Lihat Foto Show KOMPAS.com - Islam adalah agama terbesar ketiga yang dianut oleh masyarakat Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, penduduk yang memeluk agama Islam diperkirakan sekitar 3,3 juta dari beragam usia dan golongan. Apablia ditelusuri, Islam di Amerika Serikat memiliki sejarah yang cukup panjang. Berikut ini sejarah awal masuknya Islam di Amerika Serikat dan perkembangannya. Baca juga: Sejarah Masuknya Islam di India Muslim pertama di Amerika adalah budakSejak abad ke-16, telah tercatat adanya orang-orang Islam yang bermukim di Amerika Serikat. Sejarawan mencatat bahwa Islam masuk ke Amerika Serikat melalui Kawasan Arizona di Amerika bagian utara dan New Meksiko. Pada awal 1520-an, banyak budak yang dikirim ke Amerika untuk dipekerjakan di berbagai lahan pertanian. Sejarawan memperkirakan, ada sekitar 40.000 orang Islam dikirim ke Amerika Serikat sebagai budak. Sedangkan jumlah keseluruhannya di Benua Amerika mencapai 3 juta orang Muslim. Alvar Nunez Cabeza de Vaca, Estevanico, dan Azamor, diperkirakan sebagai orang Islam pertama yang memasuki wilayah Amerika Serikat. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang pergi ke Arizona dan New Meksiko sebagai budak Kerajaan Spanyol.
Sedangkan Azamor dan Nunez adalah budak dari Spanyol, yang merupakan sisa-sisa pengaruh Islam yang pernah berkuasa di Spanyol. Namun, dalam perkembangannya, banyak budak Muslim di AS memilih untuk berpindah agama karena pengaruh lingkungan. Baca juga: Abad Pertengahan Islam, Kemunduran Peradaban Islam Gelombang imigrasi pertamaImigran Muslim yang datang dalam skala besar ke Amerika Serikat berasal dari Suriah, Yordania, Palestina, dan wilayah Timur Tengah lainnya. Para imigran Muslim tersebut diduga sampai di Amerika Serikat pada sekitar 1875 hingga 1912. Masjid pertama di Amerika dibangun di Chicago pada 1893, yang diperkirakan didirikan sebagai replika Masjid Sultan Qayt Bey di Kairo. Sedangkan masjid kedua di Amerika baru dibangun pada 1921 di Highland Park, Michigan. Kemudian, setelah Perang Dunia I berakhir dan runtuhnya Turki Ottoman pada abad ke-20, terjadi imigrasi Muslim besar-besaran dari Timur Tengah. Fenomena itu juga dipengaruhi oleh kolonialisme bangsa Barat di wilayah Timur Tengah. Baca juga: Sejarah Perkembangan Islam di Thailand Orang-orang Muslim memilih bermigrasi ke Amerika Serikat karena dianggap sebagai negara yang menjamin kebebasan dan hak kemanusiaan. Mereka kemudian membentuk komunitas di berbagai negara bagian Amerika.
Pada periode 1920 dan 1930-an, banyak orang kulit hitam keturunan Afrika-Amerika yang memilih masuk Islam sebagai salah satu dampak masalah rasial di AS. Organisasi Islam di Amerika pun semakin banyak, dan umat Muslim AS mulai merambah dunia politik. Adanya peraturan imigrasiSetelah imigrasi besar-besaran pada 1924, pemerintah Amerika Serikat kemudian menetapkan peraturan imigrasi bagi Muslim. Dalam aturan tersebut, disebutkan pembatasan gelombang imigrasi dengan memberlakukan kuota asal negara atau asal kelompok imigran. Baca juga: Tajdid, Gerakan Pembaruan dalam Ajaran Islam Salah satu kuota yang diberikan adalah bagi negara asal Timur Tengah, yang mayoritas beragama Islam. Namun, melihat migrasi yang terus menerus memasuki Amerika Serikat, Presiden Lyndon Johnson kemudian menghapuskan sistem kuota. Faktor ekonomi dan politik yang bergejolak di negara asal menjadi alasan utama umat Muslim pindah ke Amerika Serikat. Umumnya, imigran Muslim yang datang ke AS adalah kaum terpelajar, daripada imigran yang datang pada periode sebelumnya. Perkembangan Islam di Amerika setelah 1970-anPada awalnya, Islam dianggap sebagai agamanya imigran Timur Tengah. Akan tetapi, lambat laun, Islam semakin berkembang di Amerika Serikat. Baca juga: Tokoh-tokoh Pembaharu Islam di Mesir Islam berkembang pesat di Amerika sebagai hasil dari Undang-Undang Imigrasi dan Naturalisasi 1965.
Diperkirakan, terdapat lebih dari 1,1 juta Muslim baru tiba di Amerika Serikat sebelum akhir abad ke-20. Di Amerika Serikat juga terdapat organisasi Islam yang kemudian dikenal dengan nama World Community of Islam in West pada 1976. Bersama organisasi tersebut, perkembangan Islam semakin baik. Dakwah anti-rasial dilakukan seperti yang tercantum dalam ajaran Islam. Perkembangan Islam di Amerika Serikat juga dibuktikan dengan berdirinya Islamic Institute di Chicago, yang merupakan proyek dari Organisasi Konferensi Islam Internasional yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Di Los Angeles juga terdapat Islamic Center, yang digunakan sebagai pusat keilmuan Islam dan aktivitas lainnya. Baca juga: Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia Perkembangan Islam di Amerika Serikat juga dibuktikan dengan adanya beberapa tokoh yang memeluk Islam, seperti Malcom dan petinju Muhammad Ali. Malcom dan Muhammad Ali pun turut mendakwahkan Islam di Amerika Serikat. Dengan berbagai perkembangannya, Islam di Amerika Serikat semakin mendapat tempat khusus dalam masyarakat setempat. Umat Islam Amerika juga dinilai mampu memberikan kontribusi yang besar untuk kemajuan pembangunan. Referensi:
Petinju legendaris, Muhammad Ali
Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania Christine TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Komentar kandidat capres AS Donald Trump telah menyedot perhatian tak hanya publik AS, tetapi juga dunia. Menargetkan muslim, sang kandidat capres partai Republik itu menyerukan larangan bagi komunitas tersebut untuk masuk wilayah AS. Hal itu dikatakan telah melukai dan menyinggung komunitas muslim dunia, terlebih di AS. Sebab Donald nampaknya melupakan banyak jasa komunitas itu yang telah membentuk AS menjadi seperti sekarang ini. Berikut adalah tokoh-tokoh muslim yang dianggap penting atau berjasa bagi AS. Bampett Muhammad Ia adalah satu dari anggota pasukan di bawah komando Jenderal George Washington, yang turut serta dalam Perang Revolusi AS, tepatnya tergabung dalam pasukan Virginia Line pada 1775 dan 1783. Bampett menjadi satu dari banyak tentara AS yang gugur membela negara itu. Selain Bampett Muhammad terdapat nama Yusuf Ben Ali yang juga merupakan pejuang AS berkebangsaan Arab dari Afrika Utara. Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16, di mana Estevánico dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara.[2] Walau begitu, kebanyakan para peneliti di dalam mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke 19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang sering disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan apa yang menyebabkan gelombang ini.[3] Malcolm X Muhammad Ali Kareem Abdul-Jabbar Keith Ellison André Carson Zalmay Khalilzad Asma Gull Hasan Mike Tyson Jermaine Jackson Vali Nasr Shahid Khan Rasheed Wallace Bernard Hopkins Louis Farrakhan Hamza Yusuf Siraj Wahhaj Ice Cube Dave Chappelle Saqib Ali Lupe Fiasco Michael Wolfe Freeway Dalia Mogahed Populasi Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir, di mana sebagain besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada 2005, banyak orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.[4][5] Estevánico dari Azamor mungkin telah menjadi Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika Utara. Estevanico adalah orang Berber dari Afrika Utara yang menjelajahi Arizona dan New Mexico untuk Kerajaan Spanyol. Estevanico datang ke Amerika sebagai seorang budak penjelajah Spanyol pada abad ke 16, Álvar Núñez Cabeza de Vaca.[6] Selama tahun 1520-an telah didatangkan budak ke Amerika Utara dari Afrika. Diperkirakan sekitar 500 ribu jiwa dikirim ke daerah ini atau 4,4% dari total 11.328.000 jiwa budak yang ada.[7] Diperkirakan sekitar 50% budak atau tidak kurang dari 200 ribu jiwa budak yang didatangkan berasal dari daerah-daerah yang dipengaruhi oleh Islam.[8] Menurut sumber lain, kedatangan paling awal imigran Muslim adalah antara tahun 1875 dan 1912 dari kawasan pedesaan, yang sekarang menjadi Suriah, Yordania, Palestina, dan Israel. Daerah ini dulunya dikenal sebagai Suriah Raya yang diperintah oleh Kekaisaran Ottoman. Setelah Kekaisaran Ottoman runtuh pada Perang Dunia I (PD I), terjadi gelombang kedua imigrasi kaum Muslim dari Timur Tengah, di mana dalam periode ini pula dimulainya kolonialisme Barat di Timur Tengah. Pada tahun 1924, aturan keimigrasian AS disahkan, yang segera membatasi gelombang kedua imigrasi ini dengan memberlakukan "sistem kuota negara asal". Periode imigrasi ketiga terjadi pada 1947 sampai 1960, di mana terjadi peningkatan jumlah Muslim yang datang ke AS, yang kini berasa dari negara-negara di luar Timur Tengah. Gelombang keempat kemudian terjadi pada tahun 1965 disaat Presiden Lyndon Johnson menyokong rancangan undang-undang keimigrasian yang menghapuskan sistem kuota negara asal yang sudah bertaha lama.[9] Islamic Center Washington di Washington. Masjid adalah tempat ibadah utama bagi seorang Muslim. Di AS, ada sekitar 1.209 Masjid,[10][11] di mana yang terbesar adalah Islamic Center of America yang terletak di Dearborn, Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah yang terus tumbuh di wilayah itu.[12] Hanya kurang dari 100 unit yang benar-benar dari awal dirancang sebagai Masjid, kebanyakan jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di bangunan-bangunan yang semula didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun pemadam kebakaran, teater, gudang, dan toko.[13] Jumlah Masjid terbanyak di AS adalah di negara bagian California, yakni sekitar 227 unit pada tahun 2001.[14] Sulit menentukan jumlah pasti Muslim di AS. Konstitusi AS memisahkan antara gereja dengan negara yang tercermin dalam undang-undang Amerika, sehingga formulir Biro Sensus AS tidak memuat pertanyaan tentang agama pada orang yang dicatat di dalamnya. Dinas imigrasi juga tidak mengumpulkan informasi tentang agama para imigran. Banyak masjid di AS tidak memiliki kebijakan keanggotaan resmi, dan mereka jarang mencatat secara akurat jumlah jamaah yang datang. Hasil akhirnya adalah tidak adanya data yang akurat mengenai jumlah Muslim di AS.[15] Menurut sumber yang sama, imigran Asia Tengah-bagian Selatan menempati urutan teratas (33%) dalam jumlah besar komunitas Muslim AS, yang kedua adalah keturunan Afro Amerika (30%), Arab (25%), Afrika (3%), lain-lain 5%, serta Eropa dan Asia Tenggara (masing-masing 2%). Sedangkan menurut Central Intelligence Agency (CIA) Amerika dalam situsnya, jumlah Muslim di AS adalah 1% dari 301.139.947 (perkiraan Juli 2007) penduduk AS, jumlah ini sama dengan jumlah umat Yahudi di AS.[16]
Persentase pengunjung Masjid di AS menurut CAIR Menurut Lembaga Survey Pew pada tahun 2007, dua pertiga Muslim di AS adalah keturunan asing. Di antara mereka telah bermigrasi ke AS sejak tahun 1990. Sedangkan sepertiga dari Muslim AS adalah penduduk asli yang beralih ke Islam, dan keturunan Afro Amerika. Pada tahun 2005, menurut New York Times, lebih banyak lagi orang dari negara-negara Muslim yang menjadi penduduk AS - hampir 96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.[4][5] Sedangkan menurut Council on American-Islamic Relations (CAIR),[18] jemaah masjid Sunni yang diperuntukkan bagi umum di AS berasal dari latar belakang bangsa yang berbeda: Asia Selatan (33%), Afro Amerika (30%), Arab (25%), Eropa (2,1%), Amerika kulit putih (1,6%), Asia Tenggara (1,3%), Karibia (1,2%), Turki Amerika (1,1%), Iran Amerika (0,7%), dan Hispanik/Latin (0,6%).[19] Persebaran georgrafiKomunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum Muslim berkumpul untuk salat berjemaah pada tahun-tahun pertama era 1900-an; di Indiana, sebuah pusat kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua yang masih digunakan hingga sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit, adalah tempat Muslim Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-Amerika terbesar di negara ini. Galangan kapal di Quincy, Massachusetts, di luar Boston, menyediakan lapangan kerja bagi imigran Muslim sejak tahun 1800-an. Di New England juga telah dibuat sebuah Islamic Center, yang kini menjadi kompleks Masjid besar untuk beribadah bagi para pelaku bisnis, guru, profesional, serta pedagang dan buruh. Di New York, Islam telah hadir dan muncul selama lebih dari satu abad. Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois, di mana beberapa orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal disini pada awal 1900-an adalah yang terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari 40 kelompok Muslim telah berdiri di kawasan Chicago. Di Los Angeles dan San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat komunitas Muslim yang besar di AS. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu entitas Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang terbanyak di AS, yakni sekitar 227 Masjid pada tahun 2001[14][20]
Di penjaraPenjara bisa jadi adalah penyokong terhadap pertumbuhan Islam di AS. Perkiraan resmi menyatakan bahwa persentase dari narapidana Muslim adalah sekitar 15-29% dapi populasi penjara. Diperkirakan, sekitar 80% dari narapidana berpindah agama ke Islam. Populasi narapidana Muslim telah mencapai 350 ribu jiwa (pada 2003) dengan pertambahan sekitar 30 ribu hingga 40 ribu setiap tahunnya. Kebanyakan narapidana yang berpindah ke Islam adalah keturunan Afrika. Menurut Dr. Mikhail Waller, golongan Islamis radikal, yang dicurigai oleh pemerintah AS, menjadi perekrut di dalam penjara untuk menjadikan pengikutnya sebagai kader demi mendukung mereka dalam usaha-usaha anti Amerika.[23] Statistik dari Pew Research CenterBerikut beberapa statistik Pew Research Center mengenai Muslim Amerika.[24]
Pada awalnya, imigran Muslim yang datang ke AS bekerja sebagai budak, tetapi kini tidak sedikit yang bekerja sebagai seorang profesional. Pekerjaan lain yang dilakoni oleh Muslim di AS adalah guru, tentara, penjaga toko, sopir taksi, dokter, wiraswasta, buruh, dan pekerjaan lainnya. Karena dalam Islam perbuatan riba diharamkan oleh agama, sebagian Muslim merasa kesulitan ketika harus mendanai dan mengembangkan usahanya. Sebagian besar lembaga keuangan dan perbankan di AS masih bersifat konvensional, di mana mereka menerapkan sistem berbunga. Namun sejak beberapa tahun lalu, sebagian lembaga keuangan dan korporasi mulai mencari cara untuk membantu Muslim AS. Beberapa program pendanaan lokal ala Islam baru-baru ini telah dimulai atau sedang dalam tahap perencanaan:[25]
Ada banyak organisasi Islam di AS.
==== Masjid menurut etnis ====
Masjid menurut anggota etnis Asia Selatan (33%) Afrika-Amerika (30%) Arab (25%) Afrika sub-Sahara (3.4%) Balkan (2.1%) Amerika kulit putih (1.6%) Asia Tenggara (1.3%) Karibia (1.2%) Turki (1.1%) Iran (0.7%) Amerika Latin (0.6%) Organisasi politik Islam di AS berkepentingan untuk mengakomodasi kepentingan Muslim disana. Organisasi seperti American Muslim Council aktif terlibat menegakkan hak asasi dan hak warga negara bagi setiap orang Amerika.
Suatu survey nasional yang diadakan pada 2003 oleh Pusat Riset Pew dan Forum Agama dan Kehidupan Publik Pew melaporkan bahwa persentase orang Amerika yang memandang kurang baik Islam meningkat satu persen menjadi 34% dari 2002 dan 2003, lalu meningkat lagi dua persen menjadi 36% pada tahun 2005. Pada waktu yang sama, persentase publik Amerika yang menganggap bahwa Islam dapat mendorong kepada tindak kekerasan dibandingkan agama yang lain menurun dari 44% pada Juli 2003 menjadi 36% pada Juli 2005.[35] Pada Juli 2005, survey Pew menunjukkan bahwa 59% orang dewasa Amerika menganggap bahwa Islam "sangat berbeda dengan agama mereka", menurun satu persen dari tahun 2003. Pada survey yang sama, 55% mempunyai pendapat yang baik terhadap Muslim Amerika, atau naik empat persen dibanding Juli 2003 yang hanya 51%.[35] Berdasar poling yang dilakukan oleh CBS pada April 2006 mengenai keyakinan, memperlihatkan bahwa:[36]
Survey Pew mengenai penganut, memperlihatkan bahwa:[35]
Survey yang dilakukan oleh Newsweek pada Juli 2007 terhadap publik Amerika memperlihatkan bahwa:[37]
Pandangan Muslim Amerika mengenai Amerika Serikat
Sebuah survey yang dilakukan pada 2007 yang berjudul Muslim Americans: Middle Class and Mostly Mainstream, yang dilakukan oleh Pew Research Center menemukan bahwa Muslim Amerika:
47% responden berkata bahwa mereka menempatkan diri mereka sebagai Muslim yang pertama dan orang Amerika kedua. Bagaimanapun, ini lebih rendah dibandingkan dengan 81% Muslim di Inggris, dan 69% Muslim di Jerman ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama. Suatu perbedaan yang serupa ada dibidang ekonomi (pendapatan), di mana Muslim Amerika yang berada di garis kemiskinan hanya sekitar 2%, sedangkan di Prancis dan Spanyol masing-masing 18% dan 29%.[38] Dalam poling yang sama juga dilaporkan bahwa hanya 40% Muslim AS yang percaya bahwa yang melakukan serangan 11 September adalah orang-orang Arab. Sedangkan 28% mengatakan bahwa mereka tidak percaya dan 32% mengaku tidak mempunyai pandangan. Seperempat di antara 28% yang meragukan bahwa orang Arab dibalik komplotan penyerang menganggap bahwa pemerintah AS atau Presiden Bush lah yang paling bertanggungjawab. Hanya 26% Muslim AS yang percaya bahwa peperangan yang dilakukan terhadap terorisme adalah murni untuk membasmi terorisme internasional. Sedangkan 5% yang disurvey menganggap "sangat baik" atau "sedikit baik" terhadap al-Qaida. Selain itu, hanya 35% Muslim AS menyatakan bahwa keputusan serangan ke Afganistan dapat dibenarkan, dan hanya 12% yang mendukung serangan ke Irak.[38] Serangan 11 Sepetember 2001 ke gedung WTC dan Pentagon adalah bencana bagi Amerika dan umat Muslim sedunia. Pasca serangan, berbagai tudingan dilontarkan kepada Islam dan ummatnya. Banyak serangan-serangan yang terjadi tehadap Muslim Amerika setelah kejadian itu, walaupun ini terbatas pada kelompok minoritas kecil.[39][40] Menurut survey yang dilakukan pada 2007, 53% Muslim Amerika menganggap bahwa menjadi lebih sulit menjadi seorang Muslim (di AS) setelah serangan itu.[38] Wanita Muslim yang menggunakan hijab/jilbab diganggu, menyebabkan beberapa wanita Muslim lebih memilih untuk tinggal dirumah, sedangkan yang lainnya untuk sementara meninggalkan praktik (pekerjaan).[41][42] Beberapa Muslim telah dikritik karena menjadikan kepercayaan mereka sebagai alasan untuk menolak sistem yang ada di Amerika. Sopir-sopir taksi Muslim di Minneapolis, Minnesota misalnya, dikritik karena menolak penumpang yang membawa minuman keras atau anjing, temasuk penumpang cacat yang dipandu oleh anjing. Otoritas bandara internasional Saint Paulus Minneapolis sudah mengancam akan menarik kembali izin operasi taksi bagi mereka yang membeda-bedakan penumpang seperti ini.[43] Institusi AS telah pula dikritik karena mengakomodasi Muslim atas pembayaran pajak. Universitas Michigan-Dearborn dan suatu perguruan tinggi negeri di Minnesota telah dikritik karena mengakomodasi upacara keagamaan Islam dengan membangun tempat wudhu bagi mahasiswa Muslim dengan menggunakan uang pajak. Para kritikus menganggap bahwa perlakukan ini adalah pelanggaran terhadap konstitusi AS yang menyatakan pemisahan antara gereja dengan negara (agama dengan negara).[44] Anggota kongres Muslim pertama, Keith Ellison, membuat kontroversi ketika Ia membandingkan Presiden Bush atas kebijakannya setelah serangan 11 September dengan Adolf Hitler. Keith berkata bahwa Bush telah memanfaatkan serangan 11 September untuk kepentingan politik, seperti ketika Hitler memanfaatkan Reichstag untuk memenjarakan kebebasan konstitusional.[45] Isu Islam juga menjadi isu-isu yang hangat dalam pemilu AS saat ini. Sebuah foto salah satu kandidat dari partai Demokrat, Barack Obama, yang menggambarkan Ia sedang mengenakan pakaian Muslim, menjadi begitu kontroversi. Hal ini memperlihatan bahwa embel-embel Islam masih belum dapat diterima oleh warga Amerika kebanyakan. Tahun lalu, para sukarelawan melakukan kampanye setelah muncul berita e-mail yang menyebutkan bahwa Obama seorang Muslim. Karena itulah, dalam berbagai kesempatan, Obama berkali-kali membantah bahwa dirinya seorang Muslim.[46][47][48].
|