Kongres Pemuda 1 dan 2 diadakan di tempat yang sama yaitu di kota

Kongres Pemuda 1 dan 2 diadakan di tempat yang sama yaitu di kota
Museum Sumpah Pemuda. ©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi rahman

JABAR | 21 Juli 2020 19:14 Reporter : Andre Kurniawan

Merdeka.com - Di bangku sekolah, kita telah belajar tentang bagaimana sejarah Indonesia ketika sedang berada di bawah kekuasaan Belanda. Pelajaran sejarah tersebut juga menyinggung soal bagaimana gerakan pemuda Indonesia dalam keterlibatannya memajukan bangsa.

Salah satu gerakan pemuda yang terkenal adalah Kongres Pemuda. Kongres ini diadakan dua kali di tempat yang sama, yaitu Jakarta. Tujuan Kongres Pemuda I ini adalah sebagai upaya para pemuda untuk bersatu. Selain itu tujuan Kongres Pemuda I ini juga sebagai keterlibatan pemuda dalam memajukan bangsa.

Pelaksanaan kongres ini sendiri butuh perjuangan. Karena dalam kongres ini, berbagai organisasi pemuda dengan latar belakang yang berbeda-beda berusaha disatukan di tempat yang sama.

Kemudian pada 15 November 1925, organisasi-organisasi pemuda akhirnya bisa berkumpul dan menyepakati dibentuknya panitia untuk mempersiapkan kesepakatan besar pemuda dan untuk mencapai tujuan Kongres Pemuda I. Kesepakatan besar bersama dari para pemuda ini memunculkan paham persatuan kebangsaan dan berusaha merekatkan tali persatuan di antara organisasi pemuda.

Untuk menyegarkan kembali ingatan Anda tentang sejarah Kongres Pemuda I ini, berikut ini merdeka.com telah merangkum dari berbagai sumber, tujuan Kongres Pemuda I beserta penjelasan lainnya.

2 dari 6 halaman

Pada 30 April 1926, diselenggarakan Kerapatan Besar Pemuda, yang nantinya akan dikenal dengan nama Kongres Pemuda I. Kongres Pemuda I ini diselenggarakan di Kota Jakarta.

Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh wakil dari berbagai organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, Jong Bataks Bond, dan Pemuda Kaum Theosofi.

Kongres ini dipimpin oleh Mohammad Tabrani. Tujuan Kongres Pemuda I ini adalah mencari jalan untuk membina perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu membentuk sebuah badan sentral dengan maksud memajukan persatuan dan kebangsaan serta menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan.

3 dari 6 halaman

Kongres Pemuda I memunculkan hasil utama yang ingin dicapai, yaitu mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia, meskipun masih samar-samar dan belum jelas.

Para pemuda mengakui meskipun terdapat perbedaan sosial dan kesukuan, tetapi terdapat pula rasa persatuan nasional. On-danks squciale en etnologische tegenstellingen, ont sond een gevoel van nationale saamhorigheid, yang terjemahannya kira–kira berarti bola-bola etnologi sosial tentang perasaan nasional yang kompak.

Dalam pelaksanaan Kongres Pemuda I ini, terdapat sejumlah rumusan yang dihasilkan. Rumusan tersebut seperti berikut:

  • Mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda bersatu dalam organisasi pemuda Indonesia
  • Mengakui dan menerima cita-cita untuk mewujudkan persatuan Indonesia (meskipun dalam hal ini masih belum jelas).
  • Adanya upaya untuk menghilangkan pandangan adat, sifat kedaerahan yang kolot, dan sebagainya.
  • Mempersiapkan penyelenggaraan Kongres Pemuda II

4 dari 6 halaman

Kongres Pemuda I ini dinilai masih belum bisa memberikan hasil yang optimal. Kongres Pemuda I ini belum berhasil bisa jadi karena beberapa penyebab yang terletak pada hal-hal sebagai berikut ini :

  1. Belum tiba waktunya organisasi daerah berpadu menjadi suatu organisasi yang tunggal, dan masih terdapat keraguan pada sebagian organisasi pemuda akan kegunaan persatuan.
  2. Masih terdapat kesalahpahaman dan kurang pengertian tentang perlunya fusi di antara organisasi pemuda itu.
  3. Adanya pandangan yang berbeda mengenai persatuan nasional dari kaum theosofi (Dienaren Van Indie) yang terasa menjalankan peranannya waktu itu.

Keraguan, kesalahpahaman, dan kurangnya pengertian di antara organisasi pemuda ini juga merupakan akibat dari politik pemerintah Hindia Belanda yang selama ratusan tahun menjalankan politik pecah belah (Devide et impera).

Bagi Belanda waktu itu tentu lebih mudah menghadapi gerakan nasionalisme lokal dari pada menghadapi gerakan kebangsaan Indonesia yang bulat. Cara yang dipakai oleh pemerintah Hindia Belanda, misalnya dengan meniupkan adanya bahaya “penjajahan” dari suatu suku atas suku yang lain.

5 dari 6 halaman

Adanya kongres pemuda ini mengawali banyaknya hal baik di dalam sejarah Indonesia. Dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda 1 ini antara lain:

  1. M. Tabrani
  2. Moh hatta
  3. Sugiono
  4. Sunardi
  5. Moeljadi
  6. Soepangkat
  7. Agus Prawiranata
  8. Soekamso
  9. Soelasmi
  10. Kotjo Sungkono
  11. Abdul Gani

6 dari 6 halaman

Setelah Kongres Pemuda I yang dinilai belum berhasil, para pemuda pun sepakat untuk kembali menyelenggarakan Kongres Pemuda II.

Kongres Pemuda II akhirnya diadakan pada tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928. Dipimpin oleh pemuda Soegondo Djojopoespito dari PPPI, Kongres Pemuda II ini menghasilkan keputusan penting yang disebut sebagai Sumpah Pemuda, yang sampai saat ini masih terus dibacakan.
Isi dari Sumpah Pemuda tersebut sebagai berikut:

  • Pertama: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
  • Kedua: Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
  • Ketiga: Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
(mdk/ank)

 Hari ini (Senin 28/10/2019), 91 tahun lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, berlangsung Kongres Pemuda. 28 Oktober menjadi hari lahirnya Sumpah Pemuda. Kongres ini menjadi bukti bahwa perjuangan pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan telah berlangsung sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Momen-momen awal yang menandai bergeraknya kaum pemuda adalah dengan munculnya berbagai organisasi yang dibentuk oleh kalangan muda.  Salah satunya adalah Perhimpunan Indonesia yang dibentuk pada tahun 1908.

Organisasi ini masih sebatas perkumpulan mahasiswa Hindia yang belajar di Belanda. Setelah para mahasiswa kembali ke Tanah Air, mereka turut berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. Para pemuda ini mulai menyadari akan tujuan bersama dan mengurangi perpecahan karena perbedaan suku bangsa dan agama. Beberapa tokoh besar diketahui pernah menjadi anggota, seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada 1913. Kemudian, organisasi pemuda lain yang lahir adalah Tri Koro Darmo. Perkumpulan ini didirikan oleh seseorang bernama Satiman yang menjadi motor pergerakan pemuda.

Organisasi ini merupakan wadah awal perhimpunan pemuda dan perkumpulan pelajar yang berdiri pada 7 Maret 1915. Sesuai namanya, organisasi ini memiliki tiga tujuan yakni sakti, bukti, dan bakti. Mereka yang tergabung dalam Tri Koro Darmo menginginkan sebuah perubahan dari cara pandang pemuda dan kondisi yang terjadi di Nusantara saat itu. Akan tetapi, karena adanya desakan dari berbagai pihak, nama organisasi akhirnya berubah menjadi Jong Java. Di Jong Java, seluruh pemuda baik dari Jawa, Madura, Bali, hingga Lombok dapat bergabung dengan gerakan ini.

Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda, dituliskan, setelah Jong Java bermunculan banyak organisasi pemuda. Organisasi-organisasi itu masih bersifat kesukuan, seperti Jong Batak, Jong Minahasa, dan Jong Celebes. Ada pula Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya.

Kongres Pemuda I

Adapun peristiwa penting lain dalam sejarah pergerakan pemuda adalah kala mereka menyatukan tekadnya dalam sebuah momentum yang hingga kini dikenal dengan nama Kongres Pemuda I pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Saat itu, para kaum muda mulai menyadari bahwa perjuangan mereka membutuhkan persatuan dari semua unsur. Kongres ini melahirkan gagasan penggunaan Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.

Salah satu tokoh yang mengemukakan gagasan tersebut adalah Muhammad Yamin yang kala itu aktif dan memimpin organisasi Jong Sumatranen Bond. Melalui pidatonya, Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang, Yamin “menyodorkan” bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu,” demikian pidato Yamin, seperti dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003).

Namun, ceramah-ceramah yang diberikan dalam kongres masih belum membuahkan hasil. Ini karena masih banyak ego kedaerahan dan kesukuan yang kental dari setiap peserta.

Kongres Pemuda II.

Kongres Pemuda 1 dan 2 diadakan di tempat yang sama yaitu di kota

 Menyadari hal ini, para pemuda kemudian mengadakan Kongres Pemuda II yang digelar pada 27 hingga 28 Oktober 1928. Kongres ini mulai menyatukan pemikiran para pemuda dari berbagai daerah untuk satu tujuan bersama yakni berjuang melawan penjajahan. Kongres yang berjalan selama dua hari tersebut akhirnya melahirkan sebuah deklarasi yang dikenang hingga saat ini. Tokoh yang kembali berjasa dalam merumuskan deklarasi tersebut adalah Muhammad Yamin.

Saat kongres tengah berlangsung, Yamin mulai menuliskan gagasan “Sumpah Pemuda” tersebut dalam suatu kertas. Kertas itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres. “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan),” kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003).

Deklarasi bernama Sumpah Pemuda itu lahir setelah para peserta menyatakan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. Adapun istilah Sumpah Pemuda sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya, berikut isinya:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

(Penulis : Stevi K.S Mononimbar, S.Pd.,M.Pd)