Show
Pernahkah kalian mendonorkan darah kalian? Nah, sebelum kalian dipastikan boleh untuk mendonorkan darah kalian, pasti ada beberapa wawancara atau tes yang kalian harus lakukan, dan formulir yang harus kalian isi. Dari pertanyaan mengenai golongan darah hingga pengecekan kondisi vital tubuh. Jika lolos, baru bisa mendonorkan darah. Semua rangkaian tersebut dilakukan karena darah yang kalian donorkan nantinya akan disalurkan atau diberikan kepada orang lain, proses ini disebut sebagai transfusi darah. Risikonya bisa sangat berbahaya jika darah yang masuk tidak sesuai dengan kondisi tubuh penerima. Lalu, apa yang terjadi jika seseorang salah menerima transfusi darah? Bagaimana jenis-jenis pembagian golongan darah untuk ditransfusi? Tahukah kalian bahwa golongan darah seseorang mempengaruhi jenis dari transfusi tersebut? Yuk kita simak di bawah ini untuk menemukan jawabannya! Transfusi darah merupakan rangkaian proses memindahkan darah atau komponen darah dari donor kepada resipien (penerima). Transfusi darah bertujuan untuk mengembalikan serta mempertahankan volume normal peredaran darah, meningkatkan penyebaran oksigen jaringan, luka bakar, dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Dalam melakukan transfusi darah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan khususnya golongan darah dari donor dan juga resipien (penerima). Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan golongan darah? Golongan darah merupakan pengelompokan darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau tidaknya zat antigen (zat yang merangsang respon pertahanan tubuh terhadap zat asing yang masuk seperti infeksi) pada permukaan sel darah merah. Antigen ini yang nantinya memelopori pembentukan antibodi (zat yang bertugas untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh). Penggolongan darah ini terbagi atas penggolongan ABO dan rhesus. Jenis-jenis golongan darah ABO menurut Landsteiner ada 4 macam, yaitu:
Rhesus merupakan penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya protein atau faktor Rh pada permukaan sel darah merah. Hal ini dibagi menjadi dua rhesus yaitu Rhesus negatif dan Rhesus positif. Jenis- jenis golongan darah dapat menentukan transfusi darah yang dibutuhkan oleh penerima. Bila tidak mengikuti aturan, darah yang telah diterima akan menggumpal atau biasa disebut sebagai aglutinasi. Pada skema transfusi darah, golongan darah O dapat memberikan darahnya ke semua golongan darah sehingga golongan darah O disebut donor universal. Hal ini terjadi karena sel-sel golongan darah O tidak mengandung kedua protein yang dapat menggumpal, sehingga pendonor dengan golongan darah O dapat diberikan ke hampir setiap resipien (penerima) tanpa terjadi reaksi penggumpalan dengan cepat. Golongan darah AB disebut resipien universal karena dapat menerima darah dari semua golongan darah. Secara lebih lengkap, berikut skema transfusi darah sesuai penggumpalan yang mungkin terjadi saat melakukan transfusi darah: Skema transfusi darah ini sebaiknya diikuti agar tidak terjadi reaksi penggumpalan pada darah penerima. Gumpalan darah ini bisa menyumbat pembuluh darah dan menghentikan sirkulasi darah ke bagian lain tubuh sehingga bisa berakibat fatal bagi pasien, termasuk kematian yang cepat. Gejalanya seperti mual, menggigil, demam, dada dan di bagian punggung bawah terasa nyeri, serta urin juga berwarna gelap karena kerja ginjal menjadi berat. Dalam melakukan transfusi darah, terdapat beberapa indikasi umum yang perlu diperhatikan, yaitu:
Setelah indikasi tersebut terpenuhi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan transfusi darah, yaitu:
Sudah tau kan, bagaimana proses darah setelah didonorkan? Nah, jadi donor darah itu bukan hanya sekedar donor darah, ya! Perlu kecermatan dalam melakukannya. Banyak sekali proses yang ada setelahnya yang harus kalian ketahui dan tidak bisa dipandang remeh. Karena keliru sedikit saja, akibatnya bisa fatal dan nyawa orang lain lah yang jadi taruhannya. Sampai ketemu di trivia selanjutnya! Sumber
Transfusi darah adalah prosedur pemberian darah kepada pasien yang kekurangan sel darah karena penyakit, kecelakaan, atau tindakan medis tertentu, seperti operasi. Tindakan ini umumnya aman dilakukan selama diawasi langsung oleh petugas medis. Darah yang diberikan dapat berbentuk darah utuh, yaitu sel darah secara keseluruhan, atau hanya salah satu komponen darah, seperti trombosit atau plasma darah. Proses transfusi biasanya akan berlangsung selama 1-4 jam, tergantung kebutuhan. Untuk menjaga keamanan produk darah ketika ditransfusikan, bank darah selalu melakukan skrining ketat pada darah yang sudah didonorkan, guna melihat penyakit yang mungkin ditularkan. Di Indonesia, proses donor darah dan skrining keamanan darah akan dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Jenis-jenis transfusi darahDarah yang diberikan saat proses transfusi, bisa terdiri dari beberapa komponen, tergantung kebutuhan. Berikut ini komponen darah yang dapat diberikan lewat prosedur ini. 1. Sel darah merahTransfusi sel darah merah (eritrosit) biasanya dilakukan untuk penyakit, seperti thalasemia atau anemia defesiensi besi. Kedua penyakit itu dapat membuat penderitanya kekurangan hemoglobin (Hb). Hemoglobin sendiri merupakan protein di dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Dengan transfusi sel darah merah, jumlah oksigen dalam tubuh pasien dapat meningkat. Menurut Standar Pelayanan Transfusi Darah RI, transfusi sel darah merah hampir selalu diberikan pada seseorang yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dL. 2. Platelet alias trombositPlatelet atau trombosit, atau disebut juga keping darah, adalah komponen darah yang berguna untuk pembekuan darah. Transfusi trombosit biasanya diberikan pada orang yang tidak bisa memproduksi cukup keping darah dalam tubuhnya. Transfusi trombosit biasanya diberikan kepada pasien yang memiliki kelainan trombosit, pengidap trombositopenia, atau pasien yang menjalani kemoterapi karena kanker. 3. Plasma darahAda 2 komponen darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah, yaitu trombosit dan plasma darah. Transfusi plasma darah ditujukan untuk membantu menggantikan protein dalam darah yang berperan pada proses pembekuan darah. Prosedur ini biasanya dilakukan pada kondisi-kondisi yang membuat pasien kehilangan banyak darah, seperti cedera atau kecelakaan, maupun pada pasien yang memiliki penyakit hati. 4. CryoprecipitateDi dalam plasma darah, terkandung zat yang disebut faktor pembekuan. Fungsinya adalah untuk pembekuan darah. Cryoprecipitate adalah salah satu faktor pembekuan yang diproduksi secara alami di plasma darah. Kecelakaan atau penyakit tertentu, seperti Von Willebrand atau hemofilia tipe A menyebabkan seseorang memiliki kelainan faktor pembekuan darah. Itu sebabnya, transfusi ini mungkin dibutuhkan. 5. Darah utuh (whole blood)Whole blood mengandung semua elemen darah yang diperlukan untuk menyalurkan oksigen dan hemostasis (proses penghentian perdarahan). Seluruh komponen darah termasuk sel darah merah, putih, dan trombosit terkandung pada whole blood. Tindakan ini umumnya diberikan pada pasien yang membutuhkan darah jumlah besar, seperti kecelakaan dengan perdarahan hebat, operasi jantung anak, atau hemodialisis (cuci darah) pada bayi yang baru lahir. Jenis transfusi darah utuh juga digunakan sebagai penanganan darurat pada kondisi anemia, koagulopati, asidosis, dan hipotermia yang membutuhkan penanganan segera. Seberapa sering seseorang harus menjalani transfusi darah?Frekuensi transfusi darah akan tergantung pada kondisi kesehatan pasien dan penyebab kekurangan darah. Pada pasien thalasemia mayor, misalnya, mungkin membutuhkan transfusi setiap bulan. Sementara itu, pada pasien yang menjalani operasi hanya butuh transfusi saat operasi dilakukan. Dokter akan menentukan volume darah serta seberapa sering transfusi yang dibutuhkan agar mencapai jumlah hemoglobin tertentu. Apa saja persiapan sebelum menjalani transfusi darah?Persiapan sebelum menjalani transfusi darah umumnya meliputi:
Prosedur transfusi darah hampir sama seperti ketika seseorang menjalani infus biasa. Hanya saja, yang masuk ke tubuh Anda bukan cairan, melainkan darah atau berbagai komponennya masing-masing. Petugas medis akan memasang jalur infus pada pembuluh darah vena Anda untuk mengalirkan darah dari dalam kantong darah yang telah disiapkan. Kecepatan tetes darah kemudian akan diatur oleh petugas. Secara umum, transfusi darah berlangsung selama 1-4 jam untuk satu kantong darah. Durasi ini tergantung pada kecepatan darah memasuki tubuh Anda. Petugas medis akan memantau kondisi pasien, terutama pada 15 menit awal. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada reaksi alergi yang muncul. Bila ada-gejala alergi yang dirasakan pasien, tindakan akan segera dihentikan. Sesudah transfusi darah selesai, petugas medis akan melepaskan jalur infus dari pembuluh darah dan Anda biasanya bisa langsung pulang. Apa saja yang perlu diperhatikan selama dan setelah transfusi darah?Selama prosedur transfusi darah, baik sebelum, selama, hingga sesudah, petugas medis akan terus memantau tanda-tanda vital pasien, seperti suhu tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Langkah ini bertujuan mendeteksi ada tidaknya efek samping. Segera beri tahukan pada petugas medis bila Anda mengalami gejala-gejala di bawah ini selama menjalani transfusi darah:
Gejala-gejala tersebut juga sebaiknya diwaspadai setelah transfusi darah selesai dan dilaporkan pada petugas medis. Setelah prosedur selesai, Anda mungkin akan merasa sedikit nyeri di area bekas jarum. Selain itu, memar juga sering muncul sebagai efek samping ringan dari prosedur transfusi darah. Namun, hal tersebut akan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari. Apa saja komplikasi dan efek samping transfusi darah?Proses transfusi darah umumnya tergolong aman. Meski begitu, prosedur ini tetap memiliki risiko komplikasi, sekalipun kecil, yang meliputi:
Segera hubungi dokter apabila Anda mengalami nyeri dada, nyeri punggung, atau sesak napas National Heart, Lung, and Blood Institute. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/blood-transfusion American Red Cross. https://www.redcrossblood.org/donate-blood/blood-donation-process/what-happens-to-donated-blood/blood-transfusions/types-of-blood-transfusions.html Mayo Clinic.https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/blood-transfusion/about/pac-20385168 Guidelines for the Management of Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT) [Internet]. 3rd edition. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK269390/ WebMD. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/blood-transfusion-what-to-know#1 MedlinePlus. https://medlineplus.gov/bloodtransfusionanddonation.html National Library of Medicine. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30189061/ Medicalnewstoday. https://www.medicalnewstoday.com/articles/327513#why-are-blood-transfusions-necessary Hematology and Medical Oncology ,Department of Internal Medicine Faculty of Medicine,Public Health, and Nursing Universitas Gadjah Mada. https://www.papdi.or.id/pdfs/401/BloodTransfussionGuidelines.pdf NHS.UK. https://www.nhs.uk/conditions/blood-transfusion/ Deutsches Ärzteblatt International. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4555065/ National Institute For Health And Care Excellence. https://www.nice.org.uk/guidance/ng24/chapter/Recommendations#fresh-frozen-plasma-2 Kementerian Kesehatan RI. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._91_ttg_Standar_Transfusi_Pelayanan_Darah_.pdf American Academy of Family Physicians. https://www.aafp.org/afp/2011/0315/p719.html Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/14755-blood-transfusion’ The Aplastic Anemia and MDS International Foundation. https://www.aamds.org/types-blood-transfusions |