Pada masa kepemimpinan Abdurrahman AN nashir terjadi perkembangan yang pesat dalam bidang

PERANAN ABDURRAHMAN AL-NASHIR DALAM MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN DI CORDOVA (912-961M) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Disusun Oleh : Ulfa Azzahra (1111022000005) JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

ABSTRAK Studi dalam Skripsi ini mengkaji mengenai Peranan Abdurrahman al- Nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova (912-961 M) dengan pokok masalah yang ingin dikaji adalah bagaimana peran dan upaya seorang Khalifah Abdurrahman al-nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova, ibu kota Dinasti Umayyahh II di Andalusia. Hal ini dilihat dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di Andalusia. Ditandai dengan banyaknya ulama dari Timur yang pindah dan mengajar ke Cordova, ada pula mahasiswa-mahasiswa dari Asia, Afrika, dan Eropa yang belajar di sana, hingga banyak ilmuwan besar Muslim yang lahir dan berkembang di kota Cordova. Dalam menjawab permasalahan yang ingin dikaji, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan historis. Metode ini merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang berupa teks tertulis. Lalu, poin-poin penting yang telah dianalisa, kemudian ditulis atau dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masa berlangsungnya topik penelitian sejarah yang berkaitan. Temuan dalam studi ini menjelaskan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova merupakan puncak dari peradaban Islam di Andalusia. Hal ini terjadi karena adanya peranan dari penguasa Andalusia yaitu Khalifah Dinasti Umayyah II Abdurrahman al-nashir. Kemampuannyan dalam menstabilitaskan keadaan politik, sosial, dan ekonomi di negaranya, memberi perhatian dalam pembangunan fisik di kota, serta mensejahterakan raktnya dalam keadaan aman dan tentram, menjadi faktor pendukung berkembangnya ilmu pengetahuan di Cordova hingga kota ini menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa. Keyword : Abdurrahman al-nashir, Dinasti Umayyah, Cordova, Ilmu Pengetahuan, i

KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang selalu memlimpahkan rahmat dan inayah-nya bagi hamba-hambanya yang selalu beriman dan bersujud kepadanya. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, dan para pengikutnya. Rasa syukur disertai dengan usaha, doa, dan tekad yang kuat alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul Peranan Abdurrahman al-nashiir dala Mengembangkan Ilmu Pengetahuan di Cordova (912-61M ). Meskipun penulis sadar betul akan banyaknya kekurangan dalam penulisan ini, namun semoga saja karya ini bsa member sumbangsih besar bagi para peneliti yang ingin meneliti lebih dalam mengenai sejarah pendidikkan dan perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova. ii

UCAPAN TERIMAKASIH Dalam penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh beberapa orang berjiwa besar yang meluangkan waktunya untuk mengarahkan, menasehati, mendukung, serta mendoakan yang selalu dipanjatkannya kepada sang Khalik, agar penulis segera meyelesaikan tugas akhir ini dan Lulus S1 dan mendapatkan gelar Sarjana Humaniora (S.Hum). Maka dari itu ucapan terima kasih teramat dalam penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Doktor Sukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 3. H. Nurhasan,M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam 4. Sholikatus Sa diyah, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah dengan sabar mengurusi segala macam administrasi yang penulis butuhkan. 5. Dr. H. M. Muslih Idris, Lc, M.A. yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan srikpsi. 6. Drs. Hj. Tati Hartimah, M.A. selaku dosen pembimbing akademik dan sebagai penguji skripsi. 7. Dr. H. M. Ma ruf Misbah, M.A. selaku dosen penguji skripsi yang dengan teliti mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam penulisan. 8. H. Muhammad Dukah dan Almh. Alik Kusniah, selaku orang tua penulis yang atas do a, nasehat, serta pengorbanan mereka penulis bisa menyelesaikan studi ini. 9. Ibu Utami, selaku ibu sambung penulis yang telah memberi perhatian dan doanya. 10. Gufron Malik Kadafi dan Veranda Lalita Paramarta, selaku adik-adik penulis. 11. Ummi Muwahidah S.Pd., Qona ah Adiahita S.Hum, Fauziah Hajani S.Pdi. Rizqa Arini Kemala S.SI., Nila Siska Sari, S.Pdi., Wahidin S.Pd. M. Syafiq Habibi S.Thi serta sahabat-sahabat penulis lainnya yang selalu mendukung, mengarahkan, dan yang tak pernah bosan menasihati dikala iii

malas datang, serta tak lupa mendoakan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 12. Wilda Eka Safitri, Husen, Siti Rahmawati, Budi Permana kalian adalah teman teman seperjuangan penulis selama proses sidang sampai wisuda. 13. Teman-teman kelas jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2011 dan teman-teman SEKOTTENG (Sejarah Kebudayaan Islam Konsentrasi Timur Tengah) 2011. Jakarta, 15 Juli 2018 Ulfa Az Azahra iv

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5 D. Metode Penelitian... 6 E. Kerangka Teori... 8 F. Tinjauan Pustaka... 10 G. Sistematik Penulisan... 12 BAB II LINTAS SEJARAH CORDOVA... 14 A. Cordova Sebelum Islam... 14 B. Islam Masuk Di Cordova... 15 C. Cordova Dari Masa Abdurrahman al-dakhil Sampai Masa Abdurrahman al-nashir... 18 D. Puncak Kejayaan Islam di Cordova... 20 BAB III PEMERINTAHAN DINASTI UMAYYAH DI ANDALUSIA... 24 A. Kekuasaan Dinasti Umayyah di Andalusia... 24 B. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah II di Andalusia... 27 C. Andalusia Pada Masa Abdurrahman al-nashir... 32 1. Riwayat Hidup Abdurrahman al-nashir... 32 2. Abdurrahman al-nashir Menjadi Penguasa Dinasti Umayyah II di Andalusia... 34 3. Perkembangan Fisik... 40 4. Perkembangan Pendidikan Islam dan Ilmu Pengetahuan... 43 D. Faktor Pendukung Perkembangan Ilmu Pengetahuan... 47 1. Ekonomi, Industri, dan Pertanian... 47 v

2. Administrasi dan Keamanan... 49 3. Sumber Daya Manusia... 50 BAB IV UPAYA ABUDDRAHMAN AL-NASHIR DALAM MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN... 52 A. Upaya Dalam Bidang Pendidikan... 52 1. Mendirikan Universitas Cordova... 54 2. Mengembangkan Perpustakaan... 55 B. Penulisan Makhtuthat dalam Rangka Mengembangkan Perpustakaan... 59 C. Menghadirkan Ulama- Ulama Terkemuka di Dunia Islam... 62 D. Ilmuwan Ilmuwan Muslim Cordova... 64 BAB V PENUTUP... 68 A. Kesimpulan... 68 Daftar Pustaka... 69 vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa keemasan peradaban Islam di Andalusia ditandai dengan maju dan pesatnya perkembangan intelektual, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban. Banyak bangunan fisik seperti istana, taman yang indah, masjid, jembatan, perpustakaan, sekolah-sekolah, dan universitas dibangun di wilayah yang telah dikuasai dan ditundukkan oleh dinasti umat Islam. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan intelektual di suatu bangsa atau wilayah maka akan tercipta sebuah peradaban yang gemilang. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam sendiri sudah dimulai sejak Islam diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. kepada umat manusia. Kemudian dilanjutkan oleh para sahabat Nabi, tabi dan tabi in hingga semakin berkembang pada masa pemerintahan Dinasti Abassiyah. Ketika dinasti-dinasti Muslim menguasai hampir dua per tiga wilayah di dunia, banyak kota di wilayah kekuasaan dinasti umat Islam yang dijadikan pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Seperti halnya di kota Madinah (pada masa Rasulullah Muhammad SAW.), kota Damaskus (pada masa Dinasti Umayyah I ), Baghdad (pada masa Dinasti Abassiyah dan Dinasti Saljuk.), kota Bukhara (pada masa Dinasti Samanid), Kairo (pada masa Dinasti Fatimiah), dan Cordova (pada masa Dinasti Umayyah II). Di kota-kota itulah ilmu pengetahuan dan intelektual Islam berkembang pesat. Tradisi keilmuan semakin marak berkembang dengan adanya penerjemahan dan percetakan buku-buku berbahasa Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab. Banyak ulama-ulama yang mengkaji ilmu-ilmu dan mengajarkannya kepada masyarakat Muslim yang haus akan ilmu pengetahuan. Dalam pesatnya perkembangan Ilmu pengetahuan dikalangan umat Muslim dan di berbagai wilayah kekuasaan dinasti Muslim, semua itu tak luput dari peranan para penguasa dinasti Muslim yang mencintai ilmu dan saling berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mendirikan lembaga pendidikan seperti perpustakaan, obeservatorium, universitas,dan sekolah-sekolah untuk mendukung perkembangan tradisi keilmuan Islam. Hingga akhirnya upaya-upaya 1

2 yang telah dilakukan para penguasa dinasti Muslim tersebut dapat melahirkan para ilmuwan Muslim, dengan karya-karyanya yang memberikan sumbangsih besar dalam kemajuan dan perkembangan peradaban dunia pada umumnya dan Islam pada khususnya. Cordova adalah salah satu kota yang menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan Islam di Barat di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah II di Andalusia (saat ini lebih dikenal dengan Spanyol Muslim). Islam di Andalusia mulai tumbuh dan berkembang pada tahun 711M, dibawa oleh tentara tentara bangsa Arab pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah yang ketika itu berpusat di Damaskus. Kemudian Andalusia mulai menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah di bawah pemerintahan Khalifah Walid (750-715 M), salah seorang Khalifah dari Bani Umayyah. 1 Keberadaan umat Islam di sana berlangsung selama tahun 92-897 H / 717-1492 M. Ketika kekhalifahan Umayyah di Damaskus runtuh, salah seorang pangeran Umayyah berhasil melarikan diri ke Andalusia dari kejaran tentara Bani Abbasiyah. Ia adalah Abdurrahman Al-Dakhil (Abdurrahman I) yang berhasil mendirikan kembali Dinasti Umayyah II, kemudian menjadikan Cordova sebagai ibu kota Andalusia dengan masa pemerintahanya pada tahun 756-788 M. Pada abad ke-10, Dinasti Umayyah II merubah sistem kekuasaan dari keamiran menjadi kekhalifahan (912-1031M). Pada masa ini masyarkat Dinasti Umayyah di Andalusia berhasil berkembang menjadi wilayah kekuasaan dinasti umat Islam yang maju dan mencapai puncak kejayaanya, sehingga dapat menyaingi Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Periode itu dimulai pada masa pemerintahan Abdurrahman al-nashir (912-961 M), dimana Islam di Andalusia mulai mejadi pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan di Eropa. Sejak kehadiran umat Muslim di Andalusia dan kembali didirikannya Dinasti Umayyah II oleh Abdurrahman al-dakhil, telah menjadikan kota Cordova tidak hanya berperan sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan saja, namun kota ini berkembang dan menjadi pusat peradaban serta perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. 1 Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 87.

3 Peranan penguasa sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan intelektual Islam di Cordova. Ketika Cordova menjadi Ibu kota peradaban Islam di Andalusia, para penguasa mulai mendirikan sekolah-sekolah kedokteran, filsafat, ilmu pengetahuan dan seni. Para penguasa Umayyah II sangatlah dermawan, hal ini dikarenakan negeri Andalusia sangatlah maju dan kaya. 2 Sebagaimana yang dilakukan salah satu Khalifah dinasti Umayyah II, Abdurrahman al-nashir (Abdurrahman III), ia mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova. Perhatiannya sebagai penguasa tidak hanya dalam aspek perluasan wilayah dan pembangunan fisik saja, namum ia juga berupaya melakukan pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai awal mula bangkitnya ilmu pengetahuan Islam di Barat. Abdurrahman al-nashir bukan hanya sekedar penguasa dan Khalifah saja, tetapi ia juga seorang yang sangat mencintai ilmu, ia sangat memperhatikan perkembangan pendidikan Islam di Cordova. Kecintaan Abudurrahman al-nashir terhadap ilmu pengetahuan, terbukti dengan perhatian dan usaha-usahanya dalam mengembangkan pendidikan Islam. Salah satu usaha yang ia lakukan adalah mendirikan Universitas Cordova. Usaha lainnya untuk mendukung perkemabangan pendidikan di Cordova ialah memberi perhatian dalam mengembangkan perpustakaan Cordova yang sudah didirikan oleh pendahulunya. Dengan didirikannya Universitas Cordova di Andalusia, menandakan bahwa ilmu pengetahuan di Cordova telah mengalami perkembangan pesat. Universitas ini pun menjadi tersohor di Barat kerena kemasyhuran dan kesuksesan para pengajarnya yang mampu melahirkan para sarjana intelektual. Universitas Cordova menjadi salah satu kebanggan umat Islam di Andaluisa dan berhasil menandingi dua universitas lainnya, yaitu Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad. Selain itu ketenaran Universitas Cordova berhasil menarik minat para mahasiswa dari dekat dan jauh, termasuk mahasiswa dari negara-negara di Eropa. 3 2 Prof.Dr. Muhammad Husain Mahasnah,Pengantar Studi :Sejarah Peradaban Islam, terj. Adhwa ala Tarikh Al Ulum inda Al-Muslimin, h.277. 3 Prof. Samsul Nizar, M. Ag, Sejarah Pendidikan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia,( Jakarta : Kencana, 2007), h. 174-175.

4 Pada masa pemerintahaan Abdurrahman al-nashir, ibu kota Andalusia yaitu Cordova, menjadi kota yang paling berbudaya di Eropa, dan bersama dengan Konstantinopel dan Baghdad, menjadi satu dari tiga pusat kebudayaan di dunia. 4 Perkembangan peradaban Islam di Andalusia khususnya di Cordova terbentuk bukan hanya sentuhan dari Arab-Islam, akan tetapi lebih dari itu, karena akibat persentuhan peradaban yang dibawa oleh Arab-Islam dengan kebudayaan masyarakat yang multikultural inilah yang akhirnya menyatu dan membentuk kebudayaan Islam yang tinggi pada waktu itu. Sehingga dalam waktu singkat Cordova berubah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Islam di Barat dan pertama di Eropa. Kemajuannya juga sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan masyarakat Andalusia. Demikian juga dengan keberhasilan politik para pemimpinnya yang ditunjang dari kebijakan-kebijakan penguasapenguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah. 5 Berdasarkan pemaparan di atas banyak permasalahan yang dapat dikaji dan diangkat menjadi sebuah tema dalam pembuatan skripsi. Seperti halnya 1. Bagaimana Dinasti Umayyah II berdiri di Andalusia dan menjadikan Cordova sebagai ibu kota? 2. Bagaimana Islam masuk dan berkembang di Cordova? 3. Bagaimana kondisi pemerintahan Islam sebelum Khalifah Abdurrahman al-nashir? 4. Bagaimana peran dan upaya Abdurrahman al-nashir dalam mengembangankan ilmu pengetahuan di Cordova? 5. Apa saja kemajuan yang dicapai kota Cordova sebagai pusat peradaban Islam di Barat? 6. Bagaimana peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan intelektual di Barat? 7. Apa saja dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan intelektual yang berkembang di Cordova bagi peradaban Islam di Barat? 4 Philiph K.Hitti, History of The Arab, ( Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2013) h.669. 5 Philiph K.Hitti, History of The Arab,h. 175.

5 B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, banyak masalah yang dapat dikaji lebih mendalam. Namun, adanya keterbatasan ruang maka penulis hanya menekankan pokok pembahasan dalam penelitian ini pada nomor 4 yaitu mengenai: bagaimana peranan dan upaya Abdurrahman al-nashir dalam mengembangan ilmu pengetahuan di Cordova pada tahun (912-961 M). Untuk membahas personal tersebut diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi kota Cordova sebelum pemerintahan Abdurrahman al- Nashir? 2. Bagaimana proses perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova pada masa Abdurrahman al-nashir? 3. Apa saja peran dan upaya Abdurrahman al-nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan Islam di Cordova? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai tujuan utama dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian yang berjudul Peranan Abdurrahman al-nashir Dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan di Cordova (300 H 350 H/912 M - 961 M) adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi kota Cordova sebelum pemerintahan Abdurrahman al-nashir 2. Untuk mengetahui proses perkembangan ilmu pengetahuan di kota Cordova pada masa Abdurrahman al-nashir. 3. Untuk mengetahui peran dan upaya apa saja yang dilakukan Abdurrahaman al-nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova. Manfaat penelitian yang berjudul Peranan Abudurrahman al-nashir Dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan di Cordova (912-961 M) adalah : 1. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Humaniora dengan menyelesaikan tugas akhir Skripsi. 2. Memberikan sumbangan hasil karya penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah pada umumnya dan Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam khususnya.

6 3. Menambah wawasan para pembaca, khususnya wawasan kesejarahan, terkait peranan dan upaya Abudurrahman al-nashir sebagai khalifah Dinasti Umayyah II dan perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova pada masanya. D. Metode Penelitian Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandangan suatu fakta atau kejadian tentang peradaban bangsa. Sejarah sebagai rekonstruksi masa lalu terikat oleh prosedur penelitian ilmah. 6 Metode Penelitian Sejarah yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan historis. Metode ini merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang berupa teks tertulis. Lalu, poin-poin penting yang telah dianalisa, kemudian ditulis atau dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masa berlangsungnya topik penelitian sejarah yang berkaitan. 7 Dalam Metode Penelitian Sejarah terdapat tahapan-tahapan yang biasanya dilakukan oleh peneliti sejarah dan penulis juga mengikuti prosedur yang telah ada. 8 Adapun, tahap-tahap yang penulis gunakan untuk penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Pencarian Sumber Untuk teknik pengumpulan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library Research) dengan mengakses sumber tertulis berupa buku-buku, jurnal, serta situs internet yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis teliti. Sebagai sumber utama penulis menggunakan buku-buku primer yaitu: Al-Bayan Al-Mughrib fi Akhbar Muluk Al-Andalusi wa Al-Maghrib jilid ke-ii yang ditulis oleh Ibnu Izari (w.1320 M.), salah seorang sejarawan Muslim dari Maroko (Maghribi). Dalam buku ini dijelaskan mengenai sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Andalusia selama di bawah pemerintahan dinasti Muslim, salah satunya ialah pemerintahan Dinasti Umayyah. Islam masuk dan 6 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Benteng Budaya, 2001), h.12. 7 Louis Gottschalk. Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. (Jakarta: UI Press.1983), h.3. 8 Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah.(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 147.

7 berembang di Andalusia di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah yang kala itu masih berpusat di Damsukus kemudian runtuh, dan berhasil didirikan kembali di Andalusia hingga masa pemerintahan Umayyah menjadi Kekhalifahan. Kemudian sumber utama lainnya adalah Tarikh Ulama Al-Andalus yang ditulis oleh Ibnu Fardhi. Buku ini mengulas tentanga bibiografi singkat mengenai Ulama, Muhadits, dan para penguasa Andalusia. Untuk melengkapi sumber utama, penulis menggunakan sumber sekunder dari beberapa buku yaitu : Bangkit dan Runtuhnya Andalusia yang telah diterjemahkan oleh Muhammad Ihsan,Lc dan Abdul Rasyad Shiddiq,Lc. Dalam buku ini dibahas tentang pemerintahan Abdurrahman al-nashir yang dibahas di bab V bagian peratama sampai bagian ketiga, yaitu masa Kekhalifahan Umayyah II di Andalusia. Penulis juga menggunakan buku History of The Arabs karya Philip K. Hitti, yang karyanya banyak dijadikan sumber penelitian. Dalam buku Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan karya Ahmad Thomson dan Muhammad Ata ur Rahim juga mengulas banyak tentang sejarah pemerintahan dinasti umat Islam di Andalusia dari bangkit sampai runtuh. Tiga buku ini adalah buku-buku yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan penulis jadikan sumber sekunder. 2. Tahap Pengolahan Data Kajian sejarah, tentu saja tidak lepas dari sumber-sumber tertulis yang menggunakan berbagai aksara. Dalam pengolahan data, penguasaan aksara sangat penting agar informasi-informasi yang kita dapatkan bisa menjadi sebuah data. Sehingga, aksara bisa menjadi jembatan antara informasi yang begitu banyak dengan data-data yang diperlukan. Adapun dalam penelitian kali ini, aksara-aksara yang penulis kuasai guna mengolah informasi-informasi yang penulis dapatkan pada tahapan sebelumnya yaitu, Inggris, Arab, dan Indonesia. Kemudian, setelah informasi-informasi diperoleh, maka tahapan selanjutnya adalah mensortir dan mengklasifikasikan informasi menjadi data-data berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dan tentu saja sebagai landasan untuk menjawab permasalahan.

8 3. Tahap Interpretasi Data Setelah dilakukan pensortiran dan pengklasifikasian data, tahap selanjutnya yang penulis lakukan adalah melakukan analisa yang bersifat kualitatif, dalam artian penulis akan menguraikan data-data historis tersebut dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan konteks. Dalam penelitian kali ini, pendekatan keilmuan yang digunakan yaitu pendekatan historis. 4. Tahap Penyajian Tahap ini, merupakan tahapan yang mengupayakan agar fakta-fakta sejarah yang dapat menjawab permasalahan, tetapi masih terfragmentasi dapat menjadi suatu kajian yang bersifat utuh, sistematis, komunikatif dan mudah dimengerti khalayak pembaca skripsi ini yang biasanya disebut sebagai historiografi atau penulisan sejarah. Dimana, historiografi mencakup cara penelitian, pemaparan serta hasil pelaporan penelitian sejarah yang telah penulis lakukan. Imajinasi dan kemampuan mentransmisikan pendapat ke dalam bentuk tulisan menjadi faktor penting guna mewujudkan karya skripsi yang integral. Dan yang terakhir, sekaligus yang terpenting, historiografi penelitian kali ini, tetap berada di dalam kaidah yang semestinya. Adapun buku Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan CeQDA 2007, menjadi buku acuan yang penulis gunakan, supaya penelitian skripsi ini sesuai koridor penulisan yang ditentukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Kerangka Teori Pokok persoalan sejarah senantiasa akan syarat dengan pengalamanpengalaman penting yang mencakup perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Oleh sebab itu, menurut Sayid Quthub, Sejarah bukanlah peristiwaperistiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa itu, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat. 9 9 Dra. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), h. 2.

9 Objek dalam penulisan ini adalah mengenai peranan Abdurrahman al- Nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova (912M-961M). Dalam usaha melakukan pendeskripsian dan perekonstruksian sejarah tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu tentang arti peran. Peran dapat diartikan dengan laku, hal berlaku atau bertindak, pemeran pelaku, dan pemain. Peran individu atau kelompok sangat menentukan dalam konteks sebagai pelaku suatu peristiwa sejarah. Peter Burke mengemukakan bahwa analisis tentang peran dapat menjelaskan fenomena perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. 10 Pendapat ini, lebih mengedepankan pada peran yang menyangkut perilaku / tindakan seseorang yang menarik perhatian dalam berbagai aspek kehidupan sosial nyata. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sosial-politik dengan menggunakan pendekatan Behavioral yaitu pendekatan yang tidak hanya terfokus pada kejadiannya, tetapi juga pelaku sejarah dalam situasi nyata. Bagaimana pelaku sejarah menafsirkan situasi yang dihadapinya, sehingga dalam penafsiran tersebut muncul tindakan yang menimbulkan suatu kejadian yang selanjutnya akan timbul konsekuensi dari tindakan pelaku tersebut. 11 Peranan seorang pemimpin sangatlah penting dalam menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin yang memahami situasi dan kondisi wilayah kekuasaannya dalam mewujudkan kemajuan dan perkembangan wilayah serta kemakmuran bagi rakyatnya, dengan usaha-usaha yang telah dilakukannya adalah pemimpin yang sukses menjalankan kepemerintahannya. Sebagaimana yang diperankan oleh Abdurrahman al-nashir dalam menjalankan roda pemerintahan sebagai Khalifah Dinasti Umayyah II di Cordova. Berkat usaha-usahanyalah, Cordova menjadi pusat peradaban Islam di Barat. Tidak hanya dalam bidang politik, ekonomi, pembangunan fisik saja, perhatian Abdurrahman al-nashir terhadap ilmu pengetahuan juga sangat besar, sehingga lahir banyak ilmuwan dan beberapa ilmu berkembang pada masanya. 10 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, terj. Mustika Zed dan Zulfami, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2001), h.68. 11 Robert F. Bekhofer. Jr, A Behavioral Approach to Historical Analysis, (New York : Free Press, 1971), h. 63-67. Dan Kuntowijoyo, Metodelogi Sejarah, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana,2003), h. 179.

10 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori purposive yang dikemukakan oleh James S. Coleman. Teori purposive adalah teori tindakan seseorang, yaitu memahami alasan mengapa orang itu bertindak dengan cara tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk memahami dan mengetahui bagaimana tindakan itu dipahami oleh si pelaku sebagai hal yang memberi kontribusi terhadap tujuan tersebut. 12 Dari uraian diatas, penulis menganalisis mengenai peranan Abdurrahman al-nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, yang dilihat dari usahausahanya dan kebijakannya. Sehingga rakyat menjadi makmur dan menghormati atas tindakan-tindakan yang dilakukan Abdurrahman al-nashir. Kebijakannya yang tepat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan adalah peranannya yang penting yang dilakukannya sebagai Khalifah, karena hasil dari kebijakannya itu menjadikan rakyatnya sejahtera dan kota Cordova menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam di Barat. F. Tinjauan Pustaka Setelah melakukan penelusuran ke perpustakaan, terdapat beberapa sumber yang mengkaji tentang pemerintahan Cordova pada masa Abdurrahman al-nashir. Akan tetapi dari beberapa sumber tersebut, tidak banyak yang membahas mengenai peranan Khalifah Abdurrahman al-nashir (912M-961M) dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova secara khusus. Sebagian sumber hanya berisi gambaran secara umum saja. Hasil penelitian yang ada kaitannya dalam penulisan ini adalah : 1. Dr. Raghib As-Sirjani dalam karyanya yang berjudul Bangkit dan Runtuhnya Andalusia 13 yang telah diterjemahkan oleh Muhammad Ihsan,Lc dan Abdul Rasyad Shiddiq,Lc tentang pemerintahan Abdurrahman al-nashir dibahas di bab V bagian peratama sampai bagian ketiga, yaitu masa Kekhalifahan Umayyah II di Andalusia. Di dalam bab ini, dibahas mengenai pemerintahan Abdurrahman al-nashir sebagai Amir dan kemudian mengangkat dirinya sebagai Khalifah Umayyah II di 12 James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial, ( Bandung: Nusa Media,2009), h. 17. 13 Dr. Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia: Jejak Kejayaan Islam di Spanyol, terj. Muhammad Ihsan,Lc dan Abdul Rasyad Shiddiq,Lc, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), h. 214-255.

11 Andalusia. Peran Abdurrahman dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova hanya dibahas secara umum saja. Dalam bab ini lebih terfokus pada usaha-usaha Abdurrahman al-nashir dalam segi politik dan pembangunan fisik. Dan di bagian kesebelas dibahas mengenai kegemilangan kota Cordova sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan 14. 2. Philip K. Hitti dalam karyanya yang berjudul Histori of The Arabs, yang telah diterjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, tentang pemerintahan Abdurrahman al-nashir dibahas dalam bab 27. Di dalamnya membahas keberhasialan Abdurrahman dalam mengebangkan ilmu pengetahuan di Cordova secara umum. 3. Philip K. Hitti dalam karyanya yang berjudul Capital Cities of Arab Islam 15, dalam bab 6 membahas mengenai sejarah kota Cordova dari sebelum datangnya tentara Dinasti Umayyah hingga Umayyah berhasil menguasai kota ini dan menjadikan pusat pemerintahan dan peradaban ilmu pengetahuan di Barat. Dalam karya ini lebih terfokus pada sejarah kota Cordova. 4. Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag dalam karyanya yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Samapai Indonesia 16, tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam di Cordova dibahas dalam bab 6 dan bab 7. Di dalam karya ini lebih menjelaskan bagaimana pola perkembangan pendidikan Islam di Cordova serta faktor-faktor pendukung perkembanagn ilmu pengetahuan secara khusus, dan tidak ada pembahasan mengenai peranan Abdurrahman al-nashir. 5. Ahmad Agung Basit dalam skripsinya yang berudul Kemajuan Kota Cordova Pada Masa Abdurrahman al-nashir (912-961M) pada tahun 2017. Dalam skripsi ini membahas mengenai kemajuan kemajuan apa 14 Dr. Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia: Jejak Kejayaan Islam di Spanyol, h. 356-368. 15 Philip K. Hitti, Capital Cities of Arab Islam, (U.S. Amerika : University of Minnesota Press, 1973), h. 135-163. 16 Prof. Samsul Nizar, M. Ag, Sejarah Pendidikan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia,( Jakarta : Kencana, 2007), h. 75-103.

12 saja yang dicapai kota Cordova pada masa pemerintahan Abdurrahman al- Nashir dalam bidang pembangunan fisik dan ilmu pengetahuan. Namun peranan Abdurrahman al-nashir dan faktor berkembangnya ilmu pengetahuan di Cordova tidak dijelaskan secara konprehensif, sehingga skripsi yang saya buat hanyalah melengkapi dan melanjutkan penelitian yang telah ditulis oleh Ahmad agung Basit. G. Sistematik Penulisan Penulisan ini dibagi menjadi lima bab agar pembahasannya sistematis dan lebih mudah dipahami. Bab pertama adalah Pendahuluan, yang terdiri dari tujuh sub pokok pembahasan, yaitu latar belakang masalah yang berisi alasan penelitian, batasan, rumusana masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang berisi maksud penelitian ini dilakukan, tinjauan pustaka yakni untuk menelaah penelitian yang pernah ada sebelumnya, kerangka teori atau kerangka berpikir yang digunakan sebagai pola pikir dalam penelitian, metode penelitian yang memuat langkah-langkah yang ditempuh selama melakukan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua, membahas tentang lintas sejarah kota Cordova. Menuliskan bagaimana keadaan Cordova dari awal berdirinya kota hingga tentara Arab Dinasti Umayyah datang dan berkuasa di Andalusia. Di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah Cordova mulai tumbuh dan berkembang menjadi kota yang maju, terutama ketika Abdurrahman al-dakhil mulai menjadikan Cordova sebagai ibu kota Andalusia di bawah kepemerintahan Dinasti Umayyah II. Dan pada masa kekuasaan Khalifah Abudurrahman al-nashir kota Cordova menjadi pusat peradaban Islam dan Ilmu pengetahuan di Barat. Bab ketiga, membahas mengenai sejarah masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia. Dan pada masa Dinasti Umayyah II mulai berdiri dan berkuasa di Andalusia di bawah pemerintahan Khalifah Abdurrahman al-nashir, Andalusia berhasil mencapai pucak kejayaan. Di dalamnya yang membahas mengenai biografi Abdurrahman al-nashir menjadi Amir Umayyah II di Cordova, hingga ia mampu menguasai seluruh negeri Andalusia dan menyatakan diri dengan menggunakan gelar Khalifah. Berisi pula mengenai kebijakan-

13 kebijakannya sebagai Khalifah yaitu dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, dan pendidikan. Bab keempat membahas mengenai peranan dan upaya-upaya yang dilakukan Abdurrahman al-nashir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova: di antranya membangun Universitas Cordova, mengembangkan perpustakaan Cordova, menyalin atau menulis ulang buku-buku, penerjemahan buku, mendatangkan intelektual-intelektual dari Timur. Hingga banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan Muslim dan Cordova dalam waktu singkat berhasil menjadi kota yang masyhur dan menjadi pusat pendidikan di wilayah kekuasaan dinasti Muslim bagian Barat. Bab kelima berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini disimpulkan hasil pembahasan untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan yang ada dan memberikan saran dengan tetap bertitik tolak pada kesimpulan.

A. Cordova Sebelum Islam BAB II LINTAS SEJARAH CORDOVA Nama Cordova bukan dari bahasa Semit melainkan dari bahasa Iberia Kuno (Old Iberian) yaitu Salduba. Setelah perang Punisia kedua, kota ini menjadi sangat penting dan dikenal sebagai kota yang kaya, orang Romawi mengenalnya dengan nama Corduba. Orang-orang Spanyol mengenalnya dengan sebutan Cordova. 17 Sedangkan bagi orang-orang Arab, kota ini dikenal dengan 18.(الوادع الكبير : قرطبة : (Arab nama Qurtubat al-wadi al-kabir Cordova didefinisikan oleh dua fitur geografis: pegunungan Sierra Morena, dengan kekayaan mineralnya dan Sungai Guadalquivir. Ensiklopedi Al- Mawrid Al-Haditsah menuliskan sejarahnya dengan mengatakan, Cordova didirikan oleh kaum Qarthajiy (Kartago), lalu ditundukan oleh pemerintahan Romawi dan Ghotic Barat (Visigoth). 19 Sejak saat dikuasai oleh Romawi inilah kota Cordova mulai masyuhur. SM. 20 Cordova adalah kota yang dikembangkan oleh bangsa Kartago pada 206 Kemudian kota ini dikuasai oleh Romawi di bawah pemerintahan Marcellus pada 152 SM. Di bawah kolonial orang-orang Romawi dan kolonial Patricia, kota ini dibangun dan menjadi ibu kota provinsi Hispania. 21 Pada tahun 45 M 20.000 penduduk Romawi dibantai oleh Julius Caesar karena telah mendukung anak-anak Pompey. Di bawah kekuasaannya pula, kota ini menjadi ibu kota yang makmur di provinsi Romawi yaitu Beitica. 22 Menjelang dekade kedua abad ke-5 Masehi atau lebih tepatnya pada 420 M, Cordova hancur ketika orang-orang barbar Vandal melakukan perjalanan untuk memperluas kekuasaanya ke Afrika Utara dan berhasil menakhlukkan Beitica. Pada 554 M dikuasai oleh orang Bizantium yang datang ke Semenanjung Iberia untuk membantu Raja Athanagild dari Visigoth, dan Yunani menyebar ke 17 C. Edmund Bosworth, Historic Cities of the Islamic World, (Leiden : Boston, 2007), h. 103. 18 Andrew Petersen, Dictionary of Islamic Architecture, (London : Routledge, 1996), h. 55. 19 Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia : Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol, h. 375. 20 http://whc.unesco.org/en/list/313 (diakases 14/12/2014 pukul 17:06 WIB.) 21 C. Edmund Bosworth, Historic Cities of the Islamic World, h. 103. 22 http://www.britannica.com/ebchecked/topic/137374/cordova (diakses 14/12/2014 pukul 12:57 WIB.) 14

15 seluruh bagian selatan Spanyol. Mereka membangun kembali dinding pelindung Romawi kuno (urbsquadrata) dan memperluasnya hingga kearah selatan, sejauh kearah tepi utara sungai. Pada tahun 571M, Raja Leovigild, penerus Athanagild itu, mulai memgembalikan kekuatan Bizantium. Meski demikian, kota Cordova sangat didominasi oleh kerajaan Visigoth. 23 Kerajaan Visigoth menguasai kota Cordova mulai abad ke-6 M sampai awal abad ke-8 M. Di bawah kekuasaan kerajaan Visigoth, kota ini yang sebelumnya makmur telah mengalami kemunduran. 24 Hingga kembali makmur ketika tentara Arab Dinasti Umayyah datang dan menguasai Andalusia pada tahun 711 M. Dalam sub bab ini, penulis menekankan hanya pada kondisi kota Cordova sebelum Islam berkuasa. Cordova didirikan oleh bangsa Kartago pada 206 SM. Kemudian kota ini dikuasai oleh Romawi di bawah pemerintahan Marcellus pada 152 SM. Nama Cordova berasal dari bahasa Iberian kuno yaitu Salduba dan dikenal oleh orang Arab dengan sebutan Qurtubah. Namun pada tahun 420 M kota ini hancur oleh seranagn bangsa Vandal. Bangsa Vandal berhasil diusir oleh tentara Visighot yang berasal dari Jerman dan berkuasa dari abad ke-6 sampai abad ke-8. Kota ini berada dalam keadaan yang sangat memperihatinkan karena ketidak adilan para penguasa. Hingga akhirnya Islam datang dan kembali makmur pada tahun 711 M. B. Islam Masuk Di Cordova Pada tahun 93 h (711 m) kota Cordova dikuasai oleh Thariq bin Ziyad, sang panglima perang tentara Dinasti Umayyah yang berhasil mengalahkan tentara musuh dan berhasil masuk ke Anadalusia. Sejak saat itu, Cordova mulai melalui fase baru dalam sejarah peradaban. Misi membuka kota Cordova dilakukan Tariq bin Ziad itu dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Al Walid I (705-715 M) dari Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus. Dengan dikuasainya Andalusia, 700 tentara kavaleri yang dipimpin panglima perang Mughith Ar Rumi dengan mudah menguasai 23 C. Edmund Bosworth, Historic Cities of The Islamic World, hal. 103. 24 Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004),h. 292.

16 Cordova. 25 Selain Cordova, pasukan Dinasti Umayyah juga berhasil menguasai wilayah-wilayah lain di Andalusia seperti Toledo, Seville, Malaga serta Elvira. Selama pemerintahan Umayyah berpusat di Damaskus, kota Toledo dijadikan ibu kota di Andalusia. 26 Setelah tentara Dinasti Umayyah datang dan berkuasa di bumi Andalusia, orang-orang Arab mulai menetap dan mengatur administrasi politik dan membangun kota dengan memilih kota Cordova untuk dijadikan sebagai ibu kota pusat pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam keterangan Ibnu Khaldun melalui karyanya yang berjudul Muqaddimah, ia menjelaskan bahwa suatu kota dan ibu kota muncul setelah adanya kerajaan yang berkuasa. Setelah mendapat kekuasaan, mereka tidak dapat menghindari untuk menguasai ibu kota karena dua hal. Pertama, apa yang dibutuhkan oleh kekuasaan, yaitu kenyamanan, kemakmuran, dan mengurangi kesulitan karena akan sangat sulit membangun suatu kota jika dimulai dari awal. Kedua, menghindarkan orang-orang yang menentang dan para pemberontak. Karena ibu kota di berbagai penjuru kadang menjadi tempat markas para pemberontak yang menentang dan ingin mengambil alih kekuasaan. Dengan menguasai ibu kota maka para penguasa bisa mengalahkan para pemberontak. 27 Masa awal pemerintahan Dinasti Umayyah berkuasa di Andalusia, negeri ini berada di bawah pemerintahan wali atau gubernur Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus. Gubernur al Hurr bin Abd al-rahman al-thaqaf memindahkan ibu kota Andalusia dari Sevilla ke Cordova (97-100 H / 716-719 M). Penggantinya, Gubernur al-samh bin Malik al-khawlani (100-102 H / 719-721 M) membangun kembali jembatan Romawi kuno dan bagian yang hancur dari tembok pelindung, dia juga mendirikan pemakaman Muslim pertama di kota yang diberi nama Maqbarat al-raba atau "Cemetery of the Suburb" di tepi utara sungai. Kemudian pada tahun 129-138 H / 747-756 M ia digulingkan oleh pangeran Umayyah Abdurrahman I bin Mu awiyah al-dkhil. 25 Prof.Dr.Suwito,MA.et al., Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2008),h. 111. 26 Heri Ruslan, dkk, Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam, (Jakarta: Harian Republika,tt), h. 134. 27 Ibnu Khaldun, Muqaddimah, h. 608.

17 Ketika Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus berhasil ditumbangkan oleh Dinasti Abbasyiah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Bagdad pada tahun 750, salah seorang keturunan Dinasti Umayyah, Abdurrahman I berhasil melarikan diri dan sampai ke Cordova, ia adalah satusatunya keturunan Bany Umayyah yang telah melarikan diri dari pembantaian yang dilakukan Bani Abbas terhadap Bani Umayyah di Damaskus. 28 Sesampainya di Andalusia, ia berhasil mengalahkan Yusuf al Fihri dan berhasil menguasai Cordova. Kemudian ia mendirikan Dinasti Umyyah II dan Cordova dijadikan sebagai ibu kota Dinasti Umayyah II di Andalusia pada tahun 756 M. 29 Kekuasaan Dinasti Umayyah di Andalusia dengan Cordova sebagai ibu kotanya berlangsung dari tahun 756-1031 M. 30 Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari tahun 711-912 M dan mulai dari 912-976 M, peradaban Cordova mulai menggeliat menjadi pusat peradab. Pada masa pemerintahan Umayyah II berpusat di Cordova,kota ini menjadi kota yang termasyhur di daratan Eropa. Dalam sub bab ini dijelaskan bagaimana kondisi Cordova pada masa Islam mulai masuk dan berkembang. Di bawah pasukan panglima Thariq bin Ziyad dan Mughit al-rumi, kota Cordova berhasi dibebaskan dari kekuasaan kerajaan Visighot. Setelah Islam berhasil berkuasa di Andalusia, kota ini menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus dan dipimpin oleh seorang wali/gubernur yang dipilih oleh Khalifah Umayyah. Di bawah kekuasaan para wali ini, pusat pemerintahan pada awalanya terletak di kota Toledo, kemudian dipindahkan ke kota Cordova. Para wali mulai melakukan pembangunan kota seperti memperbaiki benteng, mendirikan masjid, dan membangun kembali jembatan yang telah hancur hingga menjadi kota yang indah dan masyarakat kembali makmur. 28 C. Edmund Bosworth, Historic Cities of The Islamic World, hal. 103. 29 Encyclopedia, The New Encyclopedia Britannica, in 30 volume, vol.3 (Chicago, William Beton; Publisher,t.t), h. 146. 30 Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusi : Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol, h. 357-358.

18 C. Cordova Dari Masa Abdurrahman al-dakhil Sampai Masa Abdurahman al-nashir. Cordova selama lebih dari lima abad telah menjadi kota yang berkembang, dipertengahan abad dikenal dengan sebutan Qurtubah di Andalusia. Untuk pertama kalinya di tiga abad pertama Cordova menjadi ibu kota Keamiaran dan Kekhalifahan Dinasti Umayyah II. Kota ini terletak di 37 53 Lintang Utara- 4 46 Bujur Barat 110/360 di atas kaki laut di tepi kanan Sungai Guadalquivir ( Al Wadi al Kabir sungai besar ). 31 Cordova menjadi ibu kota Andalusia ketika Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus berhasil ditumbangkan oleh Dinasti Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Seteleh dikalahkan dinasti Abbasiyah, Dinasti Umayyah membangun kekuasaan di Andalusia. Cordova pun mulai menjadi pusat kekuasaan Umayyah di bawah pemerintahan Addurrahman al-dakhil dan juga dikenal dengan sebutan Abdurrahman I. 32 Ibu kota Andalusia pada awalnya adalah Toledo, namun kaum Muslimin menemukan kota ini terlalu dekat dengan Prancis dan kota as-shakhrah, yang mana kedua kota tersebut adalah sumber bahaya bagi mereka. Kemudian, kaum Muslimin Andalusia menjadikan kota Cordova sebagai ibu kota menggantikan kota Toledo. Sebab kaum Muslim memilih kota Cordova yang terletak dibagian selatan, agar mereka terhindar dari ancaman bahaya dan mudah mendapat sumbersumber bantuan dari negeri Maghribi. 33 Sebagai perintis Abdurrahman al-dakhil mengusahakan terjadinya persatuan penduduk seluruh Andalusia yang terdiri dari etnis Arab, Barbar, Slavia, Andalusia, Yahudi, sehingga pemerintahan stabil. Setelah resmi didirikannya Dinasti Umayyah II di Andalusia dengan pusat pemerintahannya di Cordova, ia berhasil menstabilitaskan keadaan politik dan masyarakat Andalusia, Abdurrahamn al-dakhil memusatkan energi dan perhatiannya pada pengembangan seni dan peradaban. Dalam bidang ini ia tampil sebagai kampium yang sama hebatnya seperti ketika menghadap masa peperangan. Ia mempercantik 31 C. Edmund Bosworth, Historic Cities of The Islamic World, hal. 102. 32 Heri Ruslan, dkk, Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam, (Jakarta: Harian Republika,tt), h.135. 33 Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, h.98.

19 kota-kota di wilayah kekuasaannya. Membangun sebuah saluran besar sebagai sarana pemasok air bersih ke ibu kota, dan memprakasai pembangunan tembok di sekeliling saluran itu. 34 Abdurrahman I juga memulai membangun masjid agung Cordova pada tahun 786 M. Masjid ini selesai dibangun pada masa pemerintahan anaknya yaitu Hisyam I, kemudian diperluas dan dihias ulang oleh para penerusnya dan selesai sekitar tahun 967 M. pada masa pemerintahan Abu Amir Al Mansyur. 35 Meskipun dalam masa pembangunan masjid agung Cordova mengalami beberapa masalah dengan beberapa pemberontakan, Cordova tetap berkembang pesat di bawah kekuasaan Umayyah; dan setelah Abdurrahman III memproklamirkan dirinya sebagai khalifah di Barat pada tahun 929M, kota Cordova menjadi yang terbesar dan mungkin kota yang paling berbudaya di Eropa, dengan jumlah penduduk sekitar 100.000. Di bawah kekuasaan Umayyah, Cordova diperbesar dan dipenuhi dengan istana dan masjid. 36 Perhatian penguasa Dinasti Umayyah tidak hanya seputar perluasan wilayah dan pembangunan fisik saja. Pada masa pemerintahan Abdurrahman al- Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova disulap menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan kesusastraan. Pada masanya bahasa Arab dijadikan bahasa resmi sehingga di sekolah dasar atau Kuttab para siswa diwajibkan berdialog dengan menggunakan bahasa Arab. Pada masa pemerintahan Muhammad I, ia mendirikan perpustakaan dan diperbesar oleh Abdurrahman al-nashir. Pada masa Kemudian pada masa pemerintahan Abdurrahman al-nashir, ia mendirikan universitas Cordova dan menjadi kebanggaan umat Muslim di Barat. Berikut ini adalah para Amir Dinasti Umayyah di Cordova : 1. Abdurrahman I dengan gelar al-dakhil (756-788) 2. Hisyam I (788-796) 3. Al-Hakam I ( 796-822) 4. Abdurrahman II dengan gelar al-ausath (822-852) 34 Philip K. Hitti, History of The Arab, h. 646. 35 Ahmad Thomson,Muhammad Ata ur Rahim, Islam Andalusia: Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan, h.47. 36 http://www.britannica.com/ebchecked/topic/137374/cordova (14/12/2014 pukul 12.57 WIB.)

20 5. Muhammad I (852-886) 6. Al Mundzir (886-888) 7. Abdullah ( 888-912) 8. Abdurrahman III dengan gelar al-nashir (912-929 dan menjadi khalifah 929-961) Dalam sub bab ini dijelaskan bagaimana keadaan kota Cordova pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah yang didirikan oleh Abdurrahman al-dakhil pada tahun 755 M dan mulai mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menjadikan Cordova sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan Islam di Barat. Usaha para amir yang dilakukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Cordova ialah dengan mendirikan sekolah-sekolah, mebangun perpustakaan, mengundang para ulama-ulama ahli fiqih dan filsafat, serta menajdikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi di Cordova. Dan menjadi pusat peradaban Islam di barat pada masa pemerintahan Abdurraham III dengan gelar al-nashir lil Dinnillah. Pada masanya, Cordova tidak hanya sebagai ibu kota pemerintahan Islam saja melainkan menjadi pusat peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. D. Puncak Kejayaan Islam di Cordova Dunia Islam di Andalusia, khususnya di ibu kota Cordova mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh para Amir keturunan Umayyah yang beridiri sendiri terpisah dari kekuasaan bani Abbasiyah di Baghdad. Dimulai dari masa berdirinya Umayyah di Andalusia di bawah pemerintahan Abdurrahman al-dakhil pada tahun 755 M - 912 M dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abdurrahman al-nashir pada tahun 912 M 1013 M. Pada tahun 756M, kejayaan ilmu pengetahuan Islam di Andalusia sangatlah besar di Eropa baik ilmu filsafat, sains, fiqh, musik, kesenian, bahasa, sastra maupun pembangunan fisik. 37 Selama periode ini, ibu kota Dinasti Umayyah menjadi kota yang paling berbudaya di Eropa dan bersamaan dengan Konstantinopel dan Baghdad menjadi satu dari tiga pusat kebudayaan di dunia. Para penguasa Dinasti Umayyah II menghiasi kota Cordova dengan bangunan megah dan bermil-mil jalan yang rata 37 Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, h. 166.

21 dan dihiasi dengan cahaya dari lampu-lampu rumah di pinggiran kota Jembatan besar dibangun di atas sungai Guadalquivir yang mengalir di tengah kota, yang kemudian diperbesar menjadi tujuh belas lengkungan. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Andalusia, pohon-pohon diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya terpancar istana Damsik. Disana berdiri 130.000 rumah, 21 kota pinggiran, 73 perpustakaan, dan sejumlah toko buku. 38 Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Yang dibangun pada masa Abdurrahman al-dakhil pada tahun 786 M, masjid ini mempunyai pola dasar bentuk masjid bani Umayyah di Damaskus dan selasai dibangun pada masa Hisyam I. Kemudian masjid ini diperbesar oleh Abdurrahman III sampai masa pemerintahan Al Mansyur hingga menjadi sangat indah. 39 Menurut Ibn Al Dala I, terdapat 491 masjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampunganperkampungan yang indah. Karena air sungai tidak dapat diminum, penguasa Muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya mencapai 80 Km. 40 Selain jembatan dan masjid agung Cordova, kota ini semakin masyhur dengan didirikannya Medinat al-zahra. Kota satelit yang dibangun Abdurrahman al-nashir pada tahun 936 M dekat ibu kota Cordova, dengan puncak istana yang sangat megah dan belum ada yang dapat menyaingi kemegahannya pada saat itu di Eropa. Dalam Medinat al-zahra terdapat istana raja yang memiliki 400 kamar, beberapa baris rumah yang dapa menampung ribuan budak dan pengawal. Kota ini berdiri megah disebelah barat-daya kota Cordova, tepat disalah satu jalur Sierra Morena, dan berhadapan langsung dengan sungai Guadalquivir. Namun sayang pada tahun 1013 kota ini runtuh karena serbuan bangsa Barbar. Menurut 38 Philip K. Hitti, History of The Arab, h. 669. 39 Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2003), h. 125. 40 Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, h. 105.

22 pakar arkeologi istana ini merupakan perpaduan seni banguna gaya Bizantium dan Islam, dilengkapi dengan kolam air mancur dan patung manusia indah. 41 Dan yang menjadi titik puncak peradaban Islam di Cordova adalah perkembangan intelektual. Ilmu pengetahuan ke-islaman yang berkembang pada saat itu antara lain adalah fiqih, hadist, tafsir, ilmu kalam, ilmu sejarah, tata bahasa Arab, dan filsafat. Hal terpenting dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini adalah perhatian yang tinggi dari para penguasa terhadap pendidikan. Secara umum pendidikan pada masa ini terbagi menjadi tiga tingkatan : rendah, menengah, tinggi. Pendidikan rendah dilaksanakan di masjidmasjid. Pada tingkat ini diajarkan cara menulis, membaca Al-Qur an, serta tata bahasa Arab. Pada tingkat menengah dilakukan secara perorangan sesuai kemampuan pelajar. Karena itu pada umumnya mata pelajarannya adalah tata bahasa Arab, sastra, hadist, fiqih, matematika. Pendidikan tingkat tinggi mulai diadakan zaman Al Hakam II, di universitas Cordova yang di bangun oleh ayahnya Abdurrahman III. Institusinya dijalankan secara informal dikendalikan oleh sekelompok profesor. Universitas ini berhasil menarik para pelajar dari berbagai wilayah seperti Asia, Afrika, dan Eropa untuk belajar di sana. 42 Abdurrahman III dan anaknya Al Hakam II sangat mencintai buku dan ilmu pengetahuan, mereka membangun perpustakaan besar di Cordova sehingga menjadi perpustakaan terbesar di Eropa pada waktu itu. Al Hakam mencari dan membeli buku yang menarik dan sulit diperoleh. Ia sendiri menulis surat kepada setiap penulis kenamaan untuk memperoleh naskah dari karya-karya penuis tersebut dan membayarnya dengan jumlah yang mahal. Apabila ia tidak mendapatkannya, ia mengirim utusan untuk melakukan penaskahan. Dengan jalan ini ia mengumpulkan buku perpustakaan dan menjadi luas sehingga katalognya mencapai jumlah 44 jilid. Atas kemegahan perkembangan pembangunan fisik yang dilakukan para amir Dinasti Umayyah serta maraknya perkembangan ilmu pengetahuan di Cordova, telah mengantarkan Cordova menjadi pusat peradaban dan intelektual di Eropa. Cordova menjadi salah satu kota pusat peradaban bersama dengan 41 Philip K. Hitti, History of The Arab, h. 667. 42 Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2003), h. 125-126.