Alat musik tradisional Sumatera Barat merupakan alat musik asli yang diturunkan dari nenek moyang dari generasi ke generasi. Namun ada juga sebagian alat musik yang merupakan serapan dari kebudayaan lain dari luar suku di provinsi Sumatera Barat. Provinsi Sumatera Barat adalah rumah bagi suku Minangkabau dan suku lain seperti Mandailing dan Mentawai. Sumatera Barat memiliki hampir semua objek wisata alam seperti laut, pantai, danau, gunung, dan ngarai. Selain wisata alamnya yang beragam, Sumatera Barat juga memiliki kebudayaan dan kesenian yang cukup beragam pula. Sebagai contoh sebut saja kesenian tari tradisional yang menjadi simbol masyarakat Minangkabau yang cukup terkenal di skala nasional yaitu Tari Piring. Tarian ini tentu saja diiringi oleh kombinasi alat musik tradisional, seperti talempong dan saluang untuk memberikan kesan yang lebih dalam pementasan. Nah, kali ini kita akan membahas salah satu kebudayaan Sumatera Barat yaitu alat musik tradisional yang berasal dari provinsi ini. Simak sampai akhir tulisan berikut. Baca juga: Alat Musik Gesek (dtechnoindo) Alat musik tradisional Sumatera Barat memiliki sejarah yang cukup panjang yang tidak dapat dipisahkan dengan nuansa religi (Islam). Dimulai dari era musik melayu Qasidah dan Gurindam pada tahun 635-1600 pada saat penyebaran Islam dimulai. Alat musik tradisional yang digunakan pada waktu itu antara lain seperti:
Gasing yang digunakan oleh sirompak disebut gasiang tangkurak yang salah satunya terbuat dari tengkorak manusia.Selain digunakan sebagai ritual, siluang dimainkan pada acara-acara adat yang ramai pengunjung, seperti pesta perkawinan, batagak rumah, batagak pangulu, dan sebagainya. Acara ini biasa dimainkan setelah shalat isya sampai menjelang shubuh yang berisi tentang mengenang kampung halaman atau terhadap kehidupan masa lalu, sekarang dan masa depan. Pupuik Tanduak berasal dari kata “pupuik” yang berarti peluit dan “tanduak” yang berarti tanduk. Jadi kalau kita simpulkan alat musik ini adalah peluit yang terbuat dari tanduk, tanduk kerbau untuk lebih jelasnya. Pupuik tanduak merupakan alat musik tradisional yang bukan berfungsi sebagai pengiring tari atau nyanyian tradisional. Karena memiliki nada tunggal, jadi alat musik ini digunakan sebagai penanda shalat maghrib, isya, dan shubuh atau sebagai tanda adanya pengumuman dari pemuka kampung. (wikipedia.org) Seperti pupuik tanduak yang berarti peluit yang terbuat dari tanduk, pupuik batang padi juga adalah sebuah peluit yang terbuat dari batang padi. Pada ujung ruas batang padi dibuat seperti lidah, jika ditiup akan mengasilkan celah yang dapat menimbulkan bunyi. Sedangkan pada ujung pupuik ini dililit dengan menggunakan daun kelapa yang menyerupai terompet yang berfungsi sebagai pengeras suara. Bunyi yang dihasikan oleh pupuik ini sangat khas, bunyi yang melengking yang dapat diatur menggunakan jari pada lilitan daun kelapa. Semakin ditekan semakin melengking suara yang dihasilkan. Baca juga: Alat Musik Rebab (bukalapak.com) Sarunai atau seringkali disebut dengan nama “puput serunai” merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik ini diperkirakan datang dari nama shehnai, yang merupakan alat musik dari dataran India Utara. Namun sekarang menjadi populer sebagai alat musik tradisional masyarakat Minangkabau yang dapat ditemukan dan berkembang di kabupaten Agam, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota. Bahan-bahan dasar untuk pembuatan sarunai adalah sebagai berikut:
Masyarakat Pesisir Selatan meyakini rabab pasisia merupakan wujud eksistensi seni tutur kaba yang dikenal dengan nama basikambang.Rabab jenis ini memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan rabab lainya. Memiliki bentuk seperti biola pada umumnya yang memiliki 4 buah dawai akibat pengaruh budaya portugis yang datang ke Indonesia. Rebab piaman memiliki 3 buah tali atau dawai yang memiliki badan alat musik yang terbuat dari tempurung kelapa, berfungsi sebagai resonator suara. Badan yang terbuat dari bahan tempurung kelapa ini mirip dengan alat musik kamanchay dari Persia. (youtube.com) Kata aguang dalam bahasa Minang berarti gong, jadi aguang adalah gong yang berasal dari suku Minangkabau. Memiliki bentuk layaknya seperti gong dari pulau Jawa, bundar dan memiliki tonjolan di bagian tengah. Aguang terbuat dari bahan logam seperti kuningan. Dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pemukul khusus. (youtube.com) Talempong merupakan alat perkusi atau alat musik pukul khas yang berasal dari suku Minangkabau. Talempong memiliki bentuk yang hampir sama dengan bonang dalam perangkat gamelan di pulau Jawa. Memiliki bentuk simetris radial dengan rongga menghadap ke bawah dengan diameter 15-17,5 cm. Terdapat bagian yang menonjol pada bagian tengah yang berdiameter 5 cm. Bagian tengah digunakan untuk tempat memukul alat musik tradisional ini sebagai sumber bunyi. Talempong terbuat dari bahan kayu dan batu pada zaman dahulu, namun sekarang menggunakan bahan dasar logam seperti kuningan yang lebih banyak digunakan saat ini. Talempong merupakan alat musik yang terdiri dari beberapa unit talempong yang memiliki nada berbeda-beda atau bervariasi. Oleh karena itu talempong seringkali digunakan sebagai pengiring tari, pertunjukan dan penyambutan tamu. Tarian yang seringkali diiringi talempong ialah tari piring, tari pasambahan, tari alang suntiang pangulu dan tari gelombang. Talempong dapat juga dimainkan dengan alat musik lain seperti akordeon, saluang, gandang, sarunai dan instrumen musik tradisional Minangkabau lainnya. (auralarchipelago.com) Gandang merupakan bahasa Minang yang berarti gendang dalam bahasa Indonesia. Gandang memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda gendang lain seperti di pulau Jawa dan daerah lain. Berbeda halnya dengan alat musik NTB, yaitu gendang besar, alat musik ini memiliki ukuran yang dapat dikatakan sangat mungil. Terdapat dua buah lubang pada bagian gandang yang terletak pada sisi kiri dan kanan yang dilapisi oleh kulit kambing yang berfungsi sebagai selaput membran, dimana suara dihasilkan. Gandang memiliki tinggi sekitar 54 cm dengan diameter sekitar 46 cm. Gandang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat kayu yang sudah dilapisi bahan-bahan yang empuk seperti lilitan kain dan karet agar tidak menimbulkan kerusakan pada kulit hewan. Namun cara memukul pada setiap daerah berbeda-beda, pada masyarakat Minang tergantung dari jenis rentak lagu. Ketika dipukul gandang mengeluarkan suara layaknya bedug dan dihiasi warna-warna yang cerah.
|