Kemudahan proses distribusi membuat masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dengan

JAKARTA – Konektivitas transportasi yang memadai menjadi prasyarat bagi kemajuan dan kualitas bangsa dan negara untuk bisa bersaing dengan negara dan bangsa lain. Sistem dan konektivitas transportasi yang memadai juga dapat meningkatkan devisa dan pendapatan negara, mempermudah alur distribusi barang dan jasa sehingga mempermudah masyarakat dan pelaku usaha dapat mendistribusikan barang dan jasa lebih efektif dan efisien.

Beberapa negara seperti Hongkong, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara maju lainnya di Asia telah mengubah paradigma baru tentang transportasi, yaitu transportasi yang terkoneksi dan terintegrasi dengan baik dari titik ke titik yang lain, dari satu wilayah ke wilayah yang lain.

Hongkong misalnya, negara ini telah lama merancang sistem transportasi yang terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, khususnya di sektor industri, jasa dan pariwisata. Sebagian besar wilayah di Hong Kong sudah dapat dijangkau oleh Mass Transit Railway (MTR), yang dengan sangat cepat melakukan pemindahan dan mobilisasi manusia dari satu wilayah ke wilayah yang lain dengan mudah. Wilayah yang tak terjangkau MTR tetap bisa dicapai dengan bus, trem, atau taksi. Bahkan, antarpulaunya juga terkoneksi dengan baik lewat layanan feri. Berkat sistem transportasi yang terkoneksi itu, masyarakat bisa bepergian, dan distribusi logistik dapat dengan mudah dilakukan dan bertransportasi terasa sangat nyaman di Hong Kong.

Di negara-negara maju Asia lainnya paradigm baru tentang konektivitas transportasi begitu menggebu-gebu, yaitu membangun sistem transportasi terpadu dan terkoneksi satu dengan lainnya sehingga terintegrasi dalam kesatuan sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien. Beberapa pemimpin negara maju sejak awal telah menyadari bahwa daya saing sebuah negara ditentukan oleh sejauhmana sistem transportasinya terkoneksi dan terintegrasi secara efektif dan efisien.

Langkah Indonesia

Meski tertinggal dari negara-negara lain yang sudah lebih dulu maju di dunia, bahkan di Asia, langkah Indonesia untuk kembali memperbaiki dan menata infrastruktur transportasinya patut dibanggakan. Dalam satu dekade terakhir upaya pembangunan dan pengembangan infrastrtur transportasi dilakukan secara masif untuk menopang berkembangtumbuhnya kebutuhan masyarakat Indonesia.

Upaya mengintegrasikan sektor transportasi yang efektif dan efisien terus dilakukan, demikian juga konektivitas transportasi dari satu titik ke titik yang lain, dari satu wilayah ke wilayah yang lain.

Di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki negara dan luasnya jangkauan wilayah Indonesia, strategi disain konektivitas transportasi diarahkan pada prioritas konektivitas transportasi yang mendukung pengembangan potensi ekonomi wilayah dan kelancaran logistik.

Kementerian Perhubungan terus berupaya membangun dan mengembangkan transportasi untuk kelancaran logistik, karena dapat menjadi penopang bangkitnya perekonomian Indonesia mendatang. Bahkan di tengah situasi pandemi Covid-19 yang meluluntahkan rencana-rencana strategis perekonomian global, Indonesia juga tak luput dari dampak tersebut.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, seperti yang telah dikutip oleh berbagai media nasional, saat menjadi narasumber webinar bertema “Transportasi Untuk Kelancaran Logistik dan Kemajuan Ekonomi di Masa Pandemi” yang dilakukan Kemenhub awal pekan lalu mengungkapkan, pihaknya ingin mengkampanyekan pentingnya konektivitas transportasi memacu pertumbuhan ekonomi dan melancarkan laju distribusi logistik.

Transportasi untuk Kelancaran Distribusi Logistik

Transportasi logistik adalah darah dari semua kegiatan manusia Indonesia dan menjadi lokomotif serta penopang sektor lainnya untuk terus bergerak.

Budi Karya Sumadi mengungkapkan, di tahun ini arus logistik mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada periode Leba­ran kemarin saja, arus logistik naik 60 persen. Terutama pada pengiriman yang bersifat last mile delivery atau pengiriman langsung ke konsumen melalui jasa pengiriman atau moda ojek online.

Di tengah pandemi yang masih menggejala ini, tugas yang diemban oleh Kementerian Perhubungan adalah memastikan transportasi logistik terus dan tetap berjalan dengan baik untuk menopang ketahanan energi, pangan dan kegiatan di berbagai sektor lainnya sehingga ekonomi tetap bertumbuh dan bangkit, untuk mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik.

Pandemi Dapat Diselesaikan, Perekonomian Dapat Ditingkatkan

Menhub, menyitir arahan yang telah diberikan Presiden Joko Widodo, mengatakan, dalam menghadapi pandemi, Pemerintah di satu sisi berupaya menangani pencegahan penyebaran virus Covid-19, namun di sisi lain upaya membangkitkan perekonomian harus terus dilakukan.

Berbagai regulasi dan aksi telah dilakukan Kemenhub, antara lain kebijakan subsidi angkutan penumpang, subsidi angkutan logistik, revitalisasi dan pembangunan infrastruktur transportasi untuk meningkatkan konektivitas transportasi di berbagai wilayah.

“Aktivitas sektor logistik harus tetap berjalan, meski di tengah pandemi sekalipun” cetus Menhub.

Kemenhub, lanjut Budi Karya, terus membangun dan mengembangkan jaringan transportasi yang memadai agar distribusi logistik dapat berjalan lebih baik, lebih efektif dan lebih efisien.

Ia mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan di sektor transportasi tetap konsisten mewujudkan konektivitas transportasi yang memadai untuk mendukung kelancaran angkutan dan distribusi logistik di Indonesia, dengan konsisten menerapkan protokol kesehatan yang baik.

Dengan upaya tersebut, Menhub optimis perekonomian nasional akan segera bangkit.

Staf Khusus Menhub Bidang Komunikasi dan Bidang Komunikasi dan SDM Adita Irawati, salah satu peserta panel dalam webinar tersebut mengemukakan, konektivitas transportasi yang baik dapat melancarkan arus pergerakan manusia dan distribusi logistik ke seluruh wilayah Indonesia sampai ke daerah terpencil, terluar, tertinggal dan perbatasan (3TP) Indonesia dengan baik.

Adita berpendapat, perlu kolaborasi dan integerasi dalam membangun sistem dan konektivitas transportasi, tidak hanya secara fisik infrastrukturnya, tetapi juga integrasi teknologi dengan melakukan digitalisasi sistem baik perizinan maupun pelayanan lainnya.

Kemenhub, lanjut Adita, telah melakukan pemetaan dan strategi agar sektor logistik memiliki peran signifikan dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, dengan strategi, pertama, mengurangi biaya logistik dengan memotong rantai pasokan yang dapat membebani biaya logistik, melalui perbaikan proses bisnis kinerja dan menciptakan ekosistem logistik nasional yang terintegrasi. Kedua, mengembangkan sistem transportasi yang lebih terintegrasi dengan kawasan industri dan terintegrasi dengan moda transportasi lain. Adita memisalkan, perlunya integrasi transportasi antara tol laut (jalur laut) dengan jembatan udara (jalur udara) agar distribusi logistik dapat mencapai aerah pedalaman Papua.

Ketua Dewan Pakar Asosiasi Logistik Indonesia, Nofrisel, mengomentari besaran biaya logistik di Indonesia yang masih tergolong besar. “Biaya logistiknya besar, mencapai hampir 40% dari total biaya,” jelasnya.

Menurut Nofrisel, pembangunan infrastruktur transportasi, pembenahan pelabuhan dan kegiatan yang terkoneksi dengan kegiatan industri akan memberikan dampak langsung dengan kemudahan mendapatkan barang dan jasa. “Kami menyampaikan apresiasi yang luar biasa kepada Kementerian Perhubungan karena apa yang sudah dilakukan sudah sangat luar biasa dalam mendukung sektor logistik,” jelas Nofrisel.

Pelaku usaha, yang juga selebritis, Indra Bekti, dalam uraiannya di webinar tersebut berharap konektivitas transportasi yang saat ini terus dibangun dan dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan telah berdampak dalam biaya operasional usaha yang makin efisien.

“Jika biaya transportasi dapat terus ditekan, harga barang menjadi lebih efisien, dan masyarakat akan mendapatkan harga yang lebih baik serta pengusaha tetap mendapatkan keuntungan tanpa harus menaikan harga barang yang terlalu tinggi untuk menutupi biaya transportasi,” cetusnya. (IS/AS/HG/HT/JD)

Sembako atau Sembilan Bahan Pokok merupakan istilah yang sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia dan sangat dekat dengan kebutuhan sehari-hari. Sembako adalah hal yang dibutuhkan manusia secara luas dalam kegiatan pemenuhan kebutuhannya atas pangan. Secara khusus, istilah sembako ini memang hanya akrab di lingkungan masyarakat Indonesia dan tidak digunakan untuk negara lain karena istilah ini diciptakan oleh Pemerintah Indonesia sendiri. Tepatnya melalui Kementerian Industri dan perdagangan pada tahun 1998 lalu.

Pemerintah telah mematenkan sembilan bahan pokok berupa bahan pangan dalam sebuah keputusan, yaitu Peraturan Kementrian Industri dan Perdagangan No. 15/MPP/Kep/2/1998 pada tanggal 27 Februari 1998. Para pengusaha pangan, baik produsen maupun distributor dilarang menyimpan barang kebutuhan pangan dalam jumlah waktu tertentu ketika terjadi kelangkaan produk, gejolak barang, atau hambatan distribusi perdagangan. Hal ini diatur dalam Pasal 29 ayat (1) UU Perdagangan. Segala peraturan tersebut dibuat agar menghindari adanya penimbunan barang yang akan menyulitkan konsumen dalam memperoleh barang kebutuhan pokok.

Distributor Sembako Diatur Undang-undang

Mengenai perusahaan konsumsi atau perusahaan pangan dengan objek sembako, pemerintah mengatur dalam Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 mengenai Wajib Daftar Perusahaan. Artinya setiap perusahaan yang bergerak di bidang konsumsi pangan harus tercatat secara resmi dan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebelum melaksanakan operasional perusahaannya, perusahaan harus mendapatkan pengesahan dari pejabat yang berwenang tempat perusahaan tersebut terdaftar. 

Sembako merupakan bahan kebutuhan yang terdiri atas berbagai bahan-bahan makanan dan minuman maupun bahan lainnya yang secara umum sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Sesuai dengan keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No. 15/MPP/Kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1988, sembako terdiri atas Beras atau Sagu, Jagung, Sayur-sayuran dan buah-buahan, Daging, Susu, Gula pasir,  Garam yang mengandung Yodium, Minyak goreng dan margarin, serta Minyak tanah atau gas elpiji.

Dari sisi ekonomi, permintaan barang-barang sembako bersifat inelastis yang berarti mengalami perubahan harga namun tidak akan banyak mempengaruhi tingkat permintaan produk oleh konsumen. Jika harga produk sembako naik naik secara signifikan, maka sebagian konsumen akan beralih ke produk serupa sebagai produk pengganti (substitusi).

Baca juga : Sumber Pangan Sehari-Hari, Memahami Distribusi Perdagangan Beras Di Indonesia

Sistem Distribusi Sembako di Indonesia

Kemudahan proses distribusi membuat masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dengan
source : www.freepik.com

Agar tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran sembako dapat segera tercapai, maka setiap perusahaan atau produsen sembako harus melakukan kegiatan distribusi, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun saat ini aktivitas distribusi cenderung dilakukan secara tidak langsung dengan melibatkan pihak ketiga. Namun, dengan sistem distribusi yang digunakan, maka penyaluran sembako bisa sampai ke tangan konsumen pada waktu yang tepat.

Sejak bangsa ini berdiri, sistem distribusi sembako telah melibatkan banyak partisipan atau perusahaan yang melakukan semua fungsi yang dibutuhkan untuk menyampaikan sembako ke pembeli akhir. Saluran distribusi yang digunakan terdiri dari serangkaian lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan sembako dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Dengan peraturan perusahaan yang bertindak sebagai distributor sembako, maka terjadi ikatan yang saling menguntungkan antara produsen, konsumen, dan distributor itu sendiri.

Jika dilihat dari objek yang didistribusikan, maka distribusi sembako termasuk dalam saluran distribusi barang konsumsi karena bertujuan untuk memperoleh penjualan penjualan barang konsumsi dan ditujukan untuk pasar konsumen. Pada umumnya, sembako dijual melalui banyak perantara supaya bisa menekan biaya pencapaian pasar yang luas dan menyebar yang tidak mungkin dicapai oleh produsen. 

Dalam menyalurkan sembako, terjadi saluran distribusi langsung dan distribusi tidak langsung. Distribusi langsung terjadi jika produsen sembako langsung menjual produknya kepada konsumen akhir. Kondisi ini biasanya terjadi pada petani-petani kecil yang menanam beras, sagu, jagung, atau pekebun kelapa yang membuat minyak goreng sendiri. Petani-petani tersebut langsung menjual hasil panennya kepada konsumen akhir tanpa peran serta perantara sama sekali. 

Beberapa produsen ada juga yang memutuskan untuk menjual kepada pengepul, sehingga dalam hal ini terjadi saluran distribusi tidak langsung. Seiring peraturan pemerintah untuk keadilan dan pemerataan sembako, saat ini saluran distribusi tidak langsung lebih sering dilakukan. Saluran distribusi tidak langsung lebih cocok untuk negara Indonesia yang berpulau-pulau dan setiap daerah memiliki potensi alam yang berbeda. Dengan adanya saluran distribusi tidak langsung, maka daerah yang kurang suplai sembako akan mendapatkan kebutuhan yang sama seperti daerah-daerah yang memiliki potensi sembako cukup tinggi. 

Proses penyaluran distribusi bisa panjang atau pendek sesuai dengan kebutuhan pendistribusiannya. Namun secara umum, saluran distribusi sembako akan melibatkan produsen, pengepul (perusahaan distributor), sub agen, toko ritel/kelontong, kemudian konsumen. 

Baca juga : Distribusi Menjadi Masalah Besar Di Negara Kepulauan

Prinsip Distribusi Sembako

Kemudahan proses distribusi membuat masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dengan
source : www.freepik.com

Peranan para perusahaan distributor sembako di Indonesia sangat penting, khususnya jika dilihat dari peran dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk di Indonesia. Maka dari itu, tidak heran jika pemerintah membuat kebijakan pangan, baik dari produk maupun perusahaan yang memproduksinya. Setiap kebijakan diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan dan mengurangi ketergantungan pangan terhadap negara lain. 

Pendistribusian sembako saat ini bagaikan deret hitung yang akan sangat tampak karena pertumbuhan penduduk bangsa Indonesia yang terus naik. Jika tidak disertai dengan kenaikan produksi pangan, maka akan berpeluang menghadapi persoalan pemenuhan kebutuhan pangan penduduk di masa yang akan datang. Kebutuhan pangan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, tidak semua kebutuhan pangan dapat dipenuhi karena kapasitas produksi dan distribusi pangan semakin terbatas. Pada akhirnya terjadi ketidakstabilan pangan antara kebutuhan dan pemenuhannya secara nasional.

Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan pangan seperti sembako menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara. Pastinya, pemerintah menginginkan agar tidak selalu tergantung pada impor pangan dari negara maju. Ketergantungan suatu negara akan impor pangan akan mengakibatkan pengambilan keputusan atas segala aspek kehidupan menjadi tidak bebas atau tidak lagi merdeka. Selanjutnya negara akan menjadi tidak berdaulat secara penuh.

Baca juga : Mengenal Sistem Distribusi Yang Cepat Dan Efisien

Prinsip sistem distribusi sembako diharapkan bisa membantu agar kebutuhan pangan terpenuhi dan mengurangi ketergantungan atas impor pangan dari negara maju. Perusahaan distributor diharapkan bisa mengendalikan kondisi supaya kebutuhan pangan bagi rumah tangga bisa tercukupi, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Untuk keberhasilan tersebut, maka ada beberapa prinsip sistem distribusi sembako yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

  • Menjadikan rumah tangga sebagai unit perhatian terpenting untuk pemenuhan kebutuhan pangan nasional, komunitas, dan individu.
  • Ikut serta dalam kewajiban bernegara untuk menjamin hak-hak setiap warga negara atas pangan yang terhimpun dalam satuan masyarakat. 
  • Menjamin hak masyarakat dari yang terkecil untuk mendapatkan pangan bagi keberlangsungan hidup masing-masing.
  • Menjamin ketersediaan pangan yang mencakup aspek ketercukupan jumlah sembako dan terjamin mutunya (food quality).
  • Memberi dukungan terhadap produksi pangan atau sembako.
  • Menaksir dan menentukan jumlah kebutuhan pangan.
  • Ikut dalam proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, atau mengubah bentuk pangan.
  • menjamin mutu pangan yang nilainya ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan sembako.
  • Menjamin keamanan pangan (food safety) sebagai cara untuk mencegah sembako dari kemungkinan pencemaran biologis, kimia, dan benda lain yang bisa mengganggu, merugikan, dan membahayakan keadaan konsumen.
  • Melakukan pemerataan pangan sebagai dimensi penting keadilan pangan bagi masyarakat yang ukurannya sangat ditentukan oleh derajat kemampuan negara. 
  • Menjamin hak pangan warga negara melalui sistem distribusi produksi dan distribusi sembako. 
  • Menjamin hak pangan bagi setiap rumah tangga tanpa terkecuali.
  • Menjangkau pangan dan mempresentasikan kesamaan derajat dengan keleluasaan akses dan kontrol yang dimiliki.

Aplikasi SimpliDOTS dalam Membantu Distributor Sembako

Sistem distribusi Sembako dan bahan pangan di Indonesia memang cukup unik. Saat ini, perkiraan ada 60% sampai dengan 70% transaksi ritel masih terjadi di toko tradisional/kelontong. Kondisi ini tidak heran karena Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga produsen tidak mungkin bisa bertanggung jawab atas distribusi produk untuk ke pelosok. Kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Palembang, Semarang, dan Surabaya mungkin sudah memiliki akses langsung ke pabrik. Sedangkan, beberapa kota besar hanya menjadi pusat distribusi sembako untuk pulau sendiri. Misalnya, Banjarmasin untuk pulau Kalimantan, Jayapura untuk pulau Papua, Makassar untuk pulau Sulawesi, dan Padang untuk sumatera.

Sementara itu, di kota-kota kecil, masih ada ketergantungan untuk menjual produk sembako di toko kelontong yang sebagian besar masih dikelola pribadi oleh perorangan atau sekelompok penduduk setempat. Di satu kota mungkin ada ratusan atau bahkan ribuan toko dengan pemilik yang berbeda. Artinya, agar produsen bisa menjual produk sembako di semua toko tersebut, maka membutuhkan sejumlah distributor karena sulit untuk dipantau sendiri. Di beberapa daerah justru ada yang menggunakan sub-distributor untuk menjadi perantara antara distributor dan toko (ritel).

Untuk memaksimalkan kinerja perusahaan distribusi dikelola, maka setiap pengusaha atau distributor membutuhkan sebuah sistem/aplikasi yang bisa melibatkan banyak pihak secara terintegrasi. Perusahaan distribusi sembako memerlukan strategi yang jelas dan kuat disertai dengan komunikasi yang padat. Komunikasi yang lemah dalam saluran distribusi sembako justru akan menyebabkan kesenjangan dan kelebihan stok persediaan. 

Tanpa sistem atau aplikasi yang baik akan terjadi banyak kendala dalam pendistribusian sembako. Misalnya jika stok langka, maka akan merangsang fluktuasi harga. Begitu pula jika inventaris berlebih, maka dapat memicu beberapa masalah, seperti biaya penyimpanan yang mahal, kerentanan terhadap kerusakan produk, dan produk bisa kadaluarsa. Untuk menghindari semua itu, dibutuhkan Aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA) yang akan menjamin usaha distributor sembako bisa berjalan lancar. Berikut ini, beberapa keuntungan yang akan didapatkan perusahaan distribusi sembako jika menggunakan aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA).

baca juga : Manfaat DMS Pada Manajemen Sistem Distribusi Di Era Teknologi 4.0

Keunggulan SimpliDOTS dalam Distribusi Sembako

1. Kemudahan dalam Mengelola Sales Order 

Masih banyak distributor sembako yang mencatat pesanan di papan klip atau menggunakan formulir pemesanan dari kertas. Beberapa perusahaan distributor sembako lainnya sudah menggunakan formulir pemesanan dalam format PDF dan excel spreadsheet. Tetapi, metode-metode tersebut masih rentan terhadap manipulasi data dan arus informasi yang sangat lambat. Untuk mempercepat pemrosesan pesanan, perusahaan distribusi sembako perlu mempertimbangkan untuk mengatur dan mengotomatisasikannya dengan Workforce Management System yang ada pada aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA). 

Setiap dokumen yang terkait akan mudah disinkronkan dan dikompilasi dengan aman ke database sehingga setiap order dapat segera ditindaklanjuti. Dokumen yang masuk ke sistem akan terekam dan tersimpan. Tenaga penjual atau tim sales bisa setiap saat memperbaharui dan mengakses informasi tentang produk dari perangkat seluler dengan lebih mudah dan cepat.  

2. Kemudahan dalam Mengontrol Persediaan Stok Barang

Kemudahan proses distribusi membuat masyarakat dapat memperoleh kebutuhan dengan
source : www.freepik.com

Perusahaan distribusi sembako tidak akan mendatangkan keuntungan jika pengelolaan stok inventori tidak dilakukan dengan baik. Ada berbagai jenis manajemen inventori yang biasanya digunakan perusahaan distributor sembako seperti mengisi kembali begitu tingkat stok mencapai batas minimum. Ada juga yang menyimpan safety stock atau stok cadangan pada produk sembako tertentu untuk jaga-jaga kalau ada demand yang melonjak, namun tetap dengan jumlah maksimal yang diatur pemerintah. 

Ada juga beberapa perusahaan distributor sembako yang hanya mengirimkan barang pada tanggal pengiriman tertentu. Akan tetapi, cara tersebut tidak memungkinkan untuk memprediksi permintaan supaya tidak akan ada barang yang sia-sia di gudang. 

Aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA) akan melacak inventori yang masuk dan keluar secara teratur akan membantu manajemen untuk mengkoordinasikan level stok gudang dengan lebih baik. Sistem Manajemen Gudang akan lebih mudah dalam melacak produk dan dapat menghasilkan berbagai perkiraan pasar berdasarkan analisis musim sebelumnya. Dengan SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA), perusahaan distribusi sembako bisa menentukan strategi manajemen persediaan yang dinilai paling tepat dan layak diaplikasikan. 

Baca juga : Mengenal Sistem Distribusi Sebagai Aspek Dari Pemasaran

3. Menyediakan Grafik Sederhana

Tidak jarang didapati perusahaan distribusi sembako masih mengkompilasi data dengan format yang dibuat sendiri pada tabel excel. Padahal, cara ini justru akan menyebabkan banyak kesalahan dalam menginterpretasi analisis. Dengan aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA), manajemen akan mudah mengkompilasi semua data menjadi grafik sederhana yang terstandarisasi sehingga mudah dipahami oleh setiap pihak yang membutuhkan. Perusahaan juga akan mudah merefleksikan kembali metrik untuk membuat strategi sistem yang lebih baik.

4. Kemudahan untuk Pelanggan Loyal

Sembako merupakan bahan pokok yang akan terus dicari meskipun harga cenderung naik. Artinya, pelanggan akan datang lagi untuk membeli produk serupa. Dengan aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation, pelanggan akan diberi kemudahan untuk untuk kembali belanja produk yang diinginkan. Pelanggan bisa melakukan pemesanan barang tanpa harus antri, melainkan hanya melalui aplikasi. Pelanggan juga bisa mendapatkan informasi promo secara real-time, melakukan pengecekan history delivery, dan melakukan pembayaran sehingga tidak ada kesalahan dalam setiap detail transaksi. 

Salah satu keberhasilan suatu bisnis adalah kemampuan dalam mempertahankan loyalitas pelanggannya. Begitu pula dengan bisnis distribusi sembako yang pasti loyalitas pelanggan harus diutamakan. Dengan kemudahan fitur dalam aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA), kepercayaan pelanggan akan meningkat dan image usaha menjadi lebih baik.

SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA) merupakan aplikasi yang sangat penting untuk meningkatkan penjualan perusahaan Anda. Bagi Anda yang memiliki bisnis di bidang distribusi sembako, sangat penting bagi Anda untuk memfasilitasi tenaga penjual dengan aplikasi ini. Tersedia layanan free trial selama 14 hari aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA), daftar sekarang di sini.

Baca juga : SFA / Sales Force Automation Solusi Bisnis Distribusi