Berikut ini merupakan penyakit yang dapat Dicegah dengan pemberian vaksin secara oral adalah

Imunisasi adalah langkah kesehatan penting dan efektif untuk melindungi anak-anak. Sejarah menunjukkan, imunisasi telah membantu melindungi jutaan anak dari beragam penyakit menular dan membahayakan nyawa.

Imunisasi sangat efektif sehingga beberapa penyakit yang dahulu ditakuti kini berhasil diberantas atau dapat dikelola dengan mudah. Namun, beberapa waktu belakangan, dunia mencatat kemunculan penyakit-penyakit baru. Perkembangan ini membuat imunisasi anak kian penting.

Untuk mendapatkan perlindungan seumur hidup, anak perlu mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dosis dan jadwal sejak lahir hingga berusia satu tahun. Setelah itu, anak perlu mendapatkan imunisasi lanjutan pada usia 18 bulan, selama bersekolah, dan saat dewasa, serta imunisasi tambahan atau mengejar imunisasi yang tertunda sesuai dengan kampanye vaksin dari Kementerian Kesehatan RI.

Imunisasi untuk anak tersedia gratis dari pemerintah di Puskesmas, Posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya.

Berikut adalah informasi lengkap tentang jadwal imunisasi anak. Silakan hubungi dokter atau petugas kesehatan terdekat jika memiliki kondisi kesehatan tertentu atau pertanyaan lain mengenai jadwal imunisasi.

Vaksin Dosis Cara pemberian Mencegah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Saat lahir

Hepatitis B dosis 0 bulan

Satu dosis

Injeksi

Hepatitis B, kanker hati

Nyeri, kemerahan, atau bengkak pada lengan tempat suntik. (Sumber: lihat halaman 60, 61; tabel 8 & 9)

1 BULAN

     

Bacillus Calmette Guerin (BCG)

Satu dosis

Injeksi

TBC

Nyeri atau luka di area suntik; demam; sakit kepala; pembengkakan kelenjar yang terdapat di ketiak pada sisi lengan tempat suntik. (Sumber: lihat halaman 132, Tabel 5.1)

Oral Polio Vaccine (OPV)-1 dose

Dosis pertama

Oral

Polio

KIPI pasca-pemberian imunisasi sangat jarang. (Sumber: lihat halaman 132, Tabel 5.1)

2 BULAN

     

DPT-HB-Hib 1

Dosis pertama

Injeksi

Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, kanker hati, meningitis, pneumonia

Bengkak, kemerahan, dan rasa sakit dapat timbul pada area suntik.

Anak mungkin mengalami demam untuk beberapa saat setelah imunisasi.

Gejala KIPI dapat timbul sehari setelah vaksinasi dan berlangsung selama 1-3 hari

(Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

OPV-2

Dosis kedua

Oral

Polio

KIPI pasca-pemberian imunisasi sangat jarang. (Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

3 BULAN

DPT-HB-Hib 2

Dosis pertama[AP4] 

Injection

Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, kanker hati, meningitis, pneumonia

Kemerahan, bengkak, atau nyeri pada area suntik; anak menangis, lelah, atau mudah kesal; gatal; demam, selera makan menurun, diare. (Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

Oral Polio Vaccine (OPV)-3

Dosis ketiga

Oral

Polio

KIPI pasca-pemberian imunisasi sangat jarang. (Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

4 BULAN

DPT-HB-Hib 3

Dosis ketiga

Injeksi

Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, kanker hati, meningitis, pneumonia

Kemerahan, bengkak, atau nyeri pada area suntik; anak menangis, lelah, atau mudah kesal; gatal; demam, selera makan menurun, diare. (Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

Oral Polio Vaccine (OPV)-4

Dosis terakhir

Oral

Polio

KIPI pasca-pemberian imunisasi sangat jarang. (Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

Inactivated Polio Vaccine (IPV)-1

Dosis pertama

Injeksi

Polio

Nyeri, demam

9 MONTHS

Campak-Rubela

Dosis pertama

 Injeksi

Campak, Rubela

Rasa sakit, bengkak, kemerahan (Sumber: lihat halaman 60, 61; Tabel 8 & 9)

18 BULAN

Campak-Rubela

Dosis kedua

 Injeksi

Campak, Rubela

Rasa sakit, bengkak, kemerahan (Sumber: lihat halaman 60, 61; Tabel 8 & 9)

DPT-HB-Hib 4

Dosis terakhir

Injeksi

Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, kanker hati, meningitis, pneumonia

Kemerahan, bengkak, atau nyeri pada area suntik; anak menangis, lelah, atau mudah kesal; gatal; demam, selera makan menurun, diare. (Sumber:  lihat halaman 132, Tabel 5.1)

KELAS 1 SD

Campak-Rubela

Dosis terakhir

Injeksi

Campak, Rubela

Rasa sakit, bengkak, kemerahan (Sumber: lihat halaman 60, 61; Tabel 8 & 9)

DT

Satu dosis

Injeksi

 Difteri, Tetanus

Nyeri atau bengkak, demam, iritasi, lelah, selera makan menurun, muntah

KELAS 2 SD

 Td

Dosis pertama

Injeksi

Tetanus & Difteri pada orang dewasa

Rasa sakit, kemerahan atau bengkak pada area suntik, demam ringan, sakit kepala, lelah, mual, muntah, diare, nyeri perut

KELAS 5

Td

Dosis terakhir

Injeksi

Tetanus & Difteri pada orang dewasa

Rasa sakit, kemerahan atau bengkak pada area suntik, demam ringan, sakit kepala, lelah, mual, muntah, diare, nyeri perut

Untuk mengetahui jadwal lengkap vaksin-vaksin yang direkomendasikan oleh Pemerintah Indonesia, silakan berkonsultasi dengan dokter dan bidan di Puskesmas, klinik, atau lihat informasinya di situs Kementerian Kesehatan.

Berbicara tentang vaksin, banyak yang mengira bahwa hanya orang tua dengan anak usia 0-18 tahun saja yang harus mengerti. Namun, karena situasi pandemi COVID-19, pemahaman mengenai vaksin harus dikuasai oleh masyarakat luas. Maka dari itu, yuk, kenalan dengan 3 fakta vaksin!

Apa Itu Vaksin?

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa vaksin merupakan zat yang berfungsi sebagai pembentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Kandungan zat yang terdapat dalam vaksin adalah bakteri/virus yang telah dilemahkan, sehingga tidak akan membuat Anda sakit ketika vaksin dimasukkan ke dalam tubuh.

Manfaat Pemberian Vaksin

Pemberian vaksin memiliki manfaat sebagai berikut:

  • Menstimulasi sistem kekebalan tubuh agar menghasilkan antibodi yang dapat melawan kuman penyebab infeksi

  • Sebagai langkah pencegahan penyakit menular

  • Melindungi dari risiko kematian dan cacat, seperti pada penyakit rubella. Rubella dapat mengganggu pertumbuhan serta perkembangan janin apabila sang ibu terjangkit virus tersebut saat mengandung.

3 Fakta Vaksin

Vaksin memiliki banyak fakta yang perlu Anda ketahui, diantaranya adalah:

Vaksin Berbeda dengan Vaksinasi dan Imunisasi

Banyak orang yang mengira vaksin, vaksinasi, dan imunisasi itu sama. Padahal, mereka memiliki makna yang berbeda.

Lain halnya dengan vaksin yang merupakan zat pembentuk sistem kekebalan tubuh, vaksinasi adalah proses memasukan vaksin ke dalam tubuh untuk menghasilkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Kegiatan vaksinasi ini biasanya melalui suntikan jarum, oral (mulut), dan aerosol (disemprotkan ke hidung).

Lalu menurut World Health Organization (WHO) imunisasi merupakan proses untuk menjadikan seseorang kebal terhadap serangan penyakit menular dengan pemberian vaksin. Bisa disimpulkan, imunisasi adalah perubahan aktual yang dialami tubuh setelah menerima vaksin.

Orang Dewasa Juga Butuh Vaksin

Vaksin tidak hanya diberikan untuk anak usia 0-18 tahun saja, lho! Orang dewasa bahkan lansia pun juga membutuhkan vaksin.

Pemberian vaksin pada orang dewasa memiliki manfaat yang sama dengan pemberian vaksin pada anak-anak. Berikut ada beberapa vaksin yang bisa didapatkan oleh orang dewasa:

  1. Vaksin HPV
    HPV atau Human Papillomavirus merupakan virus penyebab infeksi kulit, kutil kelamin, serta menyebabkan kanker, khususnya kanker serviks yang menyerang wanita. Vaksin HPV idealnya diberikan kepada anak usia 9-12 tahun, perempuan usia 13-26 tahun, serta wanita yang belum/sudah aktif melakukan hubungan seksual.
  2. Vaksin Influenza
    Vaksin influenza dapat melindungi diri dari penyakit flu. Walaupun terkesan sebagai penyakit ringan, bagi sebagian orang penyakit flu dapat menimbulkan masalah besar. Vaksin influenza ini sebaiknya diberikan setiap tahun sekali untuk mencegah komplikasi.
  3. Vaksin Pneumokokus (PCV)
    Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) diberikan untuk mencegah pneumonia. Pneumonia sendiri merupakan penyakit radang paru yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus Pneumoniae yang menyerang saluran pernapasan bagian bawah.

Orang yang berisiko tinggi terkena pneumonia adalah orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dan orang yang berusia di atas 60 tahun.

Terdapat Beberapa Jenis Vaksin

Dilansir dari CDC, terdapat 4 jenis vaksin berdasarkan kandungannya, yaitu:

  1. Vaksin Hidup

    Bakteri dan virus yang terkandung dalam vaksin hidup sebenarnya tidak benar-benar hidup, melainkan dilemahkan. Virus dan bakteri yang disuntikkan ke dalam tubuh tidak akan menyebabkan penyakit, kok! Justru dapat merangsang tubuh agar bisa menciptakan kekebalan.

    Walau hanya diberikan sebanyak satu hingga dua kali, kekebalan tubuh yang dihasilkan dari vaksin hidup dapat memberi perlindungan seumur hidup. Contoh dari vaksin hidup adalah vaksin MMR, vaksin rotavirus, vaksin cacar air, dan vaksin yellow fever (demam kuning).

  2. Vaksin Mati

    Berbeda dengan vaksin hidup, bakteri dan virus yang terdapat dalam jenis ini telah dimatikan dengan radiasi, suhu panas, atau bahan kimia. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin mati tidak sekuat dan lama seperti vaksin hidup.

    Maka dari itu, perlu dilakukan pengulangan untuk menghasilkan perlindungan yang maksimal.

    Contoh vaksin mati adalah vaksin hepatitis A, vaksin flu, dan vaksin polio.

  3. Vaksin Toksoid

    Sesuai dengan namanya, vaksin toksoid menggunakan toksin (produk berbahaya) yang dihasilkan oleh bakteri. Nah, vaksin ini berfungsi untuk menangkal efek racun dari bakteri tersebut dan telah diolah secara khusus sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.

    Contoh dari vaksin toksoid adalah vaksin tetanus dan vaksin difteri.

  4. Vaksin Biosinetik

    Vaksin biosinetik mengandung antigen yang diproduksi secara khusus sehingga menyerupai virus atau bakteri penyebab penyakit. Salah satu kelebihannya adalah vaksin biosintetik dapat diberikan kepada orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh.

    Contoh vaksin biosinetik adalah vaksin Hib dan vaksin mRNA.

Ternyata banyak sekali fakta menarik tentang vaksin, ya! Untuk mendapat informasi lengkap mengenai kesehatan dan asuransi, yuk download aplikasi Pulse sekarang!