Lihat Foto Show KOMPAS.com – Globalisasi yang terjadi di dunia tentu menyebabkan perubahan sosial. Salah satu proses perubahan sosial dalam masyarakat adalah modernisasi. Dikutip dari buku Ensiklopedia Sosiologi Perubahan Sosial (2018) oleh Joan Hesti, modernisasi yaitu sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah lebih baik. Harapannya, tercapai kehidupan masyarakat yang lebih berkembang dan makmur. Ciri-ciri adanya perubahan sosial melaui modernisasi, yakni:
Awalnya, modernisasi dianggap mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat, namun seiring berjalannya waktu terdapat sisi positif dari adanya modernisasi. Baca juga: Manfaat Modernisasi dalam Kehidupan Sehari-hari Dampak positif dan negatif modernisasiDalam jurnal Pengaruh Modernisasi dan Globalisasi terhadap Perubahan Sosial Budaya di Indonesia (2017) karya Robby Darwis Nasution, dijelaskan dampak positif dan negatif modernisasi, yaitu: Dampak positif modernisasiDampak positif modernisasi, sebagai berikut:
Baca juga: Dampak Negatif Perubahan Sosial Budaya dalam Rangka Modernisasi Dampak negatif modernisasiDampak negatif modernisasi, yakni:
Baca berikutnya
Lihat Foto KOMPAS.com - Globalisasi memberi dampak positif dan negatif bagi Indonesia. Dampak ini dapat muncul di bidang pendidikan, sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Kehadiran globalisasi menghilangkan batasan-batasan yang ada, sehingga masyarakat seluruh dunia dapat saling terhubung satu sama lain. Menurut Setyaningsih dalam jurnal Dampak Globalisasi terhadap Moral Generasi Muda (2017), istilah globalisasi berasal dari kata global yang berarti universal. Globalisasi adalah proses antarindividu, antarkelompok, serta antarnegara yang saling terhubung, berinteraksi, tergantung, berkaitan, dan saling memengaruhi satu sama lain. Globalisasi juga sering dipandang sebagai perubahan sosial yang mengakibatkan perkembangan teknologi. Baca juga: Pengaruh Globalisasi bagi Budaya Daerah Dampak positif globalisasi bagi IndonesiaMengutip dari jurnal Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia (2015) karya Nurhaidah dan M. Insya Musa, globalisasi memberi dampak positif bagi Indonesia. Salah satunya peningkatan taraf hidup masyarakat. Berikut beberapa dampak positif globalisasi bagi Indonesia:
Globalisasi menimbulkan pergeseran atau perubahan nilai dan sikap di masyarakat ke arah yang lebih positif.
Globalisasi menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang jauh lebih modern dan semakin mudah digunakan masyarakat. Baca juga: Mengapa Kerja Sama Antarnegara Diperlukan pada Era Globalisasi?
Dampak positif lain globalisasi bagi Indonesia adalah meningkatnya taraf kehidupan masyarakat. Tidak hanya dari segi kemudahan penggunaan teknologi, tetapi juga dari sisi lapangan pekerjaan yang semakin terbuka luas dengan adanya globalisasi.
Dengan globalisasi, etos kerja dan pemikiran masyarakat mulai berubah. Contohnya sikap disiplin, menghargai waktu, berpikir positif, rajin bekerja, bersikap rasional serta sportif, dan lainnya. Apakah globalisasi berdampak positif bagi Indonesia?Ya, globalisasi memberi dampak positif bagi Indonesia. Dampak positif ini memberi manfaat dan kemudahan bagi masyarakat Indonesia dalam melakukan berbagai aktivitas. Contohnya kemajuan teknologi yang memudahkan warga Indonesia untuk bekerja dan bersekolah. Sehingga apa yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Dampak negatif globalisasi bagi IndonesiaSelain memberi dampak positif, globalisasi juga membawa dampak negatif bagi Indonesia. Dampak ini sifatnya merugikan atau menyebabkan perubahan yang tidak sesuai dengan kebudayaan dan nilai-nilai bangsa Indonesia. Baca juga: Apa Manfaat Globalisasi bagi Seorang Pelajar? Berikut beberapa dampak negatif globalisasi bagi Indonesia: Ambiro Puji Asmaroini dalam jurnal Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya bagi Masyarakat di Era Globalisasi (2017), menuliskan bahwa globalisasi menyebabkan pergeseran atau perubahan nilai. Pergeseran nilai ini disebabkan oleh kuatnya pengaruh budaya asing di Indonesia, sehingga mengubah kehidupan masyarakat yang menerimanya. Globalisasi memberi dampak negatif berupa perubahan gaya hidup. Contohnya gaya hidup konsumtif dan sikap individualis atau mementingkan diri sendiri. Selain itu, perubahan gaya hidup juga mencakup cara berpakaian dan pola pikir.
Globalisasi memperkuat jurang pemisah antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain. Akibatnya muncul kesenjangan sosial di banyak bidang, seperti ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Informasi dan budaya asing mudah masuk ke Indonesia dengan hadirnya globalisasi. Apabila ini terus dibiarkan, tingkat apresiasi masyarakat terhadap budaya lokal bisa menurun. Akibatnya kebudayaan asli Indonesia akan hilang. Baca juga: Bukti-Bukti Adanya Globalisasi Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020. Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila. Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi. Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat. Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak. Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa. “Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek. Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan. |