Berikut ini unsur musikalitas yang sering terdapat dalam puisi kecuali adalah

Puisi adalah suatu karangan fiksi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata.

Berikut unsur-unsur pembentuk dalam puisi:

  1. Majas
  2. Irama
  3. Penggunaan kata-kata konotasi
  4. Kata-kata berlambang
  5. Pengimajinasian dalam puisi (citraan)

Maka, yang bukan termasuk unsur-unsur puisi adalah isi puisi.

Dengan demikian, jawaban yang benar adalah pilihan D. 

Cari soal sekolah lainnya

KOMPAS.com - Puisi yang dinyanyikan dengan iringan musik sering disebut dengan musikalisasi puisi. 

Musikalisasi puisi digunakan untuk membuat pembacaan puisi jauh lebih menarik serta ekspresif. Puisi dibawakan dengan cara dinyanyikan atau diberi iringan musik yang sesuai.

Menurut Mohd. Harun dalam buku Pembelajaran Puisi untuk Mahasiswa (2018), musikalisasi puisi adalah suatu jenis karya musik yang digubah atau disusun berdasarkan teks puisi yang ditulis penyair dan diunggah di media massa sebagai karya sastra.

Pengertian musikalisasi puisi menurut para ahli

Musikalisasi puisi memang diartikan sebagai teknik pembawaan puisi dengan diiringi lagu. Beberapa ahli turut mengeluarkan pendapatnya tentang pengertian musikalisasi puisi.

Baca juga: Jenis-Jenis Tema Puisi

Apa sajakah pengertian puisi menurut para ahli? Berikut penjelasannya:

Mengutip dari Musikalisasi Puisi: Tuntunan dan Pembelajaran (2008) karya Ari KPIN, musikalisasi puisi merupakan cara membawakan puisi kepada penonton lewat persembahan musik, baik nyanyian, iringan musik ataupun lagu. Musikalisasi puisi adalah bentuk penggabungan seni membaca puisi dengan seni musik.

Dalam Proses Musikalisasi Deavies Sanggar Matahari (1996) karangan Freddy D. Arsie, musikalisasi merupakan bentuk ekspresi sastra, yakni puisi, dan memadukannya dengan berbagai unsur seni, mulai dari musik hingga seni tari.

Menurut Dedi S. Putra, musikalisasi puisi adalah bentuk apresiasi puisi melalui bentuk musikal, mulai dari instrumen ataupun melodi musik hingga nyanyian.

Menurut Supratman Abdul Rani, musikalisasi merupakan penampilan puisi yang dilakukan dengan memadukan unsur musik secara dominan.

Baca juga: Puisi Elegi: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contohnya

Unsur musikalisasi puisi

Musikalisasi puisi memiliki beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu:

  1. Nada
    Dalam musikalisasi puisi, nada menjadi unsur utama yang penting. Karena puisi harus dibacakan sesuai nada iringan musik yang digunakan.
  2. Irama
    Irama dalam pembacaan musikalisasi puisi dilakukan untuk menjiwai isi puisi yang dibawakan. Penentuan irama dan temponya ditentukan dari tema puisi. Contohnya tema puisi yang bersemangat, jauh lebih cocok dibawakan dengan irama dan tempo musik yang cepat dan semangat.
  3. Pelafalan
    Sama seperti pembacaan puisi biasa, pelafalan juga termasuk unsur musikalisasi puisi. Pelafalan dari pembacaan puisi harus jelas, agar pendengar dapat memahami dan menjiwainya.
  4. Harmoni
    Artinya keseluruhan unsur musikalisasi puisi haruslah saling berkesinambungan dan harmonis. Mulai dari nada iringan musik hingga cara pembawaannya, semua harus harmonis dan serasi.
  5. Ekspresi
    Saat membaca puisi, ekspresi menjadi unsur penting. Begitu pula dengan musikalisasi puisi, ekspresi wajah dan gerak gerik tubuh harus diperhatikan, karena berpengaruh pada penjiwaan.

Baca juga: Contoh Puisi dan Unsur Pembangunnya

Bentuk musikalisasi puisi

Bentuk musikalisasi puisi dibagi menjadi empat, yakni:

  1. Musikalisasi puisi total
    Artinya seluruh isi puisi diubah dan diterjemahkan ke dalam bentuk instrumen musik. Kata lainnya, tidak ada pembacaan puisi atau mungkin hanya ada penyebutan judul saja.
  2. Musikalisasi puisi iringan
    Artinya puisi dibawakan dengan diiringi permainan alat musik, seperti gitar, piano, biola atau lainnya. Jenis musikalisasi ini tetap dibawakan dengan cara pembacaan puisi seperti biasanya, hanya perbedaanya terletak pada iringan musik.
  3. Musikalisasi puisi lagu
    Artinya seluruh isi puisi diubah ke dalam bentuk lagu. Sehingga lirik lagunya berasal dari puisi dan dinyanyikan bersama dengan iringan musik.
  4. Musikalisasi puisi campuran
    Artinya puisi dibawakan dengan membaca puisi sambil diiringi musik dan juga dinyanyikan. Jenis musikalisasi ini merupakan perpaduan antara musikalisasi puisi iringan dan lagu.

Baca juga: Rima Puisi dan Irama

Langkah-langkah musikalisasi puisi

Mengutip dari Proses Penggarapan Musikalisasi Puisi “Di Beranda” oleh Pelangi Smada di SMAN 2 Bangkalan (2016) karya Trisnawati Asri Okaria, sebelum melakukan musikalisasi, ada empat langkah yang harus diperhatikan dan dilakukan, yaitu:

  1. Pemilihan puisi
    Puisi menjadi unsur utama yang paling penting dalam musikalisasi puisi. Tentukan puisi yang akan dibawakan dengan memperhitungkan tema, lirik serta iringan musik yang akan dipakai. Pemilihan puisi yang tepat akan membantu proses musikalisasi puisi.
  2. Penentuan bentuk musikalisasi puisi
    Setelah memilih puisi, langkah selanjutnya ialah menentukan bentuk musikalisasi puisi. Pastikan untuk tidak mengubah makna yang terkandung dalam puisi. Sesuaikan pula tema puisi dengan bentuk musikalisasi puisinya.
  3. Penafsiran isi puisi
    Agar lebih menjiwai dalam membawakan musikalisasi puisi, tentunya isi atau makna yang terkandung harus ditafsirkan atau dipahami terlebih dahulu. Penafsiran ini mempermudah cara pembawaan dan penjiwaannya.
  4. Penentuan irama atau iringan musik
    Setelah menafsirkan isi puisi, tentukanlah irama atau iringan musiknya. Hal ini juga termasuk penentuan alat musik dan tempo dalam membawakan puisinya.

Baca juga: Deklamasi Puisi dan Tanda Jeda

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Cari soal sekolah lainnya

Komunitas Penulis - Musikalisasi puisi adalah suatu kegiatan penciptaan musik berdasar sebuah puisi, sehingga pesan yang ada dipuisi tersebut makin jelas maknanya. Dalam perkembangannya, memberikan syair pada sebuah melodi yang sudah ada juga dikategorikan sebagai Musikalisasi Puisi. Dalam catatan sejarah musik Indonesia modern, tahun 1940-an awal Musikalisasi, komponis Cornel Simanjuntak bekerja sama dengan sastrawan Angkatan Pujangga Baru Sanusi Pane menghasilkan beberapa karya musik seriosa, antara lain : Kemuning, Oh Angin. Musikalisasi bukan merupakan barang baru di dalam dunia seni. Kelompok musik jaman dulu, Bimbo sangat ekspresif menyanyikan puisi-puisi Taufiq Ismail atau Wing Kardjo. Musikalisasi puisi seringkali diartikan sebagai teknik pembacaan puisi dengan iringan orkestrasi musik baik yang sederhana maupun orkes ansambel atau simponi.

Berikut ini unsur musikalitas yang sering terdapat dalam puisi kecuali adalah

Musikalisasi puisi pada praktiknya baru sampai pada tahap mengiringi pembacaan puisi dengan beberapa alat musik seperti gitar, piano, dan alat ritmik yang lain. Memang ada sebagian dari kita mungkin sudah pernah menyanyikan lagu-lagu yang disusun dari sebuah puisi. Lagu grup band Letto misalnya, yang disusun dari puisi milik ayah sang Vocalis, Emha Ainun Nadjib. Dalam konteks ini, jika kita pernah menyanyikan lagu band tersebut, sudah merupakan kegiatan menyanyikan puisi, meskipun belum termasuk musikalisasi puisi total karena perlu memberi melodi, pola ritme, pemilihan jenis tangga nada, hingga pemberian rambu-rambu dinamik dan ekspresi pada puisi tertentu. Dan perlu diingat mengenai otoritas puisi sebagai salah satu karya seni harus tetap dijaga, sehingga makna yang terkandung di dalamnya tetap utuh, tidak bergeser.

Jenis penyampaian puisi dengan cara dimusikalisasi puisi ini ada banyak macamnya. Tetapi yang penting, musik yang dibuat adalah semata untuk kepentingan puisi. Sehingga musik tersebut dapat menyampaikan pemahaman dan penghayatan tentang puisi itu kepada apresian, seperti halnya deklamasi dan pendramatisiran puisi. Oleh karena itu, musikalisasi puisi di dalam bidang kesenian, adalah satu bentuk kesenian tersendiri Untuk mendukung penerapan teknik musikalisasi puisi perlu sedikit penguasaan unsur-unsur musik secara umum. Unsur-unsur musik yang dimaksud adalah : nada, melodi, irama, harmoni, serta unsur pendukung lain seperti ekspresi, dinamika, serta bentuk lagu.

1. Nada

Nada merupakan bagian terkecil dari lagu. Nada (tone) dalam pengertian musik adalah suara yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai ketinggian tertentu. Nada dalam tangga nada diatonis mempunyai jarak interval tertentu juga. Dalam kegiatan musikalisasi puisi nada merupakan unsur dasar.

2. Melodi

Nada-nada (tone) di atas akan bermakna jika disusun secara horizontal dengan lompatan-lompatan (interval) tertentu. Nada-nada yang disusun secara horizontal dengan lompatan (interval) tertentu itu dinamakan melodi. Melodi inilah yang kemudian menjadi kalimat lagu dan terdiri dari frase-frase serta tema tertentu. Deretan melodi kemudian menjadi lagu.

3. Irama

Irama menentukan bentuk lagu. Irama di dalam musikalisasi puisi menjadi sangat penting untuk memberi jiwa dari puisi yang diapresiasi. Puisi yang bersemangat seperti “Aku”-nya Chairil Anwar menjadi lebih bermakna dengan penggunaan birama 4/4 dengan tempo sedang serta perubahan tempo accelerando (dipercepat) dan rittardando (diperlambat). Birama (sukat) adalah (angka pecahan : 2/4, ¾, 4/4, 6/8, 9/8) yang merupakan petunjuk akan jiwa lagu. Puisi-puisi baladis Ebiet G Ade kebanyakan menggunakan birama 4/4, sedangkan puisi-puisi religius Taufiq Ismail digubah Bimbo dengan birama ¾. Meskipun birama ¾ kebanyakan digunakan untuk lagu-lagu walz, tetapi ternyata serasi dengan puisi religius dengan orkestrasi versi Bimbo.

4. Tangga nada

Penggunaan tangga nada berpengaruh besar terhadap penjiwaan puisi. Di dalam musik tangga nada diatonis (terdiri 7 nada pokok dan 5 nada sisipan) merupakan tangga nada yang banyak dipakai dalam musikalisasi puisi, sedangkan tangga nada pentatonic lebih banyak dipakai dalam seni musik tradisional jawa (karawita) seperti macapatan. Penggunaan tangganada minor dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis, sendu, sedih, duka, pesimistis. Sajak “Cintaku Jauh Di Pulau”-nya Chairil Anwar sangat sesuai dengan tangga nada minor, sedangkan “Semangat”-nya Chairil Anwar lebih gagah dengan menerapkan tangga nada mayor yang lebih dekat dengan jiwa optimis, gagah, berani, riang, gembira. Lagu-lagu yang menggunakan tangga nada mayor memang kebanyakan bersemangat, optimistis, dan riang, sedangkan penggunaan tangga nada minor lazimnya digunakan untuk lirik-lirik yang melankolis, pesimistis, duka, lara. Dalam seni musik, tangga nada mayor dan minor kadang-kadang digunakan dalam satu lagu. Lagu “Sepasang Mata Bola”, ciptaan Ismail Marzuki merupakan salah satu contoh penggunaan tangga nada minor. Awal lagu itu menggunakan tangga nada minor sesuai dengan lirik bait 1 dan 2, sedangkan pada bait refrain (bait yang sering diulangi) menggunakan tangga nada mayor. Tangga nada pentatonic (5 nada pokok) kebanyakan digunakan dalam seni musik tradisional (seni karawitan). Namun demikian tangga nada ini juga sering mewarnai penggunaan tangga nada diatonis minor, terutama laras pelog yang memang bias disejajarkan dengan tangga nada diatonis.

5. Tempo

Tempo menentukan karakter lagu. Tempo secara umum adalah sesuatu yang berhubungan dengan cepat lambatnya lagu dinyanyikan (musik dimainkan). Dalam permainan musik, tempo dinyatakan dengan tanda yang merupakan rambu-rambu yang harus ditepati dalam menyanyikan lagu. Pengelompokan tempo terdiri dari golongan tempo cepat, tempo sedang, tempo lambat, serta perubahannya. Kecepatan lagu diukur dengan alat pengukur yang disebut Metronome buatan Maelzel. Metronome ini yang akan memberikan petunjuk seberapa cepat dan seberapa lambat lagu dinyanyikan.

a. Tempo lambat


  • Lento = lambat
  • Adagio = lambat sedang
  • Largo = lambat sekali 

b. Tempo sedang
  • Andante = seperti orang berjalan
  • Moderato = sedang

c. Tempo cepat
  • Allegro = cepat
  • Allegretto = agak cepat
  • Presto = sangat cepat.

d. Tempo perubahan
  • Rittenuto (ritt) = dipercepat
  • Accelerando (accel) = diperlambat
  • A tempo (tempo primo) = kembali ke tempo semula.

6. Dinamik Kadangkala suatub lagu dinyanyikan dengan sangat lembut pada awal penyajian, kemudian berangsur-angsur keras, atau mendadak keras, kembali melembut pada bagian tertentu, kemudian mengeras atau melembut pada bagian akhir (ending). Perubahan keras-lembutnya lagu ini akan memberikan nuansa penjiwaan pada penyajian lagu. Di dalam musik, keras lembutnya lagu ini ditandai dengan rambu-rambu dinamik, sedangkan tanda-tandanya disebut tanda dinamik yang berupa istilah maupun tanda (signal). Rambu-rambu dinamik itu ditulis di bagian-bagian lagu yang memerlukan perubahan keras-lembut. Sekadar gambaran, secara garis besar dinamik dibagi menjadi 2 bagian yakni :

a. Tanda dinamik keras :


  • f = forte, berarti keras
  • ff = fortissimo, berarti sangat keras
  • fff = fortissimo assai, berarti sekeras-kerasnya
  • mf = mezzoforte, setengah keras.
Keterangan : batas antara forte dan fortissimo, serta fortissimo assai relatif kecil, karena di dalam musik vocal batas dinamik tersebut tidak dapat diukur dengan alat. 

b. Tanda dinamik lembut :


  • p = piano, berarti lembut
  • pp = pianissimo, berarti sangat lembut
  • ppp = pianissimo possible, berarti selembut-lembutnya
  • mp = mezzopiano, setengah lembut. 

Keterangan : batas antara piano dan pianissimo, serta pianissimo possible relatif kecil, karena di dalam musik vocal batas dinamik tersebut tidak dapat diukur dengan alat.

c. Perubahan dinamik : Perubahan dinamik dibimbing dengan penggunaan tanda (signal) atau istilah pada bagian lagu yang memerlukan perubahan. Tanda-tanda tersebut antara lain :


  • < : crescendo, berarti menjadi keras
  • > : decrescendo, berarti menjadi lembut
  • <> : meza di voce, berarti menjadi keras kemudian kembali menjadi lembut dalam satu frase,

7. Ekspresi Ekspresi menjadi bagian terpenting dalam menyajikan sebuah lagu. Keberhasilan menterjemahkan karya seni musik menjadi tantangan terbesar bagi seorang penyanyi dalam membawakan sebuah lagu. Dalam lembaran musik, ekspresi selain timbul secara alamiah dari seorang penyanyi (internal), juga dapat dituntun dengan tanda (signal) berupa istilah, ungkapan dalam bahasa asing. Istilah ekspresi itu lazimnya ditulis pada bagian awal lagu setelah tanda birama (sukat), tetapi kadangkala juga ditulis di bagian tengah lagu yang memerlukan perubahan ekspresi. Lagu “Cintaku Jauh Di Pulau”, karya Chairil Anwar, digubah ke dalam lagu oleh F.X. Soetopo dengan membubuhkan tanda ekspresi Andante Con Expresivo, yang merupakan gabungan dari tanda tempo Andante, berarti pelan, dan Con Expresivo, berarti dengan penuh ekspresi. Tentu saja setiap lagu mempunyai ekspresi berbeda tergantung isi/tema puisi/liriknya.


8. Harmoni

Harmoni menjadi sangat dibutuhkan ketika musikalisasi puisi sudah sampai pada tahap orkestrasi yang melibatkan unsur instrumen musik iringan. Pada tahap ini peran iringan adalah memadukan unsur melodi, ritme, tempo, dinamik, serta ekspresi lagu. Harmoni selalu dikaitkan dengan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara unsur yang satu dengan lainnya. Di dalam musik, harmoni juga berarti keselarasan antara unsur-unsur musik. Pada seni musik karawitan Jawa, harmoni sering dikaitkan dengan istilah ‘nges’, yaitu rasa musikal yang memadukan antarunsur, sedangkan dalam musik umum, selain ‘nges’, harmoni juga berarti keterpaduan antara nada satu dengan nada yang lain. Pengertian praktis dan sederhana, harmoni dalam musik diatonis adalah dua nada atau lebih (dwinada, trinada) pada tangga nada diatonis dibunyikan secara bersamaan yang menghasilkan perpaduan nada yang harmonis. Perkembangan berikutnya, gabungan nada-nada tersebut dikelompokkan menjadi tingkata-tingkatan akor (harmoni) yang kelak akan sangat memberi dukungan pada penyajian lagu. Pada praktik penyajian musikalisasi puisi, peran harmoni ini ditumpukan kepada instrumen harmonis, seperti (yang paling ringan) adalah gitar. Gitar merupakan alat paling sederhana dan relatif mudah dalam membentuk harmoni dalam musikalisasi puisi. Pada tingkat yang lebih sulit dan relatif mahal, peran gitar biasanya digantikan oleh piano, harpa, atau ansambel, bahkan orkes besar seperti simponi. Rambu-rambu harmoni pada tulisan musik (partitur) biasanya sudah ditulis oleh penyusun komposisi, namun dalam musikalisasi puisi, rambu-rambu itu bukan harga mati, artinya pelaku musikalisasi puisi dapat membuat variasi hiasan (ornamentasi) musikal sejauh masih dalam batas wajar dan enak dinikmati dari segi audio. Penggunaan harmoni manual pada piano untuk musikalisasi puisi sering kita dengarkan pada penyajian lagu-lagu seriosa Indonesia seperti festival pemilihan bintang radio dan televisi tahun-tahun 80-an, sedangkan Bimbo, Ulli Sigar Rusady, Ebiet G Ade, banyak menggunakan gitar dan orkestrasi.

9. Bentuk Lagu

Bentuk lagu yang dimaksud adalah komposisi lagu secara tertulis/tekstual. Bentuk lagu akan tergantung kepada tipografi lirik yang diikutinya. Kalimat lagu akan disesuaikan dengan struktur pembaitan puisi yang dimusikkan. Puisi lama seperti pantun, seloka, gurindam yang mempunyai struktur pembaitan baku akan lebih mudah untuk dibentuk kalimat lagu, namun bukan berarti puisi baru dengan tipografi yang tidak jelas pembaitannya tidak bias dibuat lagu. Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bacri bahkan bias dibuat komposisi musik.
Baca Juga Fakta Unik dari Dunia Sastra

Demikian mengenai Musikalisasi Puisi. Metode ini memang memerlukan keterampilan khusus, terutama kepekaan terhadap nilai seni atau nilai estetika. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pembelajaran sastra yang selama ini mendapatkan porsi yang sedikit di dunia pendidikan kita.

Salam Nektarity