Mulawarman adalah raja terbesar dari kutai bahkan sering disamakan dengan ansuman yaitu yang artinya

Background PPT Kerajaan hindu buddha di Indonesia – Masuknya Hindu ke Indonesia ada 4 teori, yaitu:

  1. Teori Ksatria, tokohnya: F.D.K Bosch. Penentangnya: Van Leur sebab tidak pernah ditemukan catatan tugu kemenangan.
  2. Teori Brahmana: tokohnya: Van Leur, karena hanya kaum Brahmana yang menguasai ajaran agama Hindu. Upacara khusus untuk menghindukan seseorang yang disebut dengan upacara vratyastoma.
  3. Teori Waisya: tokohnya: N.J. Krom golongan pedagang dari kasta waiysa merupakan golongan terbesar yang datang ke Nusantara. Mereka memegang peranan penting dalam proses penyebaran kebudayaan India.
  4. Teori Campuran: teori ini beranggapan bahwa baik kaum Brahmana, bangsawan maupun para pedagang bersama-sama menyebarkan agama Hindu sesuai dengan peranan masing-masing.

Bukti tertua pengaruh India Di Indonesia:

  • Arca Budha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan.
  • Berlanggam seni Ammarawati, India Selatan.
  • Juga ditemukan di Jember, Jawa Timur dan di Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Berupa tiang-tiang batu untuk mengikat hewan korban. Salah satu Yupa berbunyi: “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari)”. Aswawarmanmempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.”

Raja Mulawarman

Mulawarman inilah raja termasyur, pernah menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Salah satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Pada abad ke-16, kerajaan Hindu tertua di nusantara ini ditaklukkan oleh Kerajaan Kutai Kartanegara. Raja Kutai Martadipura terakhir, Maharaja Dharma Setia gugur di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

2. Kerajaan Tarumanegara

Kata Taruma berhubungan dengan kata tarum yang berarti nila atau biru. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395).

Selengkapnya bisa anda baca di artikel: Tentang Kerajaan Tarumanegara

Raja Purnawarman

Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 bernama Sundapura. Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Wilayah kekuasaannya membentang dari daerah Bekasi di timur sampai ke Banten Selatan di Barat.

Pada masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya. Peristiwa pengembalian kekuasaan ini dilanjutkan pada pemerintahan putranya, Suryawarman (535 – 561 M).

Suryawarman memberikan perhatian ke daerah timur

Dalam tahun 526 M menantunya, Manikmaya,mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

Akhir Tarumanegara

Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir mempunyai dua orang puteri. Putri yang pertama bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda, sedangkan putri yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanaşa dari Kerajaan Sriwijaya. Maka tahta kerajaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya Tarusbawa. Tetapi Tarusbawa memilih untuk kembali ke kerajaannya sendiri, Sunda. Sedangkan kerajaan Galuh berpisah dari Sunda dan mewarisi wilayah kekuasaan Tarumanagara.

Peninggalan Tarumanegara

Dari isi beberapa prasasti Tarumanegara dapat disimpulkan bahwa Raja Purnawarman penganut agama Hindu Waisnawa (aliran pemuja Dewa Wisnu). Menurut Fa-Hien yang tiba di Tolomo pada abad ke-7 M menerangkan bahwa agama yang dianut masyarakat Tarumanegara adalah agama Hindu, Budha dan Animisme-Dinamisme.

  • Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara meliputi:
  • Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M, ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
  • Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
  • Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
  • Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor.
  • Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor.
  • Prasasti Jambu, Bogor.
  • Prasasti Pasir Awi, Bogor.

Dari artikel sejarah Kerajaan hindu buddha di Indonesia di atas, dapat dirangkum menjadi sebuah template ppt di bawah ini silahkan diunduh gratis:

Template ppt Kerajaan Hindu Buddha di IndonesiaDownload

Peninggalan sejarah kebudayaan Hindu Buddha Indonesia

Seperti telah kita ketahui, bahwa di Indonesia sampai sekarang masih banyak terdapat peninggalan yang mencatat sejarah masa lampau atau zaman kerajaan. Kali ini Sejarah Nasional dan Dunia akan mengulas berbagai peninggalan bersejarah bercorak Hindu dan Buddha yang ada di Indonesia.

Peninggalan bersejarah tersebut berupa benda, tulisan, maupun sistem pemerintahan. Peninggalan tersebut antara lain agama, seni bangunan, karya sastra, tulisan dan bahasa, sistem penanggalan, dan sistem pemerintahan. Berikut ini pembahasan secara rincinya.

1. Agama

Peninggalan sejarah di bidang keagamaan yang muncul sejak abad ke-2 adalah agama Buddha dan Hindu. Agama Buddha mungkin telah memasuki Indonesia sekitar abad ke-2 sampai ke-5 Masehi berdasarkan penemuan beberapa arca Buddha di Sempaga, Jember, Jawa Timur, dan di Bukit Siguntang.

Agama Buddha mengalami perkembangan yang pesat sejak abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya berperan sebagai pusat penyebaran agama Buddha. Sedangkan agama Hindu pertama kali muncul di Kerajaan Kutai sekitar awal abad ke-5, kemudian berkembang di kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia.

Semenjak dahulu, para penganut Hindu dan Buddha Nusantara telah mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Mereka bahkan saling membantu dalam pembuatan tempat peribadatan, saling menghormati dalam melaksanakan ibadah masing-masing, dan merayakan hari raya besar keagamaan.

Kerukunan umat Hindu dan Budha masa Kerajaan patutlah dicontoh bagi umat beragama di era modern ini.

2. Seni bangunan

Peninggalan sejarah di bidang seni bangunan (arsitektur) bercorak HIndu Buddha di Indonesia berupa candi, stupa, arca, wihara,keraton, petirtaan, gapura, dan pertapaan.

  • Candi adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau penanaman abu jenazah seorang raja. Misalnya : candi Sumberjati di Blitar tempat pemakaman Raden Wijaya dan candi Rara Jonggrang di desa Prambanan.
  • Stupa adalah bangunan yang berkaitan dengan agama Buddha yang berfungsi dhatugarbha (tempat menyimpan peninggalan keramat Buddha Gautama) dan caitya (tempat untuk memperingati kejadian penting dalam kehidupan Buddha Gautama). Misalnya : stupa Borobudur dan Stupa Kalasan di Yogyakarta.
  • Arca adalah patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk manusia atau binatang. Misalnya : arca Joko Dolok di Surabaya dan Arca Amoghapasa di Padang Roco.
  • Wihara adalah tempat tinggal para bhiksu yang dibuat dari kayu. Misalnya Wihara yang diduga pernah berada di dekat stupa Kalasan.
  • Keraton adalah bangunan rumah tempat tinggal raja atau ratu. Misalnya Keraton kuno Majapahit di daerah Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
  • Petirtaan adalah tempat pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Misalnya : petirtaan di Jolotundo dan Tirta Empu di Bali.
  • Gapura adalah bangunan yang berupa pintu gerbang, ada yang beratap serta berdaun pintu dan ada yang menyerupai candi yang terbelah dua.
  • Pertapaan adalah bangunan yang dicerukkan pada suatu gua batu dan difungsikan sebagai tempat tinggal para pertapa. Misalnya : Goa Selomangleng di Kediri, Jawa Timur yang menjadi tempat wisata, dan Goa Gajah di Bedudu, Bali.

3. Karya sastra

Peninggalan karya sastra yang dihasilkan para pujangga Nusantara sampai abad ke-15 antara lain sebagai berikut :

  • Arjuna Wiwaha, karya Empu Kanita
  • Sutasoma, karya Empu Tantular
  • Negarakertagama, karya Empu Prapanca
  • Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Empu Panuluh
  • Smaradhana, karya Empu Dharmaja
  • Lubdaka dan Wertasancaya, karya Empu Tanakung
  • Kresnayana, karya Empu Triguna
  • Sumanasantaka karya Empu Monaguna

4. Tulisan dan bahasa

Peninggalan sejarah dalam bidang tulisan dan bahasa yaitu tulisan Palawa dan bahasa Sansekerta. Saat ini, tulisan Pallawa tidak lagi digunakan oleh masyarakat Indonesia, karena terdesak oleh penggunaan tulisan Latin dan Arab. Namun, bahasa Sansekerta masih banyak digunakan dan ikut memperkaya kosakata dalam bahasa Indonesia.

5. Sistem penanggalan

Di India, dikenal perhitungan tahun berdasarkan peredaran bulan, yaitu 1 tahun sama dengan 12 bulan, 1 tahun sama dengan 29 1/2 hari (tidah). Juga perhitungan tahun berdasarkan peredaran matahari yang terkenal dengan nama tarikh saka, yang digunakan semenjak kekuasaan Raja Kaniskha.

Perbedaan waktu tahun saka dengan tahun Masehi adalah 78 tahun. Misalnya Prasasti Canggal berangka tahun 654 saka, maka akan dibaca dengan tahun masehi yaitu 654 + 78 = 732 Masehi.

6. Sistem pemerintahan

Sistem pemerintahan berbentuk kerajaan telah dikenal orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan.

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di wilayah Nusantara, seperti : Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Singasari ataupun Majapahit, adalah kerajaan-kerajaan yang menerapkan sistem pemerintahan yang berasal dari tradisi bangsa India. Sistem kerajaan itu diambil dan digunakan karena sistem tersebut dianggap cocok.

Ciri peninggalan kebudayaan Hindu Buddha

Peninggalan kebudayaan Hindu Buddha di Indonesia memiliki ciri atau karakter tersendiri. Maka jika diperhatikan dengan seksama, setiap bangunan peninggalan agama Hindu dan Buddha akan terlihat benda tersebut memiliki ciri tersendiri. Berikut ciri-ciri peninggalan Hindu Buddha yang ada di Indonesia.

Candi

Di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, banyak terdapat peninggalan sejarah bercorak Hindu-Buddha berupa candi. Istilah candi berasal dari sala satu nama untuk Durga (Dewa Maut), yaitu Candika. Bangunan tersebut sebenarnya berfungsi untuk memuliakan orang yang telah meninggal, khususnya pada raja dan orang-orang terkemuka.

Setelah sang raja meninggal dunia, didirikanlah sebuah candi untuk menyimpan azimat raja. Azimatnya di taruh dalam sebuah peti batu. Peti tersebut diletakkan dalam dasar candi. Selain itu, biasanya terdapat sebuah arca yang mewujudkan sang raja sebagai dewa.

Menurut bagian-bagiannya, candi terdiri atas tiga bangunan penting, yakni kaku, tubuh, dan atap.

  • a. Kaki candi merupakan bagian bawah candi yang memiliki simbol sebagai dunia bawah atau bhurloka. Bentuknya berupa bujur sangkar yang dilengkapi dengan jenjang pada salh satu sisinya.
  • b. Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang dianggap sebagai dunia antara bhuwarloka. Tubuh candi terdiri dari sebuah bilik (kamar) yang di tengahnya berisi arca, di bagian luar bilik diberi relung-relung, dan terdapat jalan keliling yang disebut pradakshina.
  • c. Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atar atau suarloka. Pada umumnya atap ini terdiri dari tiga tingkatan yang semakin atas semakin mengecil ukurannya dan pada puncaknya dibuat sebuah ratna atau stupa.

Candi yang bertebaran di Indonesia paling banyak berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dilihat dari corak dan bentuknya, kelompok candi di Jawa Tengah bagian utara dan selatan tidak begitu berbeda, hanya candi-candi di Jawa Tengah bagian selatan lebih megah, Lain halnya di Jawa Timut yang tampak nyata perbedaannya.

Perbedaan candi Jawa Tengah dan Jawa Timur

Mulawarman adalah raja terbesar dari kutai bahkan sering disamakan dengan ansuman yaitu yang artinya

Ciri-ciri candi langgam Jawa Tengah

Adapun ciri-ciri candi yang ada di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

  • Bentuk bangunannya tambun
  • Atapnya bertingkat
  • Puncaknya berbentuk ratna atau stupa
  • Letak candi di tengah halaman
  • Pada umumnya menghadap ke arah timur
  • Kebanyakan bahan candi dari batu andesit

Ciri-ciri candi di Jawa Timur

Sedangkan candi-candi di Jawa Timur memiliki ciri sebagai berikut:

  • Bentuk bangunannya ramping
  • Atapnya berbentuk piramida jenjang
  • Puncaknya berbentuk kubus
  • Letak candi di bagian belakang halaman
  • Pada umumnya menghadap ke barat
  • Kebanyakan bahan candi berasal dari batu bata

Stupa

Stupa adalah bangunan suci yang berkaitan dengan agama Buddha. Peninggalan stupa di Indonesia jumlahnya sedikit, antara lain : Borobudur di Jawa Tengah, Sumberawan di Jawa Timur, dan Muara Takus di Riau. Stupa Borobudur tidak seluruhnya berbentuk stupa. Pada candi tersebut stupa ditempatkan pada bagian atasnya, sedangkan bagian terbesar candi berupa prasada (kaki candi).

Bagian Penting Stupa

Di beberapa negara terdapat berbagai variasi stupa. Ada tiga bagian penting dari bangunan stupa, yaitu sebagai berikut :

  • Dasar stupa, merupakan pondasi bangunan yang menjadi simbol jubah Buddha yang dilipat segi empat.
  • Andha, adalah bagian bangunan terpenting berupa bulatan setengah bola yang melambangkan keabadian.
  • Yasthi, adalah puncak bangunan stupa yang dilengkapi dengan cathra (payung) yang menyimbolkan tongkat Buddha Gautama.

Arca

Peninggalan arca di Indonesia pada umumnya berupa patung perwujudan raja yang digambarkan sebagai dewa. Arca bercorak Hindu-Buddha memiliki tanda tersendiri, sehingga membedakan dewa yang satu dengan lainnya.

Beberapa arca terpenting yang ada di Indonesia antara lain sebagai berikut :

  • Syiwa, memiliki ciri-ciri mata ketiga di dahi, tangannya empat yang masing-masing membawa aksamala (tasbih), camara (penghalau lalat), kamandalu (kendi berisi air kehidupan), dan trisula (tombak yang ujungnya bercabang tiga), Upawit-nya berbentuk ular.
  • Brahma, memiliki ciri bermuka empat, tangannya empat di belakang memegang aksamala dan camara, dan berkendara angsa.
  • Wishnu, cirinya bertangan empat yang masing-msaing memegang gada, cakra, syangka (kerang bersayap), dan buah atau kuncup teratai, kendaraannya adalah garuda.
  • Buddha dab Dhyani Buddha, cirinya sangat sederhana tanpa hiasan, hanya memakai jubah, rambutnya selalu keriting, di atas kepala ada tonjolannya seperti sanggul, dan di antara keningnya ada semacam jerawat yang disebut urna.
  • Dhyani Boddhisatwa, cirinya memakai pakaian kebesaran kedewaan atau pakaian raja, lengkap dengan mahkota dan perhiasan-perhiasannya.

Kesimpulan

Hubungan antara Indonesia, India, dan Cina berawal dari hubungan dalam bidang perdagangan. Melalui hubungan tersebut kemudian berkembang hubungan dalam bidang kehidupan lainnya, seperti : kebudayaan, sosial, agama, atau kepercayaan. Bahkan hubungan berpengaruh dalam bidang politik pemerintahan. Dalam hubungan tersebut, ternyata pengaruh India lebih pesat berkembang di Indonesia dan berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat.

Berkembangnya pengaruh India di Indonesia dibuktikan dengan munculnya masyarakat yang mendapat pengaruh Hindu Buddha. Bukti lain ialah berkembangnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, mulai dari kerajaan Kutai sampai keruntuhan Majapahit.

Sejak berkembangnya pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia, terjadi berbagai bentuk perubahan dalam kehidupan masyarakat. Walaupun perubahan yang terjadi tidak menghilangkan kebudayaan asli, tetapi pengaruh Hindu-Buddha telah dapat memberikan corak tersendiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Perwujudan akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha terlihat di berbagai bidang seperti : seni bangunan (arsitektur), karya sastra, tulisan dan bahasa, sistem penanggalan, pemerintahan dan kepercayaan.