Jelaskan penyebab dari biased growth menurut Ricardian Theory dan Heckscher-Ohlin Theory

Teori H-O menjelaskan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya.

Jadi, jawaban yang tepat adalah C. 

Teori Perdagangan Internasional (II)

Oleh : M. Idham Sofyan

Teori Keunggulan Absolut

Adam Smith (1937) menjelaskan bahwa suatu negara akan bertambah kekayaan jika sejalan dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi keterlibatan para tenaga kerja dan penduduk di negara tersebut dalam proses produksi. Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan absolut ketika negara tersebut melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi dengan negara lain. Spesialisasi produksi dua negara yang melakukan perdagangan keunggulan absolut dapat disimulasikan sebagai berikut:

Gambaran Teori Keunggulan Absolut

Negara A Negara B
Kentang 8 unit / tenaga kerja 4 unit / tenaga kerja
Gandum 6 unit / tenaga kerja 12 unit / tenaga kerja

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa negara A memilik keunggulan absolut dalam memproduksi kentang, sedangkan negara B memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi gandum. Perdagangan internasional dengan keunggulan absolut dapat dikatakan menguntungkan jika negara A mengekspor kentang ke negara B dan mengimpor gandum dari negara B, begitu pula sebaliknya, negara B mengekspor gandum ke negara A dan melakukan impor kentang dari negara A.

 Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif diperkenalkan oleh David Ricardo (1971) yang menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut. Berbeda dengan teori keunggulan absolut yang dikembangkan oleh Adam Smith (1937), Ricardo (1971) menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut, cukup dengan memiliki keunggulan komparatif pada harga untuk suatu komoditi yang relatif berbeda (Helpman, 2010).

Teori Heckscher – Olin (H-O)

Perubahan dalam teori perdagangan internasional muncul ketika seorang sejarawan ekonomi asal Swedia, Eli Heckscher dan muridnya Bertil Olin mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum sempat dijelaskan oleh David Ricardo (1971). Heckscher – Olin (1919) mengembangkan model ekonomi dengan menyatakan penyebab adanya perbedaan produktivitas karena adanya perbedaan proporsi faktor tenaga kerja, modal, dan tanah yang dimiliki oleh suatu negara. Teori Heckscher–Olin dikenal dengan “The Proportional Factor Theory” dimana negara dengan faktor produksi relatif tinggi dan murah dalam biaya produksi akan melakukan spesialisasi produksi untuk melakukan ekspor. Sebaliknya negara dengan faktor produksi relatif langka dan mahal dalam biaya produksi akan melakukan impor (Helpman, 2010).

Teori Hecksher-Ohlin (H-0) menjelaskan perdagangan antara dua negara. Teori ini mengemukakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditi yang produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan murah, dan dalam waktu bersamaan akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan lebih banyak faktor produksi yang relatif langka dan mahal di negara tersebut. Teori H-0 melnpunyai dua definisi konsep kelimpahan faktor produksi yaitu definisi fisik dan definisi harga faktor. Diasumsikan di sini hanya ada dua negara (H dan 0, dua komoditi yaitu komoditi 1 dan komoditi 2 serta dua faktor produksi yaitu modal dan tenaga kerja. Kedua negara tersebut hanya berbeda dalam ha1 kelimpahaan faktor produksinya. Menurut definisi fisik, suatu negara H berkelimpahan modal apabila rasio total jumlah modal terhadap total jumlah tenaga kerja di negara if lebih besar dibandingkan dengan di negara F (KH/LH > K,4LF), sedangkan menurut definisi harga faktor, suatu negara H berkelimpahan modal apabila rasio harga ~ilodal terhadap harga tenaga kerja di negara H lebih rendah dibandingkan dengan di negara F (lvH/rH > u2,drF), dengan w dan r berturut-turut menyatakan liarga faktor produksi tenaga kerja dan modal. Diasumsikan juga bahwa komoditi 1 sebagai komoditi padat tenaga kerja (artinya pada saat produksinya menggunakan rasio tenaga kerja terhadap modal yang lebih banyak daripada rasio tenaga kerja terhadap modal yang digunakan dalam memproduksi komoditi 2), sementara komoditi 2 merupakan kolnoditi padat modal (artinya pada saat produksinya menggunakan rasio modal terhadap tenaga kerja yang lebih banyak daripada rasio modal terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam melnproduksi komoditi 1). Teori H-0 mengemukakan bahwa saat terjadi perdagangan, negara H sebagai negara yang berkelimpahan modal akan mengekspor komoditi 2 dan mengimpor komoditi 1, sebaliknya negara F akan mengekspor komoditi 1 dan mengimpor komoditi 2. Adanya perdagangan tersebut akan mendorong terjadinya penyamaan harga faktor produksi di negara H dan F, baik secara relatif maupun secara absolut. Dalam teori H-0 ditelaah sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif bagi setiap negara dan dampak-dampak yang ditimbulkan oleh hubungan dagang terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang bersangkutan. Menurut H-0, perbedaan kelimpahan faktor produksi menjadi penentu keunggulan komparatif bagi masing-masing negara yang selanjutnya akan menjadi landasan berlangsungnya perdagangan. Perdagangan juga dapat berfungsi sebagai pengganti mobilitas faktor produksi internasional dalam menyamakan tingkat harga faktor produksi atau pendapatan faktor produksi baik secara relatif atau absolut di antara negara yang terlibat dalam hubungan dagang tersebut