Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?

Waktu demi waktu telah berlalu. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.

Sudah banyak hal-hal yang kita lakukan. Ntah itu termasuk perbuatan baik, ataupun perbuatan buruk. Ntah mendatangkan pahala, ataupun mendatangkan dosa. Ntah akan menghantarkan kita ke Surga, atau ke Neraka.

Maka dari itu, amatlah disayangkan bila sudah beberapa kali terjadi pergantian waktu, apalagi pergantian tahun, namun kita tidak melakukan muhasabah.

Karena dengan muhasabah tersebutlah, kita bisa berikhtiar untuk memastikan bahwa hidup kita telah diisi dengan perbuatan yang baik-baik saja, dan telah menyesali dan meminta taubat akan perbuatan-perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.

Sehingga, ada baiknya setiap muslim menyediakan empat waktu khusus untuk mengevaluasi dirinya. Terkait hal ini, Wahab bin Munabbih menuturkan bahwa dalam hikmah keluarga Dawud as tertulis pernyataan, “Selayaknya orang yang berakal tidak lalai untuk menyediakan empat waktu berharga:

  1. Waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya;
  2. waktu untuk menghisab dirinya;
  3. waktu untuk ‘ber-khalwat’ dengan saudara-saudaranya yang sanggup memberitahu segala keburukannya dan berkata jujur tentang dirinya;
  4. waktu untuk menyendiri dengan dirinya sendiri untuk melakukan perkara-perkara yang halal dan terpuji (Ibn Abi ad-Dunya, Muhasabah an-Nafsi, I/13).

Mari kita bahas satu per satu…

1. Waktu untuk bermunajat

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?
Sumber: Pixabay.com

Munajat (berdoa) kepada Allah SWT tentu amat penting, jangan sampai dilewatkan.

Selain disunnahkan, munajat/doa juga mencerminkan kehinaan diri dan kebergantungan kita kepada Allah SWT, sang Pencipta.

Adapun soal kapan waktunya, memang para ulama ada menulis dalam kitab-kitab mereka tentang waktu-waktu yang tepat untuk berdoa: selepas menunaikan sholat-sholat fardhu, pada malam dan hari Jumat, saat berpuasa, dan lain-lain.

Tetapi, bermunajat atau berdoa pada malam hari, tertutama di dalam atau setelah shalat tahajud, tetaplah waktu yang amat istimewa.

Tentang sholat tahajud sendiri, Allah Swt berfirman: “Pada sebagian malam, maka bertahajudlah kamu (Muhammad) sebagai ibadah tambahan bagi kamu. Mudah-mudahan Allah mengangkat kamu pada kedudukan yang terpuji.” (TQS al-Isra’ [17]: 17).

2. Waktu untuk menghisab diri

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?
Sumber: Pixabay.com

Aktivitas ini pun baik dilakukan pada malam hari. Misalnya setelah shalat tahajud, itu lebih bagus. Karena memang muhasabah an-nafsi pun merupakan salah satu aktivitas yang sangatlah penting.

Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw, “Orang cerdas adalah orang yang senantiasa banyak menghisab dan mengendalikan dirinya serta banyak beramal untuk bekal setelah kematian. Adapun orang lemah (bodoh) adalah orang yang senantiasa menuruti hawa nafsunya, sementara ia berangan-angan kepada Allah (agar Allah menurunkan rahmat-Nya kepada dirinya, pen.)”(HR at-Tirmidzi)

Umar bin al-Khaththab ra juga pernah berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah dan timbanglah amal kalian sebelum amal kalian ditimbang oleh Allah.” (Ibn Abi ad-Dunya’, Muhasabah an-Nafsi, I/3).

Al-Hasan ra, juga pernah berkata, “Seseorang akan selalu ada dalam kebajikan selama dia memiliki nasihat yakni dirinya sendiri dan muhasabah menjadi salah satu perhatiannya.” (Ibn Abdi ad-Dunya’, Muhasabah an-Nafsi, I/7).

Melalui muhasabah an-nafsi ini, semoga kita jadi dapat menyadari segala kekurangan kita, mengakui banyaknya dosa kita, dan menyadari betapa sedikitnya amal kebaikan kita. Dengan kesadaran itu pula kita akan terdorong untuk menjadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya.

3. Waktu untuk ‘ber-khalwat’ dengan saudara-saudaranya yang sanggup memberitahu segala keburukannya dan berkata jujur tentang dirinya

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?
Sumber: istimewa

Tak cukup dengan melakukan muhasabah diri, namun juga yang tak kalah penting adalah harus meminta orang lain untuk menghisab diri kita.

Soalnya, terkadang kita sering kurang mampu bahkan tak bisa melihat kekurangan, kesalahan, dan aib kita sendiri. Pun acapkali tidak jujur terhadap diri sendiri.

Sedangkan orang lain, bisa jadi lebih cermat dan lebih jujur dalam menilai segala kekurangan, kesalahan, dan aib kita. Hal ini tentu akan lebih membantu kita untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri; kualitas keimanan, ketaqwaan, serta amal shalih kita.

Tentunya, kita harus cerdas dalam memilih orang yang hendak mengevaluasi kita. Jangan sembarang orang. Lebih baik misalnya mentor, pembina, atau ustadz kamu yang memang kredibel. Atau bisa juga ke pasangan.

4. Waktu untuk menyendiri dengan dirinya sendiri demi melakukan perkara-perkara yang halal dan terpuji

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?
Sumber: Pixabay.com

Betapa sering amal yang kita lakukan kemudian dilihat oleh orang lain, malah membuat diri kita menjadi kurang ikhlas, bahkan tidak ikhlas?

Syaithan mungkin membelokkan hati kita, sehingga yang tadinya ikhlas menjadi riya’ dan sum’ah. Ini tentu dapat merusak amal kita. Karena itu, beramal saat menyendiri atau tanpa dilihat orang kadang amat penting, agar kita bisa senantiasa menjaga dan bahkan meningkatkan keikhlasan kita.

Wa ma tawfiqi illa bilLah.

Wallahua’lam bishshawab…

Karena tidak ada satu pun manusia yang lepas dari dosa, alangkah baiknya untuk selalu berintrospeksi atau dalam Islam disebut dengan nama muhasabah. Secara Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah merupakan introspeksi diri.

Muhasabah biasanya dilakukan malam hari sebelum beristirahat, yaitu dengan mengoreksi segala sikap, kelemahan, perbuatan, kesalahan, diri di sepanjang hari tersebut.

Hal ini dimaksudkan agar kesalahan tersebut tidak terulang di kemudian hari dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Baca Juga: Bahaya Mengumbar Masalah Rumah Tangga pada Sembarang Orang

Dalil Pelaksanaan Muhasabah

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?

Foto: Istockphoto.com

Ada beberapa dalil sebagai landasan syar’i dalam pelaksanaannya, dilansir NU Online yakni:

  • Surat Al-Hasyr. “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).
  • Ungkapan Umar RA melalui Imam Al-Ghazali. “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).
  • Hadis nabi. “Seorang sahabat menemui Rasulullah SAW untuk meminta wejangan kepadanya. ‘Wahai Rasulullah, berilah aku wejangan,’. ‘Apakah kau meminta wejanganku?’. ‘Benar,’. jawabnya dengan bahagia. ‘Bila kau bermaksud untuk melakukan sesuatu, pikirkanlah dampaknya. Jika ia baik, lakukanlah. Tetapi jika itu buruk, tahanlah’." (Imam Al-Ghazali).
  • Al-Ghazali. “Orang yang (bijak) berakal hendaknya mengalokasikan seperempat waktunya untuk bermuhasabah.” (Imam Al-Ghazali).
  • Surat An-Nur. “Bertobatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS An-Nur: 31).
  • Surat Al-A’raf. “Sungguh, orang-orang yang bertakwa bila ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, lalu ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya." (QS Al-A’raf: 201).
  • Rasulullah SAW, dikutip Al-Ghazali, bersabda: “Sungguh, aku meminta ampun dan bertobat kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari.” (Imam Al-Ghazali).
  • Umar bin Khatab RA. Bila malam tiba, ia memukul kedua kakinya dengan mutiara sebagai muhasabah. Kepada dirinya sendiri, Umar mengatakan sebagai bentuk muhasabah, “Apa saja yang kau lakukan hari ini?”

Baca Juga: Meski Terlihat Sepele, 5 Masalah Perilaku Balita Ini Tidak Boleh Diabaikan!

Keutamaan Muhasabah Diri

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?

Foto: Pinterest.co.kr

Karena merupakan hal yang penting, muhasabah baiknya dilakukan setiap hari. Sebab ternyata, muhasabah juga mengandung berbagai keutamaan. Salah satunya seperti terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh School of Education and Modern Languages, UUM College of Arts and Sciences, Universiti Utara Malaysia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa muhasabah dapat diidentifikasi sebagai salah satu alternatif upaya untuk mengembangkan nilai-nilai akhlak yang baik. Hal ini akan berkaitan juga dengan adanya kemungkinan bagi pengembangan diri dan pengembangan moral.

Ini juga seiring dengan perkataan Imam Al-Ghazali yang mengaitkan muhasabah dan tobat. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena tobat adalah peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan atau sikap diri sendiri yang dilakukan dengan rasa penyesalan.

1. Menjadi Sifat Hamba Allah yang Bertakwa

Orang yang bertakwa adalah mereka yang membawa sebaik-baik bekal untuk akhirat nanti. Namun dalam perjalanannya tidak selalu mendapatkan jalan yang mulus.

Bisa saja orang tersebut merasa lelah dan lemah, bahkan bosan. Muhasabah akan membantu menghadapi berbagai rintangan yang dihadapi.

Maimun bin Mahran rahimahullah berkata: “Tidaklah seorang hamba menjadi bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya.”

2. Hasil dari Muhasabah adalah Taubat

Banyak di antara manusia yang melakukan kemaksiatan, namun Allah SWT masih memberikan nikmat kepadanya. Dia tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah bentuk istidraj atau penangguhan menuju kebinasaan dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS Al-A’raf: 182).

Orang-orang yang memahami ayat ini akan merasa takut atas peringatan Allah SWT, sehingga senantiasa mengintrospeksi diri. Jangan sampai bahwa nikmat yang telah diberikan merupakan bentuk istidraj.

Muhasabah yang benar mengantarkan kepada taubat yang akan diawali dengan penyesalan. Rasulullah SAW bersabda: “Menyesal adalah taubat.” (HR Ibnu Majah, Ahmaddan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghir).

3. Menambah Energi untuk Beribadah

Muhasabah akan menjadi energi tambahan yang dibutuhkan saat mengerjakan seluruh perintah Allah SWT. Dalam kitab Imam Bukhari, dibuka dengan perkataan Abu az-Zinad, “Sesungguhnya mayoritas sunnah dan kebenaran bertentangan dengan pendapat pribadi.” (HR Bukhari).

Imam Bukhari mengatakan bahwa manusia sering menolak kebenaran hanya karena bertentangan dengan pendapat pribadi. Contohnya saja saat Rasulullah SAW berdakwa namun mendapat banyak ditolak karena bertolak belakang dengan keinginan pribadi suatu kaum.

Karena itulah muhasabah diri perlu dilakukan agar tidak terjebak ke dalam kemaksiatan dan kesesatan.

Ini juga menjadi momen mencharge diri, mengingat apa yang dilakukan untuk mencari kebaikan di dalamnya, dan mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih dicintai oleh Allah SWT.

Baca Juga: 6 Tips Mencegah Masalah Keuangan Rumah Tangga

Cara Muhasabah Diri

Kapan waktu terbaik untuk muhasabah diri?

Foto: Freepik.com

Bagi orang yang ingin bermuhasabah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Hal ini juga mendapat contoh dari para sahabat Rasul. Cara tersebut di antaranya adalah:

1. Tidak Menutup Diri dari Masukan Orang Lain

Terkadangseseorang melakukan kesalahan yang tidak disadari. Olehkarena itu, memiliki teman yang saleh amat dibutuhkan. Sebab bisa saling mengingatkan agar senantiasa bermuhasabah dan mengevaluasi diri dan menghindari segala larangan Allah SWT.

Dalam suatu riwayat, Imam Bukhari menceritakan usul Umar RA kepada Abu Bakar RA dalam mengumpulkan Alquran. Saat itu, Abu Bakar menolak usul itu, tapi Umar terus mendesak dan mengatakan bahwa itu adalah kebaikan. Akhirnya, Abu Bakr menerima usul itu dan berkata:

“Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar.” (HR. Bukhari)

Dalam kisah tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kedudukan tinggi pun saat diingatkan tidak boleh merasa jumawa. Jika ada suatu pendapat yang baik dan maslahat meski datang dari orang yang di bawahnya tetap dilaksanakan.

2. Bersahabat dengan Orang Saleh

Salah satu rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada orang muslim adalah dengan dikelilingi oleh sahabat yang saleh. Mereka akan menasihati dan mengingatkan kekeliruan yang telah dilakukan semata-mata agar bisa Bersama dalam kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa.” (HR Bukhari).

Karena itu, betapa pentingnya sosok sahabat yang saleh sebagai media untuk saling mengingatkan dan menasihati. Karena selain dapata melakukan muhasabah diri sendiri, sahabat tentu akan memberi dukungan saat diperlukan.

Rasulullah SAW bersabda: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi diri seorang pemimpin/pejabat, maka Allah akan memberinya seorang pendamping/pembantu yang jujur yang akan mengingatkan jika dirinya lalai dan akan membantu jika dirinya ingat.” (HR Abu Dawud).

3. Menyendiri

Salah satu bentuk evaluasi dan introspeksi diri yang berguna adalah dengan menyendiri saat bermuhasabah. Umar bin Khaththab berkata: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal saleh) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak).” (HR Tirmidzi).

Selain itu, dari Maimun bin Mihran, beliau berkata: “Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya.” (HR Tirmidzi).

Itulah hal-hal yang berkaitan dengan muhasabah diri dalam Islam. Semoga bermanfaat!

Sumber

  • https://umroh.com/blog/cara-muhasabah-diri/
  • https://www.researchgate.net/publication/296880437_Hisba_Reflection_in_Islamic_Spiritual_Education
  • https://muslim.or.id/27695-mengapa-perlu-muhasabah-diri.html
  • https://kbbi.web.id/muhasabah
  • https://islam.nu.or.id/post/read/125643/keutamaan-muhasabah-atau-introspeksi-diri