Berikut ini yang merupakan unsur unsur penting dalam institusi sosial adalah

Berikut ini yang merupakan unsur unsur penting dalam institusi sosial adalah

Adanya struktur sosial di masyarakat senantisa dianggap sebagai pola hubungan sosial dalam suatu aktivitas yang mengatur proses sosial dan interaksi sosial di antara anggota masyarakat, serta memberikan pedoman dalam norma sosial atas unsur budaya untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh nilai budaya yang ada. Tentusaja adanya struktur sosial ini terdapat unsur pokok yang saling terikat satu sama lainnya.

Akan tetapi yang pasti untuk fungsi struktur sosial yang utama ialah menjaga stabilitas masyarakat. Namun, ketika struktur sosial dan nilai-nilai masyarakat menjadi tidak sesuai, struktur tersebut harus merangkul bentuk perubahan sosial agar masyarakat dapat bertahan dan melanjutkan pembangunan yang sehat.

Struktur Sosial

Istilah “struktur sosial” yang digunakan dalam objek kajian sosiologi biasanya mengacu pada kekuatan sosial pada tingkat makro yang mencakup institusi sosial dan pola hubungan yang dilembagakan. Para sosiolog disini seperti Soerjono Soekanto maupun Charles P. Loomis (salah satu ahli sosiologi dari Amerika) mengakui beberapa institusi sosial utama yang meliputi keluarga, agama, pendidikan, media, hukum, politik, dan ekonomi.

Antara satu institusi dengan institusi yang lain memiliki keterkaitan dan bersama-sama membantu menyusun jenis struktur sosial masyarakat yang menyeluruh. Selain itu, institusi tersebut juga berperan dalam mengatur hubungan sosial kita dengan orang lain dan menciptakan pola hubungan sosial jika dilihat dalam skala besar.

Unsur Struktur Sosial

Adapun untuk unsur utama struktur sosial di masyarakat. Antara lain;

Keyakinan dan pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh anggota maysrakat dalam suatu struktur sosial. Keyakinan dan pengetahuan dapat berfungsi sebagai alat analisis terhadap suatu permasalahan untuk mengambil yang tepat tindakan dari anggota struktur sosial tersebut.

Adanya rasa kepedulian atau solidaritas maknik dan solidaritas organik antar anggota masyarakat dalam suatu struktur sosial juga termasuk unsur yang tak kalah penting, karena dengan adanya rasa kepedulian satu sama lain, maka tidak akan ada pikiran negatif antara satu individu dengan individu lainnya dalam struktur sosial tersebut.

Tujuan yang sama serta cita-cita bersama yang ingin dicapai dalam sebuah masyarakat termasuk salah satu unsur dalam suatu struktur sosial. Dengan demikian, setiap anggota masyarakat akan berupaya untuk menjalankan tugasnya masing-masing demi tercapaianya tujuan akhir bersama.

Nilai sosial dan norma adalah unsur penting sekaligus utama dalam struktur sosial karena bisa menjadi sebuah pedoman dan patokan bagi semua anggota masyarakat yang termasuk dalam struktur sosial tersebut dalam bertindak atau bertingkah laku.

Kedudukan dan peran juga termasuk unsur penting dalam struktur sosial, karena kedudukan dan peran berfungsi dalam mengarahkan serta mengawasi pola tindakan maupun perilaku anggota masyarakat yang ada di dalam struktur tersebut.

Sistem sanksi sosial adalah unsur dalam struktur sosial yang berfungsi saat seorang anggota masyarakat melakukan pelanggaran terhadap nilai atau norma yang berlaku, sehingga keadilan dan kedamaian dalam kelompok masyarakat tersebut tetap terjaga.

Sistem ketegangan, sistem konflik, dan juga sistem penyimpangan pasti ada dalam suatu struktur sosial. Sistem-sistem tersebut disertai dengan adanya perbedaan setiap anggota masyarakat baik dalam hal kemampuan maupun persepsi untuk memecahkan suatu masalah.

Dalam sebuah struktur sosial, salah satu unsur yang tak kalah penting adalah sarana maupun alat perlengkapan sistem sosial yang bisa berbentuk lembaga maupun pranata sosial. Hal ini perlu ada sebab bisa menjadikan dorongan bagi setiap individu untuk bergerak sesuai dengan keinginan kelompoknya.

Dalam sebuah struktur sosial, keberadaan orang yang mampu memegang kekuasaan, misalnya sebagai kepala dari sebuah kelompok termasuk unsur yang penting karena orang tersebut berperan penting dalam mengarahkan dan memerintah anggota masyarakatnya sehingga tujuan yang ingin dicapai akan lebih terarah dan termonitor.

Unsur terakhir yang juga penting dalam sebuah struktur sosial adalah adanya tingkatan yang ditentukan berdasarkan peran maupun status setiap anggota masyarakat, sehingga bisa terlihat dengan jelas siapa yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang dalam kelompok masyarakat tersebut.

Contoh Struktur Sosial

Sebagai bahasan lebih mendalam berikut ini merupakan gambaran atas contoh struktur sosial. Misalnya saja;

Institusi keluarga sebagai bagian daripada sosialisasi primer yang setiap orang dapatlah pertamakali sejatinya mengatur orang-orang ke dalam hubungan dan peran sosial yang berbeda, termasuk ibu, ayah, putra, putri, suami, istri, dan lain-lain, dan biasanya ada hierarki dalam hubungan tersebut yang menghasilkan perbedaan kekuasaan.

Pengorganisasian dan pengoperasian dalam institusi-institusi sosial suatu masyarakat tertentu menghasilkan aspek-aspek lain dari struktur sosial, termasuk stratifikasi daripada oragniasi sosial terkait dengan ekonomi yang bukan hanya produk dari sistem kelas tetapi juga ditentukan oleh rasisme dan seksisme sistemik, serta bentuk-bentuk bias dan diskriminasi lainnya.

Akan tetapi, disisi lainnya fakta-fakta sosial itu mungkin kurang jelas dalam institusi media dan ekonomi, meskipun tetap ada di dalamnya, karena ada organisasi dan orang-orang yang memegang kekuasaan lebih besar daripada yang lain untuk menentukan apa yang terjadi di dalam institusi tersebut, dan dengan demikian, mereka memegang lebih banyak kekuasaan dalam masyarakat.

Tindakan orang-orang itu dan organisasi mereka berperilaku sebagai kekuatan pembentuk dalam kehidupan kita semua.

Nah, demikinalah penjelasan yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan unsur struktur sosial dan contohnya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga saja mampu memberikan wawasan sekaligus pemahaman bagi kalian semuanya.

PRANATA SOSIAL:

PENGERTIAN DAN FUNGSI

            Manusia pada dasarnya selalu hidup di dalam suatu lingkungan yang serba berpranata. Artinya, segala tindak tanduk atau perilaku manusia senantiasa akan di atur menurut cara-cara tertentu yang telah di sepakati bersama. Di dalam kehidupan masyarakat, jumlah pranata sosial yang ada relative beragam dan jumlahnya terus berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat itu sendiri.

A.  PENGERTIAN PRANATA SOSIAL

Menurut Horton dan Hunt (1987), yang di maksud dengan pranata sosial adalah suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegitan yang oleh  masyarakat di pandang penting. Tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan mengenai pranata sosial yaitu,

  1. nilai dan norma
  2. pola prilaku yang di bakukan atau yang di sebut prosedur umum; dan
  3. system hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.

Menurut Koentjaraningrat (1979) pranata-pranata sosial adalah system-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi atau suatu system tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

B.  TUJUAN DAN FUNGSI PRANATA SOSIAL

Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial, selain untuk mengatur agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidan yang berlaku. Misalnya pranata keluarga, bagaimana keluarga harus memelihara anak. Dan pranata pendidikan yaitu bagaimana sekolah harus mendidik anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang handal.

Fungsi-fungis pranata adalah sebagai berikut,

  1. memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau bersikap di dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
  2. menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat.
  3. berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan system pemeliharaan sosial.

C.  KARAKTERISTIK PRANATA SOSIAL

Karakteristik umum dari pranata sosial yang di kemukakan oleh Gillin dan Gillin sebagai berikut:

  1. pranta sosial terdiri dari seperangkat organisasi dari pada pemikiran-pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan. Pranata ini menegaskan kembali bahwa pranata sosial terdiri dari sekumpulan norma-norma sosial dan peranan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
  2. pranata sosial itu relative mempunyai tingkat kekelan tertentu. Artinya, pranata sosial itu pada umumnya mempunyai daya tahan tertentu yang tidak lekas dalam kehidupan bermasyarakat.
  3. pranata sosial itu mempunyai tujuan dasarnya adalah merupakan pedoman serta arah yang ingin di capai. Oleh karena itu, tujuan akan motivasi ataupun mendorong manusia untuk mengusahakan serta bertindak agar tujuan itu dapat terwujud.
  4. pranata sosial merupakan alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya. Alat yang di maksud adalah agar pranata yang bersangkutan dapat melaksanakan fungsinya guna mencapai tujuan yang di inginkan.
  5. pranata sosial pada umumnya dilakukan dalam bentuk lambing-lambang. Lambing dari suatu pranata dapat berupa gambar sesuatu, tulisan maupun slogan-slogan.

pranata sosial itu mempunyai dokumen baik yang tertulis maupun tidak. Dokumen ini di maksudkan menjadi suatu landasan atau pangkal tolak untuk mencapai tujuan serta melaksanakan fungsinya.

DTINGKAT KOMPLEKSITAS PENYEBARAN

Besar kecilnya atau luas sempitnya penyebaran atau jangkauan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat sangat di pengaruhi oleh bermacam-macam factor. Dengan mendasarkan diri pada tingkat kompleksitas penyebarannya. Maka pranata sosial di kategorikan dalam dua bentuk. Yaitu,

  1. General Social Institutions

Sesuai dengan namanya, maka pranata sosial ini dapat di katakana hampir terdapat di setiap bentuk masyarakat, sehingga bersifat universal.  Dari kenyataan yang demikian membuktikan bahwa pranata sosial mempunyai nilai yang tinggi dalam kehidupan masyarakat terutama untuk kelangsunga hidupnya.

  1. Restricted Social Institutions

Pranata sosial ini pada umumnya mempunyai corak yang khas atau khusus dalam kehidupan masyarakat. Kenyataan ini di pengaruhi oleh  kaidah-kaidah serta peranan-peranan yang terdapat di pranata itu mempunyai kekhususan.

E.  ORINTASI NILAINYA

      Seperangkat kaidah sosial yang terkandung di dalam setiap pranata sosial mempunyai arti penting atau nilai di dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan dengan Orientasi Nilainya pranata dapat di golongkan menjadi dua yaitu,

  1. Basic Sosial Institutions

Pranata ini bersifat dasar atau utama dalam kehidupan masyarakat. Primernya suatu pranata sosial sangat di pengaruhi oleh pentingnya kaidah yang mempunyai nilai sangat tinggi untuk menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat, sehingga apabila dalam kehidupan masyarakat tidak terdapat pranata utama maka kelangsungan hidup masyarakat dapat terancam. Contoh pranata utama adalah pranata ekonomi secara luas dan pranata keluarga atau perkawinan.

  1. Subsidiary Sosial institutions

Pranata sosial sekunder di dukung oleh kaidah sosial yang nilai-nilainya di anggap kurang penting untuk menunjang kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, jika di dalam masyarakat tidak menggunakan pranata sekunder tidaklah mempengaruhi kehidupan masyarakat.  Sehingga penggunaan pranata ini hanya bentuk tambahan untuk memperoleh kenikmatan hidup. Misalnya dalam masyarakat maju, terdapat kebutuhan sekunder yang kegiatannya di kaitkan dengan kegiatan primer. Seperti untuk dapat memperoleh kesehatan, rasa keindahan, rasa seni, dan pengembangan diri secara bertahap di kaitkan dengan kegiatan ekonomi.

PRANATA KELUARGA

 Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Menurut Horton dan Hunt (1987), istilah keluarga umumnya digunakan untuk menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut: (1) suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama; (2) suatu kelompok kekerabatn yang di satukan oleh darah dan perkawinan; (3) pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak; (4) pasangan nikah yang mempunyai anak; (5) satu orang entah duda atau janda dengan beberapa anak.

a. Pranata Sosial Keluarga Inti

Pranata keluarga adalah suatu system norma atau tata cara yang di terima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Beberapa pranata sosial dasar yang berhubungan dengan keluarga inti adalah sebagai berikut:

  1. pranata kencan;
  2. pranata peminangan;
  3. pranata pertunangan;
  4. pranata perkawinan.

Kencan merupakan perjanjian sosial yang secara kebetulan dilakukan oleh dua orang individu yang berlainan jenis untuk mendapatkan kesenangan. Pada umumnya kencan ini mengawali suatu perkawinan dalam keluarga. Jadi fungsi kencan yang sebenarnya adalah agar ke dua belah pihak saling kenal mengenal, selain itu juga memberi kesempatan pada keduanya untuk menyelidiki kepribadian dari mereka masing-masing.

      Kencan merupakan langkah pertama dalam rangkaian untuk menetapkan peranan utama keluarga. Apabila kenca sudah mantap, maka dapat di lanjudkan denga peminangan. Jadi, peminangan merupakan kelanjutan dari kencam dan di artikan sebagai pergaulan yang tertutup dari dua individu yang bertujuan untuk kawin.

Antara peminangan dan perkawinan di kenal adanya lembaga pertunangan. Pertunangan dapat di artikan sebagai perkenalan secara formal antara dua orang individu yang berniat akan kawin dan di umum kan secara resmi.

Arti sesungguhnya dari perkawinan adalah penerimaan status baru, dengan sederajat hak dan kewajiban yang baru, serta pengakuan akan status baru oleh orang lain. Perkawinan merupakan persatuan dari dua atau lebih individu yang berlainan jenis, dengan persetujuan masyarakat.

            Secara rinci fungsi perkawinan adalah sebagai berikut:

  1. merupakan jalan untuk mengawali perwujudan dorongan seks dalam masyarakat. Karena tanpat pengawasan dan pembatasan akan mengakibatkan pertentangan sosial.
  2. perkawinan akan menjamin kelangsungan hidup kelompok.
  3. perkwaninan merupakan suatu cara yang istimewa di mana orang-orang tua dalam masyarakat akan dapat mempertanggungjawabkan atas anak-anaknya, baik mengenai pemeliharaan, pendidikan, dan perlindungan atas semua keluarganya.

b. Bentuk Perkawinan

Bentuk perkawinan ini dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu. Monogami dan poligami. Monogamy merupakan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan pada suatu saat tertentu. Poligami dapat di klasifikasikan lagi menjadi tiga yaitu,

  1. poligini, perkawinan antara seorang laki-laki dengan lebih dari satu wanita dalam waktu yang sama.
  2. poliandri, perkawinan antara seorang perempuan dengan lebih dari satu laki-laki. Ini banyak sekali dilakukan oleh suku-suku bangsa yang ada di daerah Tibet.
  3. conogami, merupakan perkawinan dari dua atau lebih laki-laki denga dua atau lebih perempuan dalam perkawinan kelompok.

c. Tipe Keluarga

Pada dasarnya keluarga dapat dibedakan menjadi dua. Yakni, keluarga batih (conjugal family), dan keluarga kerabat (consanguine family).

di dasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari seorang suami, seorang istri. Dan anak-anak mereka yang belum kawin. Anak-anak tiri dan anak angkat yang secara resmi mempunyai hak dan wewenang yang kurang lebih sama dengan anak kandungannya, dapat pula dianggap sebagai anggota suatu keluarga batih atau keluarga inti.

keluarga hubungan kerabat sedarah atau consanguine family tidak didasarkan pada pertalian kehdupan suami-istri, melainkan paca pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri dari hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam pada satu rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan. Lebih jauh lagi dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu:

  1. berdasarkan bentuk perkawinan
  1. berdasarkan tempat tinggalnya setelah perkawinan
  1. berdasarkan garis keturunan
  1. berdasarkan pengaruh yang paling besar (dominant) dalam keluarga

d. Fungsi Keluarga

            Secara rinci, beberapa fungsi dari keluarga adalah:

  1. fungsi pengaturan keturunan
  2. fungsi sosialisasi atau pendidikan
  3. fungsi ekonomi atau unit produksi
  4. fungsi pelindung atau proteksi
  5. fungsi penentu status
  6. fungsi pemeliharaan, dan
  7. fungsi afeksi

e. Masalah Sosial Dalam Keluarga

Dua masalah sosial yang biasanya dialami dan terjadi dalam keluarga mana pun di dunia adalah

semua orang menganggap bahwa semua perkawinan itu merupakan hal yang sakral dan di berkati oleh kaum ulama, biasanya perkawinan ini hanya dapat berakhir karena kematian. Berdasarkan anggapan inilah maka setiap keluarga berusaha untuk menjaga keutuhan keluarganya. Karena salah satu factor yang mempengaruhi jalanya fungsi keluarga adalah kebutuhan keluarga. Jika keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga yang bersangkutan akan mengalami apa yang di namakan dengan broken home.  Dalam keluarga broken home dimana sering terjadi percekcokam di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan di sertai dengan tindakan-tindakan agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjali fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.  Adapun factor-faktor yang menyebabkannya adalah:

    1. factor pribadi, di mana suami-istri kurang menyadari arti  dan fungsi perkawinan yang sebenarnya.
    2. Factor situasi khusus dalam keluarga. Beberapa diantarannya adalah:
  • Kehadiran terus-menerus dari salah satu orang tua baik dari pihak suami atau istri mereka.
  • Karena istri bekerja dan mendambakan kedudukan yang lebih tinggi dari suaminya.
  • Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah.
  • Suami-istri meninggalkan rumah karena kesibukan.

mengenai perceraian, ada masyarakat yang mengizinkan berdasarkan kebudayaan, akan tetapi pada umumnya hampir semua masyarakat menentangnya, terutama dari mereka yang menganut agama Kristen, mereka beranggapan bahwa perkawinan hanya dapat diputuskan apabila salah satu dari suami-istri meninggal dunia. Pada umumnya, kebudayaan primitive mengizinkan perceraian tanpa mengenal prosedur yang menyulitkan.

PRANATA AGAMA

            Secara umum, kajian tentang agama setidaknya terbagi kedalam dua dimensi, yakni teologi dan sosiologis. Kajian agama teologis berangkat adanya klaim tentang kebenaran mutlak ajaran suatu agama. Misi sesungguhnya dari teologi adalah mempertahankan doktrin agama dengan menggunakan term-term yang rasional-filosofis, sehingga tidaklah mengherankan jika ahli filsafat agama juga ikut ambil bagian dalam tugas ahli teoli ini.

            Dimensi sosiologi melihat agama sebagai salah satu dari institusi sosial yang mempunyai fungsi sosial tertentu, sebagai subsistem dari system. Dengan kata lain posisi agama dalam suatu masyarakat bersama-sama dengan subsistem lainya (seperti subsistem ekonomi, politik, kebudayaan dll) mendukung eksistensi suatu masyarakat. Dalam konteks kajian sosiologis seperti ini, agama tidak di lihat berdasar apa dan bagaimana isi kajian atau dokrin kenyakinannya, melainkan sebagaiman ajaran dan keyakinan agama itu dilakukan dan mewujud dalam perilaku para pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.

  1. a.      Para Pelopor Pengkaji Agama

Kajian tentang agama dan kaitannya dengan masyarakat bukan merupakan hal yang baru, juga bukan hanya paling tidak di awal perkembangan nya monopoli ilmuan barat. Bahkan jauh sebelum pengkaji barat muncul, telah banyak ilmuan non barat, khususunya dari timur tengah yang mengkaiji secara ilmiah tentang agama. Misalnya At-Tabari (wafat 923 M) pernah menulis mengenai agama Persia; Al- mas’udi menulis mengenai agama yahudi, Kristen dan agama-agama India. Dan al-biruni (wafat sekitar 1050), ilmua terbesar diantara mereka, sampai sekarang merupakansumber penting untuk mengenal kehidupan agama di India pada abad pertengahan.

Di Indonesia, kajian terhadap agama pun sebetulnya telah mulai diminati baik oleh sarjana agama maupun sarjana ilmuan sosial. Namun, ada sesuatu yang di anggap kendali terhadap kajian masalah keagamaan. Misalnya, para sarjana agama yang walau mempunyai kelebihan di bidang telaah konsep dan penerjemahan symbol-simbol keagamaan, merasa terbatas akan kemampuan metodologi, kemampuan berfikir spekulasi teoritis, dan kurang melatih dalam meneliti di lapangan.

  1. b.      Beberapa Teori Tentang Agama

         Pertanyaan yang di usahakan di jawab dalam debat ini adalah “ mengapa ada agama?” “kenapa manusia percaya akan adanya dewata atau tuhan?” dari mana agama dan bagaimana masa depannya?”.

  1. Max Muller, melalui buku introduction to the scince of religion (1873), menyatakan setiap masyarakat terdapat agama, baik yang dari sangat primitif sampai yang paling maju. Semua agama pada intinya berdasarkan persepsi dari yang tak terhingga dan kekal. Baginya semua agama mengandung suatu kebenaran.
  2. Edward Tylor, penemu istilah animisme. Melalui bukunya, primitive culture (1871), menurutnya agama yang paling awal adalah the beliefin spiritual beings. Kepercayaan ini di beri nama animisme. Dalam visi tylor mengenai evolusi agama, di samping arwah-arwah dan makhluk-makhluk halus itu, muncul dewata; kemudian di antara para dewata itu salah satunya muncul sebagai dewa atau tuhan yang tebesar.
  3. Herbert Spencer dalam the principles of sociology (1876), ia melihat asal usul agama dalam ancestor worship, pujaan para leluhur. Kemudian satu jenis leluhur mendapat kehormatan yang luar biasa, raja-raja, dan leluhur para raja di dewakan dan menjadi tujuan upacara-upacara keagamaan.
  4. Robert Marett, lebih banyak membicarakan tentang tahap-tahap perkembangan agama sebelum animisme. Pada tahun 1899, hampir 30 tahun sesudah di rumuskan oleh Tylor bahwa ada konsep kekuatan gaib yang tak terwujud, yang bukan merupakan roh atau pun makhluk halus, melainkan semacam zad yang bisa menghuni benda atau manusia. Ia menamakan kekuatan ini dengan mana (kata dari malanesia) yang dalam bahasa Indonesia sama dengan kesaktian atau karamah.

Secara mendasar dan umum dapat di definisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib khusunya dengan Tuhan-Nya, mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan mengatur manusia dengan lingkungannya. Secara khusus dengan memperhatikan masalah-masalah yang di kemukakan agama dapat di definisikan sebagai suatu system keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang di wujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasikan dan memberi respon terhadap apa yang di rasakan dan diyakini sebagai gaib dan suci.

Agama sebagai system keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari system-sistem nilau yang ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya. Dalam keadaan mana pengaruh ajaran-ajaran agama sangat kuat terhadap system-sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan, maka system-sistem nilai dan kebudayaan tersebut wujud sebagai symbol suci yang maknanya bersumber pada ajaran-ajaran agama yang menjadi kerangka acuannya.

Beberapa fungsi agama adalah sebagai berikut:

  1. agama mendasar perhatiaanya pada sesuatu yang ada di luar jangkauan manusia yang melibatkan takdir dan kesejahteraan. Terhadap dunia di luar jangkauanya, manusia selain memberikan tanggapan serta menghubungkan dirinya, juga memberikan atau menyediakan bagi pemeluknya suatu dukungan, pelipur lara dan rekonsiliasi.
  2. agama menawarkan suatu hubungan trasendental melalui pemujaan dan upacara ibadat, sehingga memberikan dasar emosional bagi rasa aman baru dan identitas yang lebih kuat di tengah ketidakpastian dan ketidakberdayaan kondisi manusia dari arus perubahans sejarah.
  3. agama menyucikan norma-norma dan nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok di atas keinginan individu, dan disiplin kelompok di atas dorongan hati individu.
  4. agama juga melakukan fungsi yang bisa bertentangan dengan fungis sebelumnya. Agama dapat pula memberikan standar nilai dalam arti di mana norma-norma yang telah melembaga dapat di kaji kembali secara kritis dan kebetulan maysarakat memang sedang membutuhkannya.
  5. agama melakukan fungsi-fungsi identitas yang penting. Dengan menerima nilai-nilai yang terkandung dalam agama dan kepercayaan-kepercayaan tentang hakikat dan takdir manusia, individu mengembangkan asfek penting tentang pemahaman diri dan batasan diri.
  1. e.       Agama Dalam Perspektif Teori Struktur-Fungsional

Asumsi dasar teori fungsional terletak pada cara pandang yang menyatakan bahwa masyarakat (sebagai system sosial) terintegrasi oleh adanya kesepakatan bersama. Kebersamaan dan kohesi sosial dimungkinkan karena adanya hubungan fungsional antarbagian pembentuk system, dengan demikian, kondisi masyarakat akan senantiasa dalam keadaan equilibrium.

  1. f.       Agama dan Sistem Sosial

Dalam setiap masyarakat, menurut pendekatan fungsional-struktural, akan selalu di temukan adanya system nilai sebagai hasil consensus bersama semua anggota masyarakat. Masyarakat itu mempunyai tujuan-tujuan yang hendak di capai, dan untuk itu telah di sediakan seperangkat pencapaiannya. Sebagai consensus bersama mempunyai kekuatan memaksa dan ini di sadari oleh semua anggota masyarakat, bahwa memang begitulah seharusnya.

ada dua factor yang memacu perubahan dan situasi agama primitive yang berciri sebagai kelompok sosial ke arah agama yang terorganisasi secara khusus yaitu:

  1. meningkatnya secara total “perubahan batin” atau kedalaman keagamaan
  2. meningkatkan pengalaman keagamaan yang mengambil bentuk berbagai corak organisasi keagamaan baru.
  1. h.      Fungsi Agama Pada Masayarakat Yang Teralienasi

Bentuk dan sifat keyakinan keagamaan masyarakat kian berubah seiring dengan majunya pengetahuan manusia. Pengetahuan yang semakin maju dan berkembang, menyebabkan semakin banyak fenomena-fenomena alam yang di ungkap , yang sebelum di Tuhan-kan. Segala sesuatu kemisteriusan dan kegaibannya di tempatkan sebagai supraempiris, di sembah, dan di Tuhan –kan, kian menjadi bagian dari relalitas biasa. Karena manusia selalu memerlukan kenyakinan, maka manusia mulai mencari “totem-totem” baru dan pada akhirnya di temukan agama samawi seperti Islam, Kristen.

Sejarah Eropa barat menunjukan bahwa dalam kondisi teralienasi akibat industrialisasi, masyarakat semangkin meninggalkan keagamaannya (gereja) dan sebagai gantinnya memalingkan ke institusi-institusi sosial sekuleralitas, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sejak sebelum abad 17, kata Toynbee, agama kriten telah mulai kehilangan genggamannya terhadap kaum terpelajar barat, yang sebelum itu begitu kuat mengikat mereka.

PRANATA POLITIK

            Sejak adam dan hawa mempunyai keturunan dan keturunannya itu melipatganda jumlahnya, maka bumi ini mulai di padati oleh manusia-manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup berkelompok berdasarkan keturunannya atau mata pencaharian pada daerah-daerah yang subur. Sepanjang masing-masing pihak hidup bersama mau saling menenggang dan sumber daya alam yang di butuhkannnya mencukupi, sebanyak apapun manusia yang hidup bersama tidaklah menjadi soal. Tetapi, lain soal bila manusia-manusia yang mendiami daerah-daerah tersebut masing-masing mempunyai kebutuhan dan kepentingan yang sama. Akibat saling membutuhkan barang sesuatu yang sama sementara jumlahnya terbatas maka sering kali mereka harus saling berperang untuk memperebutkan sember-sumber kebutuhan yang ada. Dari ilustrasi di atas kebutuhan manusia itu harus ada yang mengatur.

            Pranata politik ada di sebabkan oleh kenyataan bahwa anggota-anggota masyarakat atau keluarga-keluarga membutuhkan sesuatu asosiasi yang mengantasi semua anggota masyarakat yang di beri kepercayaan untuk menggunakan paksaan fisik yang di dasarkan pada nilai-nilai yang di sepakati bersama dan kepentingan bersama yang menyatukan mereka.

a.  Pengertian Dan Ciri Pranata Politik

            Aristoteles menekankan dua hal tentang pranat politik yaitu,

  1. bahwa pranata politik mempunyai kewenangan menggunakan kekuatan fisik; dan
  2. bahwa pranata politik mampu memenuhi kebutuhan sendiri.

Pranata politik sebagai pranata yang memegang monopoli menggunakan paksaan fisik dalam suatu wilayah tertentu, dengan demikian istilah pranata pemerintahan, politik, negara maksudnya sama. Cirri-ciri pranata politik yaitu,

  1. adanya suatu komunitas yang secara sosial bersatu (hidup bersama) dengan dasar-dasar nilai yang di sepakati.
  2. adanya asosiasi politik atau biasa di sebut pemerintah yang aktif
  3. asosiasi tersebut melaksanakan fungsi-fungsi untuk kepentingan umum
  4. asosiasi tersebut di beri wewenang luas jangkauan kewenangan dalam territorial tertentu.

b.  Fungsi Pranata Politik

Fungsi pranata politik adalah sebagai berikut:

  1. fungsi pemaksaan norma. Norma merupakan aturan yang menentukan perilaku yang tepat dan tidak tepat. Di dalamnya di rumuskan apa yang harus di lakukan dan apa yang tidak boleh di lakukan
  2. fungsi merencanakan dan mengarahkan. Pranata politik menyusun rencana dan mengarahkan kegiatan-kegiatan anggota masyarakat demi tercapainya tujuan masyarakat.
  3. fungsi menengahi pertentangan kepentingan. Individu-individu dalam memenuhi kebutuhanya sering kali berebutan dan bertentangan satu sama lain, sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat dan pertentangan kepentingan antara anggota masyarakat.
  4. fungsi melindungi masyarakat dari serangan musuh dari luar.

Sementara itu, Gillin dan Gillin dalam versinya menyebutkan ada tiga fungsi pranata politik yaitu,

  1. mengatur hubungan-hubungan di dalam masyarakat, dalam mana customs  dan tradisi sudah tidak mampu lagi di andalkan untuk mengatur kehidupan warga masyarakat.
  2. mengatur dang menyelenggarakan kepentingan serta kebutuhan seluruh anggota masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, air, listrik dsb.
  3. melindungi warganya dari serangan musuh di negara lain.

c.  Pelembagaan Pranata Politik

Pranata politik seperti juga pranata sosial lainnya, adalah pola-pola perilaku yang stabil, bermakna, dan berulang-ulang. Organisasi dan prosedur politik berbeda-beda sesuai dengan tingkat pelembagaannya. Secara rinci tingkat pelembagaan suatu pranata politik dapat di ukut dengan menggunakan indicator sebagai berikut:

  1. kemampuan menyesuaikan diri

untuk melihat kemampuan penyesuaian pranata politik dapat di lihat melalui:

  1. ukuran jumlah generari pemimpin yang di punyai

apabila suatu organisasi politik masih mempunyai pimpinannya yang pertam dan bila prosedur politiknya juga masih di laksankan oleh orang-orang pertama melaksanakannya, maka kemampuan menyesuaikan diri dari organisasi tersebut adalah belum pasti, makin sering organisasi mampu menyesuaikan persoalan pergantian kepemimpinan dari generasi pemimpin yang satu ke generasi berikutnya secara damai, maka makin tinggilah tingkat pelembagaanya.

  1. kemampuan menyesuaikan diri terhadap fungsi yang baru

biasanya suatu organisasi diciptakan untuk melaksanakan suatu fungsi tertentu. Bila fungsi itu tidak di butuhkan lagi, maka organisasi tersebut akan menghadapi krisis yang serius, yaitu harus mendapatkan fungsi yang baru atau mati secara perlahan-lahan.

makin kompleks suatu organisasi, makin tinggi tingkat pelembagaannya. Kompleksitas meliputi baik peningkatan jumlah unit-unit yang lebih kecil di dalam organisasi maupun pemisahan fungsi-fungsi di dalam berbagai subunit yang berbeda. Makin besar jumlah dan macam subunit makin besar kemampuan organisasi untuk memperolah dan memelihara kesetiaan anggota-anggotanya.

Otonomi suatu struktur politik di ukur dengan sejauh mana struktur politik tersebut mempunyai kepentingan sendiri, sejauh mana politik tersebut mempunyai fungsi sendiri, dan memiliki nilai-nilai yang terpisah dan berbeda dari struktur politik yang lain dan kelompok sosial lainya. Suatu pranata politik yang hanya memperjuangkan kepentingan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat misalnya buruh, petani, atau usahawan tertentu kurang otonom dari suatu pranata politik yang memperjuangkan dan mengkombinasi kan kepentingan berbagai kelompok sosial.

PRANATA EKONOMI

            Pranata ekonomi lahir ketika orang-orang mulai mengadakan pertukaran barang dengan rutin, membagi-bagi tugas, dan mengakui adanya tuntutan dari seorang terhadapa orang lain.  Ketika manusia hidup secara tradisional dengan cara mngumpulkan biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, kebutuhan akan adanya pranata ekonomi yang mengatur pola perdagangan masih belum mendesak dan tidak penting. Tiap keluarga umumnya bisa memenuhi kebutuhannya secara subsistem dari hasil usahanya sendiri, sehingga kemungkinan persinggungan dengan kepentingan orang lain nyaris tak ada.

            Perkembangan ekonomi masyarakat sekarang semangkin maju dan semangkin kompleks, sementara di sisi lain jumlah barang dan jasa yang tersedia relative terbatas dan bahkan makin langka menyebabkan kehadiran pranata ekonomi yang makin rinci. Dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi.

a.  Elemen Dasar Proses Dan Struktur Ekonomi

Secara garis besar, beberapa factor yang menentukan struktur pranata ekonomi, adalah:

    1. Gathering atau pengumpulan adalah proses pengumpulan barang atau sumber daya alam dari lingkungannya. Apa dan berapa banyak yang di kumpulkan merupakan pencerminan dari tingkat teknologi, modal. Tenaga kerja dan kemampuan masyarakat mengorganisasikan elemen-elemennya.
    2. Production, atau produksi adalah proses mengubah sumber daya alam menjadi barang-barang yang dapat di gunakan.
    3. Distributing, atau distribusi adalah proses pembagian barang-barang.
    4. Servicing atau jasa adalah organisasi dari elemen-elemen ekonomi yang tidak tercakup dalam proses-proses di atas.

Sementara itu, yang dimaksud dengan elemen dasar proses ekonomi yang memengaruhi variasi struktur pranata ekonomi adalah:

  1. tanah
  2. 2.      tenaga kerja
  3. 3.      modal
  4. 4.      teknologi
  5. 5.      kewiraswastaan.

b.  Perkembangan Masyarakat dan Tipe Pranata Ekonomi

Uraian sejarah perkembangan masyarakat dan tipe pranata ekonomi yang berlaku.

  1. masyarakat pencari makananan dan pemburu

menurut sejarahnya, kelompok masyarakat ini keluarga dan komunitas merupakan suatu kesatuan yang sangat penting. Baik dalam produksi maupun dalam konsumsu. Pembagian kerja antar keluaga dan kelompok di atur menurut perbedaan jenis kelamin. Kaum pria biasanya bertugas berburu dan kaum wanita memasak dan mengasuh anak. Walaupun kaum wanita ikut terlibat dalam usaha mengumpulkan bahan makanan. Dalam kelompok ini kegiatan ekonomi yang telah melembaga adalah dalam hal pembagian makanan. Kehidupan ekonomi masyarakat ini bersifat familistik.

menurut sanderson (1993) penerapan pertanian pertama kali di daerah timur tengah dan kemudian menyebar ke eropa. Tanaman terpenting yang banyak di dimestifikasikan adalah gandum dan gerst, sementara binantang yang banyak di pelihara adalah biri-biri, kambing dan babi. Masyarakat pertanian awal di sebut masyarakat hortikultutral sederhana. Pada perkembanga berikutnya, tumbuh menjadi masyarakat horticultural intensif. Pada taraf ini, mereka tidak sekedar mempraktikan system ladang berpindah, tetapi mereka telah mempraktikan penggunaan semacam humus dan pupuk kandang. Oleh karena system pertanian semacam itu mereka telah menghasilkan surplus ekonomi yang nyata dan membagi hasil.

di dalam masyarakat agraris tenaga kerja yang terlibat dalam sector pertanian jumlahnya sangat besar. Pada masyarakat taraf ini sudah di kenal adanya system sewa tanah. Polarisasi ekonomi masyarakat terlihat mencolok di mana pihak yang menjadi elite adalah para bangsawan yang umumnya sekaligus sebagai tuan tanah. Pranata yang berkembang dalam masyarakat prakapitalis adalah feodalisme. Feodalisme adalah seperangkat lembaga ekonomi dan politik yang berkembang di masyarakat suku ke masyarakat bangsa yang di dasarkan atas hak dan kewajiban timbal balik.

kapitalis adalah masyarakat yang hidup dengan system ekonomi yang di dasarkan pada pemilikan pribadi atas sarana produksi dan distribusi untuk kepentingan pencarian laba pribadi kea rah pemupukan modal melalui prinsip-prinsip persaingan bebas. Di dalam masyarakat kapitalis, warga masyarakat di integrasikan aleh pranata ekonomi yang mengatur kerja sama secara sukarela atas dasar kontrak. Tempat pekerjaan masyarakat berpindah dari rumah-rumah pribadi ke pabrik-pabrik. Kegiatan ekonomi yang paling utama pada masyarakat ini adalah terjadi di pabrik dan pasar. Barang produksi dalam jumlah besar dan di perjual belikan di pasar bebas. Dalam masyarakat ini juga produksi barang berlipat ganda, kekayaan terakumulasi dalam tangn kaum pemilik modal, tetapi nasib kaum buruh acapkali malah bertambah buruk.

masyarakat sosialis yang pertama kali muncul pada tahun 1917 ketika rusia di guncang revolusi Bolshevik dan menjadu Uni Sovyet. Di dalam masyarakt sosialis, segenap koordinasi ekonomi termaksud tingakat harga, gaji, dan jenis barang yang di produksi serta distribusinya di tentukan oleh suatu badan sebagai pusat perencanaan. Biasanya hal ini di lakukan oleh negara. Pemilik pribadi hampir di tiadakan.

c.  Fungsi dan Akibat Kehadiran Pranata Ekonomi

Secara umum, fungsi manifest pranata ekonomi adalah mengatur hubungan antarpelaku ekonomi dan meningkat kan produktivitas ekonomi semaksimal mungkin. Pranata ini juga berfungsi untuk mengatur distribusi serta pemakaian barang dan jasa yang di perlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Kehadiran pranatan ekonomi tidak selalu menjamin bagi terciptanya keterlibatan dalam berbagai kegiatan usaha yang dilakukan antarpelaku ekonomi. Horton dan Hunt (1987) mencatat beberapa akibat yang tidak di rencakan dari kiprah lembaga ekonomi yaitu:

  1. kemungkina kehadiran pranata ekonomi merusak kebudayaan tradisional. Kebiasaan pemilikan hak atas tanah, dan masih banyak lagi pola kehidupan yang telah mapan mengalami perubahan akibat perkembanga industri.
  2. menyebabkan timbulnya anomi ( kekaburan norma) dan alienasi (rasa keterasingan) di antara pelaku ekonomi.
  3. meningkatkan kegiatan ekonomi dalam banyak hal telah menyebabkan timbulnya kerusakan lingkungan. Misalnya hutan yang kekayaan nya terus di eksploitasi.

d.  Hubungan Pranata Ekonomi Dengan Pranata Lainya

  1. 1.      hubungan pranata ekonomi dengan pranata keluarga

dalam masyarakat tradisional, sejumlah besar kegiatan ekonomi di organasir dan muncul dari pranata keluarga. Setiap anggota keluarga siap berpartisipasi dalam kegiatan langsung siap berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Keluarga bukan hanya menjadi pusat dan sumber tenaga kerja, tetapi juga menjadi media sosoalisasi untuk meneruskan pengetahuan dan teknologi yang di butuhkan untuk mendukung kegiatan ekonomi.

  1. 2.      hubungan pranata ekonomi dan pranata pendidikan

di dalam masyarakat tradisional, pranata pendidikan berfungsi untuk menanamkan dan melestarikan  norma-norma budaya non-ekonomi. Namun sekarang pranata pendidikan dalam kegiatan ekonomi mulai menguat ketika lembaga ini berkembang makin modern dan canggih. Kurikulum dan jenjang lembaga pendidikan yang tersusun sedemikian rupa secara sengaja di persiapkan untuk menghasilkan tenaga kerja dan mencetak sumber daya manusia yang responsif dan kreatif dalam menciptakan teknologi yang di butuhkan untuk kegiatan ekonomi.

  1. 3.                  hubungan pranata ekonomi dan pranata politik

hubungan antara pranata ekonomi dengan pranata politik bersifat timbal bali. Pranata ekonomi memengaruhi karena menyediakan sumber-sumber daya yang penting dalam kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pranata politik.

  1. 4.      hubungan pranata ekonomi dan pranata agama

dalam masyarakat tradisional, pranata agama berfungsi untuk mendorong manusia terlibat dalam peran-peran dan tingakah laku ekonomi karena agama mengurangi rasa cemas dan rasa takut. Studi yang dilakukan malinowski di kalangan masyarakat Trobriand, misalnya menemukan bahwa masyarakat tersebut selalu mengadakan upacar-upacara ritual tertentu sebelum melaksanakan kegiatan mencari ikan di laut.

TENTANG LEMBAGA SOSIAL

  1. 1.      Pengertian Lembaga dan Asosiasi

Menurut Acuff Allen dan Taylor mengatakan bahwa lembaga-lemabaga merupakan norma-norma yang berinteraksi di sekitar suatu fungsi masyarakat yang penting. Namun banyak pengarang yang menyatakan bahwa lembaga itu bersifat konsepsi, dan bukan merupakan suatu yang kongkrit.

Dengan asosiasi di maksudkan bentuk-bentik organisasi-organisasi sosial dengan tujuan-tujuan spesifik.

  1. 2.      Institusionalisasi, De-institusionalisasi dan Re-institusionalisai

Proses perkembangan lembaga-lembaga di namakan institusionalisasi. Prosen ini meliputi sesuai dengan apa yang di katakan peraturan-peraturan dan anggapan-anggapan umum yang mengatur antar hubungan dan aksi-aksi. Pada umumnya dapatlah dinyatakan bahwa institusionalisasi terjadi apabila sekolompok manusia dengan antar hubungan cukup luas dan erat menghadapi pekerjaan untuk mengkoordinasikan aktiva-aktiva guna mencapai tujuan-tujuan tertentu, ataupun mengatasi kesulitan-kesulitan bersama.

  1. 3.      lembaga-lembaga dan kebutuhan manusia yang penting

lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kebutuhan manusia yang penting adalah:

  1. lembaga ekonomi
  2. lembaga keluarga
  3. lembaga agama
  4. lembaga pemerintahan
  5. 4.      beberapa unsur-unsur lembaga –lembaga

unsur-unsur lembaga adalah:

  1. tiap-tiap lembaga mempunyai lambing-lambang tersendiri
  2. tiap lembaga mengenal pula pelbagai nilai-nilai beserta rasionalisasi-rasionalisasi atau sublimisi-sublimisi yang membenarkan atau mengagungkan peranan-peranan sosial yang dikehendaki oleh lembaga-lembaga itu
  3. 5.     Proses Pertumbuhan Lembaga Sosial

ada dua unsur yang menandai proses pertumbuhan lembaga sosial yaitu:

  1. 1.  norma-norma masyarakat

permulaannya norma di bentuk secara tidak sadar atau tidak disengaja, namun kemdian dalam perkembangannya di buat dengan sadar. Untuk membedakan kekuatan mengikatnya suatu norma tersebut, maka sosiologi di kenal adanya empat pengertian yaitu:

  1. Cara (usage)
  2. Kebiasaan (folkways)
  3. Tata kelakuan (mores) dan
  4. Adat istiadat (custom)
  5. 2.      system pengendalian sosial

social control dalam kehidupan sehari-hari selalu di gunakan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Sifat pengendalian sosial dapat berupa preventif atau represif. Preventif adalah usaha pencegahan dengan tujuan mengembalikan keserasian, melalui proses sosialisasi, pendidikan dsb. Reprentif adalah penjatuhan sanksi kepada yang melanggar norma.

6.  Ciri-Ciri Umum Lemabaga Sosial

Ciri-ciri lemabaga sosial adalah:

  1. lemabaga sosial adalah organisasi dari pola pemikiran dan pola perilakuan yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan.
  2. suatu tingkah laku tertentu merupakan cirri dari semua lembaga kemasyarakatan.
  3. lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu, mungkin tujuan tersebut tidak sesuai dengan fungsi lembaga tersebut.
  4. lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang di gunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
  5. lembaga-lembaga biasanya juga merupakan cirri yang khas dari lembaga kemasyarakatan.
  6. suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi yang tertulis atau tidak tertulis.
  1. 7.      tipe-tipe lembaga kemasyarakatan

adalah:

  1. dari sudut perkembanganya terdiri atas crescive institution, yaitu lembag yang tidak sengaja timbul menjadi adat kebiasaan masyarakat. Dan enacted institutions, yaitu lembaga yang di sengaja di buat untuk tujuan tertentu. (missal: lembaga hutang piutan)
  2. dari sudut system nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat terdiri atas basic institutions (dianggap sebagai lembaga yang sangat penting untuk memelihara tata tertib masyarakat, misal lembaga sekolah, keluarga dll. Subsidiary institutions (dianggap kurang penting. Misal kegiatan rekreasi dll)
  3. dari sudut penerimaan masyarakat adalah approved socially dan sanctioned institutions yaitu lembaga yang di terima oleh masyarakat (sekolah) dan lembaga yang di tolah masyarakat (kelompok preman).
  4. dari sudut penyebaran adalah general institutions (seperti lembaga agama) dan restricted institutions (misalnya agama islam, protestan, hindu dsbg).
  5. dari sudut fungsinya adalah operative institutions, merupakan lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara mencapai tujuan  seperti lembaga industrialisasi, dan regulative institutions bertujuan mengawasi adat-istiadat, seperti kejaksaan dll.