Gambar 1. Hasil penyemprotan insektisida sabun pada hama kutu daun tanaman mentimun Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan, tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya. Meskipun dengan luasan sempit lahan pekarangan dapat dioptimalkan untuk lahan pertanian yang bisa menjadi sumber pangan dan gizi bagi keluarga. Berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman buah dan tanaman obat-obatan dapat ditanam di pekarangan untuk konsumsi keluarga. Seiring dengan pertumbuhan tanaman, berkembang pula serangan hama di lahan pekarangan. Berbagai jenis pestisida kimia dapat digunakan untuk mengendalikan serangan hama, namun residu pestisida kimia dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Untuk itu diperlukan pengendalian yang ramah lingkungan dan tidak menganggu kesehatan karena dikonsumsi oleh keluarga. Sabun dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanaman tanpa merusak lingkungan. Sabun merupakan insektisida kontak yang tidak meninggalkan residu. Dampak keracunan yang ditimbulkan sabun adalah iritasi pada mata dan kulit tetapi dampak ini relatif lebih aman daripada insektisida kimia. Sabun mampu merusak membran sel serangga dan mengganggu proses metabolisme. Sabun juga mampu meluruhkan lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan kematian karena kehilangan banyak cairan tubuh. Kekurangan sabun sebagai insektisida adalah potensinya untuk merusak tajuk tanaman (fitotoksisitas) karena sabun dapat mencuci lapisan lilin yang melindungi tanaman. Beberapa tanaman seperti tomat sangat peka terhadap sabun. Konsentrasi sabun melebihi 2% dapat merusak tanaman. Pengendalian hama tanaman dengan sabun efektif untuk mengendalikan antropoda bertubuh lunak dan berukuran kecil seperti kutu daun/aphids, kutu putih/mealy bug, kutu kebul muda, wereng muda, thrips, kutu perisai, tungau, ulat perusak daun, telur dan kepompong serangga. Serangga berkulit keras seperti kumbang dewasa dan belalang tidak efektif dikendalikan dengan sabun. Mobilitas dan kekerasan kulit mampu melindungi serangga dari bahaya penyemprotan sabun. Sabun yang aman untuk pengendalian hama tanaman berasal dari bahan aktif garam kalium dari asam lemak. Namun sabun tersebut sulit diperoleh di Indonesia. Sebagai alternatif dapat digunakan sabun cair untuk cuci tangan dan cuci piring. Namun penggunaannya perlu dibatasi karena dapat merusak tanaman. Sabun bubuk kering dan semua deterjen pencuci pakaian tidak dianjurkan karena bersifat keras dan dapat merusak tanaman. Cara aplikasi insektisida sabun ke tanaman
Daftar Pustaka Novizan, Ir. (2002). Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka, Depok. Lipford, Danny. How to Use Insecticidal soap om plants. https://todayshomeowner.com/how-to-use-insecticidal-soap-on-plants/ Joyce D. Ubl dan Carlin Munnerlyn. Insecticidal Soaps for Garden Pest Control. https://hgic.clemson.edu/ factsheet/insecticidal-soaps-for-garden-pest-control/ (Penulis: Nata Agung Arwanta, STP, Penyuluh Pertanian Muda)
Cukup tingginya bahaya dalam penggunaan pestisida sintetis, mendorong usaha untuk menekuni pemberdayaan pestisida alami yang mudah terurai dan tidak mahal. Penyemprotan terhadap hama yang dapat mengakibatkan rasa gatal, pahit rasanya atau bahkan bau yang kurang sedap ternyata dapat mengusir hama untuk tidak bersarang di tanaman yang disemprotkan oleh pestisida alami. Oleh karena itu jangan heran bila penggunaan pestisida alami umumnya tidak mematikan hama yang ada, hanya bersifat mengusir hama dan membuat tanaman yang kita rawat tidak nyaman ditempati. Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk kita jumpai bahkan tersedia bibit secara gratis. Contohnya seperti tanaman bunga kenikir yang masih dapat di temui ditanah-tanah kosong pada daerah yang cukup tinggi.. Jenis lain yang digunakan pun harus sesuai dengan karakter dari bahan yang akan digunakan serta karakter dari hama yang ada. Seperti peribahasa, tak kenal maka tak sayang, sehingga menjadi: tak kenal bahan dan jenis hama maka tak dapat mengusir dan mengendalikan hama. Bahan lainnya adalah kunyit, sereh, bawang putih, daun jatropa, daun diffen, jenis rempah-rempah dan lainnya. Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh tanamannya. Selain harus mengenal karakter dari bahan yang akan digunakan, karakter hamanya sendiri pun harus diperhatikan dengan baik. Dengan mencari informasi karakter hidup hama, mendengarkan dari pengalaman orang lain serta mengamati sendiri, kita dapat mencari kelemahan dari hama tersebut. Contohnya untuk kutu yang menempel kuat di batang atau daun dapat diatasi dengan menggunakan campuran sedikit minyak agar kutu tidak dapat menempel. Selain itu, untuk semut yang menyukai cairan manis pada tanaman, dapat disemprotkan air sari dari daun yang sifatnya pahit seperti daun pepaya, daun diffen maupun beberapa daun lainnya tapi bersifat pahit. Berikut beberapa contoh hama dan pestisida alaminya:
Banyak resep yang dapat ditemukan dari pengalaman. Selain itu, perhatikan teknis saat memberikan pestisida alami. Perhatikan curah hujan dan saat penyemprotannya. Usahakan menyemprot setelah hujan agar tidak luntur oleh air hujan. Bahan dan Cara Umum Pengolahan
|