Panduan fasilitatordesa tangguh bencana bnpb

1 Modul 5 Penyusunan Rencana Kontinjensi Modul Pelatihan Fasilitator Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dan Kegiatan Penguatan Masyarakat Serupa EDISI VII 2018

2 Modul ini membahas perencanaan MODUL 5 PENYUSUNAN RENCANA KONTINJENSI kontinjensi sebagai suatu rencana sistematis menangani situasi darurat bencana. Pembahasan meliputi pengertian dasar rencana kontinjensi serta teknis- teknis penyusunan skenario kejadian bencana, penetapan tujuan, kebijakan dan startegi penanganan darurat bencana, penetapan struktur komando tanggap darurat, perencanaan bidang operasi.

3 Modul Pelatihan Fasilitator Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Dan Kegiatan Penguatan Masyarakat Serupa Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi EDISI VII 2018 Pengarah B. Wisnu Widjaja BNPB Penanggungjawab Lilik Kurniawan BNPB Pangarso Suryotomo BNPB Penyunting Eko Teguh Paripurno Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta Penyusun Sigit Purwanto PSMB UPN Veteran Yogyakarta Yugyasmono Perkumpulan LIngkar Sumino LPTP Solo Wahyu Heniwati Daya Annisa Indra Baskoro Adi PSMB UPN Veteran Yogyakarta Henricus Hari Wantoro Desa Lestari Arnice Adjawaila Yakkum Emergency Unit Anggoro Budi Prasetyo Perkumpulan Aksara Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 1 dari 49

4 KATA SAMBUTAN Datanglah kepada Rakyat, hiduplah bersama mereka, mulailah dengan apa yang mereka tahu, bangunlah dari apa yang mereka punya, tetapi Pendamping yang baik adalah ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan, Rakyat berkata, Kami sendirilah yang mengerjakannya. (Lao Tze, 700SM) Lao Tze, seorang filusuf Cina sudah sejak 2700 tahun lalu telah mendefinisikan bagaimana seorang pendamping masyarakat bekerja. Seorang pendamping masyarakat yang baik tidak hadir sebagai superhero yang dapat menyelesaikan segala masalah masyarakat dengan ilmu pengetahuan maupun kemampuan yang dimiliki. Mereka tidak pula datang sebagai orang yang menentukan pilihan untuk masyarakat dampingannya. Pendamping yang baik tidak hanya datang pada saat harus melaksanakan kegiatan dari suatu program yang diembannya dan setelah itu kembali ke kehidupannya sendiri ataupun hanya mengejar output tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sebenarnya. Pendamping yang baik adalah yang dapat menciptakan kemandirian masyarakat bukan menciptakan ketergantungan baru. BNPB, melalui Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, sejak tahun 2012 telah menginisiasi suatu proses proses pembangunan dalam rangka pengurangan risiko bencana melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Program dengan tajuk Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana) ini merupakan program pengelolaan risiko berbasis komunitas dengan harapan masyarakat tidak saja menjadi obyek dari proses tetapi dapat terlibat secara aktif dalam mengkaji, menganalisa, menangani, memantau dan mengevaluasi upaya- upaya pengurangan risiko bencana di daerahnya dengan memaksimalkan sumberdaya lokal yang ada. Untuk mendukung implementasi program dalam mencapai harapan tersebut di atas, diperlukan suatu modul dan/atau panduan yang dapat digunakan oleh fasilitator desa dalam proses pendampingan. Proses penyusunan modul fasilitator ini merupakan hasil sinergitas antarpihak. Hasil paduan dan kerjasama multi lembaga yang secara bersama- sama berfikir dan berperan sebagai pekerja kemanusiaan. Modul ini disusun oleh para pelaku PRBBK di lapangan sehingga sarat akan pengalaman dan pembelajaran (best practice), untuk itu diharapkan dengan adanya modul ini kemandirian dan ketangguhan masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat terwujud Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Ir. Bernardus Wisnu Widjaya, M.Sc Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 2 dari 49

5 SEKAPUR SIRIH Menjawab kebutuhan sebagai upaya pengurangan risiko bencana, khususnya berbasis komunitas secara lebih komprehensif dan terintegrasi dengan pembangunan, BAPPENAS- UNDP mencoba menggagas pemaduan upaya PRBBK ke dalam pembangunan di tingkat desa. Rintisan melalui kegiatan Pengembangan Model Desa Tangguh pada tahun 2008 tersebut menghasilkan gambaran pelaksanaan PRBBK yang lebih komprehensif mungkin dilakukan. Upaya ini dilanjutkan dan dimatangkan dalam kegiatan PRBBK Desa Tangguh dalam program kerjasama BNPB, BAPPENAS dan UNDP pada tahun Kegiatan Desa Tangguh tersebut menjadi salah satu alternatif bentuk PRBBK. Inisiatif didukung BNPB melalui Peraturan Kepala BNPB No 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana (Destana). Penyelenggaraan program pengembangan Destana memiliki empat landasan: i) landasan empiris- faktual bencana yang menunjukkan realitas ancaman di Indonesia, ii) landasan filosofi kearifan lokal yang menunjukkan akar sosial- budaya dari pengurangan risiko bencana, iii) pembangunan berkelanjutan yang menempatkan pengurangan risiko bencana menjadi bagian penting, dan iv) otonomi desa yang memberikan kewenangan kepada desa untuk mengatur dirinya sendiri termasuk dalam hal pengurangan risiko bencana. Upaya- upaya membangun masyarakat tangguh yang mampu beradaptasi dan berkembang berhadapan dengan risiko bencana menjadi sebuah keniscayaan. Kemampuan tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan sistem sosial- budaya masyarakat mengorganisir diri untuk meredam ancaman, mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas. Oleh karena itu praktik rekayasa sosial- budaya untuk pengurangan risiko bencana penting untuk dilakukan. Program Destana mulai diselenggarakan pada tahun 2013 di berbagai daerah melalui kerjasama BNPB - BPBD. Ketiadaan modul yang memadai untuk memandu Fasilitator Destana saat itu, mendorong disusunnya modul bagi fasilitator ini. Modul ini adalah hasil memadukan pengalaman dan praktik penyelenggaraan Destana dan pengembangan ketangguhan masyarakat di berbagai wilayah oleh banyak lembaga/organisasi; pemerintah, organisasi non- pemerintah/lsm maupun individu. Dilengkapi dengan praktik- praktik fasilitasi desa tangguh maupun PRBBK, modul ini terbit pertamakali di tahun 2015 dan terus dikembang- sempurnakan hingga edisi ini. Akhirnya, sebagai buah perenungan berbagai individu dari berbagai lembaga yang bersatu- padu, bergotong royong, Penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Dengan demikian, hadirnya modul ini dapat menjadi ruang dan bahan bagi pengembangan modul Fasilitator Destana di kemudian hari. Tim Penyusun Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 3 dari 49

6 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... 2 SEKAPUR SIRIH... 3 DAFTAR ISI... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR LEMBAR KERJA... 7 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL... 9 PETA KEDUDUKAN MODUL BAGIAN I PENDAHULUAN A.Latar Belakang B.Tujuan Pembelajaran C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran C.1.Ruang lingkup C.2.Pengorganisasian pembelajaran BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN A.Pengantar B.Tujuan Pembelajaran C.Indikator Pencapaian Tujuan D.Uraian Materi D.1. Pengertian, tujuan dan landasan perencanaan kontinjensi D.3. Penyusunan skenario D.4. Penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana D.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat D.6. Perencanaan bidang operasi/sektor Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 4 dari 49

7 E.Kegiatan Pembelajaran E.3. Praktek penyusunan skenario E.4. Praktek penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana E.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat E.6. Praktek perencanaan bidang operasi BAGIAN III PENUTUP A.Latihan/Kasus/Tugas C.Refleksi dan Tindak Lanjut DAFTAR PUSTAKA Tim Penyusun Evaluasi dari Pengguna Saran dan Masukan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 5 dari 49

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu Tabel 2.1. Prinsip- prinsip penyusunan rencana kontinjensi desa Tabel 2.2. Sistematika dokumen rencana kontinjensi Tabel 2.3. Contoh Skenario kejadian Tabel 2.4. Contoh skenario dampak Tabel 2.5. Contoh kebijakan dan strategi Tabel 2.6. Contoh struktur komando tanggap darurat Tabel 2.7. Contoh perencanaan bidang operasi Sekretariat Tabel 2.8. Contoh proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 6 dari 49

9 DAFTAR LEMBAR KERJA Lembar kerja 1. Tugas kelompok penyusunan skenario kejadian Lembar kerja 2. Tugas kelompok penyusunan skenario dampak Lembar kerja 3. Penyusunan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana Lembar kerja 4. Tugas kelompok penetapan struktur komando tanggap darurat Lembar kerja 6. Perencanaan bidang operasi Sekretariat Lembar kerja 7. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat Lembar kerja 8. Perencanaan bidang operasi Peringatan Dini Lembar kerja 9. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Peringatan Dini Lembar kerja 10. Perencanaan bidang operasi Evakuasi Lembar kerja 11. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Evakuasi Lembar kerja 12. Perencanaan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan) Lembar kerja 13. Proyeksi kebutuhan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan) Lembar kerja 14. Perencanaan bidang operasi Layanan Kesehatan Lembar kerja 15. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Layanan Kesehatan Lembar kerja 16. Perencanaan bidang operasi Barak Pengungsian Lembar kerja 17. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Barak Pengungsian Lembar kerja 18. Perencanaan bidang operasi Dapur Umum Lembar kerja 19. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Dapur Umum Lembar kerja 20. Perencanaan bidang operasi Bantuan non Pangan Lembar kerja 21. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Bantuan non Pangan Lembar kerja 22. Perencanaan bidang operasi Air dan Sanitasi Lembar kerja 23. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Air dan Sanitasi Lembar kerja 24. Perencanaan bidang operasi Pendidikan Lembar kerja 25. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pendidikan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 7 dari 49

10 Lembar kerja 26. Perencanaan bidang operasi Keamanan Lembar kerja 27. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Keamanan Lembar kerja 28. Perencanaan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian Lembar kerja 29. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian. 38 Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 8 dari 49

11 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Modul 5 Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa ini membahas tentang konsep dasar teknik pelaksanaan penyusunan rencana kontinjensi desa oleh masyarakat. 2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yakni: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan Pembelajaran dan (3) Penutup. 3. Modul ini menjadi landasan untuk diterapkan dalam pembahasan modul 6 hingga modul Kebutuhan waktu untuk mempelajari modul ini secara menyeluruh diperkirakan 8 Jam Pembelajaran (JPL) atau dapat dibagi menjadi beberapa tahap pembelajaran sesuai ketersediaan waktu. 5. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran utuh dan menyeluruh, disarankan memulainya dengan dengan membaca serta memahami petunjuk dan pengantar modul ini, mengikuti tahapan- tahapan pembelajaran secara sistematis dan mengerjakan kegiatan pembelajaran pada Lembar Kerja (LK). 6. Selama kegiatan pembelajaran akan dilakukan penilaian berbasis kelas oleh fasilitator. 7. Pada akhir kegiatan pembelajaran peserta akan diinstruksikan untuk mengerjakan latihan soal dan penugasan lainnya. 8. Peserta disarankan membaca sumber- sumber relevan lain untuk melengkapi pemahaman. 9. Setelah mempelajari modul ini, peserta dapat menerapkan hasil belajar dalam program dan kegiatan peningkatan ketangguhan masyarakat di daerah masing- masing. Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 9 dari 49

12 PETA KEDUDUKAN MODUL Pelatihan Fasilitator Destana dilengkapi dengan modul 1 hingga modul 7. Saat ini kita sedang membahas Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa. Modul 1. Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas Pelatihan Fasilitator Destana Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif Modul 3. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Inklusif Modul 4. Penyusunan Rencana Evakuasi Modul 5. Penyusunan Rencana Kontijensi Desa Modul 6. Pembentukan Forum Relawan PRB Desa Modul 7. Penyusunan RPB Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 10 dari 49

13 BAGIAN I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar- benar terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak akan terjadi. Adanya unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengurangi akibat yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan Perencanaan Kontinjensi, 2011). Perencanaan Kontinjensi adalah suatu proses perencanaan ke depan untuk kesiapan tanggap darurat bencana. Rencana kontinjensi memastikan warga dalam menyelamatkan diri, serta mendapatkan hak- hak dasar serta upaya untuk memulihkan kembali kehidupan dan penghidupannya secara mandiri. Masyarakat desa sangat perlu mempunyai modalitas pengetahuan risiko yang benar dan rencana- rencana kesiapan yang memadai dan disepakati bersama untuk mengantisipasi kemungkinan kejadian bencana. B.Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa, diharapkan peserta mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsepdasar, strategi, metode, pendekatan, penyusunan rencana kontinjensi. Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut: 1. Peserta memahami pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi 2. Peserta mampu menerapkan keterampilan menyusun rencana kontinjensi C.Ruang Lingkup dan Pengorganisasian Pembelajaran C.1.Ruang lingkup Ruang lingkup modul ini meliputi pembahasan pokok materi tentang 1) pengertian, tujuan dan landasan perencanaan kontinjensi, 2) penyusunan skenario, 3) penetapan kebijakan dan strategi, 4) penetapan struktur komando tanggap darurat, 5) perencanaan bidang operasi/sektor,. Setiap pokok materi dibahas secara terperinci dan berurutan pada bagian kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok dan presentasi. Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 11 dari 49

14 C.2.Pengorganisasian pembelajaran Dalam proses pembelajaran modul ini peserta akan melakukan kegiatan secara individu dan kelompok berupa mempelajari, menyimak, menjawab pertanyaan, mencurahkan pendapat, dan mengerjakan tugas tentangpengembangan sistem peringatan dini di masyarakat. Aktivitas pembelajaran dan alokasi waktu dalam modul ini disajikan sebagai berikut: Tabel 1.1. Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi Waktu No 1 2 Kegiatan Menjelaskan dan diskusi kelompok tentang pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi Menjelaskan dan tugas kelompok menyusun rencana kontinjensi Waktu (Menit) Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 12 dari 49

15 BAGIAN II KEGIATAN PEMBELAJARAN A.Pengantar Dalam proses pembelajaran, peserta secara bersama melakukan kegiatan pembelajaranmenggnakan metode curah pendapat, diskusi, presentasi dan praktek secara individu maupun kelompok. Pada akhir pembelajaran peserta akan diminta menyusun rencana fasilitasi untuk diterapkan di tempat tugas masing- masing. B.Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Desa, diharapkan peserta mampu menjelaskan, mensintesakan dan menerapkan konsep dasar, strategi, metode, pendekatan, dalam memfasilitasi pengembangan sistem peringatan dini di masyarakat. C.Indikator Pencapaian Tujuan Indikator capaian pembelajaran modul ini dirincikan sebagai berikut: 1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi 2. Peserta mampu menunjukkan hasil penyusunan rencana kontinjensi D.Uraian Materi D.1. Pengertian, tujuan dan landasan perencanaan kontinjensi Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar- benar terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak akan terjadi. Adanya unsur ketidakpastian, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengurangi akibat yang mungkin terjadi (BNPB, Panduan Perencanaan Kontinjensi, 2011). Perencanaan Kontinjensi adalah suatu proses perencanaan ke depan untuk kesiapan tanggap darurat yang di dalamnya terdapat situasi potensi bencana, di mana skenario, kebutuhan sumber daya (analisa kesenjangan) kesepakatan jumlah sektor dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengarahan potensi disetujui bersama, untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat. Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 13 dari 49

16 Rencana Kontinjensi disusun untuk satu ancaman, dan kemungkinan ancaman ikutan bila ada. Penentuan ancaman yang diprioritaskan dilakukan dengan menilai bobot pada Kemungkinan Kejadian dan/atau Skala Dampak. Rencana Kontinjensi disusun untuk satu periode waktu yang disepakati. Perencanaan kontinjensi menggunakan asumsi skenario dan dampak yang disepakati. Beberapa butir penting bahwa perencanaan kontinjensi: 1. Dilakukan sebelum keadaan darurat berupa proses perencanaan ke depan. 2. Lebih merupakan proses daripada menghasilkan dokumen. 3. Merupakan suatu proses partisipasi membangun kesepakatan skenario dan tujuan yang akan diambil. 4. Merupakan suatu kesiapan untuk tanggap darurat dengan menentukan langkah dan sistem penanganan yang akan diambil sebelum keadaan darurat terjadi. 5. Mencakup upaya- upaya pencegahan risiko yang lebih tinggi 6. Aktivasi dari perencanaan kontinjensi beralih ke rencana operasi tanggap darurat 7. Rencana Kontinjensi memetakan sumberdaya yang dimiliki oleh Desa/Kelurahan untuk melakukan tanggap darurat Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana sebagai turunan dari Undang- undangpenanggulangan Bencana No 24 Tahun 2007 menyatakan pentingnya rencana kontinjensi disusun untuk memberikan arah dan panduan dalam operasi tanggap darurat ketika bencana terjadi. Sejalan juga dengan amanat UU PB No 24 tahun 2007 tentang perbaikan sistem penanggulangan bencana pada setiap tingkatan baik nasional, provinsi, kabupaten/kota bahkan di tingkat masyarakat, maka untuk percepatan perbaikan sistem tersebut, Pemerintah dengan dukungan kuat DPR RI melalui BNPB memberikan prioritas peningkatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah melalui kegiatan Penyusunan Rencana Kontinjensi. Beberapa prinsip dalam penyusunan rencana kontinjensi desa dijelaskan dalam tabel di bawah ini: Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 14 dari 49

17 Tabel 2.1. Prinsip- prinsip penyusunan rencana kontinjensi desa Prinsip Penjelasan 1. Dasarnya jelas Setelah ada kajian risiko bencana, setelah ada peringatan bahaya, memasuki musim hujan/kemarau 2. Hanya untuk satu jenis ancaman 3. Disusun secara partisipatif 4. Berdasarkan kesepakatan 5. Harus bisa dioperasionalkan 6. Tidak menimbulkan keresahan 7. Mengutamakan sumberdaya lokal 8. Dipatuhi oleh semua pihak 9. Selalu dimutakhirkan 10. Tujuan kemanusiaan Rencana kontinjensi disusun untuk satu jenis ancaman saja Melibatkansemuapihakbaikpemerintah, masyarakat, organisasidanlembaga- lembagadengan proses terbukasertatidakadakeputusan- keputusantertutup Skenario, tujuan, prosedur ditentukan berdasarkan kesepakatan bersana Semua prosedur dalam rencana kontinjensi harus masuk akal, bias dijalankan, mudah dipahami, bias dijadikan dasar rencana operasi Penyusunanrencanakontinjensiharusmenggunakankehati- hatianekstra agar tidakdiartikansebagaiusahamenakut- nakutisehinggamemicukeresahan Kebutuhan sumberdaya dalam rencana kontinjensi sebisa mungkin dipenuhi dengan mengerahkan sumberdaya setempat Setiap kesepakatan dalam rencana kontinjensi bersifat mengikat Rencana kontinjensi harus selalu diperbaiki secara berkala agar selalu sesuai dengan perkembamgan ancaman, penduduk dan perkiran dampak Penyusunan rencana kontinjensi ditujukan semta untuk kepentingan kemanusiaan Sistematika dokumen rencana kontinjensi. Perlu ditegaskan bahwa penyusunan rencana kontinjensi tidak semata- mata untuk menghasilkan dokumen, tetapi lebih untuk menata kesiapan menghadapi bencana. Untuk apa dokumen indah, rapi, bagus tetapi tidak bisa diterapkan. Tabel 2.2. Sistematika dokumen rencana kontinjensi Bagian Isi 1. Latar Belakang Berisi penjelasan latar belakang mengapa dibutuhkan rencana kontinjensi, ruang lingkupnya, serta ladasan- landasan formal dan pengertian rencana kontinjensi Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 15 dari 49

18 Bagian Isi 2. Tujuan Berisi penjelasan tujuan umum dan khusus perencanaan kontinjensi 3. Pengkajian risiko bencana /penilaian ancaman Berisi deskripsi hasil pengkajian risiko atau penilaian ancaman sebagai dasar pengembangan skenario 4. Pengembangan skenario Berisi skenario kejadian ancaman dan kerugian- kerugian pada aspek manusia, sosial, ekonomi, politik, infrastruktur dan lingkungan/alam 5. Kebijakan dan strategi Berisi pernyataan kebijakan untuk mengurangi risiko becana akibat ancaman serta strategi- strategi untuk melaksanakan atau mencapai hasil dari pernyataan kebijakan 6. Perencanaan sektoral Berisi pemetaan aktor/stakeholder/pelaku, kebutuhan jumlah dan nama sektor, penjelasan situasi, tujuan, sasaran, proyeksi kebutuhan sumberdaya dan analisa kesenjangan (kebutuhan vs ketersediaan sumberdaya) per sektor 7. Rencana tindak lanjut Menjelaskan rencana- rencana untuk melakukan perbaikan, formalisasi, pelatihan D.3. Penyusunan skenario 1. Skenario kejadian ancaman Skenario kejadian ancaman adalah perkiraan- perkiraan masuk akal tentang kejadian ancaman. Dapat menggunakan skenario kejadian terburuk atau skenario kejadian paling mungkin (seperti pernah terjadi sebelumnya). Pengembangan skenario harus berpedoman pada hasil kajian karakter ancaman dan peta risiko bencana. Penyusunan skenario kejadian ancaman meliputi: a. Waktu kejadian, misalnya ancaman terjadi pada tengah malam atau dini hari saat semua masyarakat sedang terlelap tidur (ini contoh skenario terburuk). b. Kecepatan datangnya ancaman, misalnya melebihi dari kecepatan dalam karakter ancaman. c. Lama kejadian, misalnya sampai 4 jam atau 4 hari. Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 16 dari 49

19 d. Perulangan kejadian, misalnya setelah kejadian ancaman pertama disusul kejadian berikutnya dengan jeda waktu sempit. e. Luas daerah terdampak, bisa satuan luas (hektar) atau unit wilayah (dusun, RT/RW). f. Ketersediaan jalur dan alat evakuasi g. Potensi bencana ikutan, misalnya banjir menyebabkan aliran listrik arus pendek sehingga menyebabkan korban dan membahayakan penolong. 2. Skenario dampak Dengan skenario kejadian disepakati, maka dapat diperkirakan kemungkinan apa saja bentuk dampak ancaman. Perkiraan dampak menggunakan hasil kajian risiko bencana. D.4. Penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana Tujuan dimaksud disini adalah tujuan- tujuan khusus dan indikatif yang hendak dicapai dari adanya penanganan darurat bencana. Sedangkan strategi merupakan cara spesifik yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Tujuan dan strategi penanganan darurat bencana harus merupakan hasil kesepakatan bersama dalam penyusunan rencana kontinjensi. Tujuan penanganan darurat bencana diekspresikan dengan kalimat- kalimat pernyataan tegas (tidak bermakna ganda) serta mudah dipahami. Sedangkan strategi penanganan darurat bencana diekspresikan dengan kalimat- kalimat pernyataan tegas dan bersifat mengatur bagaimana suatu hal harus dilakukan. D.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat Setelah semua seksi membuat perencanaan kegiatan, proses lokakarya dapat dilanjutkan dengan menyusun struktur komando tanggap darurat (SKTD). Struktur ini akan menggambarkan secara jelas hirarki, rantai komando dan rantai koordinasi antar sektor, pengambilan keputusan dan alur pertanggungjawaban. Struktur komando tanggap darurat dapat disusun menggunakan organogram seperti di bawah ini. D.6. Perencanaan bidang operasi/sektor Perencanaan sektoral dimaksud disini adalah perencanaan sektor atau bidang yang perlu ditangani, siapa menangani, bagaimana dan kapan menanganinya serta kebutuhan sumberdayanya. Jenis dan jumlah sektor untuk ditangani selaran dengan pernyataan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 17 dari 49

20 kebijakan. Beberapa sektor atau bidang paling umum ada dalam rencana yakni, SAR, penampungan pengungsi, layanan kesehatan, air- sanitasi. Rencana satu sektor biasanya selalu terhubung dengan sektor lainnya. Maka hal terpenting harus diperhatikan dalam penyusunan rencana sektor adalah keterkaitan dan sinergi antara sektor satu dengan lainnya. Agar mempermudah melihat keterhubungan dan kerpaduan antar sektor, maka rencana tiap sektor sekurang- kurang harus memuat 6 penjelasan di bawah ini: 1. Situasi. Menjelaskan dalam situasi seperti apa sektor bersangkutan mulai bekerja 2. Sasaran. Menjelaskan rincian dan ukuran- ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas sektor 3. Kegiatan dan Pelaku. Menjelaskan bentuk kegiatan dan pelakunya (dalam bentuk tabel) 4. Proyeksi Kebutuhan Sumberdaya. Menjelaskan kebutuhan- kebutuhan sumberdaya oleh sektor agar dapat melaksanakan tugasnya 5. Analisa Kesenjangan Sumberdaya. Menjelaskan perbedaan atau selisih sumberdaya antara yang dibutuhkan dengan yang tersedia. Penjelasan ini menjadi alat untuk mengukur kemampuan serta sebagai acuan dalam pengembangan rencana kontinjensi. E.Kegiatan Pembelajaran E.3. Praktek penyusunan skenario 1. Skenario kejadian Setelah mengikuti penjelasan tentang penyusunan skenario maka peserta diminta mencurahkan pendapat tentang aspek- aspek dalam penyusunan skenario kejadian dan dampak menggunakan lebar kerja berikut ini. Lembar kerja 1. Tugas kelompok penyusunan skenario kejadian Jenis ancaman Desa/Kelurahan Kecamatan : : : Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 18 dari 49

21 Karakter Waktu kejadian Lama kejadian Luas daerah terdampak Potensi bencana ikutan Keterangan Tabel 2.3. Contoh Skenario kejadian Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat Karakter Keterangan Waktu kejadian Peringatan bahaya diterima pukul Lama kejadian 3 X 24 Jam Luas daerah terdampak - Potensi bencana ikutan Longsor 2. Skenario dampak Setelah mengikuti penjelasan tentang skenario dampak, peserta diminta menyusun skenario dampak dengan menggunakan hasil penilaian risikobencana hasil dari praktek Modul 2. Pengkajian Risiko Bencana Partisipatif. Lembar kerja 2. Tugas kelompok penyusunan skenario dampak Jenis ancaman : Aset Manusia Sosial Ekonomi/ Finansial Fisik/ Infrastruktur Alam/ Lingkungan Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Bentuk Risiko Jumlah Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 19 dari 49

22 Tabel 2.4. Contoh skenario dampak Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat Aset Perkiraan Bentuk Risiko Pada Aset Bentuk Risiko Jumlah Manusia Kena penyakit (diare, gatal-gatal, 252 jiwa ISPA, DBD, Cikugunya), Depresi stres 252 jiwa Tidak bisa bekerja 63 KK Tidak bisa sekolah Sekitar 100 anak Sosial Kerukunan sosial hilang/menurun 63 KK Ekonomi/ Harta benda hilang dan rusak atau 63 KK Finansial hancur Dokumen dan surat berharga 63 KK rusak/hilang Kolam lele/ikan jebol tanggulnya 63 KK Fisik/ Rumah rusak/tidak bisa ditinggali 63 KK Infrastruktur Alam/ Lingkungan - Kesulitan air bersih karena sumur tercemar banjir. -, RW 04: RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05 RW 08: RT 02 E.4. Praktek penetapan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana Lembar kerja 3. Penyusunan tujuan dan strategi penanganan darurat bencana Jenis ancaman : Tujuan 1. Pengerahan seluruh sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana Strategi 1. Menetapkan situasi darurat bencana dengan. 2. Menetapkan masa tanggap darurat bencana selama.hari 2. Korban meninggal dunia.jiwa Korban hilang..jiwa Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 20 dari 49

23 4. 4. Korban luka- luka.jiwa tertangani hingga ke Puskesman/rumah sakit Kebutuhan dasar pengungsi tercukupi Dihasilkannya data kerusakan dan kerugian untuk digunakan pada tahap paska bencana Tabel 2.5. Contoh kebijakan dan strategi Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat Kebijakan Strategi Pengerahan seluruh sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana Korban meninggal/hilang 0 jiwa Korban luka tertangani sampai dirumah sakit Kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi Memastikan adanya kegiatan pemulihan awal Menetapkan kondisi tanggap darurat bencana dengan SK Lurah Menetapkan masa tanggap darurat 7 hari Monitoring tanda- tanda banjir Memberitahukan kepada warga yang terkena rawan banjir dengan pengeras suara Berkoordinasi dengan RT,Rw,dan Kelurahan Menyediakan tempat pengungsian dan tenda pengungsian bila terjadi banjir Menyiapkan dapur umum dan obat- obatan Menyediakan kendaraan siaga Menyiapkan surat- surat untuk pengurusan kesehatan/jamkesmas Sandang,pangan,papan,posko kesehatan,pendidikan,kebutuhan rohani,menyediakan MCK,sarana permainan anak Menyediakan alat kebersihan yaitu : cangkul,ember,skop,dll Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 21 dari 49

24 E.5. Penetapan struktur komando tanggap darurat Lembar kerja 4. Tugas kelompok penetapan struktur komando tanggap darurat Jenis ancaman : Penaggungjawab/Komandan: Koordinator Umum/Wakil komandan: 1. Sekretariat 2. Peringatan Dini 3. Evakuasi Bidang Operasi Koordinator Anggota 4. SAR (Pencarian dan Pertolongan) 5. Layanan Kesehatan 6. Barak Pengungsian 7. Dapur Umum 8. Bantuan non Pangan 9. Air dan Sanitasi 10. Pendidikan 11. Keamanan 12. Pengkajian kerusakan dan kerugian Jenis ancaman Desa/Kec Kabupaten Provinsi Tabel 2.6. Contoh struktur komando tanggap darurat : Banjir : Pakansari, Cibinong : Bogor : Jawa Barat Penaggungjawab: Asnari S.Sos ( xxx) Koordinator Umum: Sigit Murjati ( xxx) Bidang Operasi Koordinator Anggota Sekretariat Peringatan Dini Bp.Maksum ( xxx) Eko Waluyo R xxx Adi Suyono ( xxx), Ade Rustandi, Syahrofi Warsito ( xxx), Suryana Hadi ( xxx) Yayang, Budi, Deden, Saimin, Sugeng Evakuasi Bapak Idris RH Adiyansyah , Firdaus Arif S xxx, Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 22 dari 49

25 SAR (Pencarian dan Pertolongan) Layanan Kesehatan xxx Tidak ada Bidan Yeti xxx Undang Darma xxx, Imam Turmudi xxx, Asep Sopiyan xxx Tidak ada Jomanssen, Bidan Sukami, Dahlia Barak Pengungsian Tanu Wahyudin xxx, Syaipudin, Suharto, Atim, H.Natsir Dapur Umum Ibu Atikah xxx Ibu Nani xxx, Ibu Halimah xxx, Ibu Yayah xxx, Arpah, Nahrudin muhamad Bantuan non Pangan Riyadi Adiyansyah , Firdaus Arif S xxx, Undang Darma xxx, Imam Turmudi xxx, Asep Sopiyan xxx Air dan Sanitasi Pendidikan Keamanan Pengkajian kerusakan dan kerugian Jumadi xxx Budiningsih xxx M.Yusuf, Pujianto xxx, Ramlan, Iskandar Ibu Nita xxx, Ibu Rus xxx, Ibu Yanti xxx, Ibu Marsih xxx, Ibu Nurhayati xxx Suharman xxx Seluruh anggota Hansip Kel Pakansari dibackup Satpol PP, TNI dan Polri Eko Waluyo R xxx Yayang, Budi, Deden, Saimin, Sugeng E.6. Praktek perencanaan bidang operasi Perencanaan bidang operasi meliputi; 1. Rencana kegiatan berdasarkan situasi dan sasaran 2. Proyeksi atau perkiraan kebutuhan sumberdaya baik personil, alat dan bahan untuk pelaksanaan kegiatan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 23 dari 49

26 Tabel 2.7. Contoh perencanaan bidang operasi Sekretariat Bidang operasi : Skretariat Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat Telah terjadi banjir. Masyarakat terdampak sudah berkumpul di lokasi Situasi aman/pengungsian dan membutuhkan bantuan makanan, pakaian, selimut, dan hunian - Tersedianya data masyarakat terdampak - Tesedianya data kerusakan/kerugian Sasaran - Tersedianya ketersediaan dan kebutuhan bantuan - Terkelolanya bantuan dari berbagai pihak - Mengolah data (Warga, Pengungsi, Korban dan kerugian) - Melakukan koordinasi dengan Pihak- pihak terkait( Pemda, Organisasi/lembaga LSM, Media Masa Kegiatan - Membuat laporan situasi (kondisi terkini,kebutuhan dan ketersediaan) - Mengelola bantuan dari berbagai pihak (menampung, mencatat keluar- masuk, dan mendistribusikan ke bidang operasi terkait) Tabel 2.8. Contoh proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat Bidang operasi : Skretariat dan pendataan Jenis ancaman : Banjir Desa/Kelurahan : Pakansari Kecamatan : Cibinong Kabupaten/Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Laptop/PC 2 Unit 2 2 Printer 2 Unit UPS 2 Unit Kertas kuarto/folio 4 Rim Papan tulis 2 Unit Spidol 20 Buah Buku tulis 10 Buah Ball point 20 Buah Personil 6 Org Konsumsi 6 Pax/hari 0 6 Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 24 dari 49

27 Jenis ancaman : Sekretariat Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 6. Perencanaan bidang operasi Sekretariat Lembar kerja 7. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Sekretariat Jenis ancaman : Sekretariat Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Laptop/PC Unit 2 Printer Unit 3 UPS Unit 4 Kertas kuarto/folio Rim 5 Papan tulis Unit 6 Spidol Buah 7 Buku tulis Buah 8 Ball point Buah 9 Personil Org 10 Konsumsi Pax/hari Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 25 dari 49

28 Lembar kerja 8. Perencanaan bidang operasi Peringatan Dini Jenis ancaman : Peringatan Dini Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 9. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Peringatan Dini Jenis ancaman : Peringatan Dini Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1. Personil 2. HT/handy talkie 3. Senter 4. Megaphone Jenis ancaman : Evakuasi Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 10. Perencanaan bidang operasi Evakuasi Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 26 dari 49

29 Lembar kerja 11. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Evakuasi Jenis ancaman : Evakuasi Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket Personil HT/handy talkie Senter Megaphone Mobil Truk Lembar kerja 12. Perencanaan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan) Jenis ancaman : SAR (Pencarian dan Pertolongan) Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 27 dari 49

30 Lembar kerja 13. Proyeksi kebutuhan bidang operasi SAR (Pencarian dan Pertolongan) Jenis ancaman : SAR (Pencarian dan Pertolongan) Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil 2 HT/handy talkie 3 Senter 4 Megaphone 5 Pelampung 6 Tali 7 Perahu karet 8 P3K Lembar kerja 14. Perencanaan bidang operasi Layanan Kesehatan Jenis ancaman : Layanan Kesehatan Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 28 dari 49

31 Lembar kerja 15. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Layanan Kesehatan Jenis ancaman : Layanan Kesehatan Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil 2 HT/handy talkie 3 Tandu 4 Perban/kassa 5 Pembalut luka 6 Obat luka 7 Spalek/bidai 8 Mobil 9 Tenda peleton Lembar kerja 16. Perencanaan bidang operasi Barak Pengungsian Jenis ancaman : Barak Pengungsian Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 29 dari 49

32 Lembar kerja 17. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Barak Pengungsian Jenis ancaman : Barak Pengungsian Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil 2 HT/handy talkie 3 Tenda peleton 4 Tikar/alas tidur 5 Selimut 6 Bantal 7 Kasur 8 Kipas angin 9 Lampu 10 Kabel 11 Selotip 12 Genset 13 BBM genset 14 Oli mesin genset Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 30 dari 49

33 Lembar kerja 18. Perencanaan bidang operasi Dapur Umum Jenis ancaman : Dapur Umum Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 19. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Dapur Umum Jenis ancaman : Dapur Umum Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil Org 2 Tenda peleton Unit 3 Kompor gas Unit 4 Gas 3 Kg Tabung 5 Panci besar Unit 6 Dandang besar Unit 7 Wajan besar Unit 8 Baskom Unit 9 Meja Unit 10 Piring Buah 11 Gelas Lusin 12 Sendok makan Lusin 13 Beras Kg 14 Minyak goreng Kg 15 Ikan asin Kg Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 31 dari 49

34 Jenis ancaman : Dapur Umum Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 16 Telur Kg 17 Mie instan Dus 18 Sayuran Kg 19 Bawang merah Kg 20 Bawang putih Kg 21 Tomat Kg 22 Cabe Kg 23 Garam Kg 24 Gula merah Kg 25 Kecap Botol 26 Daging ayam Kg 27 Kacang tanah 28 Semangka 29 Pepaya 30 Ikan segar Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 32 dari 49

35 Lembar kerja 20. Perencanaan bidang operasi Bantuan non Pangan Jenis ancaman : Bantuan non Pangan Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 21. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Bantuan non Pangan Jenis ancaman : Bantuan non Pangan Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil 2 Pakaian anak 3 Pakaian dewasa 4 Pakaian dalam pria 5 Pakaian dalam perempuan 6 Sarung 7 Mukena 8 Sajadah 9 Sabun mandi 10 Sampo Sikat gigi Pasta gigi Handuk Sandal Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 33 dari 49

36 Jenis ancaman : Bantuan non Pangan Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket Seragam sekolah Sepatu Tas sekolah Buku pelajaran Sabun cuci Ember cuci Lembar kerja 22. Perencanaan bidang operasi Air dan Sanitasi Jenis ancaman : Air dan Sanitasi Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 34 dari 49

37 Lembar kerja 23. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Air dan Sanitasi Jenis ancaman : Air dan Sanitasi Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil 2 Mesin pompa 3 Selang 4 Pipa paralon 5 Keran 6 Penampung air 7 WC 8 Bak mandi 9 Gayung 10 Terpal Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 35 dari 49

38 Jenis ancaman : Pendidikan Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 24. Perencanaan bidang operasi Pendidikan Lembar kerja 25. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pendidikan Jenis ancaman : Pendidikan Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 36 dari 49

39 Jenis ancaman : Keamanan Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 26. Perencanaan bidang operasi Keamanan Lembar kerja 27. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Keamanan Jenis ancaman : Keamanan Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 37 dari 49

40 Lembar kerja 28. Perencanaan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian Jenis ancaman : Pengkajian kerusakan dan kerugian Bidang operasi : Situasi Sasaran Kegiatan Lembar kerja 29. Proyeksi kebutuhan bidang operasi Pengkajian kerusakan dan kerugian Jenis ancaman : Pengkajian kerusakan dan kerugian Bidang operasi : No JenisKebutuhan Vol Satuan Tersedia Kekurangan Ket 1 Personil Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 38 dari 49

41 BAGIAN III PENUTUP A.Latihan/Kasus/Tugas Hitunglah kebutuhan dasar pengungsi berjumlah jiwa (dewasa) dengan masa pengungsian selama 14 hari Kebutuhan Dasar Satuan Total Kebutuhan Beras Minyak goreng Hunian sementara Pakaian/sandang Sabun mandi Air bersih Jamban/WC C.Refleksi dan Tindak Lanjut Tujuan Pembelajaran 1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, tujuan dan landasan rencana kontinjensi 2. Peserta mampu menunjukkan hasil penyusunan rencana kontinjensi Tindak lanjut Tercapai Belum Tercapai Keterangan Kegiatan yang membuat saya belajar lebih efektif Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 39 dari 49

42 Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 40 dari 49

43 DAFTAR PUSTAKA Paripurno, ET & Purwanto, S (Ed.), 2010, Panduan Fasilitator Wajib Latih Penanggulangan Bencana Gunungapi, PSMB UPN Veteran Yogyakarta Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 41 dari 49

44 Tim Penyusun Eko Teguh Paripurno, di kalangan kawan- kawan aktivis lebih akrab dipanggil Kang ET. Pria ini semula dikenal sebagai aktivis lingkungan, melalui organisasi Komunitas Pencita Alam Pemerhati Lingkungan (KAPPALA) Indonesia yang didirikannya. Menyelesaikan doktor di Universitas Padjadjaran Bandung, dengan judul disertasi Kajian Karakter Lahar G. Merapi sebagai Respon Perbedaan Jenis Erupsi dari Holosen sampai Resen. Penerima Sasakawa Award dari UNISDR atas usaha- usaha dalam pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat ini, sehari- hari mengajar di Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta. Saat ini mempunyai mandat sebagai Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) dan Ketua Program Magister Manajemen (MMB) di universitas yang sama, serta sebagai Presidium Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). Pria ini aktif sebagai konsultan manajemen bencana di berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah, serta konsultan probono bagi komunitas berisiko bencana ekologis. Sigit Purwanto, kelahiran Yogyakarta 26 Juli 1968, sekarang tinggal bersama seorang istri dan tiga anak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Menyelesaikan studi bidang teknik lingkungan tahun 1996 dilanjutkan dengan menulis laporan kegiatan alam bebas. Mulai menjadi aktifis di Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Yogyakarta sejak 2005 hingga sekarang. Pengalaman berkegiatannya telah banyak dituangkan dan dikontribusikan dalam banyak buku, modul, dan panduan tentang Pengkajian Risiko Bencana, Penyusunan Rencana Kontinjensi, Pengkayaan Teknik Fasilitasi dan Participatory Rural Appraisal. Sumino, pria ini sehari- hari aktif sebagai praktisi lingkungan dan pengurangan resiko bencana ini lahir di Sukoharjo, 20 Januari Sejak tahun 1998 mulai aktif melakukan pendampingan masyarakat untuk pengelolaan lingkungan, pangan, dan energi terutama mengembangkan tehnologi tepat guna ditingkat masyarakat. Mulai belajar bersama masyarakat untuk melakukan pengurangan resiko bencana sejak bergabung dengan Lembaga Pengembangan Tehnologi Pedesaan (LPTP) tahun 1999 sampai sekarang. Sejak tahun 2010 mendapatkan mandat dari LPTP sebagai program direktur. Lelaki ini juga aktif di jejaring, yaitu Steering Committee JKGEI (Jaringan Kerja Gender dan Energi Indonesia) , Badan Pengurus di Jaringan Kerja Pertanian Organik/Jaker- PO hingga Ia juga aktif dalam penyusunan- penyusunan dokumen kebijakan baik di tingkat daerah. Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 42 dari 49

45 Indra Baskoro Adi. Pria kelahiran Trenggalek,Jawa Timur ini lulusan S1 Psikologi dari Universitas Wisnuwardhana Malang, Jawa Timur. Semenjak tahun 2007 dalam keseharian aktif di Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta (PSMB- UPN). Sekarang pria yang sering disapa Indra ini menetap tinggal di Lereng Merapi tepatnya RT 03/02 Dusun Turgo,Purwobinangun,Pakem. Kerja- kerja dan praktik baik Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas didapatkan melalui proses panjang kurang- lebih selama 10 tahun. Selain aktif di PSMB- UPN, ia juga aktif di Perkumpulan Kappala Indonesia, sebagai pendamping masyarakat dan praktisi Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat. Pengalaman- pengalamannya antara lain adalah memfasilitasi kegiatan peningkatan kapasitas desa melalui program Wajib Latih Penanggulangan Bencana (WLPB) dan memfasilitasi program- program Sekolah Siaga Bencana di kawasan Merapi, menjadi Relawan Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi 2010, menjadi Supervisor Disaster Risk Reduction di Jayapura, dan aktif menjadi Trainer PRBBK dalam Pembekalan Fasilitator Desa Tangguh Bencana BNPB 2015 dan / kontak : Wahyu Heniwati. Berawal dari pemberdayaan usaha mikro kecil berbasis kelompok perempuan dan kawasan sejak 2005 melalui Daya Annisa, perempuan yang akrab dipanggil Heny ini menilai bahwa salah kunci ketangguhan masyarakat antara lain peningkatan lifeskill dan kebijakan yang berkeadilan. Aktif dalam kegiatan organisasi sejak mahasiswa hingga sekarang menggeluti isu ekonomi pedesaan dan kebencanaan khususnya terkait dengan penghidupan berkelanjutan. Melalui Daya Annisa, lembaga yang dipimpinnya telah melakukan kemitraan program CBDRM terintegrasi dengan livelihood dengan berbagai mitra, antara lain GTz/GIZ, AIFDR- Ausaid, UNDP- SCDRR, RHK, Caritas Swizrtland, ASB dan BPBD Kab.Cilacap untuk Replikasi Destana. Lulusan MM UII Yogyakarta ini selain menjadi anggota pengurus di MDMC, juga di Dewan Pimpinan Nasional Assosiasi Bussiness Development Services Indonesia (ABDSI) periode Telah menyusun Modul Pembelajaran atas Refleksi pengalaman pendampingan Perempuan Usaha Mikro. Menjadi trainer pembekalan Fasilitator Destana BNPB tahun 2015 dan tahun Dapat berkorespondensi melalui Arnice Agustina Ajawaila. Wanita kelahiran 5 Agustus 1980 yang selama ini beraktivitas di Lembaga YAKKUM Emergency Unit Yogyakarta dan sebagai Koordinator Respon Emergency. Aktif dalam pendampingan PRBBK sejak tahun 2007 hingga sekarang. Dimulai di Nabire (2007), lalu berlanjut di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara ( ), Padang Pariaman dan Mentawai ( ), Kabupaten Teluk Wondama ( ), Kabupaten Aceh Tengah ( ), Kabupaten Manokwari Papua Barat (2015), sampai saat ini menjadi fasilitator YEU untuk Pengurangan Risiko Bencana. Untuk korespondensi dapat menghubungi lewat com atau nomor kontak : Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 43 dari 49

46 Henricus Hari Wantoro. Sejak 2001 hingga sekarang, pria kelahiran Kulon Progo ini menekuni bidang pemberdayaan masyarakat. Kerja- kerja tersebut telah dilakukan sejak 2005 di beberapa wilayah Indonesia, antara lain di Aceh, Nias, Pacitan, Magelang, Yogyakarta, dan sebagainya. Ia juga aktif dan terlibat dalam kerja- kerja penelitian, evaluasi program, pelatihan dan pendampingan. Saat ini, lulusan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini bekerja di Desa Lestari, lembaga yang mengembangkan praktik pemberdayaan dan penghidupan masyarakat berkelanjutan, serta pengembangan usaha desa. Korespondensi dapat melalui atau kontak di Anggoro Budi Prasetyo. Laki- laki ini lahir di Magelang pada tahun 1978, dan telah banyak beraktivitas dalam pengorganisasian masyarakat sejak tahun Sebelumnya banyak terlibat dalam penelitian di almamaternya UGM dan juga lulusan Magister Manajemen Bencana UGM ini mulai berkecimpung di dunia kebencanaan pasca Gempa Bumi DIY- Jateng Tahun Pernah menjabat sebagai Koordinator pengorganisasian masyarakat, Koordinator Gender Working Group Yogyakarta, dan juga sebagai Presidium Forum Suara Korban Bencana serta saat ini menjadi Direktur di lembaga yang terkait dengan isu gender dan kebencanaan. Selain itu juga menjadi anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana DIY serta terlibat menjadi trainer dalam Pembekalan Fasilitator Desa Tangguh Bencana BNPB sejak 2016 dan Fasilitator Kota Tangguh BNPB sejak tahun Ia tertarik pada bidang kajian cultural studies, Gender dan Manajemen Bencana, serta Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat. Untuk korespondensi dapat menghubungi lewat Yugyasmono. Lahir di Yogyakarta, saat ini ia bekerja sebagai staf program di Perkumpulan Lingkar. Lulusan Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini aktif dalam kerja- kerja pengorganisasian masyarakat sejak mahasiswa dengan tergabung sebagai relawan di Klub Indonesia Hijau 09 Yogyakarta (KIH- 09) pada tahun Kerja- kerja dan praktik pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK) maupun berbasis sekolah (PRBBS), dilakukan sejak tahun Saat ini, ia juga menjadi relawan aktif di Forum PRB DIY dan Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL), dan tergabung dalam associate facilitator di Pujiono Centre, serta terlibat menjadi trainer dalam Pembekalan Fasilitator Desa Tangguh Bencana BNPB sejak Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 44 dari 49

47 Penyumbang pikiran dan tulisan: Anggraini Puspitasari Perkumpulan Lingkar Aris Susanto Perkumpulan Lingkar Arnice Adjawaila Yakkum Emergency Unit Banu Subagyo Circle Indonesia Beni Usdianto Circle Indonesia Fajar Nugroho Perkumpulan Lingkar Frans Toegimin FPRB DIY F. Asisi Widanto Pujiono Centre Heniasih Perkumpulan Paluma Nusantara Henricus Hari Wantoro Desa Lestari Indra Baskoro Adi PSMB UPN Veteran Yogyakarta Johan D.B. Santosa Perkumpulan Lingkar Juli E. Nugroho FPRB Jawa Tengah Maskuri YP2SU Ninil RM Jannah Perkumpulan Lingkar Norma Sari YP2SU Panggalih Joko Susetyo Perkumpulan Lingkar Pudji Santosa Perkumpulan Lingkar Rahmat Subiyakto Perkumpulan Lingkar Riana WL Daya Annisa Ruhui Eka Setiawan Perkumpulan Lingkar Sigit Purwanto PSMB UPN Veteran Yogyakarta Saptono Tanjung DAMAR Sigit Sugiarto Perkumpulan Kappala Sigit Widdiyanto Perkumpulan Kappala Siti Mulyani Perkumpulan Paluma Nusantara Slamet Tri Usaha Perkumpulan Lingkar Sutrisno Perkumpulan Kappala Sumino LPTP Solo Umi Azizah Perkumpulan Paluma Nusantara Untung Tri Winarso _ Perkumpulan Lingkar Wahyu Heniwati Daya Annisa Wana Kristanto Perkumpulan Kappala Wawan Andriyanto YP2SU Widanarti Daya Annisa Yugyasmono Perkumpulan Lingkar Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 45 dari 49

48 Evaluasi dari Pengguna Penyusun buku Panduan untuk Fasilitator ini menyadari benar bahwa cara- cara, materi dan alat- alat peraga yang digunakan oleh para Pendamping Masyarakat untuk memandu proses diskusi warga hingga menghasilkan dokumen- dokumen yang diinginkan dan benar- benar bermanfaat sangatlah beragam. Adalah penting juga untuk memandu diskusi warga dengan berorientasi pada cara- cara yang memudahkan agar warga masyarakat dapat i) memahami pengetahuan dan persoalan yang dibahas, ii) memicu keingintahuannya untuk menanyakan hal- hal penting bagi masyarakat dan desanya, iii) merasa bebas dan nyaman terlibat untuk berpendapat dan memberikan sumbangsih dalam bentuk apa pun, serta iv) mempunyai rasa memiliki terhadap proses dan hasil kerja mereka. Demikian halnya pendekatan yang ditawarkan dalam buku Panduan edisi ini pun disadari masih mempunyai banyak kekurangan. Karenanya saran dan masukan dari para pengguna buku Panduan ini sangat diharapkan untuk tujuan meningkatkan kemanfaatan dan kemudahan pemakaian buku ini. Tuliskan saran dan masukan anda di bawah. Anda dapat memberi masukan pada setiap Panduan. Kirimkan masukan anda ke alamat atau Modul 5. Penyusunan Rencana Kontinjensi Halaman 46 dari 49

Bagaimana tahap tahap pengembangan desa tangguh bencana?

Kegiatan pengembangan Desa Tangguh Bencana ini dilaksanakan selama tiga tahun, yakni mulai 2017—2019. Peta jalan (road map) terdiri atas tiga tahapan, yaitu (a) tahap persiapan dan inisiasi (2017), (b) tahap implementasi dan pendampingan (2018), dan (c) tahap penguatan serta pemonitoran (2019).

Apa yang dimaksud dengan desa tangguh bencana?

Desa Tangguh Bencana (Destana) adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak bencana yang merugikan (Perka BNPB No.1 Tahun 2012).

Mengapa diperlukan desa Tangguh bencana?

Desa tangguh bencana (destana) merupakan desa yang memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana.