Bolehkah mengkonsumsi obat herbal bersamaan dengan obat kimia?

Selamat malam, B

Indonesia kaya akan sumber alamnya, sehingga banyak obat herbal yang berada dimasyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sebaiknya anda berhati-hati dalam penggunaan obat herbal yang dikonsumsi bersamaan dengan obat kimia. Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, efeknya menjadi berlebihan, atau efeknya melemah, ataupun tidak bekerja sama sekali. Sebaiknya anda berkonsultasi dulu dengan dokter apakah boleh mengkombinasikan obat yang anda konsumsi dengan obat herbal.

Untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, sebaiknya minum obat herbal setelah obat farmasi, beri jarak 1 hingga 2 jam setelah konsumsi obat kimia. Karena, obat herbal lebih lama dicerna dibanding obat kimia, dan obat herbal beberapa ada yang dapat mengikat obat kimia, sehingga terjadi ketiga hal yg tidak diinginkan diatas.

Cuka apel dan cuka anggur walau banyak manfaatnya, namun karena sifatnya yang asam sebaiknya anda berhati-hati terhadap efek sampingnya, seperti :

  • Gangguan pada pencernaan, seperti diare, atau peningkatan asam lambung,
  • Penurunan kadar gula darah, atau hipoglikemik,
  • Kerusakan pada enamel gigi,
  • Rasa panas dan seperti terbakar pada tenggorokan.

Sebaiknya bila anda ingin mengkonsumsi cuka apel atau cuka anggur, sebagai obat herbal, perhatikan hal berikut;

  • Konsumsi sehabis makan,
  • Memberi jeda dengan obat kimia selama 1 hingga 2 jam,
  • Untuk menghindari kerusakan gigi, sebaiknya cuka apel atau anggur diencerkan dalam segelas air, dan diminum menggunakan sedotan,
  • Berkumur setelah konsumsi cuka apel atau anggur,
  • Tunggu 30 menit bila ingin menyikat gigi.

Semoga membantu.

Salam sehat,

dr. Lizsa

Minggu, 31 Juli 2022 16:16 WIB

Jamu VS Obat

Bolehkah mengkonsumsi obat herbal bersamaan dengan obat kimia?

1627

Elsa Savitrie, SKM, M.Kes - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang


Slogan “back to nature” membuat masyarakat berbondong-bondong memanfaatkan produk bersumber alam dalam upaya menjaga kesehatan. Salah satu upaya tersebut yakni mengonsumsi jamu yang telah lama digunakan oleh nenek moyang kita. Terutama di musim penghujan seperti sekarang ini, enaknya menghangatkan tubuh dengan mengonsumsi jamu. Dan di masa pandemi ini orang-orang banyak beralih ke jamu-jamuan yang kononnya bisa mencegah virus corona seperti minuman berasal dari jahe merah.

Di warung-warung, apotik, mini market banyak dijumpai menjual minuman kemasan dari bahan dasar jahe merah. Minuman hangat satu ini menjadi idola dimasa pandemi. Apakah peran obat akan tergeser oleh si jahe merah ini? Yok….kita cari tahu. 

Jamu herbal berasal dari bahan alam, sedangkan obat kimia dari bahan sintetik. Jadi secara umum kita bisa mengatakan bahwa keunggulan obat tradisional, jamu atau herbal lebih aman, lebih minimal efek samping. Meski diklaim lebih aman, obat tradisional tidak bisa memberikan efek instan.  Misal dibandingkan obat sintetis pereda nyeri, obat kimia akan bekerja lebih cepat meredakan peradangan atau nyeri dibanding herbal atau jamu. 

Interaksi  obat Herbal  dan obat Kimia
Herbal dan obat kimia sebenarnya memiliki khasiat yang sama. Namun, bekerja dengan cara yang berbeda. Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan meredam gejala sakit, Herbal (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau rebusan) umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan baik. 

Interaksi Herbal dan obat kimia dapat terjadi, karena Herbal dan obat kimia mengandung senyawa aktif yang sama-sama mempengaruhi tubuh. Jika Herbal dan obat kimia ini dikonsumsi secara bersamaan, ada 3 interaksi yang mungkin timbul yaitu efeknya semakin kuat, menjadi berkurang, atau malah hilang sama sekali. Cukup sulit menentukan mana yang paling baik, karena efek yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit dan kondisi tubuh pasien. Interaksi yang menguntungkan juga akan terjadi jika Herbal yang dikonsumsi berefek mengurangi efek samping obat. 

Cara aman dalam kombinasi obat
Jika akan mengkombinasikan Herbal dengan obat kimia, ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli Herbal, sinse, atau dokter yang mendalami Herbal. Mereka ini tergabung dalam Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT), sebagai organisasi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

Agar aman dan efektif, waktu mengkonsumsi juga harus diperhatikan. Menurut Dr Dalimartha (yang menjabat Ketua II PDPKT), sebaiknya nimum Herbal dua jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi obat dokter. “Selama waktu itu, biasanya proses mencerna obat sudah selesai sehingga interaksi yang tidak diinginkan bisa dihindari, dan efektivitas Herbal yang dikonsumsi tetap terjaga. 

Berikut ini kombinasi obat herbal dan kimia yang cocok dan tidak cocok untuk konsumsi :
Pasangan Serasi
1. Obat Umum
Jika digunakan dalam jangka panjang, obat-obat kimia berpotensi mengganggu fungsi hati. Untuk menghindarinya, konsumsilah temulawak atau milk thistle (Sylibum marianum). Kedua Herbal ini terbukti secara ilmiah tidak berinteraksi dengan obat kimia, namun membantu regenerasi sel-sel hati.

2. Obat Pembunuh Virus
Ada beberapa jenis Herbal yang meningkatkan sistem imun dan meningkatkan khasiat obat antiviral. Contohnya, echinacea (Echinacea angustifolia, E. Purpurea, E. Pallida), dan meniran (Phyllanthus niruri). Meskipun demikian, jangan mengkonsumsi echinacea dan meniran berbarengan, karena justru dapat mengganggu sistem imun.

3. Obat Alergi
Untuk meredakan gejala alergi dengan cepat, kita dapat minum antihistamin. Herbal yang dapat dikombinasikan adalah bawang putih, yang bisa digunakan dalam masakan dalam jumlah yang
diperbanyak.


Pasangan Tidak Serasi
1. Obat Umum
Herbal yang mengandung tanin dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap obat-obatan yang mengandung codein, ephedrine, dan theophyline. Hindari konsumsi daun jambu biji, teh, dan herbal yang rasanya sepat.

2. Obat Pengencer Darah
Jika mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin dan warfarin, hindari bawang putih, jahe, ginseng, pegagan (Centella asiatica), dan nanas. Selain itu waspadai kandungan dan shen (Salvia miltiorrhiza) dan dang qui (Angelica sinensis) yang kerap terdapat dalam ramuan sinse. Herbal tersebut bersifat melancarkan peredaran darah sehingga jika dikonsumsi bersama aspirin atau warfarin bisa menyebabkan perdarahan organ.

3. Obat Jantung
Herbal yang dapat mempengaruhi kerja obat jantung, di antaranya jenis pencahar seperti ginseng, buah senna (Senna folium), licorice (Glycrrhiza glabra), dan ma huang (Herbal ephedrae). Herbal-Herbal ini dapat menganggu ritme denyut jantung. Umumnya minum jamu boleh-boleh saja, asal dikonsultasikan dulu dengan dokter.
sebaiknya jika ingin mengonsumsi jamu atau obat diberikan jarak waktu. Kalau memang
diharuskan obat dengan jamu sebaiknya minimal 3 jam jarak waktunya.

Referensi

https://health.detik.com/ulasan-khas/d-2223105/sedang-minum-obat-dokter-boleh-tetap-minum-jamu-kok-asal.

https://www.suara.com/health/2020/08/07/210820/jamu-herbal-vs-obat-kimia-untuk-pengobatan-mana-yang-lebih-cespleng

https://www.suara.com/health/2021/06/23/115515/bolehkah-obat-herbal-dan-obat-kimia-diminum-bersamaan-ini-kata-dokter-zaidul-akbar

https://iik.ac.id/blog/amankah-kombinasi-obat-kimia-obat-herbal/

DOC, PROMKES,RSMH

Berapa jam jarak minum obat kimia dengan obat herbal?

Menurut Dr Dalimartha (yang menjabat Ketua II PDPKT), sebaiknya nimum Herbal dua jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi obat dokter. “Selama waktu itu, biasanya proses mencerna obat sudah selesai sehingga interaksi yang tidak diinginkan bisa dihindari, dan efektivitas Herbal yang dikonsumsi tetap terjaga.

Mengapa obat herbal lebih baik dikonsumsi ketimbang obat kimia?

Obat herbal juga relatif lebih aman dibanding obat kimia. Dikarenakan sifat bahan obat tradisional yang alami sehingga dapat dicerna oleh tubuh.

Apakah obat herbal lebih aman dari pada obat kimia?

Menurut dokter pakar obat herbal Arijanto Jonosewojo, jika dibandingkan dengan obat kimia, obat herbal memang cenderung lebih aman. Pasalnya zat aktif pada obat herbal tidak sebesar pada obat kimia. "Namun kembali lagi, keamanan obat herbal tergantung pada jenis obatnya dan siapa yang meminumnya.

Apakah obat herbal bisa merusak ginjal?

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi obat herbal dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan perubahan struktur ginjal yang berujung pada kerusakan ginjal. Untuk menghindari kerusakan pada ginjal, Anda dapat memulainya dengan berhati-hati dalam mengonsumsi obat.