Mengapa bangsa dan budaya dijadikan konsep dasar PENDIDIKAN komparatif

This preview shows page 1 - 4 out of 7 pages.


Mengapa bangsa dan budaya dijadikan konsep dasar PENDIDIKAN komparatif

Judul buku                  : Pendidikan Komparatif

Penerbit                       : LaksBang Mediatama

Tempat terbit               : Yogyakarta

Jumlah halaman         : 288 halaman


Banyak ahli pendidikan komparatif meyakini bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kemunduran peradaban suatu bangsa adalah kamandegan praktek penyelenggaraan pendidikannya, penyebabnya yaitu rendahnya tingkat inovasi pendidikan, antara lain adalah kurangnya membandingkan praktek pendidikannya dengan praktek pendidikan bangsa lain. Dengan mengetahui keadaan pendidikan di banyak Negara atau kawasan, kita dapat mengambil manfaat positif dari pengetahuan tersebut untuk diterapkan dalam membangun pendidikan di Negara sendiri.

Buku yang ditulis oleh Arif Rohman ini terdiri dari Sembilan bagian, yaitu pendahuluan, kaitan antara pendidikan internasional, gobal, dan, komparatif, pendidikan komparatif sebagai studi antar bangsa dan antar budaya, perspektif metodologi studi pendidikan, metodologi komparasi pendidikan, dimensi kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan sistem pendidikan, poret pendidikan di Negara-negara Eropa, potret pendidikan di Negara-negara Asia, dan isu-isu dan kajian wawasan pendidikan kontemporer.

Pada Bab I membahas pendahuluan yaitu tentang pendidikan komparatif. Secara etimologis pendidikan komparatif adalah ilmu yang mengajarkan dan melatihkan tentang tata cara atau prosedur membandingkan dua atau lebih sistem pendidikan yang berbeda, baik antar daerah maupun antar Negara. Istilah pendidikan komparatif memiliki pengertian yang sama dengan istilah pendidikan perbandingan. Dapat disimpulkan pendidikan komparatif adalah disiplin ilmu yang mempelajari sistem-sistem pendidikan baik dalam satu negara maupun antar negara yang menyangkut sistem pendidikan formal,  non-formal dan informal, teori dan praktek pendidikan, dan latar belakang sosial, ekonomi, politik, ideologi, dan budaya yang mempengaruhi sistem pendidikan. Pendidikan komparatif berkedudukan sebagai salah satu ilmu fondasi yang memperkokoh bangunan ilmu pendidikan. Pendidikan komparatif dapat memberikan kontribusi kepada ilmu pendidikan berupa hasil temuan pengkajian perbandingan  antar sistem pendidikan baik dalam satu Negara maupun antar Negara. I.L. Kandel menyebutkan ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan komparatif, yaitu Repertorial-deskriptif, Historik-fungsional, Melioristik (Imam Barnadib, 1994).  

Pada Bab II membahas mengenai kaitan antara pendidikan internasional, gobal, dan, komparatif. Ada tiga macam disiplin ilmu yang berorientasi terwujudnya perdamaian dunia ,yaitu secara berturut-turut adalah pendidikan internasional, pendidikan komparatif, dan pendidikan global. Pendidikan internasioal lahir lebih awal dengan tujuan terciptanya suasana pergaulan dunia yang harmonis. pendidikan komparatif muncul sebagai upaya sistematis para ahli dalam mempelajari sistem-sistem pendidikan di luar batas negara sendiri. Pendidikan global muncul belakangan sebagai suatu studi dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran warga bangsa dimasing-masing negara agar mereka menyadari pentingnya menjaga kehidupan kolektif secara global, karena kerusakan hidup disuatu wilayah dunia akan dirasakan kerugiannya oleh seluruh warga dunia secara global.

Pada Bab III membahas mengenai pendidikan komparatif sebagai studi antar bangsa dan budaya. Pendidikan komparatif sebagai disiplin ilmu mempelajari aneka sistem pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang, maka pendidikan komparatif ikut mendorong kepada banyak pihak untuk melakukan kajian-kajian tidak hanya pada tataran penyelenggaraan sistem-sistem pendidikan, tetapi juga kajian aspek kehidupan di luar pendidikan dalam suatu negara. Pengkajian aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial,agama, sejarah, dan budaya suatu bangsa sangat penting dilakukan karena sangat berpengaruh pada penyelenggaraan sistem pendidikan.

Pada Bab IV membahas tentang perspektif metodologi studi pendidikan. Dimensi epistemologis suatu disiplin ilmu adalah aspek metode atau cara dalam memperoleh pengetahuan ilmiah dan validitasnya beserta standar-standar dan dasar argument dari standar-standar tersebut. Dengan kata lain dimensi epistemologis dari disiplin ilmu adalah metode apa yang dimiliki dan dikembangkan oleh disiplin ilmu tersebut. Metode disiplin ilmu dikenal dengan metode ilmiah.

Pada Bab V membahas tentang metode komparasi pendidikan. Agar dapat melakukan perbandingan dengan baik, dipersyaratkan adanya kesebandingan. Segi kesebandingan dalam melakukan studi perbandingan sistem pendidikan antar dua Negara atau lebih yang berbeda antara lain adalah adanya kesamaan relatif dari aspek tingkat kemajuan pembangunan, latar belakang sejarah, latar belakang ekonomi, dan letak georafis. Menurut Debold Van Dalen, metode ilmiah yang lazim digunakan dalam pendidikan komparatif adalah historis, deskriptif, eksperimen dan filosofis. Sedangkan menurut George ZF. Bereday yaitu area dan komparasi. Keragaman metode yang dipakai dalam melakukan studi komparasi pendidikan telah mendorong munculnya alternatif pengembangan metode yang secara relatif lebih spesifik  dapat digunakan lebih efektif untuk melakukan  studi komparasi pendidikan.

Pada Bab VI membahas mengenai dimensi kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan sistem pendidikan. Ideologi merupakan salah satu faktor intangible. Melalui ideologi atau cita-cita sosial penyelenggaraan pendidikan baik di jalur sekolah maupun luar sekolah ingin dikembangkan dan ditingkatkan mutunya untuk dapat menjalankan peran-peran yang diharap. Baik peran legitimasi ataupun peran reformasi dari keberadaan lembaga pendidikan. Paling tidak ada tiga aspek penting kehidupan masyarakat yang selalu bersinggungan dengan pendidikan, yaitu aspek sosial, ekonomi, dan politik. Proses hubungan keterkaitan antara pendidikan dengan masyarakat adalah hubungan interaktif-dialektis. Teori yang menjelaskan tentang pentingnya pengembangan pendidikan bagi perbaikan masyarakat, yaitu teori sumberdaya manusia dari Theodore W.Schultz, teori medernisasi dari Daniel Lerner, dan teori struktural-fungsional dari Talcott Parsons. Teori lainnya, yaitu teori mobilitas isi, alokasi, dan legitimasi (Imam Barnadib, 1987).

Pada Bab VII membahas tentang poret pendidikan di Negara-negara Eropa. Di Bab ini penulis membahas mengenai sekilas potret pendidikan yang berlangsung di tiga Negara Eropa barat yaitu Jerman, Prancis, dan Inggris. Sedangkan di Bab VIII membahas mengenai potret pendidikan di Negara-negara Asia. Bab ini membahas mengenai sekilas gambaran pendidikan yang berlangsung di tiga Negara Asia yaitu Malaysia, Thailand, dan India. Negara Eropa maupun Negara Asia menerapkan berbagai sistem pendidikan dan kebijakan sesuai negaranya masing-masing.  Terdapat persamaan maupun perbedaan dalam penerapannya. Tetapi setiap sistem yang telah diterapkan oleh Negara di Eropa maupun Asia memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Pada Bab IX membahas mengenai isu-isu dan kajian wawasan pendidikan kontemporer. Berbagai praktek dan tindakan pendidikan serta tuntutan masyarakat untuk kemajuan pendidikan, sebenarnya banyak dipengaruhi oleh dua perspektif, yaitu pengaruh dari ide-ide pendidikan yang dibawa oleh tokoh-tokoh pendidikan sekaligus aliran-aliran filsafat pendidikan dan munculnya trend-trend baru dalam lapangan pendidikan baik yang muncul melalui publikasi ilmiah maupun melalui aneka pertemuan ilmiah. Semua guru harus mendapatkan penanganan yang setara kualitasnya yang tercetus dalam pernyataan organisasi OECD. Untuk memenuhi seruan tersebut bagi Negara maju tidak begitu kesulitan karena ketersediaan sumber daya dan sumber dana akan tetapi bagi Negara berkembang terlebih lagi Negara yang masih miskin belum dapat melaksanakan seruan tersebut. Banyak terjadi permasalahan yang menghambat proses pendidikan. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan kualitas guru juga mengalami banyak distorsi mekanismenya. Begitu juga dengan isu kebijakan pembiayaan pendidikan dan isu kebijakan privastisasi pendidikan yang menjadi problematika proses pendidikan.

Kelebihan buku ini adalah merupakan buku yang menelaah teori dan praktik penelitian terhadap fenomena dan aksi pendidikan secara lintas teritorial, historis, maupun sosiokultur, baik dalam satu Negara maupun antar Negara. Penjelasan disetiap Bab sangat baik karena mencantumkan banyak sumber pendapat para ahli yang dapat menambah banyak wawasan bagi pembaca. Didalam buku ini juga dilengkapi dengan beberapa ilustrasi gambar yang membuat para pembaca tidak jenuh. Di samping itu, buku ini juga dilengkapi dengan ringkasan disetiap Bab yang bisa digunakan untuk memahami topik yang dibahas.

Sedangkan sisi kelemahan dari buku ini adalah didalam buku ini terdapat ringkasan di setiap bab tetapi di bab ke VII,VIII, dan IX tidak terdapat ringkasan. Apabila dilengkapi dengan ringkasan, pembaca akan lebih terbantu dalam memahami buku tersebut dengan terperinci.

 

 Arif Rohman. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.