Kepala sekolah sebagai inovator, dan motivator

f.Kepala Sekolah Sebagai InovatorDalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepalasekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yangharmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiapkegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkanmodel-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalammeningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranyamelakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional,obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan danmelaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnyamoving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelastetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelastersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving classini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatulaboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikankemudahan kepada peserta didik dalam belajar.g.Kepala Sekolah Sebagai MotivatorSebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untukmemberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagaitugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturanlingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif danpenyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar(PSB).h.Kepala Sekolah Sebagai Pejabat FormalDi dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk,yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formalterjadi apabila jabatan atau otoritas formal dalam organisasi diisi oleh orang yangditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal10

Oleh : Mr Pamuji

Kepala sekolah yang idial adalah kepala sekolah yang mempunyai kemampuan untuk menjadi seorangmotivator, innovator dan administrator dan sebgai supervisor dalam segala macam bagi kegiatan manajemen sekolah, oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai karakter/kepribadian yang baik dan kuat , pemahaman dan pengetahuansertaketrampilan , bukan menjadi kepala sekolah karena dia dekat dengan kekuasaan, dan mempunyai uang untuk memberikan tip-tip pada pemangku kekuasaan. Ataukarena dia putra daerah,(Alias KKN).jenis keterampilan profesionalyangharus dimiliki oleh kepala sekolah adalah keterampilan teknis, keterampilan hubungan manusiawi dan keterampilan konseptual(Pidarta (1988)

Motivator Pendidikan

Motivasi adalah keinginan yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu (Mulyasa : 2003). Kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk memotivasi seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Motivasi merupakan faktor yang dominan yang menentukan keefektifan kerja.

Inovator Pendidikan

Kepala sekolah yang memiliki keterampilan konseptual senantiasa menemukan cara atau trik yang dapat digunakan untuk memajukan sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah dapat merencanakan, merumuskan ide-ide cemerlang sehingga sekolah dalam perkembangannya senantiasa menemukan inovasi-inovasi baru yang tidak saja bermanfaat bagi perkembangan sekolahnya, tetapi dapat ditiru oleh sekolah-sekolah lain.

Administrator Pendidikan

Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan harus mampu melakukan pengelolaan : (a) pengajaran, (b) kepegawaian, (c) kesiswaan, (d) sarana dan prasarana, (e) keuangan, (f) hubungan masyarakat dan (g) layanan

Supervisor Pendidikan

Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan antar individu dan keterampilan teknis. Di samping pengalaman, supervisor juga harus memiliki jenjang pendidikan formal yang memadai.

Dalam kaitannya dengan MBS, supervisi lebih menekankan kepada pembinaan dan peningkatan kinerja tenaga kependidikan di sekolah dalam melaksanakan tugas (Mulyasa : 2003). MBS memberikan peluang kepada kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan sebagainya.


Kepala sekolah sebagai inovator, dan motivator

Lihat Pendidikan Selengkapnya

Sejalan dengan peran kepala sekolah sebagai motivator, seorang kepala sekolah juga berperan sebagai salah satu komponen pendidikan yang berfungsi dalam memajukan hasil yang di capai oleh pendidik. Seorang kepala sekolah harus memahami tugas-tugas yang harus dijalankannya demi untuk kemajuan di dunia pendidikan. Menurut pendapat Wahjosumidjo 2010:97 tugas kepala sekolah adalah sebagai berikut : a. Kepala sekolah melakukan pekerjaan melalui orang lain. b. Kepala sekolah berperan sebagai sarana komunikasi penghubung di lingkungan sekolah. c. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan atas semua tindakan yang dilakukan oleh warga sekolah. d. Dalam waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan yang ada di sekolah. e. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan yang terkonsep.. Kepala sekolah harus dapat mengatasi semua persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang fleksible. f. Kepala sekolah adalah seorang penghubung atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu lembaga yang di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik maka dari itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut. g. Kepala sekolah ialah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membina hubungan kerja sama dengan baik melalui pendekatan persuasi ajakan dan kesepakatan compromise. h. Kepala sekolah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah ialah wakil resmi sekolah yang ia pimpin.

2.6.2 Kepala Sekolah Sebagai Inovator

kepala sekolah sebagai inovator dapat dilihat dari cara-cara yang dilakukannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel Mulyasa ,2009:118-119 . Konstruktif dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berupaya untuk mengembangkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah juga berupaya memberikan dorongan dan membina setiap tenaga pendidik dan kependidikan supaya mampu meningkatkan secara maksimal dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada masing-masing tenaga pendidikan. Kreatif diartikan bahwa kepala sekolah harus bisa mengembangkan kemampuan guru di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mencari ide dan cara-cara baru dalam melakukan tugas dan kewajibannya. Hal ini dilaksanakan supaya tenaga pendidik bisa mengerti apa yang di informasikan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan. sehingga bisa tercapainya tujuan sesuai dengan misi dan visi sekolah tersebut. Delegatif diartikan bahwa didalam meningkatkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberdayakan,atau memberikan tugas kepada guru sesuai dengan tugas, jabatan, gambaran, serta kompetensi masing- masing. Integratif diartikan bahwa di dalam mengembangkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga mampu memperoleh hasil yang sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara produktif,efektif, dan efisien. Rasional dan objektif diartikan bahwa dalam mengembangkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah harus berupaya bersikap berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif. Pragmatis diartikan bahwa dalam mengembangkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah harus berupaya menentukan kegiatan atau tercapainya target yang berdasarkan pada kondisi dan kompetensi nyata yang dimiliki oleh setiap guru, serta kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah. Keteladanan diartikan bahwa dalam mengembangkan profesionalisme guru di sekolah, kepala sekolah harus berupaya memberikan contoh teladan yang baik kepada bawahanya. Adaptabel dan flesibel diartikan bahwa di dalam mengembangkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah sebagai seorang inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melakukan berbagai perubahan demi kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Gagasan baru tersebut misalnya dengan melakukan moving class mengubah cara pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi pola kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas sendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

2.6.3 Kepala Sekolah Sebagai Inspirator

Sebagai kepala sekolah yang salah satu perannya adalah sebagai pemberi inovasi bagi para guru di sekolah untuk mengembangkan dirinya, maka dalam hal memberikan inspirasi kepala sekolah harus selalu melakukannya untuk kemajuan guru dan peserta didik yang dipimpinnya di sekolah. Seorang kepala sekolah harus memberikan semangat yang positif untuk peningkatan kualitas guru menjadi guru yang profesional. Karena dengan guru menjadi profesional secara otomatis kualitas peserta didik pun menjadi ikut meningkat. Menurut Eric G. Stephan, R. Wayne Pace 2002:65-68 : “Five Great creativity suggestion of aspiration are : one question, innocently asked, can change the whole direction of a conversation. Second, be aware that how you design or redesign something determines for a long time how you will use it. A third suggestion is to take advantage of the information technology available to everyone. Our fourth suggestion is to involve more than one person to bring a creative idea into fruition. Our fifth and final suggestion is to teach your people how to be more innovative by holding a practice session. Organize a meeting of your people or have a professional consultant help you facilitate one.” Lima langkah terbaik untuk meningkatkan aspirasi adalah pertama melaksanakan diskusi dan tanya jawab kepada guru agar dengan leluasa dapat menyampaikan maksud, ide dan gagasan menjadi sebuah dialog yang kreatif dan bersifat membangun. Kedua adalah, seorang pemimpin harus bisa menata dan menata ulang dalam jangka waktu yang lama sesuatu yang akan digunakan, Ketiga adalah memanfaatkan keuntungan dari kemajuan teknologi kepada semua orang. Keempat, melibatkan banyak anggota untuk menciptakan ide kreatif untuk mewujudkan terciptanya harapan yang diinginkan.Kelima dan yang terakhir adalah meningkatkan inovasi dengan memperbanyak pelatihan-pelatihan. Mengorganisasikan orang-orang yang mempunyai keahlian untuk membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Dari pengertian di atas, dapat diterjemahkan bahwa lima langkah terbaik untuk meningkatkan aspirasi adalah pertama melaksanakan diskusi dan tanya jawab kepada guru agar dengan leluasa dapat menyampaikan maksud, ide dan gagasan menjadi sebuah dialog yang kreatif dan bersifat membangun. Hal yang kedua adalah, sebagai seorang pemimpin harus bisa memperhatikan bagaimana situasi dan kondisi lingkungan sekolah dalam menetapkan aturan- aturan agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh warga sekolah sehingga mampu berpengaruh dengan baik dalam memajukan lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Ketiga adalah memanfaatkan keuntungan dari kemajuan teknologi kepada semua orang. Dengan adanya internet akan mempercepat untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan sehingga ide maupun pendapat yang disampaikan akan cepat sampai ke tujuan. Selain itu selalu melibatkan orang lebih dari satu untuk membawa suatu gagasan kreatif ke dalam penyelesaian masalah. Keempat, melibatkan banyak anggota untuk menciptakan ide kreatif untuk mewujudkan terciptanya harapan yang diinginkan. Sebagai seorang pemimpin harus dapat memilah anggotanya sesuai dengan kemampuannya, sehingga anggota dapat bekerjasama secara optimal dan benar-benar kompeten. Kelima, meningkatkan inovasi dengan memperbanyak pelatihan-pelatihan untuk dapat mengukur kemampuan anggota dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan pendapat di atas tentang langkah kepala sekolah menurut Eric G. Stephan, R. Wayne Pace 2002:65-68 untuk meningkatkan aspirasi guru dapat dibuat ilustrasi sebagai berikut : Gambar 2.3 Lima Langkah Menumbuhkan Aspirasi Sumber : Modifikasi dari Teori Eric G. Stephan, R.Wayne Pace 2002:65-68

2.7 Kerangka Pikir

Penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa PKB adalah hal yang penting dilakukan tetapi masih dalam proses pelaksanaan secara bertahap bagi setiap lembaga pendidikan untuk menerapkan implementasi secara tepat tentang PKB dengan memperhitungan potensi maupun kendala yang dihadapi di masing- masing sekolah. BERDIALOG DENGAN GURU PERHATIAN KEPADA GURU MEMAFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI MENINGKATKAN KREATIVITAS GURU MENINGKATKAN INOVASI GURU INSPIRATOR Gambar 2.5 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini menekankan pada tingkat pemahaman, kesiapan, pembuatan program-program dalam rangka pelaksanaan PKB dan kendala-kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah SDN 4 Metro Timur dalam pelaksanaan PKB. Dalam hal ini peran kepala sekolah sangatlah penting untuk meningkatkan kinerja gurunya menjadi guru profesional melalui PKB terutama dalam peningkatan pengembangan diri guru. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapatlah dibuat kerangka pikir penelitian : Input – Proses - Outputnya sebagai berikut : B Penjelasan kerangka pikir penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : Input : Dalam penelitian ini adalah guru sendiri. Guru merupakan input yang utama dalam penelitian, karena guru merupakan objek utama dalam penelitian ini. Proses : Di dalam prosesnya dilakukan penelitian sesuai dengan fokus, yaitu pemahaman guru tentang PKB, Peran kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai PROSES INPUT OUTPUT GURU 1. Pelaksanaan PKB 2. Peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai motivator 3. Peran kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai inovator 4. Peran Kepala Sekolah sebagai aspirator GURU PROFESIONAL HAMBATAN 1. Faktor Usia 2. Mendekati masa pensiun 3. Kurang dapat memanfaatkan perkembangan IT OUTCOME 1. Pembelajaran yang menyenangkan 2. Siswa berprestasi 3. Kenaikan pangkat 4. Guru berprestasi Motivator, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Inovator, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Aspirator dan Kendala yang dihadapi dalam proses yang dilakukan dalam PKB. Bagaimana guru sudah melaksanakan unsur-unsur tersebut di SDN 4 Metro Timur. Tentunya hal ini sangat diperlukan dukungan kepala sekolah dalam perannya sebagai seorang motivator, inovator dan aspirator bagi guru dalam pengembangan keprofesionalismenya. Output : Proses tersebut dilakukan dengan semaksimal mungkin dan diharapkan menghasilkan keluaran seorang guru profesional dan dapat bermanfaat bagi peserta didik. Outcome : Setelah dihasilkan keluaran guru professional, maka secara otomatis tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan, siswa mempunyai prestasi yang dapat dibanggakan, guru dapat mengurus kenaikan pangkatnya dan guru mampu berprestasi di bidangnya. Dalam pelaksanaan pengembangan guru tersebut, ternyata terdapat kendala dan hambatan-hambatan yang dialami khususnya dalam proses kenaikan pangkat guru, karena faktor usia dan sudah mendekati masa pensiun. Hal inilah yang sangat diperlukan peran kepala sekolah baik sebagai motivator, inovator maupun inspirator bagi guru dalam kendala kenaikan pangkatnya.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pemahaman guru-guru tentang PKB hanya sebatas pengembangan diri berupa pelatihan-pelatihan workshop, pembuatan karya ilmiah PTK merupakan bagian dari PKB. 5.1.2 Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai motivator selalu mengikutsertakan guru dalam kegiatan pelatihan, mengadakan monitoring dan supervisi, melakukan workshop PTK, menjalin hubungan yang baik dengan semua guru, mendorong guru menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran, mendatangkan staf ahli dan tutor sebaya, memberikan penghargaan reward dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan. 5.1.3 Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagai inovator sudah dilakukan dengan cukup baik adalah kepala sekolah memberikan masukanmemfasilitasi guru untuk berinovasi, menciptakan ide-ide baru dan kreatif, melakukan tindakan nyata, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif, disiplin, serta memiliki Rencana Kerja Sekolah RKS. 5.1.4 Peran kepemimpinan sebagai inspirator bagi guru sudah dilakukan kepala sekolah yaitu dengan mengadakan dialog, diskusi, tanggap terhadap permasalahan guru, kreatif dan inovatif, memanfaatkan IT untuk meningkatkan semangat guru tentang PKB untuk menumbuhkan aspirasi guru untuk melakukan pengembangan diri yang berguna untuk kenaikan pangkat, menjadikan guru yang berkualitas dan professional. 5.1.5 Permasalahan yang dihadapi di SD Negeri 4 Metro Timur dalam PKB adalah karena faktor usia dan banyak guru yang sudah mendekati masa pensiun sehingga mereka merasa sudah tidak perlu lagi untuk melakukan pengembangan diri untuk kenaikan pangkat dari golongan IVa ke golongan IVb dan tidak menguasai IT dengan baik. Dari 12 jumlah guru yang diteliti, baru 3 guru yang naik pangkat, yaitu sekitar 25 dari guru yang diteliti.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi teoritik dan praktis terhadap peran kepala sekolah dalam PKB. Kontribusi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 5.2.1 Setelah para guru memahami dan dapat melaksanakan PKB, guru dapat naik pangkat secara berkala dan dapat dilakukan secara terus-menerus. 5.2.2 Guru selalu mengembangkan dirinya dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, mengikuti seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, membuat jurnal ilmiah, karya ilmiah serta membuat bahan ajar untuk proses pembelajaran kepada peserta didik. 5.2.3 Sekolah yang diteliti dapat dijadikan contoh sekolah lain dalam pelaksanaan PKB. 5.2.4 Memberikan sumbangan kerangka teoritik dan keilmuan tentang PKB. 5.2.5 Dinas pendidikan memfasilitasi pelaksanaan PKB, sehingga tujuan mewujudkan guru profesional dapat terwujud dan dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitin, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 5.3.1 Kepala sekolah diharapkan mempunyai semangat untuk terus memberikan motivasi, inovasi dan inspirasi kepada guru dalam melaksanakan PKB. 5.3.2 Guru harus kreatif dalam melakukan PKB dan unsur-unsurnya agar menjadi guru professional. 5.3.3 Pengawas diharapkan selalu memberikan pembinaan kepada kepala sekolah dan guru agar selalu meningkatkan mutu pendidikan. 5.3.4 Kepala dinas selalu melakukan sosialisasi tentang PKB. DAFTAR PUSTAKA Akib, Haedar. 2008. Reaktualisasi Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah. Jurnal Tenaga Kependidikan Vol. 3 No. 2 Agustus. Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Ambarita, Alben. 2013. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Aqib, Zainal. 2013. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Bandung : Yrama Widya. Hamzah,Uno, B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Sartika, Ikke, D. 2002. Quality Service in Eduction. Edisi Khusus untuk Kalangan Mahasiswa. Yayasan Potensia. Bandung. Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdiknas. Dubrin, J. Andrew. 2006. The Complete Ideal’s Guides : Leadership. Edisi ke-2. Jakarta : Prenada Media. Direktorat Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Jurnal Tenaga Kependidikan. Jakarta. Eric G. Stephan R. Wayne Pace. 2002. Power Leadership.upper saddle . rever, NJ : prentice Hall.Inc. 157 Fattah, Nanang. 2004. Landasan Manajemen Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Hasibuan. H. Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara. I. Ingvarson, L.Anderson, M.Gronn.P Jackson. A. 2006. Standards for school leadership : A Critical Review Of The literature. M. Al-Bahri, Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya. PT. Arloka. Miles, B.M. Huberman, M.A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Rohani, R.T. Jakarta : Universitas Indonesia. Moleong J., Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB Buku 1. Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Peterson, K. 2002. The professional development of principals: Innavations and opportnitiens.Educational administration quarterly, 38 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta : Novindo Pustaka Mandiri. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit. Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas RI No.13 tahun 2007 tentang Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator. Rahman. 2006. Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung : Aloaprint. Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. 2009. Education Management. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Rusman. 2011. Model-Model Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada.