Menurut ahli bahasa al lihyani, kata al qur’an merupakan isim maf’ul yang artinya

Jawaban:

Dari tahsrif tersebut, kata قُرْءَانًا artinya bacaanyg bermakna isim maf’ul (مَقْرُوْءٌ) artinya yg dibaca. Karena al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut berikutnya dipakai untuk kitab suci yg diturunkan Allah SWT

Jawaban:

Menurut Al-Lihyany (w. 215 H) & segolongan ulama lain

Kata Qur’an adalah bentuk masdar dr kata kerja (fi’il), قَرَأَ artinya membaca, dgn pergeseran bentuk kata/tasrif (قَرَأَ-يَقْرَأُ-قُرْءَانًا). Dari tasrif tersebut, kata قُرْءَانًا artinya bacaan yg bermakna isim maf’ul (مَقْرُوْءٌ) artinya yg dibaca. Karena Al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah Al-Qur’an. Kata tersebut berikutnya dipakai untuk kitab suci yg diturunkan Allah Swt. pada Nabi Muhammad Saw.

pengertian Al Qur’an menurut Al lihyani didasarkan pada ayat suci Al Qur’an yakni ​

Jawaban:

uzulul alquran

maaf kalo salah ya sayang

Al lihyani berpendapat bahwa al quran dengan-cara etimologis memiliki arti

Al lihyani beropini bahwa Al quran berasal dr fi’il qara’a yg artinya membaca.Dan alquran merupakan masdar dr fi’il tersebut yg mempunyai arti bacaan.

Jelaskan pengertian al qur’an dengan-cara etimologi menurut pertimbangan al lihyani

menurut bahasa:bacaan
menurut ungkapan :wahyu/kalam allah yg diturunkan pada nabi mohammad untuk isyarat hidup manusia

Kelas : X SMAmapel : PAIkategori : al-qur'an hadits kata kunci : definisi , al-qur'an , etimologi , al lihyaniyPembahasan :

Para ulama’ dan pakar/ahli di bidang ilmu al-Qur’an telah memberikan definisi terhadap al-Qur’an menurut pemahaman mereka masing-masing, baik secara etimologi (makna bahasa) maupun secara terminologi (istilah).

diantaranya pendapat para ulama dan pakar dibidang ilmu al-qur'an , ditinjau dari segi etimologi , pengertian al-qur'an adalah :

1)menurut pendapat al-Lihyaniy 

Kata Qur’an adalah bentuk mashdar dari kata kerja (fi’il), قَرَأَ artinya membaca, dengan perubahan bentuk kata/tashrif (قَرَأَ-يَقْرَأُ-قُرْءَانًا). Dari tahsrif tersebut, kata قُرْءَانًا artinya bacaanyang bermakna isim maf’ul (مَقْرُوْءٌ) artinya yang dibaca. Karena al-Qur’an itu dibaca maka dinamailah al-Qur’an. Kata tersebut selanjutnya digunakan untuk kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW.  Pendapat ini berdasarkan firman Allah SWT sebagaimana yang termaksud dalam QS. al-Qiyamah ayat 17-18.


إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ

فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ

artinya : Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

2) menurut Al-Asy’ariKata Qur’an berasal dari lafaz قَرَنَ yang berarti menggabungkan sesuatu dengan yang lain.Kemudian kata tersebut dijadikan sebagai nama Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, mengingat bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya dan huruf-hurufnya beriring-iringan dan yang satu digabungkan kepada yang lain.

3) menurut Kata Qur’an berasal dari lafaz قَرَائِنٌ merupakan bentuk jama’ dari kata قَرِيْنَةٌ yang berarti petunjuk atau indikator, mengingat bahwa ayat-ayat al-Qur’an satu sama lain saling membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama bagi Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

4) menurut Kata Qur’an itu kata sifat dari اَلْقَرْءُ yang sewazan (seimbang) dengan kata فُعْلاَنٌ  yang artinya اَلْجَمْعُ (kumpulan). Selanjutnya kata tersebut digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., karena al-Qur’an terdiri dari sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.

5) menurut  Asy-Syafi’iKata al-Qur’an adalah isim ’alam, bukan kata bentukan (isytiqaq) dari kata apapun dan sejak awal memang digunakan sebagai nama khusus bagi kitab suci yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana halnya dengan nama-nama kitab suci sebelumnya yang memang merupakan nama khusus yang diberikan oleh Allah SWT. sama halnya nama kitab suci sebelumnya, yaitu Zabur (Nabi Dawud as.), Taurat (Nabi Musa as.) dan Injil (Nabi Isa as.).

Ada banyak pendapat yang berbeda-beda tentang asal kata dari lafadz Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran memiliki banyak penamaan selain Alquran sebagai kitab suci umat Islam. Pakar Fiqih Ustaz Ahmad Sarwat Lc. MA mengatakan, ada banyak pendapat yang berbeda-beda tentang asal kata dari lafadz Alquran. Meski demikian masing-masing tidak menghilangkan isi Alquran.

"Sebagian berpendapat bahwa lafadz Alquran itu merupakan bentukan mashdar dari fi’il madhi," katanya dalam bukunya Mengenal Alquran.

Hal ini kata Ustaz Ahmad merupakan kebiasaan orang Arab yang dalam masalah gramatika bahasa, selalu mengaitkan nama dan istilah dengan akar katanya. Namun kata dia sebagian ulama ada yang berpendapat lafadz Alquran itu adalah nama asli dan bukan bentukan dari kata lain yang maksudnya tidak punya akar kata.

Pendapat pertama menyebutkan bahwa lafadz Alquran itu bentuk mashdar yang terbentuk dari fi’il madhi sebagai akar katanya. Namun mereka yang mengatakan demikian ternyata berbeda pendapat tentang akar katanya. 

1. Qara’a-Yaqra’u = Membaca Al-Lihyani mengatkaan bahwa lafadz Alquran itu bentuk mashdar dari fi’il madhi (Qara’a-Yaqra’u). Maknanya adalah talaa atau membaca. Pendapat inilah yang barangkali paling sering kita dengar dari banyak kalangan.  

2. Al-Qar’u yang berarti gabungan

Namun pendapat al-Lihyani di atas ditampik oleh Az-Zajjaj. Beliau kata Ustaz Ahmad Sarwat mengatakan bahwa lafaz Alquran itu terbentuk dari asalnya yaitu al-qar’u yang bermakna al-jam’u yang artinya kumpulan atau gabungan. Wazan-nya adalah fu’la’ sebagaimana lafadz ghufran.

Seperti orang Arab menyebut: yaitu air telah berkumpul atau bergabung dalam telaga. Az-Zajjaj mengatakan bahwa secara akar kata bahwa Alquran itu bermakna gabungan, karena pada hakikatnya merupakan gabungan dari kitab-kitab samawi sebelumnya. 

3. Al-Qarain berarti pembanding

Lain lagi dengan pendapat Al-Farra’ yang mengatakan bahwa kata Alquran itu tidak terbentuk dari kata qara’a-yaqra’u, tetapi merupakan bentukan dari kata dasar al-qarain yang merupakan bentuk jama’ dari qarinah. Makna qarinah itu sebanding, karena tiap ayat Alquran dengan ayat lainnya sebanding. 

4. Qarana yang berarti menggabungkan

Demikian juga dengan Al-Asy’ari yang berpendapat agak mirip dengan Al-Farra’ di atas, bahwa lafadz Alquran itu merupakan bentukan dari sebuah kata dasar, yaitu qarana yang berarti menggabungkan, sebagaimana kalimat qarana asy syai’a bisy-syai’i yang maknanya menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.  

"Hanya saja berbeda dengan Az-Zajjaj di atas, bahwa makna yang digabung itu maksudnya adalah Alquran itu gabungan dari banyak ayat dan surat," katanya.

Thu, 19 March 2020 01:00

Ada banyak pendapat yang berbeda-beda tentang asal kata dari lafadz Al-Quran. Sebagian berpendapat bahwa lafadz Al-Quran itu merupakan bentukan dari kata dasar qara’a yaqra’u (قرأ - يقرأ) yang berarti bacaan. Kita sering menghubung-hubungkan lafadz Al-Quran dengan akar kata atau kata dasar qara’a yaqra’u (قرأ - يقرأ) atau dengan istilah lain bahwa lafadz Al-Quran itu mahmuz (مهموز).

Pandangan semacam ini wajar, karena memang banyak ulama yang berpendapat demikian. Namun sebagian ulama lain menolak bila disebut asal kata lafadz Al-Quran itu membaca, tetapi dari kata yang lain, bahkan ada juga yang berpendapat lafadz Al-Quran itu adalah lafadz asli yang bukan bentukan dari kata lain.

1. Pendapat Pertama

Pendapat pertama menyebutkan bahwa lafadz Al-Quran itu mahmuz, yaitu lafadz yang terbentuk dari akar kata yang lain. Namun mereka yang mengatakan demikian ternyata berbeda pendapat tentang akar katanya.

a. Al-Qar’u Yang Berarti Gabungan

Az-Zajjaj menegaskan bahwa lafadz Al-Quran itu terbentuk dari asalnya yaitu al-qar’u (القرء), yang bermakna al-jam’u (الجمع) atau berkumpul atau bergabung.

Wazannya adalah fu’la’ (فُعْلاَء) sebagaimana lafadz ghufran (غفران). Seperti orang Arab menyebut : (جمع الماء في الحوض) yaitu air telah berkumpul atau bergabung dalam telaga.

Al-Quran itu disebut demikian karena pada hakikatnya merupakan gabungan dari kitab-kitab samawi sebelumnya.[1]

b. Al-Qar’u Yang Berarti Membaca

Al-Lihyani punya pendapat mirip dengan Az-Zajjaj di atas, bahwa lafadz Al-Quran itu mahmuz dan merupakan bentukan dari kata dasar al-qar’u (القرء), namun maknanya menurut beliau adalah talaa (تلا) atau membaca.[2]

Pendapat inilah yang barangkali paling sering kita dengar dari banyak kalangan.

c. Al-Qarain Berarti Pembanding

Al-Farra’ berpendapat bahwa kata Al-Quran itu tidak terbentuk dari kata qara’a – yaqra’u (قرأ - يقرأ), tetapi merupakan bentukan dari kata  dasar al-qarain (القرائن) yang merupakan bentuk jama’ dari qarinah (قرينة).  Makna qarinah itu sebanding, karena tiap ayat  Al-Quran dengan ayat lainnya sebanding.[3]

d. Qarana Yang Berarti Menggabungkan

Demikian juga dengan Al-Asy’ari yang berpendapat agak mirip dengan Al-Farra’ di atas, bahwa lafadz Al-Quran   itu merupakan bentukan dari sebuah kata dasar,  yaitu qarana (قرن) yang berarti menggabungkan, sebagaimana kalimat qarana asy-syai’a bisy-syai’i (قرن الشيء بالشيء), maknanya menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.  Hal itu karena ayat dan surat di dalam Al-Quran  digabungkan satu dengan yang lain. [4]

2. Al-Quran Adalah Nama Asli

Sedangkan yang paling berbeda sendiri justru Al-Imam Asy-Syafi’i (w. 204 H) rahimahullah. Sebagaimana dikutip oleh Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad, disebutkan bahwa Asy-Syafi’i berpendapat bahwa lafadz Al-Quran tidak dibentuk dari kata dasar qara’a – yaqra’u (قرأ - يقرأ). Sebab jika demikian, maka sebagai yang dibaca orang itu bisa disebut Al-Quran juga.

Menurut beliau lafadz Al-Quran itu adalah nama asli yang Allah SWT sematkan sebagaimana lafadz Taurat dan Injil yang merupakan nama asli. [5]

[1] Az-Zarkasyi, Al-Burhan, jilid 1 hal. 278

[2] As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, hal. 87

[3] As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, hal. 87

[4] Az-Zarkasyi, Al-Burhan, jilid 1 hal. 278

[5] Al-Khatib Al-Baghadi, Tarikh Baghdad, jilid 2 hal. 62