February 7, 2015 by ivan andriansyah - dibaca 5269 kali RINGKASAN MATERI UJIAN AKHIR SEMESTER I.KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA 1. Kedudukan Bahasa Indonesia Yang dimaksud kedudukan bahasa Indonesia adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan. Bahasa Indonesia dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, sedangkan bahasa daerah berkedudukan sebagai bahasa daerah yang bersangkutan. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: 1) bahasa resmi kenegaraan; 2) bahasa pengantar di dunia pendidikan; 3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pemerintah; 4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. II. Fungsi Bahasa Indonesia Yang dimaksud dengan fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa di dalam kedudukan yang diberikan padanya Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yaitu: 1) sebagai alat pemersatu bangsa; 2) Sebagai medium dalam pembinaan kebudayaan nasional Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara: 1) sebagai alat untuk menjalankan administrasi negara. Fungsi ini tampak dalam surat menyurat resmi, dalam peraturan-peraturan, undang-undang, pidato resmi, serta dalam upacara kenegaraan; 2) sebagai bahasa pengantar pada semua jenjang pendidikan formal; 3) menjadi pengantar dalam hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Dari uraian kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia di atas, diharapkan para pemakai bahasa dapat menerapkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik bermakna penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi komunikasi. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar berarti bahasa yang digunakan itu tetap mengindahkan norma-norma atau kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Dalam hal ini berarti penggunaan bahasa Indonesia tidak saja ditentukan oleh faktor linguistik (kebahasaan) saja, tetapi menyangkut pula masalah sosial, budaya, dan psikologi. Pada konteks sosial budaya, berkaitan antara pembicara/penulis dan lawan bicara/pembaca; siapa kepada siapa (who), tentang apa (which), dimana (where), kapan (when), serta kesadaran para penuturnya. II.PEMAKAIAN HURUF KAPITAL Secara umum pemakaian huruf kapital telah diatur dalam Ejaan Yang Disempurna-kan (EYD). Uraian berikut ini akan menyajikan beberapa contoh pemakaian huruf kapital dalam penulisan nama badan, lembaga, dan organisasi atau instansi. 1. Penulisan Nama Jabatan Nama jabatan yang diikuti nama badan, nama lembaga, nama organisasi, atau nama instansi tertentu huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital. Contoh: Menteri Penerangan Direktur Pendidikan Masyarakat Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kepala Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Nama instansi atau lembaga pada contoh di atas adalah nama instansi atau lembaga tertentu dan merupakan nama diri. Oleh karena itu, harus dituis dengan huruf kapital. 2. Nama Lembaga Nama lembaga sebagai nama diri dan nama jenis penulisannya seperti di bawah ini. Perhatikan contoh berikut: 1. Akhirnya, Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Patimuan terpilih sebagai salah satu sekolah menengah umum terbaik. 2. Banyak perguruan tinggi di Indonesia yang memasang tarif mencapai 30 juta. 3. Juli wantoro belajar di Perguruan Tinggi Muhamadiyah Ahmad Dahlan. (1) Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Patimuan merupakan nama diri dan sekolah menengah atas merupakan nama jenis (2) perguruan tinggi merupakan nama jenis (3) Perguruan Tinggi Muhamadiyah Ahmad Dahlan. merupakan nama diri 3. Nama Instansi Nama Instansi sebagai nama diri dan nama jenis penulisannya seperti di bawah ini. Perhatikan contoh berikut: 1. Di lingkungan Departemen Pendidikan terdapat beberapa direktorat jenderal. 2. Salah satu direktorat jenderal di lingkungan departemen itu adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah danUmum. (1)Departemen Pendidikan merupakan nama diri dan direktorat jenderal merupakan nama jenis. (2) direktorat jenderal merupakan nama jenis dan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah dan Umum merupakan nama diri. 4. Penulisan Gabungan Kata yang Memakai Nama Negara atau Nama Geografis Tertentu. Bagaimana penulisan gabungan kata yang memakai unsur nama negara atau nama geografis tertentu seperti pada bentuk berikut: garam inggris tinta cina rambutan aceh. Kata inggris, cina, dan aceh tidak lagi menyatakan nama diri karena gabungan kata itu tidak menyatakan arti ‘garam dari Inggris, ‘tinta dari Cina, dan ‘rambutan dari aceh.’ Berbeda halnya dengan sarung Bugis dan salak Bali. Gabungan kata itu menyatakan nama diri karena gabungan kata itu menyatakan arti ‘sarung dari Bugis’ dan ‘salak dari Bali.’ Oleh karena itu, huruf awal kedua kata itu harus ditulis dengan huruf kapital. Bagaimana penulisan kata berikut: (a) talas bogor (b) tapai bandung (c) pempek palembang (d) duku malang (e) krupuk ikan cilacap. 5. Penulisan Nama Orang yang Digunakan sebagai Satuan Penulisan nama orang yang digunakan sebagai satuan, misalnya: ampere coulomb ohm volt! Bila kata tersebut digunakan sebagai nama orang yang menemukan hukum tertentu, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital. Perhatikan contoh berikut: 1. Di dalam buku fisika itu dibicarakan hukum Ampere, hukum Coulomb, dan hukum Ohm. 2. Nama satuan untuk mengukur arus listrik, muatan listrik, dan hambatan listrik masing masing adalah ampere, coulomb, dan ohm. 3. Bohlam itu bertegangan 220 volt dan berdaya 60 watt. III.BEBERAPA KESALAHAN UMUM DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA 1. Penulisan di dan ke Menurut ketentuan EYD, ada dua macam cara menuliskan di dan ke, yaitu: (1) dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya; dan (2) dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Penulisan di diserangkaikan apabila kata yang mengikuti kata di tersebut jenis kata kerja. Dalam istilah tatabahasa dijelaskan apabila di tersebut berfungsi sebagai awalan. Dalam hal seperti ini di tersebut tidak dapat digantikan oleh ke. Dengan demikian, karena dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak terdapat bentuk keambil, kebawa, ketulis, kebaca, dan kebeli, maka apabila kata dasar tersebut dihubungkan dengan di harus dituliskan; diambil, dibawa, ditulis, dibaca, dan dibeli. Contoh lain: di + pegang = dipegang di + tembak = ditembak di + hantam = dihantam di + peluk = dipeluk Sebaliknya, apabila kedudukan di dapat digantikan oleh ke, penulisannya harus dipisahkan. Seusuai dengan aturan EYD, di harus ditulis terpisah dengan kata lain yang mengikutinya, apabila kata di tersebut berfungsi sebagai kata depan. Di dan ke berfungsi sebagai kata depan apabila diikuti : 1) Kata benda Contoh: di rumah – ke rumah di pasar – ke pasar di sungai – ke sungai di pantai – ke pantai di kampus – ke kampus di terminal – ke terminal 2) Kata yang menunjukkan arah atau tempat. Contoh: di sana – ke sana di sini – ke sini di situ – ke situ di dalam – ke dalam di tengah – ke tengah di utara – ke utara Sebaliknya, ke harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya apabila ke tersebut: 1) Diikuti oleh kata bilangan, baik kata bilangan tentu maupun tak tentu. Contoh: ke + satu = kesatu ke + empat = keempat ke + sekian = kesekian 2) Diikuti oleh kata tua, hendak, dan kasih. Contoh: ke + tua = ketua ke + kasih = kekasih ke + hendak = kehendak. 3). Sebagai bagian dari kata yang bersangkutan. Contoh kemarin kemudian kepala kepada Catatan: Perlu diperhatikan bahwa; (a) penulisan di bila diikuti kata luar; dan (b) penulisan ke bila diikuti kata samping. Masing-masing bentuk kata tersebut memiliki dua bentuk penulisan; ada yang dirangkaikan dan adapula yang dipisahkan. Ke dan luar harus ditulis terpisah (ke luar) apabila kata tersebut merupakan “kebalikan atau lawan dari ke dalam. Contoh: – Saya dengar Anda akan ke luar negeri, betulkah? – Ia sering bertugas ke luar kota. Ke dan luar harus ditulis serangkai/disatukan (keluar) apabila kata tersebut merupakan “kebalikan atau lawan” kata masuk. Contoh: – Tahun lalu ia memang kuliah di sini, tetapi sekarang sudah keluar. – Dua hari dua malam kami keluar masuk hutan – Ia masuk sebentar, lalu keluar lagi. Di dan samping harus ditulis terpisah (di samping) apabila kata tersebut menunjukan arah atau tempat. Contoh: – Siapa yang duduk di sampingmu kemarin? – Rumahnya persis di samping bioskop terkenal itu. Di dan samping ditulis serangkai (disamping) apabila kata tersebut mengandung makna kecuali atau selain. Contoh: – Disamping sebagai mahasiswa, ia juga seorang pedagang yang sukses. – Perbuatan seperti itu, disamping merugikan diri sendiri juga dapat merugikan orang lain. 2. Penulisan pun Seperti halnya di dan ke, penulisan kata pun juga ada dua macam. Ada pun yang harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya dan ada pun yang harus ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Pun harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya apabila pun tersebut sudah merupakan satu kesatuan dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Meskipun sudah dilarang pacaran , ia nekat juga. Walaupun tidak kaya, hidupnya bahagia. Kendatipun nasib di tangan Tuhan, kita wajib berusaha. Pun harus ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya apabila: 1. Berfungsi untuk menyangatkan atau mengeraskan arti: a) Hari ini sepeser pun aku tak punya uang. b) Sedikit pun aku tak menyangka bahwa dia sampai hati mengkhianatinya. 2. Mempunyai arti juga. a) Jika engkau tidak datang, aku pun tidak akan datang. b) Apa pun kata orang, aku tetap mencintainya. Dalam hubungan ini yang perlu diperhatikan penulisan pun jika pun tersebut didahului oleh kata sekali. Ada yang harus ditulis terpisah (sekali pun) dan ada yang harus ditulis serangkai (sekalipun). Sekali dan pun harus dipisahkan penulisannya (sekali pun) apabila kata tersebut dalam kalimat bersangkutan mempunyai arti walaupun sekali, meskipun sekali, atau yang sejenis dengan itu. Contoh: Sekali pun belum pernah saya naik pesawat. Kalimat ini sama benar maknanya dengan: Meskipun sekali, saya belum pernah naik pesawat. Walaupun sekali, saya belum pernah naik pesawat. Sekali dan pun harus ditulis serangkai (sekalipun) apabila kata tersebut sama artinya dengan walaupun, meskipun, atau kendatipun. Contoh: Sekalipun hujan ia datang juga. Kalimat di atas sama benar maknanya dengan: Meskipun hujan, ia datang juga. Walaupun hujan, ia datang juga. Kendatipun hujan, ia datang juga IV.PEMENGGALAN KATA DASAR 1 . Bila ada dua vokal yang berurutan di tengah kata, pemenggalannya dilakukan di antara dua konsonan itu. Contoh: saat → sa-at manfaat → man-fa-at 2. Bila di tengah kata terdapt konsonan yang diapit oleh dua vokal, pemenggalannya dilakukan setelah vikal pertama atu sebelum konsonan tersebut. Contoh: sukar → su-kar sakit → sa-kit bapak → ba-pak anak → a-nak 3. Jika ada dua buah konsonan yang berurutan di tengah kata, pemenggalannya di lakuklan setelah konsonan pertama. Contoh: April → Ap-ril janji → jan-ji runding → run-ding Catatan: Bentuk ng, ny, sy, dan kh yang melambangkan satu konsonan, gabungan huruf-huruf itu tidak diceraikan sehingga pemenggalan suku kata dilakukan sebelum atau sesudah pasangan huruf itu. Contoh: nyonya → nyo-nya syarat → sya-rat angka → ang-ka akhlak → akh-lak sangat → sa-ngat 4. Jika ditengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih, pemenggalannya juga dilakukan setelah konsonan pertama. Contoh: instansi → in-stan-si instruksi → in-struk-si 5. Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan dengan mengikuti aturan berikut: a. Jika trans diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya dipenggal sebagai kata dasar. Contoh: transmigrasi → trans-mig-ra-si transfusi → trans-fu-si transaksi → trans-aksi b. Jika trans merupakan bagian dari kata dasar, pemenggalannya dilakukan dengan mengikuti pola pemenggalan kata dasar. Contoh: transenden → tran-sen-den transisi → tran-si-si transit → tran-sit 6. Pemenggalan kata yang mengandung bentuk eks- dilakukan sebagai berikut: a. Jika eks- terdapat pada kata yang pemakaiannya dapat disejajarkan dengan in- atau im- , pemenggalannya dilakukan di antara eks dan unsur berikutnya. Contoh: ekstra → eks-tra ekspor → eks-por eksplisit → eks-pli-sit eksternal → eks-ter-nal eksklusif → eks-klu-sif b. Bentuk eks- yang tidak dapat disejajarkan dengan in- atau im- pemenggalannya dilakukan di antara ek- dan bagian kata yang mengikutinya. Contoh: ekses → ek-ses ekstrem → ek-strem eksistensi → ek-sis-ten-si 7. Kata-kata lain yang yang terdiri atas dua unsur atau lebih yang salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya juga melalui dua tahap. Mula-mula unsur itu dipisahkam, kemudian dipenggal dengan mengikuti pola pemenggalan kata dasar. Contoh: kilogram → kilo-gram → ki-lo-gram biografi → bio-grafi → bi-o-gra-fi biologi → bio-logi → bi-o-lo-gi LATIHAN ekstradisi → ektra-disi →ek-tra-disi____________________________________ eksploitasi → eksplo-itasi_ →eks-plo-itasi________________________________ eksperimen → ekspe- rimen → eks-pe-ri-men______________________________ eksakta → ek-sata → ek-sa-ta_____________________________________ bioskop → bios-kop →bi-os-kop_____________________________________ transitif → tran-sititif →tran-si-tif_____________________________________ kompleks → kom-pleks __________________________________________ eksodus → ekso-dus→ ek-so-dus V.BAHASA INDONESIA STANDAR ATAU BAKU 1. Fungsi Bahasa Indonesia Standar atau Baku 1. Dipergunakan dalam wacana teknis; misalnya karangan ilmiah, buku pelajaran, laporan esmi, dan sebagainya. 2. Sebagai alat komunikasi resmi, yakni dalam arti surat-menyurat resmi, pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, undang-undang, surat keputusan, dan sebagainya. 3. Dipakai dalam pembicaraan dengan orang-orang yang dihormati, termasuk di anataranya dengan orang yang belum akrab benar atau baru kita kenal. 2. Ciri-ciri Bahasa Standar atau Baku 1. Memakai ucapan baku (pada bahasa lisan) (Sampai saat ini bahasa Indonesia belum memiliki lafal baku) 2. Memakai ejaan resmi ( Sekarang Ejaan Yang Disempurnakan, EYD) 3. Terbatasnya unsur daerah, baik leksikal maupun gramatikal. Berikut ini disajikan beberapa contoh kesalahan pemakaian bahasa Indonesia
3. Kata Baku dan Tidak Baku Untuk melengkapai uraian ini di bawah ini disajikan beberapa contoh kata baku dan tidak baku
Bacalah teks berikut dan cermati kesalahan-kesalahan penulisannya! Sebagai Kepala Sekolah disalah satu Sekolah Menengah Atas KH.Dewantoro Kota Cilacap , kota yang punya julukan kota petir, H.Reval Juliwantoro Kusuma Pratama S.pd.M.pd akhir-akhir ini sedang risau. Mertuanya, yang bekerja disalah satu Direktorat Jenderal yang ada di Departmen Pendidikkan Nasional, memintanya untuk mendaftarkan diri menjadi Caleg dari partai tertentu dinegri ini. Semua anggauta keluarga, seperti Ibu, Adik, Kaka, sodara, dan istrinyapun menghendaki hal itu. Tentu saja, hal itu sangat merepotkan Kepala Sekolah yang senang makan mie ayam purworejo , satemadura dan sering mengkonsumsi garam Inggris ini. Tandai kesalahan-kesalahan yang terdapat pada teks di atas! Anda sudah menandainya? Ok…! Perbaiki dan tulis kembali teks di atas! —————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————– VI.KALIMAT EFEKTIF 1. Pengertian Kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar atau sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik; yang susunan kalimatnya didukung oleh kesepadanan, kepararelan, ketegasan, kehematan, dan kevariasina (Farera, 1991: 42) Kalimat Efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis (Arifin dan Tassai, 1991: 111) Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainyasecara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (Depdiknas, 2000: 81) Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki syarat-syarat: a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. b. Sanggup penimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis (Keraf, 1991: 36). 2. Ciri-ciri Kalimat Efektif 1. Kesepadanan Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat memiliki cirri: Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek. Contoh: (1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah) Ket. P O Pemakaian kata bagi di awal kalimat tidak tepat. Hal itu menyebabkan kalimat di atas tidak memiliki subjek (S). Kalimat itu seharusnya: S P O (2) Kepada hadirin yang masih ada di luar harap memasuki ruangan sebelah kanan. Ket. P O Seperti halnya kalimat pertama, pemakaian kata kepada pada awal kalimat tidak tepat. Penulisan kalimat itu seharusnya: Hadirin yang masih ada di luar harap memasuki ruangan sebelah kanan. S P O b. Tidak mempunyai subjek yang ganda Contoh: (1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh teman saya. S S P O Seharusnya Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh teman saya Ket S P O Bagaimana dengan kalimat berikut: a. Akibat banjir semalam membobolkan tanggul yang panjangnya 200 meter itu. b. Menurut wartawan kamii di Baghdad mengabarkan bahwa Saddam Husen masih hidup sampai saat ini. c. Di sepanjang jalan Cilacap bermandikan cahaya lampu hias. d. Berdasarkan hasil rapat itu menjelaskan bahwa teroris merupakan musuh bersama. a. ……………………………………………………………………………………………. b. ……………………………………………………………………………………………. c. …………………………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………………………. c. Kata penghubung sehingga tidak dipakai pada kalimat tunggal (1) Dia tidak pernah memperhatikan diriku. Sehingga aku lari dari pangkuannya. (2) Kami datang agak terlambat. Sehinnga kami tidak dapat mengikuti perkuliahan itu. Seharusnya (1) Dia tidak pernah memperhatikan diriku sehingga aku lari dari pangkuannya. (2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikui perkuliahan itu. d. Predikat kalimat tidak didahuli oleh kata yang Contoh: Rumah saya yang terletak di depan gelanggang olahraga. S P Ket. Kalimat itu seharusnya ditulis: Rumah saya terletak di depan gelanggang olahraga S P Ket. 2. Kepararelan/kesejajaran Kepararelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam suatu kalimat. Artinya bila bentuk pertama menggunakan nomina (kata benda), bentuk kedua dan seterusnya harus pula menggunakan nomina. Begitu pula bila bentuk pertama verba (kata kerja), bentuk kedua dan seterusnya pun harus berbentuk verba. Contoh: (1) Harga minyak minyak tanah dibekukan atau naik secara luwes. (2) Cara pengobatan dan menyembuhkan penyakit itu belum ditemukan sampai saat ini. Kalimat yang benar (1) Harga minyak tanah dibekukan atau dinaikkan secara luwes. di——kan di——kan (2) Cara pengobatan dan penyembuhan penyakit itu belum ditemukan sampai saat ini. pe———an pe———–an Bagaimana dengan kalimat berikut: a. Perasaan ingin mengasihi dan sayang selalu melekat pada hati gadis lugu itu. b. Pusat pendidikan dan latihan itu tiba-tiba menjadi momok yang menakutkan. c. Agar peristiwa itu tidak terulang lagi, pemerintah harus memikirkan cara pencegahan dan menanggulangi bencana banjir yang selalui menghantui masyarakat. d. Kita harus menghargai persamaan dan beda pendapat di antara kita. e.Wanto menuliskan sepucuk surat untuk gadis yang diidamankan Penulisan yang benar: a. …………………………………………………………………………………………… b. …………………………………………………………………………………………… c. …………………………………………………………………………………………… d. …………………………………………………………………………………………… e …………………………………………………………………………………………… 3. Ketegasan/penekanan Yang dimaksud dengan ketegsan adalah perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan ide pokok dalam kalimat: a. Meletakkan ide pokok yang ditonjolkan itu di depan/di awal kalimat: Contoh: (1) Harapan presiden agar masyarakat Indonesia membaca satu jam dalam sehari. Penekanannya pada harapan presiden. Pemuda itu diminta menikahi gadis malang itu sekarang juga. Penekanannya pada pemuda itu. b. Membuat urutan kata yang logis. Contoh: (1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, melainkan berjuta-juta rupiah ia membantu anak yatim dan anak telantar. (2) Jangankan berdua atau sendiri, bertiga pun dia tidak pernah berani menghadapi orang itu. Penulisan yang benar: (1) Bukan seratus, seribu,atau sejuta, melainkan berjuta-juta rupiah ia membantu anak yatim dan anak telantar. (2) Jangankan sendiri atau berdua, bertiga pun dia tidak pernah berani menghadapi orang itu. c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh: (1) Saya suka akan kecantikannya. Saya suka akan keramahannya. (2) Gadis itu sangat sopan dan santun terhadap lelaki. Gadis itu tidak pernah mengecewakan lelaki mana pun. Kalimat kedua merupakan kalimat penegasan. d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh: (1) Mahasiswa itu tidak malas dan sombong, tetapi rajin dan baik sekali. (2) Orang itu bukan pencuri, melainkan polisi. e. Mempergunakan partikel –lah sebagai penekanan atau penegasan. Contoh: (1) Saudaralah yang bertanggung jawab dalam peristiwa itu. (2) Andalah yang menjalankan tugas ini. 4. Kehematan Yang dimaksud dengan kehematan di sini adalah hemat dalam menggunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Kriteria yang harus diperhatikan adalah: Penghematan dapat dilakukan dengan menghilangkan subjek. Contoh: Karena dia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Kalimat di atas dapat ditulis: Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata. Contoh: Ia memakai baju warna merah. Pemakaian kata warna tidak perlu lagi karena merah merupakan warna. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat Contoh: Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah Bagaimana dengan kalimat berikut: Orang itu selamat dari bencana banjir bandang karena naik ke atas pohon. Setelah serigala itu lelah, petani itu turun ke bawah dan berlari ke rumahnya. Penulisan yang benar: (1) ……………………………………………………………………………………………………………. (2) ……………………………………………………………………………………………………………. d. Tidak menjamakkan kata-kata yang sudah bermakna jamak. Perhatikan kalimat berikut: Banyak para koruptor yang belum terjamah oleh hukum. Para ibu-ibu di tempat kami selalu salat berjamaah di masjid. Banyak rumah-rumah yang tergenang oleh air akibat tanggul itu jebol. Pada kalimat (1) pemakaian kata para tidak tepat karena para artinya banyak. Kalimat yang benar: Banyak koruptor yang belum terjamah oleh hukum. Demikian juga pemakaian kata para pada kalimat (2) yang artinya sama dengan banyak. Bentuk ibu-ibu maknanya juga banyak. Oleh karena itu, pada kalimat (2) kita bisa memilih salah satunya; para atau ibu-ibu. Jadi, penulisan yang benar seperti pada contoh a dan b berikut: a. Para ibu di tempat kami selalu salat berjamaah di masjid b. Ibu-ibu di tempat kami selalu salat berjamaah di masjid. Kalimat (3) pun memiliki kesalahan yang sama seperti kalimat (1) dan (2). Pada kalimat (3) pemakaian kata rumah tidak perlu diulang karena rumah-rumah sudah bermakna jamak (banyak rumah). Oleh karena itu, penulisan yang benar adalah: Banyak rumah yang tergenang oleh air akibat tanggul itu jebol. 5. Kecermatan Yang dimaksud dengan kecermatan dalam kalimat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda atau ambiguitas (multi interpretasi). Perhatikan kalimat berikut: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu memperoleh penghargaan dari menteri. Kalimat di atas sepertinya tidak memiliki kesalahan, tetapi cobalah cermati maknanya. Bila kita perhatikan, akan muncul pertanyaan, ‘siapa yang terkenal,’ mahasiswa atau pergurunan tinggi? Kalimat (1) di atas masih belum efektif karena masih memiliki makna yang ganda. Agar kalimat (1) menjadi benar, penulisannya seperti berukut: a. Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu memperoleh penghargaan dari menteri. ( yang terkenal mahsiswa). b. Mahasiswa di perguruan tinggi yang terkenal itu memperoleh penghargaan dari menteri. (yang terkenal perguruan tingginya). c. Mahasiswa perguruan tinggi—yang terkenal itu memperoleh hadiah dari menteri. (yang terkenal perguruan tinngi). Contoh lain: Tahun ini SPP mahasiswa baru dinaikkan. Kata baru di atas menerangkan kata mahasiswa atau kata dinaikkan? a) Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk menghindari salah tafsir. Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikkan. b) Jika kata baru menerangkan kata dinaikkan, kalimat itu dapat diubah menjadi: SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikkan. Bagaimana dengan kalimat berikut: (1) Isteri lurah yang baru itu meninggal dunia. (2) Rumah artis yang mahal itu akan dijual. (3) Mobil Pak Camat yang baru itu ada di bengkel. (4) Mereka mengambil botol bir dari dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium baerisi cairan racun. (Botol bir atau dapur yang berisi cairan racun?) Coba Anda perbaiki! (1) …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… (2) …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… (3) …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… (4)……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 6. Kepaduan Yang dimaksud kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Contoh: (1) Surat itu saya sudah baca. (2) Saran yang disampaikannya kami akan pertimbangkan. Agar kalimat itu padu, susunannya seperti berikut: (1) Surat itu sudah saya baca. (2) Saran yang disampaikannya akan kami pertimbangkan. Bagaimana dengan kalimat berikut: (3) Seandainya dia tidak mengaku, saya akan tanyakan hal itu pada orang tuanya. (4) Kalau ia memintanya, saya akan berikan uang itu. (5) Apakah Bapak akan kabulkan permintaan saya ini? (6) Saudara saya akan nikahkan dengan putri saya. Sekarang coba Anda perbaiki! (3) ………………………………………………………………………………………….. (4) ………………………………………………………………………………………….. (5) ………………………………………………………………………………………….. (6) ………………………………………………………………………………………….. 7. Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide kalimat dapat diterima oleh akal sehat dan sesuai dengan ejaan yang berlaku. Cermati dan perbaiki kesalahan kalimat berikut: 1. Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai fihak, sehingga pada masa datang tidak seorangpun menuntut ganti rugi. 2. Tujuan penyusunan buku pelajaran itu adalah membantu masyarakat, khususnya yang berada di pedesaan. Sehingga karenanya mendapat kesempatan membaca menulis. 3. Dalam upacara pembukaan seminar itu, yang pertama kali diadakan di kota Cilacap dihadiri para pejabat-pejabat Negara dan tokoh-tokoh masyarakat. 4. Pertanyaan saya yang ketiga kalinya, disebabkan karena kebimbangan saya terhadap pemakaian kata nalar. 5. Indikator pemahaman materi keterampilan yaitu mampu melakukan tugas dan latihan yang diberikan oleh penyaji. 6. Jumlah dokter amat terbatas dibanding jumlah penduduk, tidak semua warga masyarakat termasuk di desa mendapat pelayanan medis. 1. …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 3. …………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 5. …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 6. …………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… RINGKASAN MATERI UJIAN AKHIR SEMESTER VII.PARAGRAF 1. Pengertian Bagian dari karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. 2. Fungsi 1. Penampung pragmen pikiran atau ide pokok. 2. Alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran pengarang. 3. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis. 4. Pedoman bagi pembaca untuk mengikuti dan memahami jalan pikiran pengarang 5. Alat penyampai pragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada pembaca. 6. Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai 7. Dalam rangka keseluruhan karangan paragraph berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan penutup. 3. Unsur-unsur 1) Transisi Transisi adalah sebuah pengantar dalam paragraf sebelum sampai pada kalimat topok. Transisi dapat berbentuk kata, frase, dan kalimat. 2) Kalimat topik/kalimat utama. Kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang dijelaskan oleh kalimat-kalimat yang lain (kalimat penjelas). 3) Kalimat penjelas/kalimat pengembang. Kalimat pengembang atau kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan kalimat utama atau kalimat topik. 4) Kalimat penegas Kalimat penegas adalah kalimat yang berfungsi menegaskan kembali informasi atau gagasan yang telah dikemukakan oleh kalimat utama. Perhatikan contoh berikut:
Unsur-unsur paragraf di atas adalah: Kalimat (1) : transisi, berupa kalimat Kalimat (2) : kalimat topik (3), (4), (5), dan (6) : kalimat penjelas (kalimat pengembang) (7) : kalimat penegas 4. Syarat-syarat paragraf. 1) Memiliki keutuhan (unity) Keutuhan artinya paragraf hanya memiliki satu kalimat utama atau kalimat topik dan kalimat-kalimat penjelasnya mengacu pada kalimat topik tersebut. Jadi paragraf yang utuh apabila kalimat-kalimatnya mengacu pada pada satu topik. Tidak ada kalimat-kalimat yang menyimpang dari topik. Contoh: (1) Banjir yang besar menyebabkan puluhan rumah hancur dan merugikan para petani. (2) Mereka sekarang sudah tidak tahu lagi harus tinggal di mana. (3) Pekerjaan pun tidak ada karena seluruh lahan yang akan dipanen ikut tergenang air. (4) Kini tinggalah petani-petani itu meratapi nasibnya yang malang, tinggal di tenda-tenda, dan jauh dari sanak keluarga. (5) Tak ada lagi harta benda, makan pun seadanya, dan dan berbagai penyakit mulai menjangkitinya. (6) Sungguh sangat memilukan. 2) Memiliki koherensi (coherence) Koherensi artinya kepaduan maknawi antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Contoh: Penangkapan preman oleh aparat kepolisian disambut gembira oleh masyarakat. (2) Masyarakat tidak perlu takut jika bepergian di malam hari. (3) Para sopir dan kondektur pun tidak lagi merasa takut diperas oleh preman. (4) Tindak kriminal pun yang sebelumnya meningkat kini menurun tajam. (5) Keadaan yang aman dan damai sekarang ini sungguh sangat dirasakan oleh masyarakat. (6) Jadi, adanya upaya pemerintah dalam membasmi tindakan preman disambut baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Bandingkan! (1) Saya suka warna merah. (2) Apel yang merah itu rasanya manis sekali. (3) Mobil yang bertabrakan di Jalan Raya Cilacap itu pun warnanya merah. (4) Kemarin teman kuliahku membeli mobil merah yang sangat disukainya. (5) Memang naik mobil warna merah lebih enak dibandingkan mobil warna lainnya. Koherensikah paragraf tersebut? Mengapa?———————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————- 5. Paragraf berdasarkan letak kalimat utama 1. Paragraf deduktif. Paragraf yang kalimat utamanya ada di awal paragraf Contoh: (1) Banjir yang besar menyebabkan ratusan rumah hancur dan merugikan para petani. (2) Mereka sekarang sudah tidak tahu lagi harus tinggal di mana. (3) Pekerjaan pun tidak ada karena seluruh lahan yang akan dipanen ikut tergenang air. (4) Kini tinggalah petani-petani itu meratapi nasibnya yang malang, tinggal di tenda-tenda, dan jauh dari sanak keluarga. (5) Tak ada lagi harta benda, makan pun seadanya, dan dan berbagai penyakit mulai menjangkitinya. (6) Sungguh sangat memilukan. 2. Paragraf induktif Paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf Contoh: (1) Masyarakat pedesaan di wilayah Kandang Macan, Cilacap dapat melakukan pekerjaan sehari-hari di malam hari. (2) Mereka sekarang sudah dapat menikmati aliran listrik di tiap-tiap rumah. (3) Tidak saja itu, segala jenis alat elektronika pun sudah menggunakan listrik, mulai dari radio sampai televisi. (4) Itu semua akibat manfaat listrik masuk desa. (1) TVRI memiliki paket informasi yang dikemas dalam Berita Pagi, Berita Petang, dan Dunia dalam Berita. (2) RCTI memiliki paket Nuansa Pagi, Buletin Siang, dan Seputar Indonesia. (3) SCTV memiliki paket yang hampir sama dengan RCTI, hanya saja SCTV memiliki Paket Liputan Enam. (4) TPI mempunyai Selamat Pagi Indonesia. (5) Anteve menyiarkan Laporan Pagi. (6) Stasiun-stasiun televisi yang baru pun, seperti Metro TV, Trans TV, danTV 7 juga memiliki beragam acara yang bernuansa informasi. (7) Pada dasarnya semua stasiun televisi mempunyai paket informasi untuk disiarkan kepada pemirsa. 3. Paragraf Campuran Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan akhir paragraf. Contoh: (1) Kesimpulannya, keluarga kami senang membaca bacaan yang berbeda-beda. (2) Ayah membaca buku politik dan ekonomi. (3) Ibu senang membaca majalah, koran, dan bacaan-bacaan tentang kuliner. (4) Kakak menyukai cerpen, komik, dan cerita-cerita silat. (5) Saya sendiri menyukai buku-buku pendidikan. (6) Dengan demikian, jelas bahwa bacaan keluarga kami memang berbeda-beda. (1) Penangkapan preman oleh aparat kepolisian disambut gembira oleh masyarakat. (2) Masyarakat tidak perlu takut jika bepergian di malam hari. (3) Para sopir dan kondektur pun tidak lagi merasa takut diperas oleh preman. (4) Tindak kriminal pun yang sebelumnya meningkat kini menurun tajam. (5) Keadaan yang aman dan damai sekarang ini sungguh sangat dirasakan oleh masyarakat. (6) Jadi, adanya upaya pemerintah dalam membasmi tindakan preman disambut baik oleh seluruh lapisan masyarakat. 4. Paragraf deskriptif/paragrap/naratif Paragraf yang kalimat utamanya dinyatakan secara implisit (tidak terlihat di dalam teks). Kalimat utama pada paragraph ini biasanya diserahkan kepada pembaca. Contoh: (1) Kulihat wajah gadis itu merah padam. (2) Matanya bersinar tajam sambil memandang orang di sekelilingnya. (3) Seakan baru saja ia mengalami sesuatu. (4) Berulang-ulang ia menyembunyikan raut wajahnya yang kelihatan pucat. (5) Tetapi orang di sebelahnya tidak mengacuhkannya. (6) Sungguh kasihan gadis itu. Apa kalimat utama paragrap di atas?————————————————————— Bagaimana cara Anda mendapatkan kalimat utama itu?——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————– Disamping keempat paragraf di atas, sebenarnya masih ada jenis paragraf lain seperti:
Bacalah paragraf di bawah ini! (1) Maraknya pornografi dan pornoaksi membuat resah masyarakat. (2) Pornografi dan pornoaksi oleh sebagian orang dianggap sebagai seni atau kebebasan berekspresi. (3) Mereka juga beranggapan tidak realistis mengaitkan seni dengan nilai-nilai agama. (4) Dengan penuh keyakinan mereka membela mati-matian orang yang mempertontonkan erotisme dan yang mengkritiknya dianggap iri dan takut tersaingi. (5) Sungguh terbalik wajah dunia ini. (6) Kebatilan mereka dukung, sementara kabaikan dianggap kelompok awam yang tak berseni dan tak berbudaya. (7) Kita bertanya, siapa sesungguhnya yang tak berseni dan tak berbudaya. (8) Dengan demikian, pengaburan nilai-nilai agama dan moral dalam menilai dan memandang sesuatu merupakan tujuan paham kapitalis sekuler, produk orang-orang kafir. Jawablah soal-soal berikut! 1. Jelaskan unsur-unsur paragraf di atas! —————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————— ——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————- 3. Dilihat dari letak kalimat utamanya, apa nama paragraf di atas? ———————————————————————————————————————————————————————————————————————- 4. Jelaskan penanda koherensi paragraf di atas! ——————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————————- BENTUK KARANGAN Berdasarkan bentuk dan tujuan berkomunikasi karangan dapat digolongkan menjadi:
Karangan Deskripsi Karangan deskripsi merupakan jenis karangan yang isinya bertujuan membentuk suatu citra tentang suatu hal pada diri pembaca atau suatu rangkaian tutur yang isinya melukiskan sesuatu agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sesuatu yang dilukiskan itu. Sasaran karangan ini adalah aspek emosional. Hanya dengan aspek emosional seseorang dapat membentuk citra tentang sesuatu. Ciri khas karangan ini ditandai dengan pemakaian kata yang bersifat deskriptif, seperti rambutnya ikal, hidungnya mancung, matanya biru. Contoh: Setelah mendapat isyarat dari ketua rombongan, kami bergerak meninggalkan Hotel Ayong, Linggarjati, berjalan kaki menuju sebuah rumah di belakang hotel. Rumah yang masih tampak baru itu dibangun persis di antara hotel dan sungai. Pemandangan yang amat indah mengitarinya. Di sebelah kiri rumah, seberang sungai, tampak sawah yang bertingkat-tingkat berbatasan dengan bukit-bukit yang rimbun. Di depanya, setelah halaman yang ditata apik, tampak sawah ladang yang luas sampai Kota Cirebon, sedangkan di belakang rumah tampak menjulang tinggi Gunung Cerme yang seolah-olah menjaga rumah yang cukup dan mewah itu. Di teras rumah sudah tersedia nasi panas dan ayam goreng, terdapat juga sambal dan lalapan. Yang lebih istimewa lagi, ada ikan bakar yang masih mengepulkan asap. Panas dan gurih aromanya. Terpaan angin gunung yang dingin dan gurihnya ikan bakar membuat kami semakin lapar dan selera makan kami meningkat tajam. Karena itu, setelah dipersilakan, oleh tuan rumah, kami tak malu-malu menyantap semua hidangan dengan lahap. Enak, gurih, dan pedas kami rasakan sampai benar-benar kenyang. Karangan Eksposisi Karangan eksposisi adalah karangan yang isinya menerangkan atau memaparkan suatu hal atau pokok pikiran kepada para pembaca agar yang bersangkutan memahaminya. Pokok-pokok pikiran yang ada dalam karangan itu dijelaskan dengan cara menyampaikan uraian atau bagian-bagian detailnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh karangan ini adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu yang diuraikan dalam isi karangan. Oleh karena itu, agar pembaca lebih jelas karangan eksposisi ini dilengkapi dengan ilustrasi, contoh, perbandingan, dan hal-hal lain yang mendukung uraian itu. Orientasi pokok karangan ini adalah materi bukan tokoh. Makna lain yang terkandung dalam karangan eksposisi adalah karangan yang menerangkan proses atau prosedur melakukan suatu aktivitas.Oleh karena itu, karangan eksposisi juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana. Dalam hal ini kalimat yang digunakan biasanya berupa kalimat perintah yang disertai dengan kalimat deklaratif. Melalui uraian di atas penulis berkesimpulan bahwa makna karangan eksposisi seperti yang dikemukakan oleh Rotterberg dan Salmon mencakup dua hal: Karangan eksposisi merupakan karangan yang berusaha memberikan pemaparan sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai suatu persoalan. Karangan eksposisi dapat juga bermakana uraian-uraian yang berhubungan untuk menjawab pertanyaan bagaimana. Karangan Argumentasi. Karangan argumentasi adalah jenis karangan yang isinya berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis, maupun pertimbangan emosional. Kalimat-kalimat disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang terdapat dalam perangkat itu. Sebuah karangan dikategorikan argumentssi bila mengangkat isu atau persoalan yang kontroversial. Dalam kaitan isu itu, penulis berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis dan realistis untuk meyakinkan pembacanya/pendengarnya. Karangan Persuasi. Karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.. Ada kalanya karangan persuasi ini sering menggunakan alasan yang tidak rasional, terutama dalam iklan. Karangan Narasi. Karangan narasi merupkakan rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan pelaku. Oleh sebab itu, karangan narasi sering juga disebut karangan cerita. Kekuatan karangan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang diatur melalui alur (plot). Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedangkan unsur peristiwa merupakan hal-hal yang dialami oleh sang tokoh. Sasaran karangan narasi umumnya ditujukan pada aspek emosi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam karangan ini. Jadi, dengan narasi diharapkan penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Untuk memudahkan pembaca, di bawah ini penulis sajikan ciri-ciri umum karangan deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan narasi. Ciri-ciri tersebut disajikan dalam bentuk tabel.
Perhatikan contoh-contoh karangan di bawah ini! 1. Baca dan cermati karangan berikut! Siang itu, hujan deras mengguyur Kota Yogyakatra. Tak ayal lagi, Iwan membelokkan legenda-nya ke salah satu warung kopi yang sering ia lalui tatkala pulang kuliah. Kilatan cahaya dan derasnya angin, membuat putra pertama Pak Supar itu tak kuasa meneruskan perjalanan. Baru saja beberapa saat ia duduk di atas motor, air sudah menggenangi daerah sekitar warung. Sambil menghisap sepotong permen yang terselip di sakunya, Iwan membayangkan betapa enaknya seandainya ia memiliki mobil. Perjalanannya tak harus terhenti seperti ini. Lamunannya menjadi pudar, tatkala seorang gadis yang basah kuyup mengahampirinya. Mulanya ia kaget. Namun, karena gadis itu salah satu teman kuliahnya, pemuda yang rajin salat itu pun buru-buru turun dari atas motornya. Gadis itu bernama Hasanah yang tadi pagi ia kirimi surat dan belum membalasnya. Setelah Anda membaca karangan di atas, jawablah pertanyaan berikut:
2. Berikan alasan Anda! ……………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………… 2. Baca dan cermati karangan berukut! Kalau kita inventarisasi setiap isu yang dilontarkan mahasiswa, hampir semua selalu berorientasi ke atas. Selalu mencoba menyoroti masalah-masalah puncak kenegaraan. Amat sedikit kita menemui isu yang dilontarkan itu benar-benar diangkat dari realitas sebagian besar rakyat kita yang ada di pedesaan. Realitas Pak Hasyim di gubuk di Tanjung intan sana, itulah realitas masyarakat kita. Banyak manusia yang miskin dan kekurangan gizi. …. Kalau setiap gerakan yang menjadi dasar dari cara kita mengungkapkan sesuatu ketidakbecusan pihak lain, katakanlah penguasa, juga tidak becus, apa kita masih bermimpi bahwa gerakan kita akan berhasil? Saya masih cenderung untuk mengatakan bahwa kebanyakan dari gerakan mahasiswa yang ada hingga saat ini hanya dilandasi oleh sikap-sikap emosional belaka, yang oleh karenanya menjadi tidak menyentuh persoalan. Gerakan semacam ini bukan tidak baik, bahkan dalam banyak hal gerakan ini sudah cukup efektif daripada tidak sama sekali. Apakah kita tidak mampu mengangkat dan merumuskan aspirasi yang sebenarnya dari Pak Hasyim di Tanjung intan sana. Apakah kita harus puas kalau kita sudah bisa berteriak, sebarkan isu, dan buat statement, lalu ramai-ramai mempersembahkannya ke DPR sana? Hal-hal berikut ini, kemiskinan, kekurangan gizi, mahalnya biaya pendidikan, serta pengangguran di level ‘akar rumput’ kurang mendapat perhatian. Inilah sesungguhnya masalah rakyat. Sebagai kelompok elite dalam masyarakat, mahasiswa bukan saja dituntut cuma untuk teriak belaka, tetapi juga dituntut untuk siap dengan permasalahan dan mampu membangun tatanan baru. Sikap yang hanya bisa berteriak justru akan melahirkan pahlawan cengeng. Dan kita tidak suka itu. Seorang sarjana Amerika, Huntington pernah berkata bahwa salah satu kelemahan dari gerakan-gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kecenderungan mereka untuk melakukan revolusi perkotaan. Gerakan yang tak pernah nyambung dengan aspirasi rakyat di pedesaan. ( Hotman M. Siahaan, “Gerakan Mahasiswa Sekadar Revolusi Perkotaan? Arena, Desember) Setelah Anda membaca karangan di atas, jawablah pertanyaan berikut:
2. Berikan alasan Anda! ……………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………… 3. Baca dan cermati karangan berikut! Jalan dari padang ke Kalumbuk Pauh IX berkelok-kelok. Melewati sawah yang subur dan kincir air. Lalu membelok melalui jalan setapak. Sampailah ke sebuah rumah yang terbuat dari dinding pelupuh (bambu yang diketok), asal menempel pada tiang yang lapuk. Rumah panggung yang amat sederhana. Angin dengan leluasa menerpa rumah yang berukuran 7×6 meter ini, karena pelupuhnya berlubang. Juga atapnya dari daun pinang dan ilalang, berlubang pula. Kalau duduk di lantai kayu pinang, langit yang tinggi akan kelihatan, jika hujan turun, air pun tercurah dengan leluasa. Inilah rumah Thaher, yang dihunu oleh tujuh orang Rumah ini tidak jauh bedanya dengan kandang…sapi. Seorang anak perempuan turun dari rumah panggung inidengan meraba-raba. Ah, lantai panggung ini memang tidak rapat, karena ketiadaan uang. Si gadis harus memasak, kerja rutin, yang menjadi kewajibannya. Dapurnya hanya di sudut rumah, persis di bawah tiang penyangganya dengan dinding ilalang yang tidak rata. Hanya ada sebuah panci untuk memasak nasi dan sebuah wajan penggoreng. Itu saja kekayaan dapurnya karena yang dimasak pu tidak ada dan Usnidar, si gadis, bekerja dengan tekun bekerja dalam kegelapan, tanpa mengeluh, dan tanpa banyak bicara.…(Titie Said, ”Keempat Anaknya Hidup dalam Kegelapan,” Kartini, No. 127). Setelah Anda membaca karangan di atas, jawablah pertanyaan berikut:
2. Berikan alasan Anda! ……………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………. Buatlah sebuah karangan deskripsi! Petunjuk: Coba Anda deskripsikan keadaan kamar tidur Anda. Ungkapkan hal-hal yang ada di dalamnya, sehingga pembaca seolah-oleh melihat sendiri kamar tidur Anda! ….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… Anda layak mendapat pujian karena Anda sudah menyelesaikan tugas dengan baik. Tetapi Anda jangan puas dulu, karena apa yang Anda buat belum sepenuhnya mencerminkan kemampuan Anda Selanjutnya, cermati ilustrasi berikut: Ilustrasi (1) Akhir-akhir ini fornografi dan pornoaksi seolah-olah bukan hal yang tabu lagi. Dengan mudah kita menyaksikan kedua fenomena itu, baik di media elektronik maupun media cetak. Reaksi masyarakat pun berbeda-beda. Ada kalangan yang berpendapat bahwa kalau hanya memperlihatkan lutut dan dada itu adalah hal biasa dan merupakan bagian dari seni. Ada juga kalangan yang berpendapat bahwa pornografi dan pornoaksi tetaplah porno dan seni adalah seni; keduanya tidak bisa disamakan dan dicampuradukan. Melihat fenomena seperti ini bagaimana pendapat Anda! Ilustrasi (2) Maraknya kasus-kasus pelecehan seksual terhadap wanita dewasa mulai mendapat sorotan dari berbagai pihak. Semua pihak sependapat bahwa pelecehan seksual itu perbuatan tidak terpuji dan harus dijauhi. Namun, berbicara mengenai siapa yang harus disalahkan bila terjadi pelecehan seksual, semua pihak berbeda pendapat. Kaum wanita selalu menyalahkan pria, karena prialah penyebab utama terjadinya pelecehan seksual. Kaum pria pun tak mau disalahkan. Mereka berpendapat bahwa wanitalah yang salah, sebab berpakaian seronok, ketat, dan mengundang birahi laki-laki yang melihatnya. Itu artinya, wanitalah yang memancing pria untuk melakukan tindakan pelecehan seksual. Sesuai petunjuk Bang Napi bahwa, ”Kejahatan terjadi bukan karena hanya ada niat pelakunya, tetapi karena adanya kesempatan.” Setelah mencermati fenomena seperti ini bagaimana pendapat Anda! DAFTAR PUSTAKA Abidin P.M., Zainal. 2002. Materi Pokok Bahasa Indonesia. Bogor: FKIP. Akhadiah, Sabarti. 1990. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Badudu, Yus. 1993. Membina Bahasa Indonesia Baku: Jilid 1 dan 2. Bandung: Pustaka Prima. Badudu, Yus. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Caraka, Cipta Loka. 1995. Teknik Mengarang. Yogyakarta: Kanisius. Depdikbud. 1986. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta. Depdikbud. 1986. Pedoman Pembentukan Istilah. Jakarta. Depdikbud. 1996. Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing. Jakarta: Balai Pustaka. Effendi, S. 2001. Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Prima. Jabrohim dkk. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelangi. Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende: Nusa Indah. eraf, Goris. 1983. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: 8.Liburan Ke Wisata Jati jajar Disana Melihat ikan raksasa Marilah Kita Rajin Belajar Demi kemajuan Bangsa 9.Betapa malang nasib Rehan Matanya buta kakinya terkilir Orang yang rajin belajar latihan Tadinya tak bisa sekarang mahir 10.Jadi orang jangan nyerahan Ngerjain tugasapa – apa malas Hidup selalu dikejar kebodohan Bagai telur yang tidak bisa Menetas 11.Asia Barat ,Asia Tenggara Asia Tengah, Asia Timur Walaupun kini ku hidup sengsara Semoga kelak nasibku mujur 12.Buah Delima manis Rasanya Lebih lezat lagi dicampur roti Meski Banyak wanita didunia Namun Cuma kamu yang ada di hati 13.Jalan jalan ke toko Buku Disana beli resep membuat jamu Jikala kau sayang padaku Sampai matipun ku setia padamu 14.Ke Paris melihat menara Akibat gempa menara Runtuh Betapa hati sakit juga lara Melihat kekasih tercinta selingkuh 15.Jalan jalan ke Parang tritis Sambil main layang layang Teringat kisah cinta romantis Saatku bersamamu duhai sayang 16.Minta durian,tidak dikasih Cukup sekian dan terima kasih |