Kalau kita sudah mengetahui pengertian Naskah Teater maka tentunya langkah selanjutnya adalah bagaimana langkah langkah membuat naskah yang baik. Jangan asal buat, nanti bisa kocar-kacir tidak karuan ceritanya. Terkadang kita asal-asalan saja membuat naskah sehingga penonton tidak tahu alur cerita yang kita perankan. Bahkan terkesan tidak serius. Materi ini cocok sekali jika mencari ilmu mengenai cara membuat naskah. ATau hal yang penting dalam naskah, atau Yang harus diperhatikan dalam membuat naskah drama. Hal yang penting dan diperhatikan dalam membuat Naskah adalah sebagai berikut;
Selain alur yang menarik dan karakter yang kuat, ending atau penutup juga berperan penting dalam sebuah cerita—baik itu cerpen, drama, maupun novel. Ending merupakan salah satu penentu apakah cerita yang kamu tulis akan diingat lama dalam benak pembaca, atau sebaliknya—dilupakan begitu saja. Ada banyak cara untuk menutup ceritamu, mulai dari membuat akhir yang bahagia, tragis, atau yang membingungkan. Nah, berikut ini 7 jenis ending dalam cerita yang perlu kamu ketahui. Selanjutnya tinggal menentukan mana yang cocok untuk digunakan. 1. Surprise Ending Surprise ending atau yang juga dikenal dengan plot twist merupakan penutup di mana pembaca dibuat terkejut oleh akhir dari sebuah cerita. Ending ini akan mematahkan gambaran yang telah dibangun pembaca dengan sesuatu yang tak terduga. Penulis biasanya membuat alur yang bertolak belakang dengan ending, sehingga sulit ditebak. Ending jenis ini dikatakan berhasil apabila pembaca merasa terkejut, tak percaya, dan tertipu. 2. Happy Ending Happy Ending merupakan jenis penutup yang paling banyak digunakan. Dalam ending ini, harapan dan keinginan tokoh tercapai. Meski banyak dipakai, tidak semua cerita dengan happy ending mampu membuat pembaca terkesan, tak jarang cerita ini justru yang paling mudah ditebak. Oleh sebab itu, penulis harus membangun kekuatan lain, misalnya konflik yang pelik, alur yang rumit, atau karakter yang kuat. Sehingga pembaca dapat mengambil pelajaran bahwa akhir bahagia yang dirasakan sang tokoh merupakan buah dari perjuangan tak kenal henti. 3. Sad Ending Kebalikan dari happy ending, sad ending biasanya membuat pembaca merasa sedih. Umumnya cerita berakhir dengan hal-hal yang tidak disukai, misalnya kematian, kegagalan, atau kehilangan. Tidak banyak cerita yang menggunakan ending jenis ini karena memang tidak banyak pembaca yang menyukainya. Namun, jika dieksekusi dengan baik, cerita dengan sad ending justru bisa mendatangkan kesan tersendiri bagi pembaca. 4. Question Ending Dalam question ending, cerita berakhir dengan menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Biasanya jenis ending ini terdapat dalam cerita bersambung atau novel berseri. Tujuannya untuk membangkitkan rasa penasaran sehingga pembaca menantikan kisah selanjutnya. 5. Circular Ending Circular ending terdapat dalam cerita yang memiliki pola melingkar. Dalam ending ini, akhir dari sebuah cerita adalah awal cerita itu sendiri. Memasuki bagian penutup, pembaca akan diajak menelusuri ulang perjalanan tokoh, mulai dari pengenalan, munculnya konflik, klimaks, hingga menemukan resolusi. Jadi, ending akan berkaitan dengan awal cerita. 6. Open Ending Open ending adalah jenis penutup cerita yang tidak selesai alias menggantung. Biasanya pembaca merasa seolah-olah cerita terhenti begitu saja. Open ending akan menyisakan banyak hal yang mengganjal di benak pembaca. Tujuan dari ending jenis ini ialah agar pembaca menciptakan akhir kisahnya sendiri sesuai keinginan dan imajinasi masing-masing.
Yang terakhir adalah close ending. Seperti namanya, ending ini tidak menyisakan pertanyaan apa pun alias tertutup. Penulis menjelaskan semua sebab-akibat dalam ceritanya, sehingga tidak ada lagi yang perlu dipertanyakan. Dalam close ending, cerita benar-benar selesai. Tidak ada alternatif lain. Pembaca pun akan merasa lega karena telah mengetahui semuanya. Itulah 7 jenis ending yang dapat kamu gunakan untuk mengakhiri karanganmu. Tidak sedikit pula penulis yang menggabungkan beberapa jenis penutup cerita agar makin memikat. Jadi, ending mana yang akan kamu tulis?
X
Artikel ini disusun oleh tim penyunting terlatih dan peneliti yang memastikan keakuratan dan kelengkapannya.
Cerita merupakan penyajian urutan peristiwa yang saling berkaitan dan memiliki awal, tengah, dan akhir, tetapi cerita yang bagus (yang meninggalkan dampak kuat bagi pembaca) adalah cerita yang berakhir dengan penyampaian signifikansi. Tidak masalah apakah cerita Anda nyata atau imajinasi dan berakhir sedih atau bahagia, semua cerita yang efektif berakhir dengan menyampaikan kepada pembaca bahwa entah bagaimana, cerita itu penting.
Sobat, merasa sering bingung ketika menulis pada saat di akhir cerita agar ending dari cerita yang kita buat menjadi lebih menarik dan greget? Nah secara teori, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan loh pada saat pembuatan ending : 1. Ending hendaknya berhubungan erat dengan konflik yang kita munculkan di awal cerita, ini dapat kita lihat pada ahsanul qoshosh (the best story) dalam Al-Quran surat Yusuf. Awal cerita ada pada ayat ke-3 (dua ayat pertama adalah endorsment Allah tentang kisah ini) yang menceritakan mimpi Yusuf kecil. Kita baru menemukan jawaban dari makna mimpi itu pada ending cerita, yaitu ayat ke-100, di sana disinggung lagi tentang mimpi itu. Dari sini kelihatan banget kalau Al-Quran sangat bisa dijadikan rujukan penulisan. Secara ... memang di dalam Alquran itu banyak cerita, kisah dan sejarah yang kalau diperhatikan maka teknik penulisannya tingkat tinggi dan selalu mempunyai ending yang baik. 2. Ending jangan terkesan kita paksakan atau kita dramatisir, melainkan tetap dalam bingkai "kausalitas" (sebab-akibat). Jadi antara adegan satu dengan adegan yang lain dalam alur cerita itu harus logis, jangan sampai buat kejutan yang tidak rasional, alias "teori mati", yaitu rata-rata para penulis pemula, karena tidak tahu cara mengakhiri cerita, maka mereka matikan sang tokoh, baik itu ditabrak mobil, disambar petir, jatuh dari tangga, dst. Biasa banget nih dalam sinetron -sinetron. 3. Ending harus memiliki "suspense" (kejutan) yang membuat kita terkejut, terpesona, terharu, marah, gembira, dst. 4. Ending hendaknya sesuai dengan bangunan cerita, kalau cerita kita memang lebih dominan kesedihan, elegi, maka buatlah sad ending, sebaliknya kalau dominan ceritanya gembira, maka buatlah happy ending, jangan sampai dari awal kita ajak pembaca mengharu biru, eee, pada kalimat terakhirnya, kita ajak tertawa terpingkal-pingkal. 5. Ending itu beragam, cuma secara global ada yang bersifat tertutup, alias inti cerita atau konflik kita selesaikan di sana, namun ada yang terbuka, membiarkan para pembaca untuk melanjutkannya, namun jenis kedua ini, kita harus hati-hati, sebab bila tidak tepat, justru itu akan meruntuhkan bangunan cerita sebelumnya Ah masih banyak kalo teori, mendingan langsung yang praktis aja: 1. Coba cari kumcer baik dalam bentuk buku, e-book, maupun di blog, coba cari 10 cerpen, lalu baca keseluruhannya, setelah baca semua, coba fokuskan pada endingnya, lalu bandingkan satu sama lainnya, maka Sobat akan menemukan cara membuat ending yang baik. 2. Agar pembelajaran tersebut (nomor 1) efektif maka cobalah cari cerpen yang memang menurutmu bagus, atau menurut orang lain bagus. Terus bagaimana cara menentukan bagus atau tidaknya? Pertama cerpen itu pemenang lomba, dimuat di media yang memang nomor satu, misalnya Horison, Annida-Online, atau penulisnya memang sudah diakui banyak orang, misalnya mbak Helvy Tiana Rosa, Muhammad Yulius dst. 3. Baca kembali cerpen-cerpenmu, lalu lakukan hal yang sama terhadap cerpenmu lihat alur ceritanya, selanjutnya fokus pada ending. Yakin deh kamu bisa menemukan sesuatu pada cerpenmu. Bila sudah ketemu, baru kamu bandingkan, hasil temuanmu pada cerpen2 orang lain; Selamat mencoba! |