Berapa lama mesin mobil harus istirahat

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak sedikit pemilik kendaraan yang memutuskan untuk bepergian menggunakan kendaraan pribadi saat musim libur natal dan tahun baru.

Akses tol Trans Jawa yang sudah tersambung, Trans Sumatera yang mulai beroperasi, termasuk tol layang Jakarta-Cikampek, membuat liburan menggunakan mobil pribadi jadi pilihan utama. Mengingat kondisi pandemi masih berlangsung di dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Ridwan Kamil Pakai Hyundai Ioniq dan Kona EV

Meski begitu, pengemudi tetap butuh manajemen perjalanan waktu yang baik untuk liburan yang biasanya berjarak tempuh jauh. Sebab, sebagai sopir tunggal tanpa pengganti, menyetir terus menerus tanpa bergantian berisiko tinggi.

Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, jika durasi maksimal bagi manusia berada di balik kemudi mobil, disarankan 3 jam.

“Mau jalananya lancar atau macet, sebaiknya setiap 3 jam kita melakukan istirahat. Karena jika lebih dari 3 jam, pengemudi akan merasa lelah dan jenuh, yang bisa membuat hilangnya konsentrasi,” ujar Jusri saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.

Berapa lama mesin mobil harus istirahat

Berapa lama mesin mobil harus istirahat
Lihat Foto

chat9780

Ilustrasi macet

Jusri melanjutkan, bagi yang melakukan perjalanan lewat tol, wajib istirahat di rest area. Hindari berhenti sembarangan di bahu jalan, karena berbahaya bagi diri sendiri maupun pengguna jalan lain.

Selama beristirahat, pengemudi bisa melakukan aktivitas ringan seperti melakukan perenggangan atau berjalan-jalan di sekitar rest area. Bisa juga dengan Shalat, makan, atau tidur sejenak untuk mengembalikan konsentrasi.

Baca juga: Hindari Perilaku Ini Saat Mengemudi di Jalan Tol

“Istirahat minimal 30 menit, setelah itu sudah bisa jalan lagi. Nanti istirahat lagi kalau sudah 3 jam. Sebaiknya kalau menyetir sudah lebih dari 12 jam, cari penginapan untuk istirahat yang lebih maksimal,” kata Jusri.

Jusri mengingatkan, jam-jam krusial terjadinya kecelakaan ada pada waktu pergantian dari sore ke malam, atau dari malam ke pagi.

“Tambah waktu istirahat saat waktu magrib atau waktu subuh, karena saat itu mata kita butuh penyesuaian dari terang ke gelap atau dari gelap ke terang,” ucapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita berikutnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Ban menjadi salah satu komponen yang cukup krusial pada kendaraan, baik itu mobil maupun sepeda motor. Maka dari itu, kondisinya juga harus selalu dijaga terutama tekanan udara pada ban.

Jika tekanan udara dalam ban kurang, maka bisa berbahaya bahkan dapat menyebabkan pecah ban.

Selain itu, selama ini masih banyak anggapan bahwa saat melakukan perjalanan jauh ban juga harus diistirahatkan. Salah satunya adalah menjaga suhu ban setelah berkendara di jalanan cukup lama.

Menurut On Vehicle Test PT Gajah Tunggal Tbk Zulpata Zainal, saat melakukan perjalanan jauh tidak perlu mengistirahatkan ban.

“Sebenernya buat ban tidak perlu diistirahatkan mengikuti istirahatnya pengemudi, ini untuk ban penumpang ya, karena test drum di lab juga tidak ada istirahatnya,” kata Zulpata kepada KOMPAS.com, Sabtu (25/1/2020).

Baca juga: Mobil Listrik Hyundai Ioniq, Menjelajah 373 Km Ketika Baterai Penuh

Zulpata menambahkan, selama melakukan tes drum bahkan ban terus diputar selama tiga hingga empat hari. Hasilnya, kondisi ban juga masih cukup bagus dan tidak mengalami kendala berarti.

“Saat tes itu ban running terus 3-4 hari berturut juga tidak masalah, yang masalah justru kekuatan dari pengemudinya, untuk dari segi ban demikian,” ucapnya.

Berapa lama mesin mobil harus istirahat

Berapa lama mesin mobil harus istirahat
Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi pecah ban: Kecelakaan tunggal di Tol Jagorawi, Minggu (15/9/2019), karena mobil mengalami pecah ban.

Tetapi, Zulpata mengatakan, jika ban harus diistirahatkan mengikuti istirahatnya penumpang juga tidak masalah. Meskipun, sejatinya ban masih dalam kondisi yang cukup bagus.

“Kalau mau ikut istirahat sesuai istirahat pengemudi ya tidak masalah, setiap 3-4 jam istirahat 20-30 menitan, ban kendaraan itu dibuat kuat kok,” ujarnya.

Meski begitu, Zulpata menyarankan agar ban harus dilakukan perawatan secara berkala. Terutama memperhatikan tekanan udara pada ban. 

Selain itu juga memastikan bahwa beban yang dibawa sesuai dengan kekuatan ban yang direkomendasikan oleh pabrikan kendaraan. Apabila mengikuti aturan itu, dia memastikan kondisinya akan tetap bagus.

“Asal perawatannya mumpuni, terutama tekanan udara ban dan bobot yang dipikul harus disesuaikan dengan rekomendasi pabrikan mobil,” ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita berikutnya

com-Ilustrasi mudik asyik bersama keluargaa Foto: Shutterstock

Berkendara jarak jauh bukan hanya soal kesiapan kendaraan bermotor. Kondisi tubuh juga harus tetap prima, terutama saat sedang mengemudi menuju tempat tujuan.

Ada orang yang merasa mampu mengemudi tanpa istirahat yang cukup selama perjalanan hingga ratusan kilometer. Namun, ada juga yang cepat merasa lelah sehingga membutuhkan peregangan otot dan dapat melanjutkan perjalanan.

Beristirahat secara teratur di sela-sela mengemudi jarak jauh tidak hanya membuat tubuh agar tetap fit, tapi juga menjaga konsentrasi selama di jalan. Tentu, siapa yang tidak ingin selamat sampai tujuan? Terlebih ada keluarga atau kerabat yang sedang menunggu kita.

Lantas, sebenarnya berapa lama waktu mengemudi motor atau mobil yang dianjurkan saat berkendara jarak jauh?

Menurut Aan Gandhi dari Global Defensive Driving Consultant (GDDC), lamanya waktu berkendara jarak jauh yang ideal disarankan adalah dua jam. Sementara batas maksimal mengemudi di luar waktu istirahat yaitu 8 jam.

"Disarankan mengemudi maksimal 8 jam. Itu di luar jam istirahat. jadi setiap 2 jam pertama menyetir usahakan berhenti untuk istirahat selama 30 menit, lalu jalan lagi dua jam dan beristirahat selama 1 jam dan seterusnya," kata Aan saat dihubungi kumparan beberapa waktu lalu.

Setelah maksimal mengemudi selama 8 jam, Aan menyarankan untuk memberikan waktu recovery tubuh selama 6 jam. Ini dilakukan karena sejatinya tubuh manusia memiliki jam biologis.

Jam Biologis Manusia saat Berkendara

Ilustrasi mengantuk saat berkendara. Foto: Thinkstock

Menurut Aan, pada umumnya titik tertinggi stamina manusia dimulai pada pukul 05.00 pagi saat memulai aktivitas. Ketika memasuki pukul 12.00 siang, stamina akan mulai menurun hingga mencapai titik terendah pada pukul 15.00 sore.

"Jadi hati-hati kalo kita berkendara di siang hari antara jam 12 sampai jam 3, itu kondisi mulai mengantuk, apalagi setelah makan siang, siapkan cemilan seperti permen karet, misalnya," ujar Aan.

Namun, bila memang harus berkendara di siang hari, Aan membagikan dua tips untuk pengemudi jarak jauh seperti sopir truk dan angkutan lintas kota.

Pertama, ketika makan siang jangan terlalu banyak mengonsumsi nasi dan makanan lainnya yang mengandung karbohidrat karena mempercepat rasa kantuk.

"Jadi makannya apa? Boleh sayur-sayurnya yang menyegarkan, lalu minuman seperti jus buah-buahan. Yang biasa minum kopi, boleh, tapi tidak disarankan," jelasnya.

Kedua, jangan terlalu sering mengonsumsi suplemen dan minuman berenergi. Ini seringkali dilakukan pengemudi jarak jauh untuk meningkatkan stamina, padahal kandungan bahan kimia di dalamnya bisa mengintai kesehatan tubuh.

"Pernah ada suatu survei, banyak sekali sopir-sopir bus dan truk minum-minum itu (minuman berenergi tiap hari, akhirnya kena ginjal. Lebih baik perbanyak minum air putih," pungkasnya.