Orang yang membunuh khalifah ali bin abi thalib adalah…

Show

Seorang budak Persia yang membunuh Umar bin Khattab adalah?

  1. Ibnu Muljam
  2. Abu Dujanah
  3. Abu Lu’luqh
  4. Abu Faraz
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: B. Abu Dujanah.

Dilansir dari Ensiklopedia, seorang budak persia yang membunuh umar bin khattab adalah abu dujanah.

Ilustrasi Khalifah Umar bin al-Khattab [Foto: IMDb/mbc.net]

PEMUKA agama Syekh Ali Jaber diserang seorang pemuda kala menghadiri pengajian dan wisuda Tahfidz Alquran di Masjid Falahudin, Bandar Lampung, Minggu [13/9/2020] sore. Syekh Ali Jaber ditusuk sebilah pisau oleh pemuda tak dikenal saat berbincang dengan dua jamaahnya di acara tersebut. Nyawanya masih utuh lantaran pisau pelaku terbenam di bahu sang ulama, bukan di bagian tubuh yang vital.

Dengan demikian, penusukan Syekh Ali Jaber tak seperti yang dialami Khalifah bin al-Khattab 13 abad sebelumnya. Umar ditusuk berkali-kali pada 23 Dzulhijjah 23 Hijriah [6 Oktober 644 M] ketika tengah mendirikan shalat.

Kisah Islam di bawah Kekhalifahan Umar, disebutkan Peter Crawford dalam The War of the Three Gods: Romans, Persians, and the Rise of Islam, adalah cerita permulaan kejayaan Islam. Di bawah Kekhalifahan Umarlah ajaran Islam menyebar ke luar Jazirah Arab. Utamanya ke barat dengan menaklukkan Romawi Timur dan ke timur lewat penaklukkan Persia.

Advertising

Advertising

“Di bawah [Kekhalifahan] Umar ajaran itu menyebar ke hampir semua penjuru mata angin. Beliau juga bertanggungjawab atas kuatnya organisasi pemerintahan yang membuat kekhalifahan bisa mengonsolidasikan kekuasaannya di wilayah-wilayah baru yang telah ditaklukkan,” tulis Crawford.

Wilayah-wilayah taklukan Umar di sepanjang Suriah, Palestina, Mesopotamia, dan Persia lalu dibagi menjadi provinsi. Tiap provinsi yang dikepalai gubernur pilihan Umar memiliki hierarki kepemimpinan masing-masing untuk menegakkan hukum dan keadilan, serta mengumpulkan pajak-pajak. “Di masa Umar pula pada tahun 639 ditetapkan penanggalan Islam dimulai dari peristiwa Hijrah, peristiwa kala Nabi Muhammad pindah dari Mekkah ke Madinah,” sambungnya.

Upaya Pembunuhan Khalifah Umar

Kendati Umar berusaha memerintah dengan seadil-adilnya menurut syariat Islam, tak semua orang senang terhadapnya. Terutama, orang-orang dari negeri yang ditaklukkan, semisal Persia. Piruz Nahavandi alias Abu Lu’lu’ah salah satunya.

Dalam History of the Caliphs karya Rasul Ja’fariyan disebutkan, Abu Lu’lu’ah adalah pelaku tunggal pembunuhan terhadap Khalifah Umar. Motifnya adalah kejengkelan Abu Lu’lu’ah karena merasa ‘curhatnya’ terhadap Khalifah Umar terkait pajak yang membebaninya sebagai budak dari Al-Mughirah bin Syu’bah, Duta Besar Kekhalifahan untuk Persia, tidak mendapat jawaban yang memuaskannya.

“Mulanya Umar tak mengizinkan orang non-Arab untuk masuk Madinah. Namun Mughira bersurat kepada Umar yang mengatakan bahwa ia punya budak yang juga seorang pelukis, pandai besi, dan tukang kayu handal dan akan berfaedah bagi rakyat di Madinah. Umar pun setuju Mughirah membawa Abu Lu’lu’ah ke Madinah,” tulis Ja’fariyan.

Baca juga: Suatu Hari Khalifah Umar di Yerussalem

Tetapi ketika bertemu Umar, Abu Lu’lu’ah komplain. Ia merasa terbebani dengan pajak dua dirham per hari yang mesti dibayarkannya sebagai budak kepada tuannya, Mughirah.

Umar, sambung Ja’fariyan, lalu menjawab. “‘Apa pekerjaanmu?’ Abu Lu’lu’ah menjelaskan dia seniman, pandai besi, dan tukang kayu. ‘Mengingat pekerjaanmu, pajakmu tidaklah berat.’ Umar sejatinya berniat untuk membicarakannya pula kepada Mughirah. Namun Abu Lu’lu’ah sudah terlebih dulu memendam kedengkian.”

Beberapa hari kemudian, Umar meminta Abu Lu’lu’ah membuatkannya kincir angin. Permintaan itu dijawab Abu Lu’lu’ah dengan mengatakan, dia akan membuatkan kincir angin yang akan dibicarakan semua orang di dunia. “Umar sebenarnya sudah mencium ancaman dari kata-kata itu, tetapi memilih untuk diam,” tambah Ja’fariyan.

Penggambaran konspirasi membunuh Khalifah Umar berdasarkan kesaksian Abdul Rahman Abu Bakar [Foto: Tarikhuna bi-uslub qasasi]

Abu Lu’lu’ah yang murka lalu mulai merencanakan untuk membunuh Umar dengan belati bermata dua yang ia buat sendiri dan ia lumuri dengan bisa ular. Pada 23 Dzulhijjah 23 H [31 Oktober 644 M], Abu Lu’lu’ah membulatkan tekadnya untuk menikam Umar saat memimpin shalat Subuh di Masjid Nabawi.

“Abu Lu’lu’ah ikut salat persis di belakang Umar. Seperti biasa, setelah iqamah dilantunkan, Umar menasihati para makmum, ‘Luruskanlah barisan kalian!’ Saat Umar melakukan takbiratul ihram, Abu Lu’lu’ah menikam pundak Umar dari arah belakang dan merobek perutnya dengan belati bermata dua. Umar pun terjatuh,” tulis Prof. Dr. Ali Muhammad ash-Shallabi dalam Biografi Umar bin Al-Khathab.

Abu Lu’lu’ah total menghujamkan senjata tajamnya enam kali ke tubuh Umar. Salah satunya ke arah pusar yang mengakibatkan luka fatal. Sembari berusaha kabur, Abu Lu’lu’ah menyempatkan membunuh 15 makmum, 12 makmum lain terluka.

Abu Lu’lu’ah akhirnya terpojok di satu sudut di luar masjid. Enggan ditangkap dan diadili, dia memilih bunuh diri.

Baca juga: Hagia Sophia dan Keteladanan Khalifah Umar

Umar yang terluka lalu dirawat. Dalam sakitnya, ia masih mengeluarkan perintah agar digelar musyawarah di antara para sahabat nabi demi menentukan penggantinya. Sementara musyawarah masih digelar, Umar memberi mandat kepada Suhayb ar-Rumi sebagai khalifah sementara. Suhayb akan memimpin hingga putusan hasil musyawarah terkait siapa khalifah dikeluarkan.

Umar juga melarang Said bin Zaid, sepupu sekaligus adik iparnya, ikut dalam musyawarah. Larangan itu terkait kebijakan Umar menolak penunjukan sosok pengganti pemimpin Islam yang masih punya hubungan darah, tak peduli meski orang itu punya kualifikasi yang laik.

Tiga hari menjalani perawatan, Umar akhirnya wafat pada 26 Dzulhijjah 23 H [3 November 644 M]. Sesuai wasiatnya, jenazahnya dikebumikan dekat Masjid Nabawi, berdekatan dengan makam Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakar.

Umar Korban Konspirasi?

Penusukan Umar membuat putra bungsunya, Ubaidullah bin Umar, tak terima. Ia bikin perhitungan, ingin menghabisi semua orang Persia di Madinah. Hurmuzan, orang Persia yang jadi mualaf, jadi target pertama Ubaidullah. Target berikutnya adalah Jafinah [di beberapa sumber disebut Jufaina], orang Nasrani kawan Hurmuzan, dan seorang putri Abu Lu’lu’ah.

Ubaidullah menyasarkan pembalasannya terhadap Hurmuzan bukan tanpa alasan. Disebutkan Tayeb el-Hibri dalam Parable and Politics in Early Islamic History, kesaksian Abdul Rahman bin Abu Bakar memunculkan kecurigaan besar bahwa Hurmuzan terlibat dalam konspirasi pembunuhan terhadap Umar yang dilakoni Abu Lu’Lu’ah.

“Abdul Rahman dalam pernyataannya mengaku melihat pertemuan pada malam sebelum pembunuhan antara Hurmuzan, Abu Lu’lu’ah, dan Jafinah. Dikatakan bahwa dalam pertemuan itu, Hurmuzan tampak memeriksa belati bermata dua yang identik dengan yang dipakai pelaku untuk menusuk Umar. Saat memeriksanya, Hurmuzan menjatuhkan belatinya hingga kemudian ia sadar telah dipantau banyak orang,” tulis El-Hibri.

Baca juga: Pesan Terakhir Nabi

Rumor konspirasi itu, lanjut El Hibri, meluaskan kecurigaan lebih besar terhadap konspirasi orang-orang Persia di Madinah dan menciptakan pertikaian antara orang-orang Arab dan para mualaf non-Arab. Kecurigaan merujuk kepada para simpatisan Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Hurmuzan salah satu yang dicurigai.

Hurmuzan seperti disebut oleh Mughirah sebelum status budak Abu Lu’lu’ah dialihkan kepadanya pasca-Persia takluk, merupakan gubernur Khuzestan, provinsi milik Kekaisaran Sasaniah yang menguasai Persia. Hurmuzan kemudian ditangkap dan ditawan pasca-Pertempuran Al-Qadisiyyah [636 M].

“Hurmuzan sering berdebat dengan Umar tak hanya mengatasnamakan orang-orang Persia di Madinah, namun juga mengatasnamakan Ali. Hurmuzan sering membanding-bandingkan kebijakan Umar dengan Ali di antara kaum Anshar,” lanjutnya.

Deskripsi Pertempuran Siffrin, salah satu pertempuran terbesar dalam Perang Saudara I [Foto: Smithsonian Institution]

Fakta itu ditambah kesaksian Abdul Rahman membuat Ubaidullah membunuh Hurmuzan. Amuk Ubaidullah baru reda setelah dinasihati Gubernur Mesir Amr bin al-Ash.

Umar yang sempat mendengar hal itu menjelang ajalnya, memerintahkan putra bungsunya itu dijebloskan ke penjara. Namun, perintah itu tak dilaksanakan Utsman bin Affan yang terpilih menjadi khalifah empat hari pasca-Umar wafat.

Utsman pula yang menyarankan Ubaidullah pindah dari Madinah ke Kufa untuk menghindari utang “nyawa dibayar nyawa” akibat membunuh Hurmuzan, saat terjadi peralihan kekuasaan ke Khalifah Ali [656 M]. Ubaidullah lalu terbunuh di hari kedua Pertempuran Siffin [26-28 Juli 657 M] sebagai bagian dari Perang Saudara I.

Baca juga: Paman Rasulullah dan Masjidnya di China

Pīrūz Nahavandi [bahasa Persia: پیروز نهاوندی] atau yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai 'Abu-Lū'lū'ah al-Majusi [bahasa Arab: أبو لؤلؤة المجوسي‎] atau Abu Lukluk adalah seorang prajurit Sasania yang bertugas di bawah komandan Rostam Farrokhzad, tetapi berhasil ditangkap dalam Pertempuran Qadisiyyah pada tahun 636 M ketika Sassania dikalahkan oleh tentara Muslim pimpinan Khalifah Umar bin Khattab di tepi barat Sungai Efrat. Setelah ia dibawa ke Madinah, ia berhasil membunuh sang Khalifah pada tahun ke-23 Hijriah [644-645 M].

Setelah kejatuhan Kekaisaran Sasaniyah, ia ditawan lalu dijadikan budak yang bekerja untuk Al-Mughirah bin Syu'bah, salah seorang sahabat Rasulullah yang memimpin Basrah. Bakat seninya membuat sang majikan menyurati Khalifah Umar yang akhirnya memperbolehkan Abu Lukluk tinggal di Madinah.

Pembunuhan Umar

Pada suatu hari pada tahun ke-23 Hijriah, Abu Lukluk bersembunyi di pagi buta di dekat tempat Umar bin Khattab akan mengimami shalat Shubuh berjamaah di Masjid Nabawi. Saat Umar mulai bertakbir, Abu Lukluk tiba-tiba muncul dan menikam pusar sang Khalifah Amirul Mu'minin sebanyak tiga kali dengan sebuah belati bermata dua. Umar melaungkan kalimat "Allahuakbar" dan mencoba untuk meneruskan salat. Beberapa di antaranya mencoba mengejar Abu Lukluk dan ada juga yang kabur karena ketakutan. Setelah menikam Umar, ia mencoba menikam orang-orang yang mencoba menangkapnya. Ketika terpojok, Abu Lukluk melakukan bunuh diri.

Makam Abu Lukluk

Konon, Abu Lukluk dimakamkan di Kashan, di wilayah Iran. Makamnya dibangun pada abad ke-11 dengan arsitektur Persia-Khawarizmi. Makamnya dibangun dengan kubah berbentuk kerucut. Tanggal pembangunannya tidak diketahui sementara batu nisannya baru diletakkan pada abad ke-14.

Sebagian kaum Syi'ah memberi gelar kepada Abu Lu'lu' Baba Shujauddin yang berarti Bapak Pemberani. Hari pembunuhan Umar itu diperingati pada 9 Rabiul awal sebagai djashn-e Omar koshi atau hari pembunuhan Umar yang dahulu beberapa kali dirayakan di desa-desa terpencil di pelosok Iran, sebelum akhirnya dilarang oleh pemerintah Iran yang baru naik setelah Revolusi Iran tahun 1979. Hal ini dilakukan karena beberapa kali menuai kritik dari berbagai negara Islam di seluruh dunia.

  • Pellat, Ch. [1983]. "ABŪ LOʾLOʾA". Encyclopaedia Iranica, Vol. I, Fasc. 3. hlm. 333–334.
  • Sunni Scholars Demand Destruction Of Persian National Hero Firuzan Tomb Diarsipkan 2008-06-25 di Wayback Machine.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abu_Lu%27lu%27ah_al-Majusi&oldid=19178673"