Apa saja fungsi tradisi dalam Gereja untuk perkembangan hidup beriman

Salam damai, Bu Inggrid, maaf sy belum paham. Tradisi gereja contohnya seperti apa ya? Tolong diperjelas untuk sy. Terima kasih.

Maria Angela Selly

Jawaban:

Shalom Maria Selly,

Tradisi Gereja atau Tradisi Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah Tradisi Apostolik, yaitu Tradisi yang diperoleh dari para rasul, yang diperintahkan oleh Kristus untuk mewartakan semua perintah-Nya (lih. Mat 28:19-20). Para rasul mewartakan Injil dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tertulis, dan yang lisan ini disebut Tradisi Suci. Katekismus mengajarkan demikian tentang Tradisi Suci, yang tidak terpisahkan dari Kitab Suci:

KGK 75    “Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Maha tinggi, memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka” (DV 7).

KGk 76    Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
secara lisan “oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari”;
secara tertulis “oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga membukukan amanat keselamatan” (DV 7).

KGK 77    “Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para Rasul meninggalkan Uskup-Uskup sebagai pengganti-pengganti mereka, yang ‘mereka serahi kedudukan mereka untuk mengajar'” (DV 7). Maka, “pewartaan para Rasul, yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian, penggantian yang tiada putusnya” (DV 8).

KGK 78    Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan “Tradisi”, yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. “Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya dilestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya yang seutuhnya” (DV 8). “Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran Tradisi ini yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa.” (DV 8). 174, 1124, 2651.

KGK 79    Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di dalamnya: “Demikianlah Allah, yang dahulu telah bersabda, tiada henti-hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16)” (DV 8).

KGK 80    “Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama” (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendaya-gunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya “sampai akhir zaman” (Mat 28:20).

KGK 81    “Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi”.”Dan Tradisi Suci, menyalurkan secara keseluruhan Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul. Tradisi menyalurkan Sabda Allah kepada para pengganti Rasul, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka, memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia” (DV 9).

KGK 82    “Dengan demikian maka Gereja”, yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, “menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik Tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama” (DV 9).

KGK 83    Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus.

Maka contoh Tradisi Suci adalah: 1) Doktrin- doktrin yang diajarkan Gereja Katolik melalui Konsili- konsili; 2) Doktrin/ ajaran yang diajarkan oleh Bapa Paus, selaku penerus Rasul Petrus, dan yang juga diajarkan oleh para uskup dalam kesatuan dengan Bapa Paus; 3) Tulisan pengajaran dari para Bapa Gereja dan para orang kudus (Santo/ Santa) yang sesuai dengan pengajaran Magisterium; 4) Katekismus Gereja Katolik; 5) Liturgi dan sakramen-sakramen.

Selanjutnya, silakan melihat daftar dogma dan doktrin yang diajarkan secara definitif (de fide) oleh Gereja Katolik, yang merupakan butir- butir pengajaran yang mengambil dasar dari Tradisi Suci dan Kitab Suci, silakan klik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

PELAJARAN3

TRADISI

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada akhir pelajaran, saya dapat:

1. memberi contoh bermacam-macam upacara atau kepercayaan yang didasarkan pada tradisi setempat;

2. menjelaskan arti tradisi dalam Gereja Katolik;

3. menjelaskan arti Injil Yoh 21: 24-25 dalam kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik;

4. menjelaskan persamaan dan perbedaan Syahadat Singkat dan Syahadat Panjang;

5. menyebutkan macam-macam tradisi yang ada dalam Gereja Katolik;

6. menjelaskan bahwa Kitab Suci bersama tradisi dipandang sebagai norma iman yang tertinggi.

Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan kebiasaan yang sudah terjadi secara turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan diteruskan secara turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang dewasa ini sudah mulai dibukukan.

Gereja dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya. [Dei Verbum Art. 8]. Proses komunikasi atau penerusan iman dari satu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di antara orang sezaman itulah yang disebut tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang kolot atau dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang, itulah tradisi.

Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul. Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana, Tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi bentuk baru, yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. [bdk. Ef 2: 20]. Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu ditulis dengan ilham Roh Kudus [Dei Verbum Art. 11] dan itu berarti bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.

Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci [Alkitab] bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai tolok ukur tertinggi iman Gereja [Dei Verbum Art. 21]. Dengan kata iman, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi, kebenaran-kebenaran iman yang mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.

Beberapa pokok penting yang perlu dipahami dan disadari oleh kita adalah: arti tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam Gereja Katolik, macam-macam tradisi dan contohnya, membedakan Syahadat Pendek dan Syahadat Panjang sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah keyakinan bahwa Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi seluruh iman dan kehidupan Gereja.

A. Arti dan Makna Tradisi dalam Suatu Suku atau Bangsa

TRADISI MERAYAKAN TAHUN BARU

Pada suku-suku Bajawa di Flores, tiap tahun diadakan Tahun Baru tradisional atau REBA, yang jatuh pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap tahunnya. Pada perayaan Tahun Baru itu selalu terdapat suatu upacara penghormatan kepada UWI, sejenis umbi, yang katanya menjadi makanan pokok leluhur suku Bajawa yang bernama Sili dan keluarganya selama pelayaran mereka [entah dari mana] menuju Tanah Terjanji, yaitu daerah Ngada sekarang ini. Pada perayaan Tahun Baru tradisional tersebut senantiasa diperingati lagi pelayaran leluhur suku-suku Bajawa menuju daerah Ngada sebagai negeri tujuan dan peranan UWI itu.

UWI menjadi lambang kehidupan dan kesuburan bagi suku-suku Bajawa. Perayaan tahun baru tersebut secara tradisional dirayakan dengan nyanyian-nyanyian dan tarian untuk mengenangkan peristiwa pelayaran leluhur Sili dan UWInya. Setiap warga Bajawa, dimana pun mereka berada, akan mengalami kerinduan untuk pulang kampung jika saat Reba sudah semakin mendekat, supaya dapat merayakan Tahun Baru tradisional yang mereka namakan Reba itu.

Mendalami isi/pesan cerita dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Mengapa ada kerinduan yang kuat pada suku-suku Bajawa untuk merayakan REBA?

2. Sebutkan dan jelaskan pesta-pesta tradisional di daerah kalian sendiri!

3. Sebutkan dan jelaskan berbagai ajaran tradisional di daerah kalian sendiri!

4. Apakah upacara dan ajaran tradisional itu penting bagi kalian? Mengapa?

Penegasan!

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tradisi diartikan sebagai segala sesuatu [seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya] yang secara turuntemurun diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang dan diteruskan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut tentu saja mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga hilang karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak suku atau etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut.

Tradisi-tradisi dalam masyarakat tersebut pada umumnya diteruskan kepada generasi berikutnya, terutama diteruskan secara lisan. Banyak kebiasaan atau tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat kita hanya didasarkan atas cerita lisan dari nenek moyang sebelumnya. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa ada beberapa tradisi yang ditulis, walaupun lebih banyak yang disampaikan secara lisan.

B. Tradisi dalam Gereja Katolik

1. Arti Tradisi dalam Gereja Katolik

Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan kepada angkatan berikut dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang disebut tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang kolot dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga.

Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul. Periode itu biasa disebut zaman Gereja Perdana. Tradisi zaman Gereja Perdana menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru [Ef 2: 20]. Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis, yang sekarang kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi ditulis, yang lainnya terus disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.

Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci. [bdk. Dei Verbum Art 8].

2. Contoh Tradisi Ajaran Iman Gereja Katolik

Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan Syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul [Syahadat Singkat] dan Syahadat dari Konsili Nicea [Syahadat Panjang].

Syahadat Para Rasul/Singkat Syahadat Nicea/Syahadat Panjang

Aku percaya akan Allah, Aku percaya akan satu Allah,

Bapa yang mahakuasa, Bapa yang Mahakuasa,

pencipta langit dan bumi; Pencipta langit dan bumi,

dan akan Yesus Kristus, dan segala sesuatu yang kelihatan

Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, dan tidak kelihatan;

yang dikandung dari Roh Kudus, dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,

dilahirkan oleh Perawan Maria; Putra Allah yang tunggal.

yang menderita sengsara Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,

dalam pemerintahan Ponsius Pilatus Allah dari Allah,

disalibkan, wafat, dan dimakamkan; terang dari terang;

yang turun ke tempat penantian Allah benar dari Allah benar.

pada hari ketiga bangkit Ia dilahirkan, bukan dijadikan

dari antara orang mati; sehakikat dengan Bapa;

yang naik ke surga, segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.

duduk di sebelah kanan Allah Bapa Ia turun dari surga

yang mahakuasa untuk kita manusia

dari situ Ia akan datang dan untuk keselamatan kita.

mengadili orang hidup dan mati. Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus

Aku percaya akan Roh Kudus, dari Perawan Maria:

Gereja Katolik yang kudus, dan menjadi manusia.

persekutuan para kudus, Ia pun disalibkan untuk kita.

pengampunan dosa, Waktu Ponsius Pilatus

kebangkitan badan, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.

kehidupan kekal. Pada hari ketiga Ia bangkit

Amin. menurut Kitab Suci.

Ia naik ke surga,

duduk di sisi Bapa.

Ia akan kembali dengan mulia,

mengadili orang yang hidup

dan yang mati;

kerajaan-Nya takkan berakhir.

Aku percaya akan Roh Kudus,

Ia Tuhan yang menghidupkan;

Ia berasal dari Bapa dan Putra;

Yang serta Bapa dan Putra,

disembah dan dimuliakan;

Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.

Aku percaya akan Gereja

yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,

aku mengakui satu pembaptisan

akan penghapusan dosa.

Aku menantikan kebangkitan orang mati

Dan hidup di akherat.

Amin.

Jawablah pertanyaan berikut!

1. Manakah persamaan dari kedua rumusan Syahadat di atas?

2. Manakah perbedaan dari kedua rumusan Syahadat di atas?

3. Mengapa kedua rumusan Syahadat tersebut berbeda?

Dengan membandingkan kedua rumusan Syahadat tersebut di atas, kelihatan bahwa kedua syahadat itu berbeda. Perbedaan tersebut terutama pada rumusan berikut: Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita. Yang lain juga berbeda rumusannya, tetapi isinya kurang lebih sama.

Rumusan kedua syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat pendek lebih tua daripada Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul, antara lain disebabkan oleh munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui kemanusiaan Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka, dirumuskanlah Syahadat secara lebih lengkap. Dalam syahadat panjang itu ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.

3. Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja

Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja, baik iman Gereja secara keseluruhan [iman objektif] maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang [iman subjektif], diukur kebenarannya oleh Kitab Suci bersama Tradisi.

1. Dari manakah dasar rumusan iman yang terdapat dalam Syahadat?

2. Dari manakah sumber kepercayaan Gereja Katolik akan satu Allah Tiga Pribadi?

3. Dari manakah Gereja Katolik melaksanakan Devosi kepada Bunda Maria?

4. Tradisi-Tradisi Gereja yang Perlu Diperbaharui agar lebih sesuai dengan Zaman dan Budaya Setempat

1. Apa arti tradisi dalam Gereja Katolik?

2. Sebutkan macam-macam tradisi dalam Gereja Katolik dan berilah contohnya!

3. Apa artinya ungkapan Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja?

PELAJARAN2

KITAB SUCI PERJANJIAN BARU

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada akhir pelajaran, saya dapat:

1. menjelaskan proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru;

2. menyebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru;

3. menjelaskan alasan membaca Kitab Suci [lih. 2Tim 3: 16-17];

4. membaca Kitab Suci dengan baik.

Kitab Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaan yang disampaikan di dalamnya ialah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat. Beberapa orang dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bentuk tulisan mereka disebut Perjanjian Baru karena berisi perjanjian antara Allah dan manusia yang terjadi di dalam diri Yesus dan ditulis setelah Yesus bangkit. Disebut perjanjian karena menurut Alkitab hubungan manusia dan Allah terjalin dalam bentuk perjanjian. Dengan perjanjian dimaksudkan hubungan khusus dan tidak biasa yang terjalin antara Allah dan manusia. Allah bersatu dengan umat manusia demi keselamatannya. Dengan Perjanjian Lama dimaksudkan hubungan khusus yang terjalin antara Allah dengan para Bapa Bangsa dan Umat Israel. Sedangkan Perjanjian Baru hubungan yang terjalin antara Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus.

Perjanjian Baru melanjutkan dan menyempurnakan Perjanjian Lama. Di samping itu, Perjanjian Baru memang berisi tentang Perjanjian Baru [lih. Luk 22: 20], yang oleh Allah diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan putus.

Konsili Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus [Dei Verbum Art. 25]. Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa segala tulisan yang diilhamkan Allah [Kitab Suci] memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran [lih. 2Tim 3: 26]. St. Hironimus berkata Tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.

Melalui proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, para kita diajak untuk mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman sekaligus sebagai firman Tuhan yang tertulis. Kita akan belajar tentang proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru secara garis besar. Kemudian, juga mengenal pembagian Kitab Suci Perjanjian Baru. Akhirnya, kita dapat menyadari pentingnya mendalami sabda Tuhan dalam Kitab Suci.

A. Proses Terbentuknya Rasa Kagum, Cinta, dan Percaya kepada Seorang Tokoh

IBU TERESA DARI CALCUTA

[Oleh: Adrian]

Pada zaman sekarang ini, kita masih mengenal seorang tokoh yang pantas untuk diberi sebagai orang kudus, yakni Ibu Teresa dari Calcuta, India. Ia adalah seorang Suster [biarawati] yang menghayati hidup Kristiani hampir secara sempurna. Seluruh diri dan hidupnya diserahkan kepada Tuhan dalam pengabdiannya terhadap orang-orang yang paling dilupakan di bumi ini.

Ibu Teresa merawat para penderita lepra, membersihkan luka-luka orang sakit, memberi makan kepada orang-orang lapar, memberi tumpangan kepada orang-orang yang tidak punya rumah, memungut orang-orang yang hampir mati di jalan-jalan agar mereka mati secara layak sebagai seorang manusia. Ibu Teresa hidup dan makan bersama-sama dengan orang-orang miskin itu. Ia makan apa yang mereka makan.

Ibu Teresa, walaupun sebagai seorang Suster [biarawati], berpakaian seperti pakaian orang kebanyakan. Semua itu dilakukannya dengan setulus hati. Ibu Teresa pernah mengatakan bahwa Allah itu artinya memberi. Ia telah berusaha untuk mencontoh semangat hidup Allahnya itu. Ia memberikan seluruh diri dan hidupnya bagi Tuhan dan bagi sesama yang paling menderita. Ibu Teresa sungguh-sungguh merupakan teladan sejati bagi orang-orang Kristiani. Ia telah memberikan kepada kita contoh bagaimana seharusnya seorang Kristiani bersikap dan berbuat.

Mendalami isi/pesan dari kisah tentang Ibu Teresa.

1. Siapa penulis cerita kecil tentang Ibu Teresa di atas?

2. Apakah ia seorang pengagum Ibu Teresa? Mengapa?

3. Kalimat-kalimat mana yang menunjukkan rasa kagum dan cintanya kepada Ibu Teresa?

4. Sekiranya ada seseorang yang benci dan cemburu terhadap Ibu Teresa, apakah ia akan menulis seperti itu? Mengapa?

Kita biasa bercerita tentang orang-orang yang kita kagumi dan kita kasihi yang mungkin telah meninggal. Cerita-cerita itu biasanya sudah diwarnai rasa cinta, rasa kagum, dan rasa percaya kepada tokoh tersebut. Cerita tentang tokoh itu akan berbeda jika diceritakan oleh orang-orang yang membencinya. Jadi, jika kita bercerita tentang tokoh yang kita cintai dan kita percayai, sebenarnya kita mau mengungkapkan kepercayaan dan cinta kita kepadanya. Cerita kita sudah diwarnai oleh kepercayaan dan cinta kita kepadanya. Bagaimana dengan orang-orang yang menulis tentang Yesus?

B. Proses Terbentuknya Rasa Cinta dan Percaya kepada Yesus dalam Kitab Suci

YESUS DIBAPTIS OLEH YOHANES

[Mrk 1: 9-11]

Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazareth di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari surga: Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.

Mendalami isi/pesan dari kutipan Injil

1. Dalam kutipan Injil tersebut di atas, ada hal-hal yang luar biasa. Misalnya, langit yang terkoyak itu. Apakah betul langit terkoyak?

2. Bagaimanakah gambaran kalian tentang langit terkoyak itu?

3. Apa sebenarnya yang mau dikatakan oleh penginjil Markus dengan cerita itu?

Penegasan!

Kisah dalam kutipan Injil Markus di atas bukan suatu laporan, tetapi suatu kisah yang mempunyai arti sangat mendalam. Kisah itu mau mengungkapkan iman umat perdana dan iman pengarang Injil [Markus] sendiri bahwa:

· Yesus, Sang Mesias, mau dibaptis seperti orang lain yang datang kepada Yohanes Pembaptis untuk menyatakan kesetiakawanan-Nya kepada manusia. Yesus mau menerima pembaptisan itu sebagai saudara yang senasib dan sependeritaan dengan manusia.

· Dalam peristiwa yang mengharukan, di mana Yesus merendahkan diri sama seperti manusia lain untuk dibaptis oleh Yohanes, Allah sendiri telah melantik Yesus untuk menjadi Mesias. Kata-kata pelantikan itu berbunyi: Engkau Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.

Jadi, Yesus adalah Mesias, Putra Allah. Itulah iman umat perdana dan iman penginjil [Markus] yang diungkapkan dalam kisah di atas. Kisah itu sudah sangat diwarnai oleh iman mereka terhadap Kristus yang telah bangkit.

Penegasan!

Ketika Yesus masih hidup tidak ada orang yang mencatat apa yang dibuat atau dikatakan-Nya. Namun, sesudah Yesus bangkit, murid-murid dan pengagum-Nya yang sangat terpukul oleh kematiannya, tiba-tiba mendapat semangat dan keyakinan baru yang luar biasa. Kemudian, mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang diri Yesus dari Nazareth itu. Mereka begitu yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus, maka mereka menyetujui dan membenarkan segala apa yang diajarkan-Nya dan dilakukan-Nya. Mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang Yesus, ajaran, dan tindakan-Nya. Tetapi, semua kisah yang ditulis itu sudah sangat diwarnai oleh rasa cinta, rasa kagum, dan kepercayaan mereka terhadap Yesus. Banyak kisah tentang Yesus beredar di antara pengikut-pengikut-Nya.

Sekitar 60 sampai dengan 90 tahun kemudian, muncullah pikiran di antara murid-murid Yesus untuk menuliskan tentang Yesus [hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya]. Dengan bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus [hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya]. Mereka menulis tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari para pengikut-Nya dan para saksi mata yang sudah beredar dan berkembang luas di tengah umat dan sudah sangat diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta, dan iman mereka kepada-Nya [bdk. Luk 1: 1-4].

Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru tersebut, misalnya Injil, bukanlah sebagai buku laporan atau sejarah yang teliti, tetapi sebagai buku iman dan cinta dari umat perdana tentang Yesus. Oleha karena itu, tulisan-tulisan tersebut dipengaruhi pula oleh iman dan maksud dari pengarangnya. Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran jika tulisan-tulisan dari para penulis tentang Yesus tersebut terdapat perbedaan. Sebab, mereka bukan menulis suatu laporan atau sejarah yang teliti tentang Yesus, tetapi lebih tentang iman dan cinta mereka kepada Yesus Kristus.

Untuk mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus, sebaiknya kita mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.

· Antara tahun 7/6 S.M. 30 Masehi: Periode Hidup Yesus.

Yesus lahir kurang lebih tahun 7/6 Sebelum Masehi. Sekitar tahun 27 atau 28, Ia dibaptis oleh Yohanes dan kemudian tampil di depan umum. Yesus tampil di depan umum untuk melaksanakan tugas pewartaan selama kurang lebih tiga tahun. Yesus berkeliling mulai dari Galilea sampai Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan. Sampai akhirnya Yesus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Agama [Mahkamah Agama] dan disalib atas izin pemerintah Roma [Ponsius Pilatus].

· Antara tahun 30 - 120 Masehi: Penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru.

Yesus yang wafat disalib, ternyata dialami sebagai Tuhan yang hidup, yang mengumpulkan kembali murid-murid dan memberi mereka daya hidup baru. Mereka percaya bahwa Yesus telah bangkit. Dalam terang kebangkitan inilah para murid mulai mewartakan Yesus, pertama-tama kepada orang Yahudi, kemudian berkembang kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Para murid dengan penuh keyakinan mewartakan bahwa Allah telah menjadikan Yesus yang wafat disalib sebagai Kristus, Tuhan, Penyelamat, dan Hakim seluruh umat manusia. Mula-mula murid-murid Yesus hanya secara lisan menyebarkan kabar tentang Yesus. Tetapi setelah jemaat berkembang, mereka berhubungan satu sama lain melalui utusan dan surat-surat [bdk. Kis 15: 2-20]. Para rasul dengan alasan tertentu mengirim surat kepada jemaat atau orang perorangan [lih. 2Tes 2: 2].

Kemudian, orang mulai menulis beberapa pokok iman yang paling penting dan beberapa cerita serta sabda-sabda Yesus. Ketika generasi pertama Kristen mulai menghilang, para murid/pengikut Yesus merasa terpanggil untuk menuliskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Yesus.

Dari tulisan-tulisan tersebut berkembanglah karangan-karangan yang berupa Injil dan Kisah Para Rasul serta Wahyu sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Demikian pula, surat-surat dari para rasul mulai dikumpulkan.

· Antara tahun 120 - 400 Masehi: Pembentukan Kanon [Daftar resmi Kitab Suci Perjanjian Baru].

Banyak karangan tentang Yesus yang beredar. Hal ini membingungkan umat beriman. Umat sukar membedakan mana karangan yang sungguh menjadi pedoman dan mana karangan yang palsu. Akhirnya, Gereja dalam kurun waktu tersebut menetapkan 27 kitab sebagai kanonik, artinya diakui sebagai Kitab Suci.

C. Mencermati Jumlah Kitab Suci Perjanjian Baru dan Pembagiannya

PENGELOMPOKAN KITAB SUCI PERJANJIAN BARU

Injil Kisah Surat-surat

Para Rasul Paulus

1. Matius 1. Kisah Para Rasul 1. Roma

2. Markus 2. I Korintus

3. Lukas 3. II Korintus

4. Yohanes 4. Galatia

5. Efesus

6. Filiipi

7. Kolose

8. I Tesalonika

9. II Tesalonika

10. I Timotius

11. II Timotius

12. Titus

Surat Kepada Surat-surat Wahyu

Orang Ibrani Katolik

Surat Kepada 1. Yakobus

Orang Ibrani 2. I Petrus Kitab Wahyu

3. II Petrus

4. I Yohanes

5. II Yohanes

6. III Yohanes

D. Mendalami Alasan Membaca Kitab Suci

Mengapa kita harus membaca dan mendalami sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci?

· Karena tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus. Ungkapan ini berasal dari Santo Hieronimus untuk menegaskan bahwa sarana utama untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.

· Karena iman tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus kepada Timoteus menegaskan: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran. [lih. 2Tim 3: 16-17].

· Karena Kitab Suci adalah buku Gereja, buku iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia. Gereja menerimanya sebagai suci dan ilahi karena di dalamnya mengandung sabda Allah. Dari sebab itu, Kitab Suci [Alkitab] bersama Tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja.

· Karena melalui Kitab Suci, kita dapat semakin mempersatukan diri dengan saudara-saudara kita dari Gereja-Gereja Kristen lainnya.

Kitab Suci adalah firman Allah yang tertulis. Firman Allah itu dapat menjadi hidup apabila dibaca atau dibacakan dan didengar dengan iman. Firman yang hidup itu akan menjadi firman yang berdaya, karena dapat mengubah hidup manusia. Karena itu, firman Allah harus dihayati dan diwujudkan di dalam hidup nyata.

Alangkah baiknya jika kita masing-masing mulai membaca Kitab Suci. Membaca Kitab Suci dalam rangka membina sikap iman sebenarnya hanya ada dua syarat, yaitu:

· Pertama: Iman dan keyakinan bahwa Kitab Suci [Alkitab] bukan surat kabar atau cerita pendek, melainkan Kitab yang dipakai Tuhan untuk berfirman. Oleh karena itu, membaca Kitab Suci harus dengan sikap iman dan dalam suasana doa.

· Kedua: Ketekunan dan membiasakan diri membaca Kitab Suci. Bila orang membiasakan membaca Kitab Suci dengan tekun, pasti muncul juga hasrat untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang isi/pesan-pesan Kitab Suci [Alkitab] bagi diri kita.

1. Jelaskan dengan kata-kata kalian sendiri bagaimana proses terjadinya Kitab Suci!

2. Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Lama!

3. Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru!

4. Bagaimana hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru!

5. Berilah beberapa alasan, mengapa kita perlu membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci!

Video yang berhubungan