Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara asean yang

Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara asean yang

Amatilah Gambar 1.29. Dapatkah kalian membayangkan bagaimana perubahan yang terjadi di daerah di mana lahannya yang dikonversi? Sumber: : trp.or.id dan www. Radar-karawang.com Gambar 1.25 Konversi lahan pertanian menjadi permukiman dan konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut. a. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut. 1) Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan pertanian. 2) Harga lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan terbangun. 3) Pembangunan industri memilih akses yang lebih mudah. 4) Industri dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang baik. 5) Faktor sosial dan budaya hukum waris. Konversi lahan pertanian menjadi industri mengakibatkan petani “terusir” dari tanah mereka digantikan oleh uang. Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi petani gurem dan tak bertanah. Kondisi ini memengaruhi sistem sosial 72 Kelas VIII SMP/MTs

Pendahuluan

Pernahkah kalian mendengar negara Singapura melakukan reklamasi untuk memperluas daratan? Reklamasi adalah alih fungsi lahan pantai menjadi daratan. Reklamasi tersebut disebut salah satu bentuk alih fungsi lahan yang disebut konversi lahan. Biasanya, mengubah area pertanian menjadi area dengan kegunaan lain, misalnya menjadi permukiman atau industri. Konversi lahan menjadi fenomena yang sering dijumpai di negara-negara ASEAN.

Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara asean yang

Tidak hanya dilakukan diluar negeri, reklamasi juga dan telah akan dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa contoh kawasan reklamasi di tanah air antara lain di teluk Jakarta, Pantai Mamuju, Denpasar, Manado, Semarang, Tangerang, dan juga di Makassar.

Proyek reklamasi dan revitalisasi di pantai utara Jakarta ditujukan untuk membangun kawasan tersebut menjadi daerah kawasan aktivitas bisnis, perekonomian maupun pemukiman. Dengan gagasan itu juga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin menjadikan Jakarta sebagai “Water Front City”.

Kemudian, proyek reklamasi di pantai Mamuju, Sulawesi Barat. Mempercantik kota menjadi tujuan dari proyek reklamasi di lahan seluas 8,3 hektar ini. Jalan dua jalur akan dibangun di sekitar kawasan ini. Selain itu, fasilitas pelayanan publik juga akan dibangun. Dengan adanya pembangunan fasilitas publik ini, reklamasi diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Mamuju. Contohnya adalah, proyek pembangunan pusat jajanan serba ada (pujasera), bisnis, perumahan, perkantoran, perbelanjaan, dan hotel.

Selanjutnya reklamasi di Denpasar, Bali. Reklamasi di lahan seluas 380 hektar ini bertujuan untuk menghubungkan gugusan pulau Serangan. Lalu, reklamasi pantai di kota Manado, Sulawesi Utara, kawasan ini akan dikembangkan sebagai kawasan fungsional dengan pola super blok dan mengarah pada terbentuknya Central Business District (CBD).

Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara ASEAN dengan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina. Konversi terjadi terutama di daerah pinggiran kota ataupun area persawahan yang letaknya berdekatan dengan fasilitas umum, seperti di dekat pasar. Konversi lahan pertanian bersifat menular, artinya ketika satu petak lahan telah dikonversi, lahan pertanian di sekitar petak tersebut juga rawan dikonversi. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

a. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri

Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di negara-negara sedang berkembang, seperti negara-negara ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi lahan industri banyak terjadi di pinggir kota. Biasanya, pemilik perusahaan mendirikan industri di sana karena beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut.

  1. Pembangunan industri lebih memilih lahan yang strategis. Sebagian besar lahan strategis tersebut merupakan lahan pertanian.
  2. Harga lahan pertanian relatif lebih murah dibandingkan dengan lahan terbangun.
  3. Pembangunan industri memilih akses yang lebih mudah.
  4. Industri dibangun dekat dengan bahan baku lahan pertanian menjadi pilihan yang baik
  5. Faktor sosial dan budaya hukum waris. 
Konversi lahan pertanian menjadi industri mengakibatkan petani “terusir” dari tanah mereka digantikan oleh uang. Awalnya, petani di pedesaan mempunyai tanah, namun kemudian mereka menjadi petani gurem dan tak bertanah. Kondisi ini memengaruhi sistem social dan budaya hukum waris yang berorientasi pada nilai uang. Anak-anak petani tidak lagi diwarisi lahan pertanian, tetapi diganti dengan pembagian uang hasil penjualan lahan pertanian.

Penggunaan lahan dalam pembangunan industri memerlukan perhatian beberapa negara industri. Pasalnya, tidak semua industri yang akan atau sudah dibangun berada di lahan yang tepat dan tidak menempati lahan produktif seperti lahan pertanian. Berbagai masalah akan timbul akibat konversi lahan dari lahan pertanian menjadi industri, antara lain:

  1. Lahan pertanian berkurang, yang membuat produktivitas pangan dari pertanian menurun.
  2. Lahan pertanian sekitar industri berpotensi terkena imbas pencemaran akibat limbah atau polusi dari industri baik tanah, air, maupun udara.
  3. Konversi lahan itu menular, yang mengancam ketersediaan lahan pertanian.

b. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman

Permukiman menjadi kebutuhan pokok manusia. Semakin banyak jumlah manusia, area permukiman yang dibutuhkan juga semakin luas. Kondisi ini terjadi juga di negara-negara anggota ASEAN. Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN.

Konversi lahan pertanian menjadi permukiman pasti akan menimbulkan dampak, sama seperti konversi lahan pertanian menjadi lahan industri. Biasanya, selalu berdampak negatif apabila dilihat dari sisi fungsi lahan pertanian itu sendiri. Adapun dampak negatifnya itu adalah sebagai berikut.

  1. Luas lahan pertanian semakin berkurang sehingga produktivitas pangan semakin kecil.
  2. Petani dan buruh tani kehilangan mata pencahariannya.
  3. Hilangnya lahan ruang terbuka hijau (RTH).
  4. Berkurangnya lahan resapan air.

Konversi lahan identik dengan perubahan kondisi ruang. Konversi lahan tidak dapat dicegah karena kebutuhan manusia akan ruang tidak dapat dihindari. Mencegah konversi lahan bisa jadi menghambat pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, konversi lahan pertanian harus tetap terjadi. Meskipun demikian, kita harus mengawasi konversi lahan yang terjadi, jangan sampai mengganggu keseimbangan alam, ekosistem, dan kelangsungan hidup sebagian warga negara.

Rincian Kerja

  1. Baca pendahuluan diatas !
  2. Perhatikan foto/gambar lahan pertanian diatas !
  3. Diskusikan dengan anggota kelompokmu mengenai gambar  1, 2 dan 3, 4 !
  4. Paparkan hasil diskusi kelompokmu tentang apa yang terjadi pada ke dua kelompok gambar/foto tersebut dan apa dampaknya !
Pertanyaan

  1. Sebutkan apa yang dimaksud dengan konversi lahan !
  2. Jelaskan sesuai dengan pendapatmu apa yang terjadi pada gambar   1, 2  dan 3, 4 !
  3. Sebutkan masing-masing 3 dampak atau masalah akibat konversi lahan pertanian menjadi lahan industri dan pemukiman !

Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara asean yang

Konversi lahan pertanian sering terjadi di negara-negara asean yang

Previous Post
Posting Lebih Baru
Next Post
Posting Lama

KOMPAS.com - Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan kehidupan mereka pada hasil pertanian.

Selain itu, ada fenomena lain yang juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia semakin hari terus meningkat.

Pada 2009, jumlah penduduk Indonesia diketahui sudah mencapai 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,33 persen.

Hal tersebut lantas membuat salah satu negara ASEAN ini memiliki jumlah kebutuhan yang lebih besar. Salah satunya kebutuhan pada lahan.

Namun, seiring berkembangnya zaman, terjadi konversi lahan dari yang awalnya untuk pertanian menjadi non-pertanian.

Lalu, apa faktor pendorong konversi lahan di ASEAN?

Baca juga: Apa Peran Indonesia dalam Bidang Ekonomi di ASEAN?

Pertumbuhan perkotaan

Pada dasarnya, faktor pendorong konversi lahan di ASEAN terdiri atas tiga hal, yaitu faktor eksternal, faktor internal, dan faktor kebijakan.

Faktor eksternal yang mendorong konversi lahan di ASEAN adalah pertumbuhan perkotaan (fisik atau spasial), demografi ataupun ekonomi.

Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsi semula menjadi fungsi lain terhadap lingkungan dan potensi dari lahan itu sendiri.

Perubahan fungsi ini tentu didorong oleh beberapa faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya, sehingga tuntutan akan mutu kehidupan juga ingin lebih baik.

Akibatnya, mulai dilakukan pembangunan di beberapa lahan tertentu untuk kegiatan non-pertanian, seperti membangun kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri.

Lahan pada tanah sawah dipilih untuk dijadikan kawasan industri karena lebih datar dibandingkan dengan tanah kering.

Selain itu, luas lahan kosong yang ada juga tidak memadai sehingga industri baru banyak dibangun dengan mengalihfungsikan lahan pertanian.

Baca juga: 9 Komite ASEAN

Faktor ekonomi

Lalu, faktor internal terjadinya konversi lahan di ASEAN adalah faktor ekonomi.

Jika dilihat secara ekonomi, konversi lahan yang dilakukan di ASEAN dipandang sebagai keputusan rasional.

Hal ini juga didukung oleh kondisi perekonomian penduduk yang relatif rendah, sehingga penduduk mudah menjual lahan mereka.

Keputusan tersebut membuat para petani berekspektasi terhadap pendapatan totalnya, baik jangka panjang atau jangka pendek yang akan meningkat.

Oleh sebab itu, banyak terjadi konversi lahan dari pertanian menjadi industri di ASEAN.

Baca juga: Sekretariat ASEAN: Letak, Fungsi, dan Daftar Sekjen

Faktor sosial

Menurut salah satu ahli, ada lima faktor sosial yang mendorong konversi lahan, yaitu:

  1. Perubahan perilaku.
  2. Hubungan pemilik dengan lahan.
  3. Pemecahan lahan.
  4. Pengambilan keputusan.
  5. Apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat.

Faktor sosial perlahan-lahan memunculkan persepsi bahwa pekerjaan petani adalah pekerjaan yang tidak bergengsi.

Akibat perubahan cara pandang tersebut, citra petani pun seakan memburuk.

Dengan demikian, lahan pertanian bukan lagi menjadi aset sosial semata, tetapi menjadi aset ekonomi atau modal kerja.

Para petani tidak keberatan jika harus melepaskan lahan mereka untuk dikonversi pada penggunaan non-pertanian atau industri.

Lebih lanjut, ada juga sistem waris. Sistem ini dapat menyebabkan kepemilikan tanah yang semakin menyempit.

Di samping karena pengelolaannya yang kurang efisien, menyempitnya kepemilikan lahan juga membuat pendapatan berkurang.

Oleh sebab itu, banyak petani yang tidak lagi mengandalkan pendapatannya dari bidang pertanian, sehingga bersedia menjual lahan mereka untuk dikonversi ke dalam bidang industri.

Baca juga: Sejarah Berdirinya ASEAN

Faktor kebijakan

Terakhir adalah faktor kebijakan karena aspek regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat atau pemerintah daerah berkaitan dengan konversi lahan.

Disebutkan bahwa regulasi atau kebijakan pemerintah yang dikeluarkan kurang tegas terhadap konversi lahan.

Tidak hanya itu, penataan ruang juga lebih dialokasikan bagi lahan industri sehingga mendorong terjadinya konversi lahan yang masif.

Referensi:

  • Ridwan, Ita Rustiati. (2009). Faktor-faktor Penyebab dan Dampak Konversi Lahan Pertanian. Jurnal Geografi. Vol. 9, No. 2. 2009.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.