Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pantai

ABSTRAK

Ade Setiawan. 2020. Kondisi Sosial Ekonomi MasyarakatPantai Takisung. Skripsi.Program Studi Pendidikan IPS, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lambung MangkuratBanjarmasin. Pembimbing: (1)Dr. Syaharuddin, MA(2) Melly Agustina Permatasari, M.Pd

Pesisir Pantai yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan menangkap ikan di laut dengan arti sekelompok terpenting bagi eksistensi masyarakat pesisir yang mempunyai peran besar dalam mendorong kegiatan ekonomi. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, Wilayah pesisir laut seperti Pantai Takisung juga memiliki tekanan yang kuat meningkat yaitu menurun secarasignifikandidaerah pesisirsalah satu adalah Nelayan yang menggantungkan hidup.  Hal menarik adalah aktivitas para Nelayan yang berada di pesisir Pantai. Dimana mereka bergantung hasil tangkap di laut secara ekonomi ketika ada golombang naik maka penghasilan Nelayan akan menurun jika gelombang air sudah mulai turun maka para Nelayan mulai mencari kehidupan dalam bekerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi Masyarakat Pantai Takisung.

Jenis penelitian ini berdasarkan yaitu sifatnya penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat para pekerja Nelayan sedangkan data sekunder diperoleh melalui sumber data BPS Pantai Takisung. Sedangkan pengumpulan data melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.

Hasil temuan Kehidupan sosial, masyarakat Desa Pantai Takisung dikenal  sebagai masyarakat yang keras hal ini didasari dengan kehidupan mereka yang terletak di pesisir Pantai Takisung, akan tetapi masyarakat ini masyarakat yang suka bermusyawarah. Baik mengenai masalahDesa, masyarakat, maupun masalah pribadi. Selain itu, mereka juga merupakan masyarakat yang ramah, mempunyai rasa solidaritas yang tinggi dan suka bergotong royong. Namun ada faktor penghambat bagi Nelayan di Pantai Takisung yaitu tidak menentu dalam pendapatan penangkapan ikan mereka  di laut karena tergantung musimnya. Kalau musim ikan tiba maka hasil pendapatan yang diterima akan banyak, dan sebaliknya kalau musim pancaroba tiba maka hasil yang didapat sangat sedikit sekali ataupun bisa tidak sama sekali. Hal ini dapat mempengaruhi dalam pembagian hasil maupun kerugiannya.

Kata kunci: Pantai Takisung, Kondisi sosial-ekonomi, Nelayan

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pantai

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GARAM DI KELURAHAN TALISE KOTA PALU

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pantai

SOSIAL EKONOMI KEHIDUPAN MASYARAKAT

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pantai

Rehabilitasi Lahan Di Pesisir Pantai

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pantai

Portugal, bisnis di pesisir pantai

Nasution, R Doly Indra (2021) Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai Di Labuhanbilik Kabupaten Labuhanbatu. Undergraduate thesis, UNIMED.

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Pesisir Pantai, tepatnya di Daerah Labuhanbilik Kabupaten Labuhanbatu, dan juga mendeskripsikan mengenai Kehidupan Sosial dan Ekonomi yang dialami oleh masyarakat pesisir pantai. Penelitian ini dimulai dari membahas tentang Sejarah Kota Labuhanbilik, selanjutnya membahas mengenai Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Labuhanbilik, kemudian membahas Kondisi Masyarakat Pesisir Pantai di Labuhanbilik, Perilaku Konsumtif Masyarakat Pesisir Pantai di Labuhanbilik, serta membahas tentang Pekembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Pantai di Labuhanbilik. Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Field Research (Penelitian Lapangan) dengan mengandalkan hasil wawancara terhadap narasumber yaitu masyarakat sekitar pesisir pantai di Labuhanbilik, dan dengan Instansi terkait yaitu Lurah Labuhanbilik beserta jajarannya. Penelitian ini juga menggunakan Metode Library Research (Studi Pustaka) guna untuk menambah sumber dan kajian terkait dengan Penelitian ini. Hasil Penelitian ini menggambarkan bahwa kondisi masyarakat pesisir pantai di Labuhanbilik cenderung memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan. Masyarakat pesisir termasuk masyarakat yang masih terbelakang dan berada dalam posisi marginal yang menghasilkan ekosistem khas. Struktur Ekonomi Soial di pada masyarakat Labuhanbilik terbilang stabil, dikarenakan Perekonomian di Daerah ini berada di garis tengah. Artinya Perekonomian di Daerah tersebut seimbang antara si kaya dan si miskin yang mengakibatkan hampir tidak adanya kesenjangan Sosial antara Si kaya dan si miskin. Masyarakat nelayan di Labuhanbilik masih tetap berada dalam taraf sosial ekonomi yang sederhana seperti nelayan yang turun ke laut masih mengandalkan alat penagkapan yang masih tradisonal. Nelayan tradisonal masih mengandalkan perahu dayung (Robin). Walaupun sudah ada sebagian nelayan yang memiliki perahu yang digerakkan dengan mesin tempel, tetapi alat tangkap yang digunakan masih berupa pancing, jaring, jala, dan pukat. Karena itu hasil yang diperoleh sangat terbatas dan tidak mampu bersaing dengan daerah lain. Perilaku Konsumtif masyarakat nelayan di Labuhanbilik khususnya masyarakat pesisir disebabkan oleh berbagai hal yaitu dikarenakan pergaulan di sekitar pesisir, kemudian Pendidikan juga mempengaruhi karena mayoritas masyarakat pesisir di Labuhanbilik tidak terlalu mementingkan pendidikan sehingga masyarakatnya banyak yang pendidikannya rendah.

Actions (login required)

Bagaimana kehidupan sosial masyarakat pantai
View Item

Indonesia dikenal sebagai bangsa maritim yang memiliki pantai terpanjang di dunia, dengan garis pantai lebih 81.000 km. dari 67.439 desa di Indonesia, kurang lebih 9.261 desa dikatagorikan sebagai desa pesisir. Di samping sebagai Negara Maritim Indonesia juga merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Sedangkan potensi lestari sumber daya perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,40 juta ton per tahun. Dari potensi tersebut, jumlah tangkap yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi lestari. Masyarakat nelayan haraus menggali dan mengembangkan berbagai potensi sosial budaya yang dimiliki dan berakar kuat dalam struktur sosial mereka, seperti pranata-pranata atau kelembagaan yang ada, jaringan sosial, dan sebagainya, sehingga masyarakat nelayan bisa keluar dari kemiskinan struktural. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui kondisi kehidupan ekonomi (kerja, pemasaran, pinjaman modal, pendapatan) masyarakat nelayan di Desa Pangerungan Besar Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep, (2) Untuk mengetahui pola sosial budaya masyarakat nelayan (interaksi sosial, fenomena sosial, kepercayaan atau adat yang di yakini, persepsi masyarakat tentang budaya yang ada).Penelitian ini dilakukan di Desa Pangerungan Besar Kecamatan Sapeken Kabupaten Sumenep Madura. Motede penentuan daerah ini di lakukan secara sengaja (purposive) Motede yang digunakana dalam penelitian ini yaitu dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data primer dan data sekunder yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pola kerja masyarakat nelayan Desa Pangerungan Besar di dalam melaut atau mencari ikan bervariasi, ada yang mencari ikan atau melaut hanya satu hari, satu minggu dan satu bulan. Namun para nelayan yang melaut kebanyakan satu minggu. Para nelayan umumnya turun kelaut sekitar jam 6 pagi. Nelayan Pangerungan Besar di dalam menangkap ikan meng gunakan tiga macam alat tangkap yang masih di anggap ekonomis oleh para nelaya. Ketiga alat tangkap itu terdiri dari pancing, jaring dan rawe. Ketiga alat tangkap ini di pergunakan sesuai dengan spesialis ikan akan di tangkap. Jenis ikan yang diperoleh oleh para nelayan antara lain, layang, kakap, kerapu dan hiu yang di ambil siripnya. Harga ikan untuk kakap Rp. 40.000/kg, kerapu Rp. 45.000/kg sirip hiu Rp. 150.000/kg dan ikan layang yang untuk konsumsi masyarakat sekitar Rp. 2500/kg. Pendapatan Bersih para nelayan sekitar Rp. 50.000 sampai Rp. 70.000 per minggu. Nelayan di dalam memasarkan ikannya tidak menggunakan perantara tengkulak, mereka kebanyakan langsung menjual sendiri ke gudang yang telah lama menjadi mitra kerja para nelayan. Gudang yang menampung ikan hasil tangkapan para nelayan Pangerungan Besar juga bermitra dengan PT. Larosso dan PT. Mitra Jaya yang ada di Surabaya dan Banyuwangi. Kedua PT. ini nanti yang mengekspor ikan tersebut ke Thailand dan Singapura. Gudang yang ada di Pangerungan Besar mengirim ikan ke pada dua PT mitranya rata-rata 2 sampai 2,5 ton/ satu kali kirim atau berlayar.Modal merupakan salah satu hal penting di dalam melakukan aktifitas usaha. Modal pinjaman dari pihak swasta yang selama ini masih kurang dan jumlahnya juga sedikit. Sedangkan modal pinjaman dari pihak pemerintah daerah maupun pusat belum ada sama sekali. Pinjaman modal yang di peroleh nelayan dari pihak swasta tidak di kenai bunga, dengan sistim setoran cicilan sebesar Rp. 500.000/bulan.

Kondisi sosial dan budaya masyarakat Desa Pangerungan Besar saat ini sudah berjalan dengan baik. Walaupun ada dua suku yang menjadi penduduk Desa Pangerungan Besar yaitu suku Mandar yang berasal dari Sulawesi dan Suku Bajo? yang artinya Laut namum mereka sudah bisa hidup rukun. Interaksi kedua suku ini sudah sejak tahun 1975 sudah berjalan dengan baik. Perbedaan suku bukan masalah lagi bagi masyarakat di dalam membina kerukukan dan melakukan aktifitas sosial masyarakat.Kepercayaan atau adat yang masih berkembang di tengah masyarakat Pangerungan Besar yaitu, melepas makanan ke tengan laut beserta parahu kecil setiap ada penduduk yang kerasupan jin, selain itu yaitu adat sundrang di mana seorang laki-laki membeli seorang wanita pada saat pernikahan dengan harga yang sudah di sepakati kedua belah pihak. Kedua adat atau kepercayaan ini masih tetap di lestarikan dan tetap di jaga serta antosias masyarakat juga cukup besar.

Keyword : Kehidupan sosial; budaya; ekonomi; nelayan

Link terkait : http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/47/jiptummpp-gdl-s1-2005-zainifajri-2308-Pendahul-n.pdf


Page 2