menguasai kawasan sekitar pegunungan Pirenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan dia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, dia menyerang kota Bordeaux, Poitiers dan dari sini dia mencoba menyerang kota Tours, di kota ini dia ditahan oleh Charles Martel, yang pengahabisan dikenal dengan Pertempuran Tours, al-Ghafiqi terbunuh sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara muslim mundur kembali ke Spanyol.

Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini mempunyai dalam kondisi menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Goth bersikap tidak toleran terhadap arus agama yang dianut oleh penguasa, yaitu arus Monofisit, lebih-lebih terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang adalah ronde terbesar dari masyarakat Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama diakibatkan oleh kondisi politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderic, Raja Goth terakhir yang dikalahkan pasukan Muslimin. Awal kehancuran kerajaan Visigoth yaitu ketika Roderic memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang ketika itu diproduksi menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Kondisi ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya pengahabisan bangun menghimpun daya sebagai menjatuhkan Roderic. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik selang Raja Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam sebagai menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya yaitu bahwa tentara Roderic yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang, selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga menyelenggarakan persekutuan dan memberikan bantuan untuk perjuangan kaum Muslimin.

Sewaktu penaklukan itu para pemimpin penaklukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh yang kuat, yang mempunyai tentara yang kompak, dan penuh percaya diri. Yang tak kalah pentingnya yaitu nasihat Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan masyarakat Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

Genealogi Bani Umayyah

[2] Catatan:

  • k. adalah tahun kekuasaan

Kronologi Bani Ummayyah

Kekhalifahan Utama di Damaskus

  1. Muawiyah I bin Sisa dari pembakaran Sufyan, 41-61 H / 661-680 M
  2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M
  3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M
  4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M
  5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).
  6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M
  7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M
  8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M
  9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M
  10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M
  11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M
  12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M
  13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M
  14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M
  15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H / 744-750 M

Keamiran di Kordoba

Kekhalifahan di Kordoba

  • Abdur-rahman III, 929-961
  • Al-Hakam II, 961-976
  • Hisyam II, 976-1008
  • Muhammad II, 1008-1009
  • Sulaiman, 1009-1010
  • Hisyam II, 1010-1012
  • Sulaiman, dikembalikan, 1012-1017
  • Abdur-rahman IV, 1021-1022
  • Abdur-rahman V, 1022-1023
  • Muhammad III, 1023-1024
  • Hisyam III, 1027-1031

Referensi

Buku Pedoman

  1. Al-Bidaayah Wan Nihaayah, Ibn Katsir.
  2. Tarikh Khulafa', As-Suyuthi.
  3. Tarikh Bani Umayyah, Al-Mamlakah Su'udiyyah.
  4. Tarikh Islamy, Ibn Khaldun.
  5. Sejarah Bani Umayyah, Muhammad Syu'ub, Penerbit PT.Bulan Bintang.

Lihat juga


edunitas.com


Page 8

D G I L N Q V X 
Cari di Pusat Ilmu Pengetahuan   

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Sepak bolaFormula SatuBulu tangkisTenisOlimpiade


Portal Beberapa Negara


Portal Yang lain


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
AllahMuhammadAl Qur'anRukun IslamRukun ImanMazhabSejarah


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Yesus KristusTritunggalAlkitabSejarah



Sumatera : Bengkulu | Jambi | Kepulauan Bangka Belitung | Kepulauan Riau | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | Sumatera Barat | Sumatera Selatan | Sumatera UtaraJawa : Banten | DKI Jakarta | Jawa Barat | Jawa Tengah | Jawa Timur | Yogyakarta | Kalimantan : Kalimantan Barat | Kalimantan Selatan | Kalimantan Tengah | Kalimantan Timur | Kalimantan UtaraKepulauan Nusa Tenggara : Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara TimurSulawesi : Gorontalo | Sulawesi Barat | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tengah | Sulawesi Tenggara | Sulawesi UtaraKepulauan Keliruku : Keliruku | Keliruku UtaraPapua : Papua | Papua Barat



Afganistan | Arab Saudi | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | Cina (Republik Rakyat Cina) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Jepang | Kamboja | Kazakhstan | Kepulauan Cocos (Keeling) (Australia) | Korea Selatan | Korea Utara | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Makau | Malaysia | Maladewa | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestina | Pulau Natal (Australia) | Qatar | Rusia | Singapura | Sri Lanka | Siria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor-Leste | Turki | Turkmenistan | Uni Emirat Arab | Uzbekistan | Vietnam | Yaman | Yordania


Negara di Amerika Selatan

Argentina | Bolivia | Brasil | Chili | Ekuador | Guyana | Kolombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | Venezuela


Negara dan Wilayah Teritorial di Amerika Utara

Amerika Serikat | Antigua dan Barbuda | Bahama | Barbados | Belize | Dominika | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaika | Kanada | Kosta Rika | Kuba | Meksiko | Panama | Saint Kitts dan Nevis | Saint Lucia |
Saint Vincent dan GrenadinesWilayah Denmark : Greenland
Wilayah Belanda : Aruba | Antillen Belanda
Wilayah Perancis : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre dan Miquelon
Wilayah Amerika Serikat : Kepulauan Virgin Amerika Serikat | Puerto Riko
Wilayah Britania Raya : Anguilla | Bermuda | Kepulauan Cayman | Kepulauan Turks dan Caicos |
Kepulauan Virgin Britania Raya | Montserrat


Afrika Utara : Aljazair | Libya | Maroko | Mesir | Sudan | TunisiaAfrika Barat : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea-Bissau | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Pantai Gading | Senegal | Sierra Leone | Tanjung Verde | TogoAfrika Tengah : Afrika Tengah | Angola | Chad | Gabon | Guinea Khatulistiwa | Kamerun | Republik Demokrasi Kongo |
Republik Kongo | Sao Tome dan PrincipeAfrika Timur : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Komoro | Madagaskar | Malawi | Mauritius | Mozambik | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweAfrika Selatan : Afrika Selatan | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial dan Wilayah Dependensi : Melilla | Reunion | Sahara Barat | Saint Helena


Australasia : Australia | Kepulauan Cocos (Keeling) | Pulau Natal | Pulau Norfolk | Selandia Baru | Mikronesia : Guam | Kepulauan Mariana Utara | Kepulauan Marshall | Kiribati | Mikronesia | Nauru | PalauMelanesia : Fiji | Kaledonia Baru | Kepulauan Solomon | Papua Nugini | VanuatuPolinesia : Kepulauan Cook | Kepulauan Pitcairn | Polinesia Perancis | Samoa | Samoa Amerika | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis dan Futuna


Daftar Portal

Page 9


Daftar Inti
Ensiklopedia Dunia
Berbicara Indonesia

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
AteismeBuddha
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
HinduIslam & Al Qur'an
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
KristenMitologi
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Yahudi


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
SumateraJabodetabek
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
KalimantanWayang
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Jawa


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Sepak bolaFormula Satu

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Bulu tangkisTenis

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Olimpiade


Portal Beberapa Negara


Portal Yang lain


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
AllahMuhammad
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Al Qur'anRukun Islam
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Rukun ImanMazhab
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Sejarah


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Yesus KristusTritunggal
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
AlkitabSejarah



Sumatera : Bengkulu | Jambi | Kepulauan Bangka Belitung | Kepulauan Riau | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | Sumatera Barat | Sumatera Selatan | Sumatera UtaraJawa : Banten | DKI Jakarta | Jawa Barat | Jawa Tengah | Jawa Timur | Yogyakarta | Kalimantan : Kalimantan Barat | Kalimantan Selatan | Kalimantan Tengah | Kalimantan Timur | Kalimantan UtaraKepulauan Nusa Tenggara : Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara TimurSulawesi : Gorontalo | Sulawesi Barat | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tengah | Sulawesi Tenggara | Sulawesi UtaraKepulauan Keliruku : Keliruku | Keliruku UtaraPapua : Papua | Papua Barat



Afganistan | Arab Saudi | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | Cina (Republik Rakyat Cina) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Jepang | Kamboja | Kazakhstan | Kepulauan Cocos (Keeling) (Australia) | Korea Selatan | Korea Utara | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Makau | Malaysia | Maladewa | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestina | Pulau Natal (Australia) | Qatar | Rusia | Singapura | Sri Lanka | Siria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor-Leste | Turki | Turkmenistan | Uni Emirat Arab | Uzbekistan | Vietnam | Yaman | Yordania


Negara di Amerika Selatan

Argentina | Bolivia | Brasil | Chili | Ekuador | Guyana | Kolombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | Venezuela


Negara dan Wilayah Teritorial di Amerika Utara

Amerika Serikat | Antigua dan Barbuda | Bahama | Barbados | Belize | Dominika | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaika | Kanada | Kosta Rika | Kuba | Meksiko | Panama | Saint Kitts dan Nevis | Saint Lucia |
Saint Vincent dan GrenadinesWilayah Denmark : Greenland
Wilayah Belanda : Aruba | Antillen Belanda
Wilayah Perancis : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre dan Miquelon
Wilayah Amerika Serikat : Kepulauan Virgin Amerika Serikat | Puerto Riko
Wilayah Britania Raya : Anguilla | Bermuda | Kepulauan Cayman | Kepulauan Turks dan Caicos |
Kepulauan Virgin Britania Raya | Montserrat


Afrika Utara : Aljazair | Libya | Maroko | Mesir | Sudan | TunisiaAfrika Barat : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea-Bissau | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Pantai Gading | Senegal | Sierra Leone | Tanjung Verde | TogoAfrika Tengah : Afrika Tengah | Angola | Chad | Gabon | Guinea Khatulistiwa | Kamerun | Republik Demokrasi Kongo |
Republik Kongo | Sao Tome dan PrincipeAfrika Timur : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Komoro | Madagaskar | Malawi | Mauritius | Mozambik | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweAfrika Selatan : Afrika Selatan | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial dan Wilayah Dependensi : Melilla | Reunion | Sahara Barat | Saint Helena


Australasia : Australia | Kepulauan Cocos (Keeling) | Pulau Natal | Pulau Norfolk | Selandia Baru | Mikronesia : Guam | Kepulauan Mariana Utara | Kepulauan Marshall | Kiribati | Mikronesia | Nauru | PalauMelanesia : Fiji | Kaledonia Baru | Kepulauan Solomon | Papua Nugini | VanuatuPolinesia : Kepulauan Cook | Kepulauan Pitcairn | Polinesia Perancis | Samoa | Samoa Amerika | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis dan Futuna


Daftar Portal

Page 10


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

FootballFormula One

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

BadmintonTennis

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Olympics


Some Countries Portal


Other Portal


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
GodMuhammad
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Qur'anPillars of Islam
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pillars of FaithSchool
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
History


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Jesus ChristTrinity
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
BibleHistory



Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua



Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam |
Yemen | Jordan


Countries in South America

Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | Venezuela


State and Territory in North America

United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |
Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland
Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles
French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon
USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico
Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands |
British Virgin Islands | Montserrat


North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena


Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis and Futuna


List Portal

Page 11

D G I L N Q V X 
Search in Center of Studies   

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan

FootballFormula OneBadmintonTennisOlympics


Some Countries Portal


Other Portal


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
GodMuhammadQur'anPillars of IslamPillars of FaithSchoolHistory


Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Pemerintahan daulah abbasiyah dibumihanguskan oleh tentara mongol di bawah pimpinan
Jesus ChristTrinityBibleHistory



Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua



Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam |
Yemen | Jordan


Countries in South America

Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | Venezuela


State and Territory in North America

United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |
Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland
Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles
French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon
USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico
Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands |
British Virgin Islands | Montserrat


North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena


Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis and Futuna


List Portal

Page 12

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 13

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 14

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 15

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 16

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, indonesia, sumatera, jabodetabek, kalimantan, wayang, maluku, utara, papua, barat, negara, peru, suriname, uruguay, venezuela, wilayah, lesotho, namibia, swaziland, territorial, islam, jawa, jepang, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia


Page 17

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, utama, agama, astronomi, bahasa, biografi, biologi, budaya, bengkulu, jambi, kepulauan, bangka, belitung, riau, kong, india, indonesia, iran, iraq, israel, jepang, kamboja, tunisia, afrika, barat, benin, burkina, faso, gambia, ghana, asia, ateisme, atheis, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, ensiklopedia


Page 18

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM


Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur