Konjugasi merupakan cara reproduksi generatif dengan peleburan dua individu yang

Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, re- produksi jamur umumnya terjadi dalam 2 cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan secara aseksual (perkembangbiakan vegetatif ).

Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkem- bangbiakan yang diawali dengan peleburan gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang disebut

Gambar 5.9 Jamur payung, merupakan jamur yang bersifat saprofit

K

wan, Lam, 2000, hlm. 259

Gambar 5.10 Jamur panu, parasit pada manusia

D

ok. P

IM

Gambar 5.11 Usnea sp., salah satu jenis lumut kerak

www

konjugasi. Berdasarkan gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami, gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Perhatikanlah Gambar 5.12.

Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan ukurannya, maka disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasil- kan dalam oogoium dibuahi oleh spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut meng- hasilkan zigospora.

Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak berdeferensiasi inti selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang kemudian berkem- bang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan askospora.

Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara reproduksi yang paling sederhana adalah dengan pembentukantunas (budding) yang biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Perhatikan Gambar 5.13. Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.

Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora aseksual. Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru.

Gambar 5.12 Bentuk-bentuk perkembangbiakan generatif jamur

(a) isogami (b) anisogami (c) oogami

(f ) spermatiasi Oogonium Anteredium Ovum Saluran fertilisasi (d) gametangiogami Hifa (d) gametangiogami Hifa Zigospora (e) somatogami Hifa Spermatogonium Spermatium Hifa

Gambar 5.13 Proses pembentukan tunas pada ragi

Tunas yang telah tumbuh optimal

Sel induk

Tunas

Perkembangan tunas Dua sel ragi

Pada kondisi tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia

(penghasil spora aseksual).

Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang dise- but spora aseksual. Spora aseksual adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel reproduksi yang dapat tumbuh langsung men- jadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada tumbuhan tingkat tinggi.

Pada rubrik Percobaan berikut kalian akan melakukan pengamatan terhadap jamur.

P e r c o b a a n

Mengamati Perbedaan Jamur dengan Tumbuhan Tingkat Tinggi

A. Dasar teori

Jamur merupakan makhluk hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Tetapi dalam hal makanan, jamur bersifat heterotrof sedangkan tumbuhan tingkat tinggi adalah autotrof. Heterotof artinya jamur tidak bisa mensintesis makanannya sendiri, sehingga jamur mendapatkannya dari organisme autotrof (tumbuhan tingkat tinggi) atau organisme heterotrof lainnya. Tumbuhan meru- pakan organisme autotrof karena mampu mensintesis sendiri makannya melalui fotosintesis. Perbedaan sifat hidup heterotrof dan autotrof menyebabkan struktur tubuh jamur memiliki ba- nyak perbedaan dengan tumbuhan tingkat tinggi. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan sifat yang dapat diamati dengan mudah untuk membedakan kedua golongan organisme tersebut.

B. Tujuan

Mengetahui perbedaan jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi.

C. Alat dan bahan

1. Jamur merang yang lengkap bagiannya 2. Tanaman padi atau kacang tanah 3. Alat tulis (pensil, kertas, penggaris)

D. Langkah percobaan

1. Buatlah kelompok kerja untuk melakukan percobaan ini. 2. Ambilah jamur merang dan tanaman padi atau kacang.

3. Amati dengan seksama mulai dari akar, batang, daun, bunga, benih, cara memperoleh makan- an, pigmen, alat reproduksi, dan klorofil.

4. Tulislah perbedaan jamur dengan padi atau kacang tanah dalam bentuk tabel. Contoh tabel- nya adalah sebagai berikut.

Perbedaan Jamur dan Tumbuhan Tingkat Tinggi

No Bagian yang

diamati Jamur

Tumbuhan tingkat tinggi

Padi Kacang tanah

1 2 3 4

Berbagai jenis jamur memiliki tempat hidup yang khas. Jamur juga diklasifi kasikan ke dalam berbagai kelompok. Kalian akan mem- pelajarinya pada subbab berikutnya. Saat ini kalian dapat mengerjakan soal-soal berikut.

Berdasarkan informasi mengenai sifat umum, ciri-ciri, cara hidup, dan habitatnya, jamur dapat dikelompokkan atau diklasifi kasikan ke dalam berbagai takson. Semua jamur dimasukkan ke dalam Kingdom Fungi, kecuali jamur air dan jamur lendir. Simak uraian berikut ini.

B. Klasifikasi Jamur

Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang bio- logi yang disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) menge- lompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berfl agela dikelom- pokan dalam Dunia Protista. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksual- nya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

Dalam uraian berikut, kalian akan mempelajari 4 divisi dalam Kingdom Fungi. Secara umum masing-masing divisi tersebut memi-

Selesaikan soal-soal berikut dengan tepat.

1. Apakah sifat-sifat umum dari jamur? Berikan contoh organisme yang termasuk jamur. 2. Bagaimana struktur tubuh jamur? Jelaskan. 3. Bagaimana cara hidup jamur? Sebutkan ber-

bagai macam habitat jamur dan bagaimana

cara jamur memperoleh makanan. 4. Jelaskan cara jamur berreproduksi.

5. Apa yang dimaksud dengan isogami, anisogami, oogami, gamiogami, soma- togami, dan spermatisasi? Apa bedanya dengan konjugasi?

Uji Kompetensi

E. Pembahasan

1. Berdasarkan pengamatan kalian, jelaskan apa perbedaan antara jamur dan tumbuhan tingkat tinggi.

2. Bandingkan hasil pengamatan kelompok kalian dengan kelompok lain.

3. Presentasikan hasil pengamatan kelompok kalian di depan kelas untuk mendapat tanggapan dan masukan dari kelompok lain serta guru kalian.

liki ciri tertentu. Zygomycotina membentuk zigospora hasil pem- biakan secara kawin, Ascomycotina membentuk spora generatif di dalam askus, Basidiomycotina membentuk spora generatif pada basidium dan umumnya memiliki tubuh buah berukuran besar, serta Deuteromycotina membentuk spora secara vegetatif dan belum diketahui fase kawinnya. Bentuk pengelompokan lain pada jamur adalah khamir (jamur uniselular, memperbanyak diri dengan budding),

kapang (jamur bermiselium), dan cendawan (jamur yang memiliki tubuh buah makroskopis). Pengelompokan yang terakhir tersebut adalah pengelompokan yang bersifat umum, bukan klasifi kasi ilmiah. Nah, sekarang simaklah pembahasan berikut.

a. Zygomycotina

Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti

(black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki ang- gota yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berfl agella.

Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Perhatikan Gambar 5.14 yang menggambarkan siklus hidup Rhizopus

sp. Pada reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedang- kan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah, sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.

Gambar 5.14 Siklus hidup Rhizophus sp.

0,1 mm Gametangia dengan nukleus haploid (n) muda (dikariotik)Zigosporangium

Nukleus diploid (2n) Zigosporangia (dikariotik) MEIOSIS Perkecambahan atau germinasi Miselia (n) Hifa + (n) Hifa - (n) PLASMOGAMI REPRODUKSI SEKSUAL KARIOGAMI 50 μm Sporangia (n) Spora (n) Sporangium (n) Spora (n) Germinasi REPRODUKSI ASEKSUAL

Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara

konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan ber- warna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.

Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:

1) Rhizophus stolonifera

Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe.

2) Rhizophus nigricans

Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat. 3) Mucor mucedo

Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.

4) Pilobolus sp.

Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut. Perhatikan Gambar 5.15.

Galeri

Neurospora merupakan salah satu marga (genus) jamur Ascomycotina yang banyak memiliki mutan (mudah mengalami mutasi). Sifat ini menjadi obyek penelitian yang menarik di bidang genetika. Jamur mikroskopis ini memiliki sifat yang berlainan antara mutan yang satu dengan yang lain. Mutasi tersebut bersifat stabil dan diturunkan pada generasi selanjutnya. Hal ini karena jamur ini bersifat haploid.

www.staff.jccc.net

Gambar 5.15 Pilobolus sp. dan habitatnya

(a) Kotoran hewan yang ditumbuhi Pilobolus sp. (b) Morfologi Pilobolus sp.

www .americanmushr ooms.com www .kentsimmons.uwinnipeg.ca (a) (b)

b. Ascomycotina

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam

askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk tubuh buah yang disebut

askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Asco- mycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.

Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup gang- gang hijau-biru dan ganggang hijau bersel satu membentuk lumut kerak.

Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-cabang (gambar 5.16). Kemu- dian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.

Campbell, Reece, Mitchell, 2003, hlm. 192

Gambar 5.16 Siklus hidup Ascomycotina

Askogonium Anteridium Hifa dikariotik Askokarpus Askogonium Anteridium Hifa + (n) Miselia(n) Germinasi atau perkecambahan Askospora (n) Delapan askospora (n) Askus dikariotik Hifa dikariotik Nukleus diploid (2n) (zigot) Empat nukleus haploid (2n) REPRODUKSI SEKSUAL MITOSIS MEIOSIS KARIOGAMI PLASMOGAMI Germinasi atau perkecambahan Spora Konidia (n) Miselium (n) REPRODUKSI ASEKSUAL Hifa - (n)

Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan asko- gonium dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa ber- cabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal askus.

Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuh- an miselium vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.

Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khu- sus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak spora atau sporangium.

Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina. 1) Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.

Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis, sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.

Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi. Perhatikan Gambar 5.17.

Gambar 5.17 Peuyeum, makanan hasil fermentasi singkong dengan S. cerevisiae

www

.vir

2) Penicillium spp.

Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur Penicillium

berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara generatif (askus). Beberara contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:

a) Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum

Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (pe- nisilin)

b) Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti

Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.

3) Aspergillus spp.

Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:

a) Aspergillus oryzae

Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.

b) Aspergillus wentii

Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease. Perhatikan Gambar 5.19.

c) Aspegillus niger

Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari

buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.

d) Apergillus fl avus

Jenis Aspergilus ini menghasilkan afl atoksin, penyebab kan- ker pada manusia.

e) Apergillus nidulans

Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.

f ) Aspergillus fumigatus

A. fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan pe- nyakit kanker pada paru-paru burung.

4) Neurospora crassa

N. crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota,

Gambar 5.18 Noda-noda berwarna biru pada keju merupakan koloni Penicillium roquefortii.

www

.vir

tualmuseum.ca

Gambar 5.19 Aspergillus wentii

www

dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus, sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina. Perhatikan Gambar 5.20.

5) Morchella deliciosa dan Morchella esculenta

Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerah- merahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam bentuk awetan. Perhatikan Gambar 5.21.

c. Basidiomycotina

Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp (Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, se perti gigi, atau struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya ke- banyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.

www

.apsnet.org

www

.fgsc.net

(a) (b)

Gambar 5.20 Neurospora crassa, anggota Ascomycotina yang dahulunya merupakan anggota Deuteromycotina (a) Koloni N. crassa (b) Askospora

Gambar 5.22 Struktur tubuh Basidiomycotina

Basidiospora Basidiospora Hifa Miselium www .mushr ooms-millers.com

Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (mo- nokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada ma- sing-masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masing- masing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).

Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawah- nya terdapat basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masing- masing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 5.23.

Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam ke- hidupan sehari-hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis terse- but antara lain:

1) Volvariella volvacea (jamur merang)

Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur ini banyak dibudidayakan.

Galeri

A Spore print

Spore print atau cetakan spora adalah gambaran spora di dalam basidium (tubuh buah) yang diletakkan pada selembar kertas. Teknik ini merupakan salah satu tahap dalam karakterisasi sifat dan ciri suatu jenis jamur anggota Basidiomycotina. Para ahli mikologi sering melakukannya sebelum menentukan nama ilmiah suatu jenis jamur anggota Basiodiomycotina.

Stern, 2000, hlm. 345

1 μm

PLASMOGAMI

Gambar 5.23 Siklus hidup Basidiomycota

Basidia (dikariotik) (n+n) REPRODUKSI SEKSUAL KARIOGAMI Nukleus diploid (2n) Basidium dengan empat penjuluran Basidium yang mengandung empat nukleus haploid (n) Miselia haploid (n) Hifa - (n) Hifa + (n) Bagian bawah dilapisi de- ngan basidia Miselium (dikariotik) (n+n) MEIOSIS Basidiokarpus (dikariotik) (n+n) Basidiospora (n) Basidium Basidiospora

2) Auricularia polythrica (jamur kuping)

Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan. 3) Amanita phalloides

Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amani- taceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Perhatikan Gambar 5.24.

4) Puccinia graminis (jamur karat)

Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna karat. Lihat Gambar 5.25.

d. Deuteromycotina

Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menun-