Mengapa kisah nabi yusuf disebut sebagai ahsanul qashash

Dari kata sosial dan elite, muncullah istilah sosialita. Secara bahasa oleh Wikipedia kaum sosialita diartikan sebagai orang-orang  yang memiliki derajat tinggi atau terpandang dan mereka senang berkumpul dengan beberapa kelompok masyarakat dengan strata yang sama seperti mereka dalam sebuah pesta, klub, jamuan, arisan dsb.

Sosialita sepertinya bergeser makna karena identik dengan perempuan yang hobi belanja keluar negeri untuk beli barang bermerk. Kaum sosialita umumnya dinisbatkan pada kumpulan istri-istri pejabat, selibritis papan atas, pengusahawati sukses dengan style glamour.

Ternyata oh ternyata gaya sosialita itu nggak hari gini saja muncul. Peradaban tempo dulu juga banyak yang mengisahkan perempuan-perempuan bergaya jetset  senang diundang dalam pesta suka-suka. Bahkan Al Quran pun menceritakannya melalui kisah bergaya novel romantik.

Sebuah penggalan episode dari kisah luhur yang oleh Allah dinyatakan sebagai ahsanul qasas artinya sebaik-baik cerita. Itulah kisah Nabi Yusuf A.S.

Wah pasti para sobat sudah hafal cerita nabi Yusuf versi lengkap dari masa kecil dibuang ke sumur hingga akhirnya menjadi Bendaharawan negeri. Nah di tengah episode kehidupan Nabi Yusuf yang terkenal dengan kerupawanannya itu ada penggalan kisah yg saya yakin sangat menarik dibaca oleh penghuni jagad ini yakni kisah bagaimana Yusuf digoda oleh istri pejabat negara dalam sebuah tafsir disebutnya menteri bergelar Al Aziz.

Istri Al Aziz konon cantik jelita, ia memendam rasa cinta mendalam kepada Yusuf yang diasuhnya sedari belasan tahun itu hingga di suatu hari tatkala suaminya sedang tidak di rumah, ia nekad mengajak Yusuf  berselingkuh.

Yusuf yang melihat tanda-tanda kekuasaan Allah meskipun hatinya hampir-hampir saja  tertarik akhirnya terhindarkan dari perbuatan keji tersebut karena Al Aziz dengan izin Allah pun berhasil memergoki saat istrinya tengah mencoba menarik-narik gamis Yusuf dari belakang..

Kisah majikan jatuh cinta pada bujangnya tersebut tersiar sangat cepat di seantero negeri tak kalah hebohnya adalah gunjingan rekan-rekan sosialita istri Al Azis yakni istri-istri para anggota kabinet kerajaan lainnya. Mereka istri para pejabat yang tinggal di kota Mesir mengolok-oloknya sebagai seorang yang hina.

Karena dirundung malu, istri Al Azis menyusun akal untuk mencari alasan permakluman agar tidak dinilai sebagai pihak yg salah. Ketemulah ide mengundang perempuan-perempuan bangsawan terkemuka itu ke rumahnya menghadiri suatu jamuan pesta.

Mereka tentu saja begitu  antusias  karena tak hanya doyan jamuan berkelas  tapi lantaran rasa penasaran untuk mendengar klarifikasi langsung dari mulut istri Al Azis mengenai gosip yang tengah menyengat dibicarakan.

Oleh majikan Yusuf, istana disetting dan dihias sedemikian rupa, hidangan yg lezat dan aneka minuman disiapkan di meja makan.

Dalam tafsir diceritakan model jamuan itu bergaya non formal alias santai. Sangat meriah terdengar gelak tawa bersahutan, omong sana sini dan bercanda habis. Hidangan yg tak putus-putus akhirnya ditutup dengan closing menu yaitu buah-buahan.

Para hadirat dibekali pisau satu-satu untuk memotongnya dan kain putih sebagai lap, he…he table manner ala Mesir kuno.

Saat sang nyonya rumah memanggil Yusuf untuk  masuk ke tengah-tengah lady zone itu, terjadilah tragedi buah apel yang fenomenal dan hampir mencengangkan pembaca kisah ini. Para sosialita itu terpana habis melihat betapa rupawannya wajah Yusuf.

Saking terkesimanya, bukannya motong buah malah jarinya yang diiris hingga berdarah namun tak menanggalkan rasa sakit sedikitpun  Betapa girangnya istri Al Aziz karena taktiknya sukses dan ia berujar pongah,

“Hei kawan perhatikan, baru tahu sepintas saja kamu semua terpesona hingga lupa diri, lihatlah darah yg keluar akibat kamu memotong jarimu sendiri. Sedangkan saya memperhatikannya bertahun-tahun, Saya  memang jatuh cinta kepadanya.”

Kalimat sihir istri Al Aziz meluluhkan yang hadir dan para sosialita naif itu akhirnya berpihak kepadanya. Mereka ikutan membujuk Yusuf dan merayunya dengan gaya menggoda.

Bayangkan seorang lelaki tampan nan shalih  dikerubuti perempuan-perempuan cantik, wangi, glamour, berkelas. Seorang ulama tafsir Indonesia di TV mengatakan itulah perbedaan ketampanan Nabi Muhamad SAW dan Nabi Yusuf AS. Nabi Muhamad tampan tapi masih tetap memancarkan kewibawaan, sedangkan Nabi Yusuf tampannya mendorong lawan jenis tertarik untuk menggoda. Wallahu ‘Alam.

Nah, apa hal negatif yg kudu diwaspadai dari tingkah perempuan sosialita negeri Mesir Kuno yg dikomandoi oleh istri Al Azis itu untuk dijadikan pelajaran?.

1.gaya hidup bermegah-megahan

 Bermegah-megahan memang kerap (walau nggak semuanya) ditampilkan para pejabat, bangsawan dan keluarganya terutama para istri. Kalau yg dipakai uang pribadi masih ada ‘mending’nya tapi kalau ada unsur penggunaan uang negara, tahu sendiri deh. Mereka suka pesta, jamuan, hiburan ala borjuis tanpa peduli sekitarnya yang masih banyak membutuhkan uluran tangan.

Teringat sobat saya seorang istri anggota legislatif  yang harus benar-benar menjaga agar virus sosialita tak terlalu menjalarinya. Bagaimana tidak kadang seperti layaknya istri  pejabat lainnya ia harus ikut jalan-jalan kadang keluar negeri, belanja kalau tidak ikut akan diabsen dan dicari-cari dengan penuh tanda tanya atau dicap nggak mau gaul.

Mmmm…ada juga lho istilah social climber, yakni mereka warga biasa yang pengen ikutan masuk ke dunia sosialita, supaya dianggap keren dan wah. Olala.

2.Aktivitas Kurang bermakna

Arisan atau kumpul-kumpul sih boleh-boleh saja sebagai wadah keakraban antar sesama,  tapi jangan sampai tersisipi niat pamer materi, dandanan, kecantikan, busana, asesoris dsb.

Umumnya kelompok yg mengaku sosialita berkumpul dengan tas, baju, sepatu atau fashion lain yg bermerk. Semakin dipuja semakin bangga. Atau niat-niat lain yang terselubung.

Lihatlah niat istri Al Aziz mengundang teman-temannya sesama istri pembesar hanya ingin ‘membalas dendam’ karena merasa sudah dibully dengan gosip yg beredar luas di kota Mesir.

Alih-alih menyesali diri akan kesalahannya dan bertaubat,  ia malah menantang, dan membuat ide gila ‘potong jari’ yang menyeramkan itu. Sepertinya dia yakin betul watak teman-temannya  yang gampang terbuai dengan laki-laki rupawan meski sudah bersuami sekalipun. Konon begitulah para sosialita kalau tak membicarakan gaya hidup ya soal lawan jenis yg menjurus ke sana. Hingga muncullah istilah tante girang dsb. Naudzubillah.

Niat istri Al Azis  yang tak kalah jelek adalah mempermalukan Yusuf di depan mereka dan mengancamnya masuk penjara jika tak mau melayaninya. Uh..benar-benar daripada kepalang basah mending nyebur sekalian.

3.Rawan tertulari sikap asusila

Sikap asusila kaum jet set karena dikemas rapi dalam kemewahan sering di pandang ‘elegan’, ini lah yang oleh Al Quran kerap dinyatakan ‘syetan menyebabkan manusia memandang indah perbuatannya’.

Dansa muda mudi sambil berpelukan erat tak dipandang asusila karena dikemas dalam dalih kehalusan seni. Mengumbar aurat bukan asusila karena dikemas dalam kontes kecantikan dunia. Hah…

Yusuf A.S menggigil karena ternyata para wanita cantik istri pembesar negeri itu ternyata tanpa malu ramai-ramai mendekatinya, merayu dan menggodanya hingga ia berbicara lantang “Ya Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka”.(QS.Yusuf:33).

Bayangkan jamuan khusus wanita itu telah mencerabut urat malu di leher para undangan. Mereka adalah istri-istri dari pejabat yang dihormati tapi tanpa sepengetahuan suaminya berlaku kecentilan tak senonoh layaknya wanita penjaja.

Saya menakar betapa kuatya faktor kecantikan wanita Mesir pada saat itu mempengaruhi kekuasaan para bangsawan.

Coba saja, betapa sabarnya Al Azis dengan tingkah istrinya yang nyata-nyata sudah mengkhianatinya waktu kepergok di muka pintu. Tapi Ia masih memaafkan dan memberinya kesempatan utk menyesali.

Bahkan menyuruh penghuni istana agar tutup mulut walaupun akhirnya bocor juga. Demikian pula saat istrinya meminta agar ia menjebloskan Yusuf ke dalam penjara, Al Azis memenuhinya meski ia yakin Yusuf tak bersalah.

Saya teringat kisah Cleopatra, ratu mesir yg konon disimbolkan sebagai penakluk hati pria. Ternyata peradaban Mesir Kuno yang berjaya pada masanya itu memang lebih mendidik wanitanya dalam hal tampilan fisik ketimbang akhlaknya. Sayang sekali.

Menyelami sejarah dari kisah Al Quran memang menarik, kita seolah tertantang untuk membuka mu’jizat kebenaranNya. Misalnya raja di masa Nabi Yusuf ini oleh Allah disebutnya Malik (QS. Yusuf:43) bukan Fir’aun seperti yg dipahami sebagai gelar raja Mesir.

Dari Hieroglif ternyatakan bahwa Yusuf AS hidup kira-kira di jaman Mesir Kuno pada Dinasti Raja Hyksos (Dinasti dimana raja Mesir dipanggil Malik bukan Firaun seperti halnya jaman Nabi Musa AS (Dinasti XIX)).

Istri Al Azis penggoda Yusuf konon katanya bernama Zulaikha padahal tidak ada riwayat pasti dalam hadits sekalipun. Nama Zulaikha atau Ra’il konon justru tersebutnya di kitab Taurat.  Maka sebaiknya jangan mencantumkan pada undangan perkawinan kata-kata yang mensimbolkan doa “…seperti cinta Zulaikha dan Yusuf..” Karena kabar bahwa Yusuf akhirnya menikahi istri Al Azis itupun masih simpang siur. Allahu’ Alam.

Ahsanul qasas memang sebaik-baik cerita karena banyak hikmah yang diambil. ‘Novel Allah’  ini menurut mufasirin memang khusus diperuntukkan untuk menghibur Rasulullah SAW yang saat itu banyak mendapat cacian, umpatan dan intimidasi dari kaum Quraisy sebelum peristiwa hijrah. So jika kita lagi sedih bolehlah baca dongeng, cerita atau novel sebagai penghibur. Asal bukan novel sembarang novel ya.