Keluarga yang disiksa oleh keluarga Abu Jahal adalah

SUMAYYAH binti Khayyath adalah seorang budak milik Abu Hudzaifah bin Mughirah. Ia dikawinkan tuannya tersebut dengan seorang perantau dari Yaman yang kemudian menetap di Makkah, Yasir bin ‘Amir. Abu Hudzaifah memang bersahabat dengan Yasir bin Amir. Dari perkawinannya ini, lahirlah Ammar bin Yasir, salah seorang sahabat yang mempunyai tempat khusus di hati Nabi SAW sehingga Beliau seringkali memujinya.

Sumayyah, atau lebih dikenal dengan nama Ummu Ammar, bersama suami dan anaknya termasuk dalam kelompok yang mula-mula memeluk Islam. Keadaannya sebagai orang miskin dan budak, membawanya kepada penyiksaan kaum kafir Quraisy karena pilihannya tersebut. Sumayyah ditimbun dengan pasir yang panas, kemudian dicambuk secara bengis dengan sepenuh kekuatan, tetapi yang keluar dari mulutnya hanya perkataan ‘Ahad, Ahad’, seperti halnya yang dilakukan oleh Bilal.

Penyiksaan yang dilakukan Abu Jahal di hadapan suami dan anaknya itu dimaksudkan agar mereka menjadi takut dan iba, sehingga melepaskan kembali keislamannya. Tetapi keteguhan iman dan kesabaran yang telah merasuk ke dalam jiwa, tidak menjadikan Sumayyah goyah, bahkan kata-kata tauhid itu terus keluar dari mulutnya. Dan terkadang ia melakukan cacian terhadap berhala-berhala orang Quraisy sesaat, kemudian kembali berucap, “Ahad-ahad!”

Berhari-hari penyiksaan tersebut berlangsung, pernah suatu saat Abu Bakar RA melewatinya, dan bermaksud menebus atau membeli mereka, tetapi Abu Jahal menolaknya, dan bertekad menyiksa keluarga Yasir ini sampai mati jika tidak kembali kepada agama jahiliahnya. Ketika Rasulullah SAW melewati keluarga yang sedang disiksa olehAbu Jahal ini, Beliau bersabda, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, janji Allah untuk kalian adalah surga. Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, karena mereka telah berbuat…”

Abu Jahal makin meningkatkan siksaannya, bahkan mengancamnya dengan kematian, tetapi Sumayyah justru berkata, “Mampuslah engkau wahai musuh Allah, karena Rasulullah ﷺ telah menjanjikan aku dengan surga, aku lebih memilih mati daripada melihat tampangmu…”

Makin mendidih saja kemarahan Abu Jahal oleh sikap perempuan budak tersebut, apalagi ia malah merendahkan harga dirinya dan tidak mau tunduk. Tanpa sadar tangannya meraih tombak yang dibawa budaknya, dan menghunjamkannya ke tubuh Sumayyah, hingga tembus dari selangkangannya hingga punggungnya. Senyum mengembang mengiring lepasnya nyawa dari jasad Sumayyah. Ia menjadi manusia pertama yang syahid di jalan Islam, syahid untuk mempertahankan keyakinannya yang teguh kepada Allah dan RasulNya yang tidak bisa dibeli dan diganti dengan seisi dunia sekalipun.

Sebagian riwayat menyebutkan, kedua tangannya diikat pada seekor kuda (atau dua ekor kuda), begitu juga dengan dua kakinya, diikatkan pada seekor kuda (atau dua ekor kuda). Kemudian Sumayyah dipaksa oleh Abu Jahal untuk kembali kepada agama jahiliahnya, atau diancam akan dibunuh dengan cara yang sangat mengerikan. Sumayyah hanya mengucapkan perkataan tauhid ‘Ahad, Ahad’, bahkan kemudian mencaci-maki Abu Jahal. Maka dua ekor kuda tersebut (atau empat ekor kuda), dipacu dengan keras dan berlari ke arah yang berlawanan. Tubuh Sumayyah terpotong tidak karuan sehingga ia tewas seketika. Namun demikian tampak sesungging senyum di bibirnya yang telah kaku.[]

Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar

MONITORDAY.COM - Sabar, demikian sabda Rasulullah ﷺ, setiap kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka. Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat selain sabar sampai mati. Sabar yang demikian membuat para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.

Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah ﷺ berdo’a kepada Allah dalam menghadapi penindasan ini. Mendengar ini, Rasulullah duduk dengan wajah merah padam seraya bersabda,

“Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang disisir badannya dengan sisir besi hingga dagingnya mengelupas dan terlihat tulang-tulangnya. Akan tetapi, ia tetap teguh memegang keyakinannya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menyempurnakan urusan ini sampai seorang penunggang kuda berjalan dari Shan’a ke Hadramaut dan ia tidak takut kecuali kepada Allah. Ingatlah, serigala akan tetap ada di tengah-tengah gembalaan, hanya saja kalian lengah.”

Sumayyah adalah ibu Ammar bin Yasir. Beserta suami dan anaknya, Sumayyah disiksa karena mengikuti ajaran Rasulullah. Ia diseret di jalan-jalan Kota Mekah, lalu dilempar ke padang pasir.

“Pukuli dia! Pukuli dia sekuat-kuatnya!” Perintah Abu Jahal.

Sumayyah pun dipukuli sampai pingsan. Kejadian ini dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari. Namun, semakin sakit tubuhnya, iman Sumayyah malah semakin tinggi.

“Engkau mengikuti Muhammad karena tertarik pada ketampanannya!” ejek Abu Jahal.

“Tidak,” geleng Sumayyah,
“Aku mengikuti Rasulullah karena percaya pada apa yang beliau sampaikan. Aku mengikuti Rasulullah karena beliau mengajarkan ada Tuhan yang lebih patut disembah daripada berhala-berhala kalian!”

Akhirnya, kesabaran Abu Jahal pun habis. Dia mengambil tombak dan menusuk Sumayyah.

Sumayyah tercatat dalam sejarah sebagai perempuan muslim pertama yang syahid (syahidah) karena membela Islam.

Surga Untuk Keluarga Yasir

Ketika Rasulullah ﷺ menyaksikan Yasir, Sumayyah dan putra Yasir yang bernama Ammar disiksa habis-habisan, beliau bersabda, “Sabar wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah surga.”

Penebusan

Melihat saudara-saudara baru mereka disiksa demikian kejam, Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan semua orang kaya yang beriman segera bertindak. Abu Bakar mendatangi Umayyah bin Khalaf yang sedang menyiksa Bilal.

“Bebaskan dia,” pinta Abu Bakar.

“Tidak!” Cibir Umayyah.
“Engkau dan temanmu telah meracuni pikirannya! Justru aku yang minta kamu menghentikan pengaruh jahatmu terhadap budakku ini!”

Abu Bakar merasa bahwa hati Umayyah tidak mungkin dibujuk lagi, maka dia segera mengajukan penawaran.

“Kubeli Bilal darimu! Lihat, ini lima uqiyah emas! Ambil uang itu, dan berikan Bilal kepadaku!”

Dengan seringai penuh kemenangan, Umayyah menyambar uang-uang emas itu.

“Wahai Abu Bakar! Andaikata engkau menawar satu uqiyah saja, sudah tentu aku menjualnya! Dia sudah tidak berharga lagi bagiku!”

Wajah Abu Bakar memerah, bukan karena marah, melainkan karena dipenuhi rasa bahagia bisa menolong saudaranya yang tertindas.

“Jangan hanya lima uqiyah” ujar Abu Bakar sepenuh hatinya, “Andaikan engkau menjual seratus uqiyah pun, aku akan tetap membelinya!”

Kini giliran wajah Umayyah yang memerah. Terbayang keuntungan yang akan didapatnya seandainya ia menawar lebih tinggi lagi.

Abu Bakar yang baik hati kemudian membebaskan Bilal. Tidak berhenti sampai di situ, beliau pun terus menggunakan hartanya untuk membebaskan lima kaum muslimin lain yang tengah disiksa. Budak terakhir yang dibebaskan adalah budak milik Umar bin Khattab.

Orang-orang Quraisy mengejek Abu Bakar, “Alangkah sia-sianya Abu Bakar itu! Dia membuang-buang uang untuk membebaskan orang!”

Namun, semangat Abu Bakar justru membakar kaum muslimin lain untuk turut berusaha keras membebaskan saudara-saudara mereka.

Advertising

Advertising

MALANGTIMES - Pada masa perjuangan mengajarkan Islam, Rasulullah SAW dan para sahabat memiliki banyak tentangan. Salah satu musuh yang sangat luar biasa dalam menghalangi ajaran Islam adalah sosok Abu Jahal.

Dalam berbagai riwayat tercatat, Abu Jahal memiliki beberapa peran dalam menghalangi ajaran Islam. Salah satu kisahnya adalah ketika ia memaksa Sahabat Rasulullah SAW yaitu Ammar bin Yasir untuk menjadi kufur, bahkan mengakui seekor unta sebagai Tuhannya.

Baca Juga : Kisah Pejuang Perempuan yang Lindungi Rasulullah SAW hingga Lehernya Tersabet Pedang

Ustadz Khalid Basalamah dalam sebuah kajian menyampaikan, peristiwa itu bermula ketika Abu Jahal menyiksa keluarga Ammar bin Yasir. Saat itu, ibu Ammar disiksa dengan diikat dan ditusuk beberapa kali.

Melihat itu, Yasir yang merupakan ayah dari Ammar sama sekali tak gentar dengan berbagai ancaman Abu Jahal. Yasir pun semakin mencaci maki Abu Jahal. Hingga pada akhirnya Abu Jahal menendang dan menyiksa Yasir hingga mati sahid.

Setelah membunuh ke dua orang tua Ammar, Abu Jahal mendatangi Ammar bin Yasir dan berkata, “Wahai Amar, kau telah melihat ayah dan ibumu aku siksa. Aku akan membunuhmu lebih hebat daripada ayah dan ibumu. Aku akan bakar dan kuliti tubuhmu. Kecuali engkau mencaci maki Muhammad dan memuji Tuhan kami.”

Beberapa riwayat menyampaikan jika saat itu Amar tidak tahan dan berkata, “Baiklah Hubal (nama Tuhan mereka) yang agung.”

Lalu sebagian riwayat lagi menyebut jika Amar bin Yasir telah disiksa terlebih dulu. Di beberapa bagian tubuhnya mulai dari kaki hingga kepalanya ditempeli bara api sehingga terasa sangat sakit. Maka Ammar berkata, “Hubal yang agung.”

Saat dia mengatakan itu, maka api ditarik oleh Abu Jahal. Dia pun berkata jika dia belum puas sampai Ammar bin Yasir mengatakan jika unta adalah Tuhannya. Maka Ammar pun mengatakan jika unta itu adalah Tuhannya.

Maka saat itu Abu Jahal meninggalkan Ammar dalam kondisi kesakitan. Ammar kemudian menyesal karena tak mengikuti jejak orangtuanya yang disiksa sangat luar biasa.

Dengan penuh penyesalan itu, Ammar merangkak menuju Rasulullah SAW bersama lukanya yang parah. Lalu Amar berkata, “Ya Rasulullah SAW, binasa ini.”

Baca Juga : Gus Baha: Problem Kita Sekarang ini Biasa Didikte Orang Bodoh

Rasulullah SAW mencoba menenangkan Ammar dan meminta sahabat membersihkan setiap luka di tubuh Ammar.

Setelah Ammar tenang, dia berkata “Ya Rasulullah SAW, begini yang dilakukan musuh Allah SWT, Abu Jahal kepada kami. Ibu saya sudah mati, ayah saya sudah mati, lalu saya disiksa dan saya mengucapkan kalimat tadi.”

Lalu Rasulullah SAW berkata kepada Ammar, “Apakah hatimu ikut-ikutan seperti itu? Memuji Tuhan mereka dan menganggap unta sebagai Tuhanmu?”

Ammar bin Yasir pun menjawab dengan tegas, “Tidak ya Rasulullah SAW. Sama sekali tidak.”

Maka Rasulullah SAW berkata, “Kalau seandainya mereka kembali melakukan besok hari, maka ulangi apa yang kau lakukan.”

Pada saat itu turun firman Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 106 kepada Ammar ra yang berbunyi, “Kecuali orang-orang yang dipaksa kufur, tapi hatinya tetap dalam keimanan, maka mereka tidak berpengaruh keluar dari Agama Islam.”