Di mana letak keindahan pada nama Allah al- khabir

Jakarta -

Al Khabir artinya adalah yang Maha Teliti, satu dari 99 nama baik milik Allah SWT dalam asmaul husna. Nama Al Khabir disebutkan dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 13,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Arab latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Dikutip dari buku Rahasia Keajaiban Asmaul Husna karya Syafi'ie el-Bantanie, Al Khabir berasal dari khabara yang artinya pengetahuan mendalam. Pengetahuan tersebut sangat rinci menyangkut berbagai hal tersembunyi, hingga muncul arti ketelitian.

"Allah Al Khabir artinya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu sampai ke detail-detailnya (Maha Teliti). Tidak ada peristiwa yang terjadi di alam ini, melainkan diketahui Allah SWT secara detail. Mulai dari kematian, kualitas ketakwaan, hingga rahasia di dasar hati," tulis Syafi'ie el-Bantanie.

Ketelitian Allah SWT tercantum dalam Al Quran surat An Nisa ayat 135,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ بِٱلْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَوِ ٱلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَٱللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ ۚ وَإِن تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā`a lillāhi walau 'alā anfusikum awil-wālidaini wal-aqrabīn, iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā bihimā, fa lā tattabi'ul-hawā an ta'dilụ, wa in talwū au tu'riḍụ fa innallāha kāna bimā ta'malụna khabīrā

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."

Setelah mengetahui arti Al Khabir, selanjutnya muslim wajib berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wujud pengamalannya adalah mengenal diri sendiri, gejolak nafsu, serta membedakan bisikan baik dan buruk. Dengan pengetahuan ini, seorang muslim bisa selalu waspada dan menghindari kesalahan.

Pengetahuan yang jelas membantu tiap muslim punya dasar kuat dalam bertindak, bukan sekadar ikut-ikutan. Hasilnya tidak ada keraguan atau rahasia buruk dalam hati.

Gimana detikers, sudah siap mengamalkan arti Al Khabir?

Simak Video "Silaturahmi Senior Golkar Usai Peresmian Masjid Baru di Markas Partai"


[Gambas:Video 20detik]
(row/erd)

Di mana letak keindahan pada nama Allah al- khabir

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Pengertian Iman kepada Allah SWT

Di mana letak keindahan pada nama Allah al- khabir

    Dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Maka dari itu pengertian Iman kepada Allah adalah Mempercayai dan membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dan tiada tuhan selain Allah. Dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan di kehidupan nyata.

    Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

    “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136) Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia

Iman Kepada Malaikat

    Salah satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di alam ini adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia. Sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah. Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang artinya:

    “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.” (Q.S. Fatir: 1)

    Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim tentang iman dan rukunnya. Dari Abdullah bin Umar, ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah bersabda, “iman itu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya dan hari akhir serta beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik maupun yang buruk.”

Dalam hadits tersebut, percaya kepada malaikat merupakan unsur kedua keimanan dalam Islam. Percaya kepada malaikat sangatlah penting karena akan dapat memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik.

    Dari ayat dan hadits di atas dapat diketahui bahwa beriman kepada malaikat merupakan perintah Allah dan menjadi salah satu syarat keimanan seseorang. Kita beriman kepada malaikat karena Al Qur’an dan Nabi memerintahkannya, sebagaimana kita beriman kepada Allah dan Nabi-Nya.


Al-Alim

Maha Mengetahui

QS. Al-Baqarah [2] : 32 Ibn Katsir

قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ

Kementrian AgamaMereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

QS. Al-Baqarah [2] : 127 Ibn Katsir 

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَٰهِۦمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Kementrian AgamaDan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

QS. Al-Baqarah [2] : 137 Ibn Katsir 

فَإِنْ ءَامَنُوا۟ بِمِثْلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهْتَدَوا۟ ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا۟ فَإِنَّمَا هُمْ فِى شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ ٱللَّهُ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Kementrian AgamaMaka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

QS. 'Ali `Imran [3] : 35 Ibn Katsir 

إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Kementrian Agama(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

Al Khabir

Maha Mengetahui Perkara Yang Tersembunyi

Definisi “Al-Khabir”

    Secara bahasa, Al-Khabir diambil dari mashdar al-khibru, al-khubru, al-khibrah, al-khubroh, al-makhbarah, dan al-mukhbarah, yang semuanya berarti pengetahuan terhadap sesuatu. Sedangkan al-khabir adalah yang mengetahui sesuatu itu.1

Sedangkan definisi yang disebutkan oleh para ulama adalah Dzat yang mengetahui hal-hal yang mendetail pada segala sesuatu, Dzat yang ilmu-Nya sampai pada tingkatan meliputi perkara-perkara batin dan yang tersembunyi, sebagaimana ilmu-Nya juga meliputi perkara-perkara yang tampak. Allah Ta’ala berfirman,

 أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Sejatinya yang menciptakan itu sangat mengetahui. Dan Dia adalah yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.” (QS. Al-Mulk: 14)

    Al-Khabir Yang mengetahui mata-mata yang khianat dan juga perkara-perkara yang disembunyikan dalam dada. Dan Dia Maha Mengetahui terhadap jiwa yang memiliki dada.2

Ketika menafsirkan nama Allah Al-Khabir pada surah Al-An’am ayat 18, Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ia adalah yang menyingkap pengetahuan terhadap hal-hal yang bersifat rahasia, apa-apa yang ada dalam hati, dan perkara-perkara yang tersembunyi.”3

Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata dalam kitab tafsir beliau, “Al-Khabir adalah Yang Mengetahui maslahat dan mafsadat segala sesuatu, tidak tersembunyi darinya akibat dari segala urusan.”4

Dalil-dalil yang menunjukkan Al-Khabir sebagai nama Allah Ta’ala Dalam menetapkan suatu nama sebagai nama Allah Ta’ala, para ulama mensyaratkan adanya penyebutan nama tersebut dalam Al-Qur’an atau hadis-hadis yang sahih. Karena perkara-perkara yang berkaitan dengan Allah Ta’ala seperti ini bersifat tauqifiyyah atau baku dari pembuat syariat, dan akal manusia sama sekali tidak memiliki peran untuk berijtihad.5

Dalil dari Al-Qur’an  

    Syaikh Muhammad Al-Hamud dalam kitabnya An-Nahjul Asma mengatakan bahwa nama “Al-Khabir” telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 45 kali. Di antaranya,

وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ

“Dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)

  قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ

“Beliau berkata,“Saya diberitahu oleh Yang Maha Mengetahui lagi Maha teliti’.” (QS. At-Tahrim: 3)

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ

“Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu benar-benar mengetahui tentang diri mereka.” (QS. Al-‘Adiyat: 11)

Dalil dari Hadis

    Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha tatkala beliau menyembunyikan sesuatu dari Rasulullah,

لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

“Engkau harus memberitahukanku atau Allah Yang Mahalembut dan Maha Mengetahui yang akan memberitahukanku.” (HR. Muslim, no. 1625)

Perbedaan antara Al-‘Alim dengan Al-Khabir 

    Al-‘Alim dan Al-Khabir sama-sama berarti yang mengetahui. Akan tetapi dari sisi objek, keduanya memiliki perbedaan. Al-‘Alim berasal dari kata al-‘ilmu, sedangkan Al-Khabir berasal dari kata al-khibrah.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan al-‘ilmu itu zhahir (bagian luar dari pengetahuan), sedangkan al-khibrah merupakan batin (bagian dalam yang tersembunyi). Dan merupakan kesempurnaan ilmu adalah ketika mampu menyingkap al-khibrah tersebut. Dengan begitu al-khibrah merupakan bagian dalam dari ilmu serta kesempurnaannya.”6

Dan diantara kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla adalah memiliki dua nama ini sekaligus, Al-‘Alim dan Al-Khabir.

Kandungan nama Allah “Al-Khabir”

    Para ulama telah membuat kaidah bahwa pada setiap nama Allah yang menunjukkan sifat muta’addi (membutuhkan objek) atau yang berkaitan dengan sesuatu yang ada atau berwujud, memiliki tiga kandungan.7Dan nama Allah “Al-Khabir” termasuk nama yang menunjukkan sifat muta’addi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang terkandung di dalamnya.

Pertama, penetapan “Al-Khabir” sebagai salah satu asmaul husna atau nama-nama Allah yang maha indah.

Kedua, penetapan al-khibrah sebagai sifat bagi Allah, yaitu mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi.

Ketiga, konsekuensi dari nama Allah “Al-Khabir” ini adalah Allah mengetahui segala sesuatu, baik itu yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah mengetahui segala perbuatan makhluk dan segala yang tebersit dalam lubuk hati mereka. Dan tidak ada sesuatupun baik di langit ataupun bumi yang tersembunyi serta luput dari pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Letak keindahan nama Allah “Al-Khabir”

Telah disebutkan diatas, bahwa “Al-Khabir” merupakan salah satu nama Allah Ta’ala. Dan Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa nama-nama yang dimiliki-Nya adalah nama-nama yang memiliki keindahan. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan Allah itu memiliki nama-nama yang maha indah. Maka berdoalah kalian dengan nama-nama itu.” (QS. Al-A’raf: 180)

Sedangkan diantara letak keindahan pada nama Allah “Al-Khabir” adalah pada dua segi, kandungan dan lafal.

    Secara lafal, Allah Ta’ala tidak memilih Al-‘Arif sebagai nama-Nya walaupun artinya sama, yaitu mengetahui. Namun, Dia memilih Al-Khabir dan Al-‘Alim sebagai nama-Nya karena lebih mudah diucapkan dan lebih nyaman didengar.

Letak keindahan lain dari Al-Khabir adalah dari segi kandungannya. Padanya terkandung sifat pengetahuan yang sangat sempurna. Dan kesempurnaan sifat tersebut bersifat mutlak dari berbagai sisi. Pengetahuan-Nya tidak didahului dengan kebodohan, tidak ternodai dengan kelupaan, dan tidak pernah berkurang ataupun hilang.

Pada nama Al-Khabir, terdapat kelaziman penetapan sifat-sifat lain (selain al-khibrah) bagi Allah. Diantaranya adalah:

1. Al-‘ilmu (mengetahui)

2. Al-hayah (hidup)

3. As-sam’u (mendengar)

4. Al-bashar (melihat)

Pengaruh nama Allah “Al-Khabir” dalam ibadah

    Ketika seorang muslim telah mengetahui bahwa Allah Ta’ala itu Al-Khabir dan memahami maknanya dengan benar, maka ini akan memberikan efek positif dalam ibadahnya. Diantara efek positif tersebut adalah:

1. Menumbuhkan rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah) yang sempurna dalam jiwa seorang hamba. Karena ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala itu Maha Mengetahui segala perbuatan dan dosa-dosanya.8

2. Menumbuhkan pada jiwa seorang hamba keinginan untuk menyucikan hati dari berbagai penyakit hati berupa hasad/iri, riya’ (ingin amalannya dilihat orang lain), kemunafikan, dan yang lainnya.9

3. Menumbuhkan rasa takut kepada Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala melihat dan mengetahui segala sesuatu yang ada pada batinnya, sehingga ia menjaga lisannya dari berbuat bohong, ghibah, adu domba, dan yang lainnya. Dan ia juga akan menjaga anggota tubuhnya dari berbuat jahat kepada orang lain.

As-Sami’

Artinya Allah Maha Mendengar

    As-Sami’ artinya maha mendengar. Allah Swt. Maha Mendengar semua suara apa pun yang ada di alam semesta ini. Pendengaran Allah Swt. tidak terbatas, tidak ada satu pun suara yang lepas dari pendengaran-Nya, meskipun suara itu sangat pelan. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:

”... dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(Surah al-Baqarah/2:256)

    Perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah Swt. yang memiliki sifat Maha Mendengar adalah kita harus mau mendengarkan orang lain yang sedang berbicara. Terlebih lagi jika yang sedang berbicara adalah guru atau orang tua kita. Lalu, bagaimana sikap kita jika tidak senang terhadap apa yang disampaikannya? Tentu kita harus sampaikan hal itu kepada lawan bicara kita dengan sikap dan bahasa yang santun.

    As-Sami’ juga bisa diteladani dengan cara menjadi orang yang peka terhadap informasi. Sebagai generasi muslim kalian tidak boleh ketinggalan informasi. Di samping itu kalian harus terus berlatih untuk dapat memilah informasi yang baik dan yang buruk, yang hak dan yang batil.


Page 2