Berapa sel telur yang dihasilkan wanita tiap bulan

Ovarium adalah organ reproduksi utama wanita. Inilah fakta menarik yang perlu Anda ketahui seputar ovarium.

Berapa sel telur yang dihasilkan wanita tiap bulan

Klikdokter.com, Jakarta Ovarium atau indung telur adalah organ reproduksi utama pada wanita yang kerap terabaikan. Ada beberapa fakta menarik seputar ovarium yang perlu diketahui, khususnya oleh pada wanita. Meski ukurannya mungil, tetapi perannya sangat penting dalam fungsi reproduksi dan kesehatan kewanitaan.

Untuk para wanita, kenali lebih jauh tubuh Anda. Berikut ini adalah beberapa fakta seputar ovarium.

Baca Juga

Setiap wanita memiliki dua ovarium, yang berada di sisi kiri dan kanan rahim. Di dalam organ inilah sel-sel telur wanita disimpan. Setiap bulannya, sejumlah sel telur akan berkembang. Namun, hanya satu atau dua yang matang dan kemudian dilepaskan dari ovarium (ovulasi).

Selama hidup, kurang lebih 400-450 telur mengalami ovulasi. Karena ovulasi normalnya terjadi setiap bulan, maka angka ini pun menggambarkan jumlah siklus haid rata-rata wanita yang normal sepanjang hidupnya.

Sel telur yang mengalami ovulasi akan bergerak ke tuba falopii (saluran telur), tempat pertemuannya dengan sel sperma. Bila terjadi pembuahan, penyatuan keduanya akan membentuk sebuah embrio, yang kemudian berkembang menjadi janin. Bila tidak, maka seorang wanita akan mengalami haid.

Wanita terlahir dengan 1-2 juta sel telur. Namun seiring bertambahnya usia, jumlah sel telur akan berangsur-angsur menyusut akibat proses alami kematian sel yang disebut apoptosis. Saat pubertas, jumlah sel telur tinggal 300.000, dan saat menopause sudah tidak ada yang tersisa. Kualitas sel telur pun menurun seiring dengan waktu, dan karena itulah wanita berusia 30 tahun ke atas cenderung lebih sulit hamil.

Selain menjadi tempat berkembangnya sel telur, ovarium juga memproduksi hormon. Utamanya adalah hormon estrogen dan progesteron, yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seks sekunder wanita. Misalnya pertumbuhan payudara, bulu ketiak dan kemaluan, serta dimulainya haid. Kedua hormon tersebut juga berperan dalam menyiapkan tubuh wanita untuk kehamilan. Oleh sebab itu, bila kadarnya tak cukup atau tak seimbang, wanita bisa sulit hamil.

Ovarium juga memproduksi sejumlah hormon testosteron atau hormon pria, dalam jumlah yang lebih kecil. Hormon inilah yang memberikan dorongan atau gairah seksual pada wanita.

Tak seperti organ-organ lainnya, ukuran ovarium tidak tetap, bisa berubah-ubah sesuai dengan perjalanan siklus haid dan bertambahnya usia. Saat ovulasi, ukuran ovarium yang normalnya berdiameter 3-5 cm ini akan sedikit lebih besar dari biasanya. Namun, perubahan ini akan berhenti saat wanita mengalami menopause, yang mana ovulasi tak lagi terjadi.

Stres psikologis maupun fisik dapat memengaruhi fungsi ovarium dalam hal terjadinya ovulasi. Sel telur dapat berhenti dilepaskan untuk sementara waktu setelah seorang wanita mengalami peristiwa yang traumatis atau mengalami perubahan fisik yang drastis, misalnya penurunan berat badan yang tidak wajar. Menariknya, ini merupakan cara alami tubuh dalam mencegah kehamilan saat seorang wanita sedang stres.

Saat ovarium memproduksi lebih banyak hormon testosteron dari biasanya, maka dapat muncul gejala seperti jerawat, pertumbuhan rambut di tempat-tempat yang umumnya ditemukan pada pria, serta peningkatan berat badan.

Menopause adalah waktu ketika ovarium benar-benar berhenti bekerja. Beberapa tahun sebelum menopause terjadi—disebut dengan masa perimenopause—bisa muncul keluhan-keluhan seperti haid yang tidak teratur atau mulai jarang, perubahan suasana hati, gangguan tidur, dan hot flushes (rasa panas yang tidak wajar). Kondisi tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari menurunnya fungsi ovarium akibat proses penuaan.

Di antara berbagai penyakit yang menyerang ovarium, yang paling sering yakni kista ovarium, sindrom ovarium polikistik (polycystic ovary syndrome), dan kanker ovarium.

Bagaimana, menarik, ya, fakta-fakta seputar ovarium? Meski berukuran kecil, tetapi perannya begitu penting sebagai alat reproduksi wanita. Karenanya, jagalah kesehatan organ ini dengan rutin menjalani pemeriksaan kesehatan reproduksi 2-3 tahun sekali sejak mulai aktif secara seksual. Selain itu, hindari merokok, dan jagalah berat badan Anda di rentang normal. Begitu pun ketika Anda kerap mengalami gangguan haid, sebaiknya periksa ke dokter spesialis kandungan jika haid cenderung tidak teratur.

(RN/ RVS)

  • Tentang Kami
  • Tim Kami
  • Hubungi Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat dan Ketentuan

Sel telur wanita tidak bisa dipisahkan dari proses reproduksi serta kesuburan. Bisa dibilang, perannya setara dengan sperma pada pria. Sedikit saja ada gangguan pada sel telur wanita, maka kesuburannya bisa terpengaruh.

Mengenali lebih jauh seputar sel telur wanita, akan membuka mata Anda lebih jauh seputar kehamilan, menstruasi, kesuburan, hingga kemandulan.

Produksi sel telur wanita

Berbeda dari sperma yang dapat diproduksi secara berkala, sel telur wanita hanya di produksi satu kali seumur hidup. Saat seorang bayi perempuan lahir, ia sudah memiliki sejumlah sel telur yang tidak akan bertambah lagi seumur hidupnya.

Saat lahir, terdapat sekitar 700.000 hingga dua juta sel telur wanita yang ada di tubuh. Jumlah tersebut terus berkurang seiring bertambahnya usia. Setiap bulannya, anak perempuan akan kehilangan sekitar 11.000 sel telur hingga ia mencapai masa pubertas.

Memasuki usia remaja, sisa sel telur wanita yang ada di tubuh sudah banyak berkurang, menjadi sekitar 300.000-400.000 buah. Dari semua itu, hanya sekitar 500 sel telur yang akan digunakan dalam proses ovulasi, atau pelepasan sel telur untuk pembuahan.

Memasuki masa pubertas dan seterusnya, wanita akan kehilangan sekitar 1.000 sel telur setiap bulannya. Saat sel telur wanita sudah habis, maka ia tidak lagi subur. Kondisi ini umumnya terjadi pada usia 40 tahun, diikuti dengan menopause sepuluh tahun kemudian.

Perlu diingat, usia menopause setiap wanita bisa berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor, seperti riwayat penyakit dan gaya hidup. Beberapa wanita, bisa kehilangan sel telurnya lebih cepat, dan beberapa lainnya lebih lambat.

Bisa dibilang, sel telur merupakan salah satu penentu utama kesuburan seorang wanita. Sel telur wanita diproduksi dalam ovarium atau indung telur. Di tempat yang sama, sel telur dimatangkan.

Apabila sel telur dianggap sudah siap untuk dibuahi, maka sel tersebut akan dilepas, menuju ke tuba falopi, untuk kemudian bertemu dengan sperma yang siap membuahi. Proses inilah yang dinamakan dengan ovulasi.

Jika pembuahan berhasil terjadi, sel telur yang telah dibuahi kemudian akan bergerak menuju rahim. Di sana, sel telur akan menempel di dinding rahim yang sudah menebal, karena sudah dipersiapkan untuk kehamilan. Setelah itu, sel telur wanita akan terus berkembang menjadi janin.

Penebalan dinding rahim tersebut terjadi setiap bulan. Namun, jika tidak ada sel telur yang menempel, dinding tersebut akan luruh dan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk darah. Proses inilah yang dinamakan dengan menstruasi.

Gangguan yang berhubungan dengan sel telur wanita

Kondisi atau penyakit yang berhubungan dengan sel telur, akan berpengaruh pada kesuburan wanita. Berikut ini beberapa kondisi gangguan yang bisa terjadi pada sel telur wanita.

1. Kegagalan berovulasi

Saat sel telur tidak bisa dilepaskan keluar dari ovarium, maka pembuahan tidak dapat terjadi. Kegagalan ovulasi dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penuaan, kelainan endokrin, hingga penyakit seperti polycystic ovary syndrome (PCOS).

2. Sel telur tidak dapat matang secara sempurna

Selain tidak dapat mengalami ovulasi, sel telur wanita juga bisa tidak matang dengan sempurna. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya obesitas. Sel telur yang tidak matang, bisa saja tidak dilepaskan dalam waktu yang tepat, dan tidak dapat dibuahi.

3. Kegagalan implantasi

Implantasi adalah proses menempelnya sel telur wanita yang telah dibuahi di dinding rahim, sebagai awal proses kehamilan. Namun, pada kondisi tertentu, sel telur bisa gagal menempel di dinding rahim.

Penyebabnya bisa beragam, mulai dari endometriosis, kelainan genetik di embrio, hingga adanya resistensi hormon progesteron.

4. Polycystic ovary syndrome (PCOS)

PCOS adalah salah satu gangguan yang paling sering menyebabkan infertilitas atau kemandulan pada wanita. PCOS merupakan gangguan yang disebabkan karena produksi hormon androgen berlebih di ovarium maupun kelenjar adrenal. Kelebihan hormon ini bisa mengganggu pelepasan sel telur wanita saat ovulasi.

5. Primary ovaran insufficiency

Primary ovarian insufficiency (POI) adalah kondisi saat ovarium tidak dapat berfungsi secara normal, meski wanita yang mengalaminya masih berusia di bawah 40 tahun. Hal ini terjadi akibat folikel, bagian yang di ovarium yang digunakan untuk mematangkan sel telur, mengalami gangguan.

Berbeda dari menopause dini, wanita dengan POI masih memiliki kemungkinan untuk hamil, meski menstruasinya tidak teratur. Sebab, wanita dengan POI masih bisa memproduksi sel telur dan wanita yang sudah menopause maupun menopause dini, tidak.

Catatan dari SehatQ

Produksi sel telur wanita, hanya terjadi satu kali seumur hidup, yaitu saat berada di dalam kandungan. Saat lahir, jumlah sel telur wanita berada di tingkat tertingginya. Seiring bertambahnya usia, jumlah sel telur akan terus berkurang. Itulah sebabnya wanita yang berusia di atas 40 tahun, biasanya mengalami penurunan kesuburan.

Sel telur, bersama sperma, merupakan dua faktor utama untuk menghasilkan embrio atau bakal janin. Jika sel telur mengalami gangguan, maka pembuahan akan sulit terjadi dan kesuburan pun akan menurun.