Skip to content
Show
Pengertian kepribadian dan faktor pembentuknya akan dibahas pada artikel blog ini secara ringkas dan jelas. Kepribadian berhubungan erat dengan karakter diri dan tingkah laku. Kadang kita menemui tingkah laku seseorang yang menjengkelkan. Lalu kita membatin bahwa orang itu memiliki kepribadian yang nggak jelas. Kadang pula kita menemukan orang yang suka menolong. Lalu kita menilai bahwa orang itu memiliki kepribadian yang baik. Kepribadian diekspresikan melalui perilaku keseharian. Orang lain menilai kepribadian dari apa yang ia lihat. Sebenaranya, apa itu kepribadian? Apakah kepribadian merupakan tingkah laku? Bagaimana kepribadian terbentuk? Mengapa setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda dan mengapa ada yang mirip? Saya akan paparkan pengertian kepribadian menurut pendapat para ahli. Kepribadian menjadi bab penting dalam ilmu sosial karena setiap orang punya meskipun penilaian kita terhadap kepribadian seseorang tidak selalu tepat. ♦ Koentjaraningrat mendeskripsikan kepribadian sebagai ciri-ciri dan watak yang diperlihatkan secara konsisten dan konsekuen sehingga seseorang memiliki identitas yang khas dan berbeda dari individu lainnya. ♦ Yinger mengatakan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan perilaku dari individu dengan kecenderungan tertentu dalam situasi tertentu. ♦ Roucek dan Warren mendefinisikan kepribadian sebagai ogranisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. ♦ Theodore R. Newcombe mengartikan kepribadian sebagai predisposisi atau pengorganisasian sikap yang dimiliki individu sebagai latar belakang perilaku. ♦ Sutherland dkk mendefinisikan kepribadian sebagai abstraksi individu dan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaan. Setelah menyimak berbagai usulan definisi atau pengertian kepribadian yang disampaikan di atas, kita bisa tarik pengertian umum tentang kepribadian. Kepribadian adalah ciri dalam diri seseorang yang diekspresikan melalui prilaku dan tingkah laku keseharian dalam situasi sosial tertentu. Pengertian kepribadian berbeda dengan perilaku itu sendiri. Kepribadian memengaruhi atau membentuk perilaku, namun bukan perilaku. Kepribadian bersifat abstrak dan berada dalam diri individu. Kepribadian seseorang tidak bisa diketahui secara pasti. Kita hanya bisa menilai berdasarkan tanda-tanda yang tampak saja. Suatu hari, misalnya, kita ditilang polisi karena nggak pake helm. Tiba-tiba polisi tersebut meminta uang damai. Dalam hati kita membatin bahwa polisi tersebut korup. Korup merupakan tingkah laku polisi itu. Kita menilai demikian karena ia minta uang damai. Tapi bagaimana kepribadian sebenarnya polisi itu tidak kita ketahui. Kepribadian seseoarang yang kita nilai dari perilaku yang tampak tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian terjadi melalui sosialisasi yang dimulai sejak kita lahir. Bahkan ada yang meyakini, sejak dalam kandungan. Bagaimana kepribadian terbentuk? Apa saja faktor pembentuknya? Baca juga: Pengertian Sosialisasi, Proses dan Contohnya Faktor biologis sebagai pembentuk kepribadian selalu diragukan dalam sudut pandang sosiologi. Namun pada kenyataanya, dalam masyarakat beredar opini bahwa karakter fisik tertentu membentuk kepribadian tertentu. Misal, orang yang kepalanya besar dianggap cerdas, orang yang rambutnya keriting calon orang sukses, orang yang kepalanya kotak kriminal. Tak perlu tersinggung dengan contoh tersebut karena semua itu mitos. Faktor biologis dianggap memiliki kontribusi pada pembentukan kepribadian khususnya berhubungan dengan keturunan. Seringkali kita mendengar ungkapan bahwa ”buah tak jatuh jauh dari pohonnya”. Seorang anak tentara yang tegas, keras dan disiplin membuat para tetangga tak heran. Mereka langsung berpikir itu karena pengaruh orang tuanya. Singkatnya, anak dilihat sebagai cerminan orang tua. Kepribadian anak diturunkan dari orang tua. Lagi-lagi kita tidak bisa semerta-merta percaya pada pandangan ini. Faktor biologis sebagai pembentuk kepribadian sangat problematis. Satu level diatas faktor biologis adalah faktor geografis. Penjelasan faktor geografis lebih masuk akal meskipun biasanya pembelajar sosiologi tidak tertarik mendalami faktor ini. Pengaruh faktor geografis bisa dilihat dari perbedaan kepribadian antara individu atau kelompok masyarakat yang tinggal di lokasi dengan karakteristik yang berlainan. Misal, kita menemukan bahwa orang pantai cenderung lebih bersikap terbuka pada orang asing, ketimbang orang gunung. Iklim, temperatur, kondisi topografis tanah seringkali dianggap memiliki pengaruh besar pada pembentukan kepribadian. Orang yang tinggal di kutub memiliki kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah tropis. Perbedaannya seperti apa terbuka untuk diperdebatkan. Sekali lagi perbedaan kepribadian tersebut merupakan kecenderungan umum. Kita tidak bisa melakukan over generalisasi dan menganggap bahwa semua orang gunung tidak terbuka pada orang asing, misalnya. Faktor ini sedikit menarik perhatian para sosiolog. Faktor psikologis sebagai pembentuk kepribadian berhubungan dengan pengalaman unik yang dialami oleh individu. Pengalaman unik tersebut memengaruhi kondisi emosional dan mental individu sehingga membentuk suatu kepribadian tertentu. Pengalaman unik bisa positif, bisa pula negatif. Contoh faktor psikologis yang bisa saya paparkan disini adalah trauma karena peristiwa tertentu. Misalnya, korban begal mengalami trauma naik motor sendirian pada malam hari. Ia menjadi pribadi yang lebih pendiam karena diselimuti rasa takut setelah peristiwa yang dialaminya. Kondisi psikologis korban begal membentuk kepribadian korban menjadi lebih pendiam. Faktor ini selalu menarik pemerhati ilmu sosial dan budaya. Unsur-unsur kebudayaan secara langsung memengaruhi pola perilaku individu. Kegiatan sehari-hari yang membentuk suatu kultur juga dapat memengaruhi kepribadian individu. Contoh, kebudayaan masyarakat Minangkabau yang suka merantau dan jualan, membentuk kepribadian orang Minangkabau untuk terbuka pada orang-orang baru yang ditemuinya. Contoh lain lagi, kebiasaan seseorang melakukan solo travelling, membentuk kepribadian orang tersebut untuk berani mengambil resiko dan tidak malu memulai pembicaraan dengan orang asing. Kultur travelling telah membentuk kepribadian seorang traveller yang konon katanya mempunyai hasrat besar untuk menjelajah tempat-tempat baru. Kebiasaan selalu membentuk kultur, lalu kultur itu memengaruhi atau membentuk kepribadian. Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah pengalaman-pengalaman dalam pergaulan. Pergaulan tidak hanya dengan teman, tetapi bisa juga dengan buku, film, website, dan sebagainya. Dalam kehidupan sosial, kita senantiasa menjalani pergaulan dengan individu atau kelompok tertentu. Lingkungan sosial berupa pergaulan memiliki pengaruh pada para anggotanya. Teman kita, misalnya, memiliki nilai atau keyakinan tertentu yang ia anut dalam keseharian. Nilai tersebut tersosialisasikan, baik sengaja atau pun tidak dalam pergaulan kepada diri kita. Dalam pergaulan, ada tokoh atau kelompok yang biasanya dijadikan acuan. Ambil contoh, lingkungan pergaulan yang membentuk kepribadian individu pada mulanya adalah keluarga. Seiring waktu, seorang anak memiliki teman bergaul, di sekolah, di rumah, atau di manapun ia bergaul. Lingkungan sosial pertemanan mulai mengambil alih peran dominan keluarga. Pasca sekolah, ia kuliah atau kerja, maka lingkungan sosial dan pergaulannya berubah lagi. Masing-masing lingkungan sosial memiliki nilai-nilai yang kecenderungannya berbeda. Misalnya, seorang anak dilahirkan dalam keluarga taat agama. Anak tersebut awalnya dikenal religius. Ketika kuliah, membaca Das Kapital sehingga kepribadiannya kekiri-kirian. Setelah lulus, ia mendalami filsafat agama sehingga menjadi juru bicara liberalisme. Lalu, usia paruh bayanya dihabiskan untuk mencari uang dengan bergaul dengan kaum kapitalis. Ketika tua ia bergaul dengan penjual parfum biar kecipratian wanginya. Kepribadian orang tersebut berubah-ubah tergantung seperti apa lingkungan sosialnya. Memahami pengertian kepribadian cukup mudah. Kepribadian adalah konsep yang abstrak, bertempat di dalam diri, dan terefleksikan pada perilaku sehari-hari. Kepribadian individu dibentuk oleh proses sosialisasi yang panjang.
Kepribadian adalah dinamika organisasi psikofisik fungsional manusia yang menjelma dalam pola-pola tingkah laku spesifik dalam menghadapi medan hidupnya.Jadi manifestasi kepribadian adalah seluruh tingkah laku masusia itu sendiri.Setiap orang (individu) mempunyi keunikan fungsional sistem organisasi psikofisisnya dalam lingkungan hidup, dalam arti berinteraksi dengan dan dalam lingkungannya, maka tiap individu mempunyai kepribadian sendiri-sendiri dalam menyesuaikan diri, mengatasi, mengubah, ataupun menyerah dalam lingkungan tadi. Faktor-faktor pendukung terbentuknya kepribadian dan watak ialah unsur-unsur badan dan jiwa manusia dan lingkungan,yang kedua ini bisa di sebut sebagai faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen dan eksogen menjadi determinan kepribadian manusia, karena pertumbuhan dan perkembangan manusia, berarti perkembangan kepribadian dan wataknya ditentukan dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kedua fakor tersebut Kepribadian secara umumPersonality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral. Sedangkan personality menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. Allport juga mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum. Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas. Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama. Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut. Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Fase Perkembangan Kepribadian Beserta Penjelasannya Tipe-tipe KepribadianMasing-masing manusia memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang berkarakter lembut,ramah, periang, dan ada pula yang berbanding terbalik dengan karakter itu seperti berkarakter keras kepala, pemalu dan lain sebagainya. Ada banyak tipe kepribadian, seperti diungkapkan oleh parah ahli, diantaranya adalah Hiprocates dan Gelanus, C.G. Jung, Gerart Heymans, dan Eduard Spranger. Masing masing ahli ini memandang dan memberikan pendapat tentang tipe kepribadian dari sudut pandang yang berbeda. Hiprocates dan Gelanus membagi tipe-tipe kepribadian menjadi empat bagian, yaitu: a. Sanguinis
b. Koleris
c. Melankolis
d. Phlegmatis
C.G Jung membagi kepribadian ke dalam dua tipe, yaitu:
Gerart Haymens menggolongkan kepribadian ke dalam tujuh tipe yaitu:
Eduard menggolongkan tipe-tipe kepribadian seseorang berdasarkan sikap manusia yang hidup di dalam masyarakat. Tipe-tipe kepribadian tersebut antara lain :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Kepribadian Menurut Para Ahli Konsep berhubungan dengan KepribadianAda beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konse yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8-9) :1
Fungsi Teori KepribadianSama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptifdan prediktif, begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori kepribadian.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Kepribadian – Konsep, Ciri, Faktor, Fungsi, Perkembangan, Psikologi, Para Ahli Dimensi Teori KepribadianSetiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab ataspertanyaan sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995 : 5-6), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Unsur, Dan Jenis Kepribadian Beserta Ciri-Cirinya Lengkap Perkembangan Kepribadian1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhioleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego. 2. Tahap-tahap perkembangan kepribadian Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhirtahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Penyimpangan Sosial : Pengertian, Contoh, Bentuk, Teori, Ciri Dan Solusinya Ciri-Ciri KepribadianHingga saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut : Kepribadian yang sehat :
Kepribadian yang tidak sehat :
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : 26 Pengertian Belajar Menurut Para Ahli Pendidikan Dan Daftar Pustakanya Faktor Yang Mempengaruhi KepribadianSecara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment). Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari ibu, dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut. Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara tidak secara langsung adalah (1) kualitas sistem syaraf, (2) keseimbangan biokoimia tubuh, dan (3) struktur tubuh. Dalam kaitan ini Cattel dkk., mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu sendiri”. Misalnya kapasitas fisik (perawakan, energy, kekuatan, dan kemenarikannya), dan kapasitas intelegtual (cerdas, normal, atau terbelakang). Meskipun begitu batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Contohnya: seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin akan mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman, jika dia berkembang dalam kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan merendahkan keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya. Ilustrasi diatas menunjukkan, bahwa hereditas sangat mempengaruhi “konsep diri” individu sebagai dasar sebagai individualitasnya, sehingga tidak ada orang yang mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun kembar identik. Menurut C.S. Hall, dimensi-dimensi temperamen : emosionalitas, aktivitas, agresivitas, dan reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen) demikian halnya dengan intelegensi. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin (1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut.
Tipe-tipe ini berkaitan dengan: (1) gangguan mental, seperti tipe piknis berhubungan dengan manik depresif, dan asthenis. (2) karaktritis individu yang normal, seperti tipe piknis mempunyai sifat-sifat bersahabat dan tenang, sedangkan asthenis bersifat serius, tenang dan senang menyendiri. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan, dan sekolah.
Dari penjelasan di atas, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu faktor internal dan eksternal.
Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang anak. Terutama dari cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya. Sejak lama peran sebagai orang tua sering kali tidak dibarengi oleh pemahaman mendalam tentang kepribadian. Akibatnya, mayoritas orang tua hanya bisa mencari kambing hitam –bahwa si anaklah yang tidak beres- ketika terjadi hal-hal negatif mengenai prilaku keseharian anaknya.seorang anak yang memiliki prilaku demikian sesungguhnya meniru cara berpikir dan perbuatan yang sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan oleh orang tua mereka. Contoh orang tua sering memerintahkan anaknya, “ tolong nanti kalau ada telepon, bilang ayah dan ibu sedang tidak ada dirumah, karena ayah dan ibu akan tidur “. Peristiwa ini adalah suatu pendidikan kepada anak bahwa berbohong boleh atau halal dilakukan. Akibatnya anak juga melakukan prilaku bohong kepada orang lain termasuk pada orang tua yang mencontohinya. Jika perbuatan bohong yang dilakukan anak memperoleh kepuasan atau kenikmatan, minimal tidak memperoleh hukuman, maka perbuatan bohong itu akan dikembangkan lebih lanjut oleh anak tersebut. Bahkan mungkin saja daya bohong itu akan menjadi suatu kesenangan dan dapat juga menjadi suatu keahlian yang lama-kelamaan menjadi kepribadiannya. Demikian juga prilaku positif dan negatif lain yang terperaktikkan di lingkungan rumah. Menurut Levine (2005) menjadi orang tua sesungguhnya merupakan proses yang dinamis. Situasi keluarga acap kali berubah. Tidak ada yang bersifat mekanis dalam proses tersebut. Akan tetapi, dengan memahami bahwa kepribadian mengaktifkan energy, mengembangkan langkah demi langkah, serta menyadari semua implikasi setiap langkah terhadap diri anak, para orang tua secara perlahan akan mampu menumpuk rasa percaya diri pada diri anak. Selanjutnya, Levine (2005) menegaskan bahwa kepribadian orang tua akan berpengaruh terhadap caraorang tua tersebut dalam mendidik dan membesarkan anaknya yang pada gilirannya juga berpengaruh pada kepribadian si anak tersebut. Ada Sembilan tipe kepribadian orang tua dalam membesarkan anaknya yang juga dapat berpengaruh pada kepribadian si anak, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan Sembilan kepribadian orang tua dalam mendidik anakanya secara moralitas, maka tampaknya tiga tipe yang sejalan dalam pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral, yaitu tipe pengatur, pengamat dan pencemas. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan pertimbangan moral menghendaki orang tua di lingkungan rumah tangga bertindak sebagai teman yang dapat bakerja sama dengan anak-anak mereka dalam menyelesaikan segala tugas guna memperbaiki keadaan sosial maupun fisik. Kepribadian orang tua sebagai pengamat yang menggunakan sudut pandang menyeluruh dan objektif akan membantu cara berpikir moral anak kearah yang luas, objektif, dan menyeluruh. Demikian juga, kepribadian orang tua tipe pencemas yang selalu membawa anak untuk berdiskusi, bertanya jawab, dan mengajak berpikir dalam menghadapi tantangandan konflik adalah sejalan dengan teori perkembangan moral kognitif dalam peningkatan perkembangan moral guna pembentukan kepribadian yang baik bagi anak-anak.
|